Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/110 |
|
e-Doa edisi 110 (9-4-2015)
|
|
_________________________________e-Doa________________________________ (Sekolah Doa Elektronik) BULETIN DOA -- Doa Tuhan Yesus di Getsemani Edisi April 2015, Vol. 07 No. 110 Salam kasih, Seiring dengan rangkaian peristiwa Jumat Agung dan Paskah pada bulan April ini, redaksi e-Doa akan mengulas tentang keagungan kasih Tuhan dalam menyelamatkan umat manusia melalui renungan dan artikel Paskah yang kami sajikan. Ia telah menunjukkan teladan-Nya sehingga bagian kita sekarang adalah mengikut Dia untuk hidup dalam keselarasan dengan Allah. Selamat Paskah! Kiranya cinta kasih dan anugerah Allah menjadi daya hidup bagi kita senantiasa. Pemimpin Redaksi e-Doa, N. Risanti < okti(at)in-christ.net > < http://doa.sabda.org > RENUNGAN PASKAH: KISAH CINTA PALING MENGAGUMKAN Karl Barth, teolog Swiss kontemporer, yang terkenal meskipun kontroversial, merupakan seorang pemikir besar, penulis yang produktif, dan seorang guru besar di beberapa universitas di Eropa. Dalam sebuah kesempatan, ia dimintai penjelasan oleh seorang wartawan yang menginginkan ringkasan singkat dari dogmatika gerejanya yang setebal dua belas volume. Barth bisa saja memberi jawaban intelektual yang mengesankan, tetapi ia tidak melakukannya. Mengutip sebuah himne anak yang populer, ia hanya berkata, "Aku tahu Yesus mengasihiku. Sebab, Alkitab mengatakan demikian." Dan, tidak ada bukti yang lebih besar dari kasih Yesus tersebut selain ketika Yesus Kristus, Sang Putera Allah, menyerahkan nyawa-Nya untuk kita. Yesuslah yang berkata, "Tidak ada kasih yang lebih besar dibandingkan kasih seseorang yang memberikan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya." Namun, kasih-Nya sendiri bertindak lebih jauh dari pernyataan tersebut. Ia menyerahkan nyawa-Nya untuk musuh-musuh-Nya, selain kepada sahabat-sahabat-Nya. Bayangkan penderitaan yang sangat menyakitkan yang harus ditanggung Kristus ketika Ia dipaku di kayu salib. Itu adalah harga yang dibayar- Nya untuk mati bagi dosa-dosa kita. Selain penderitaan fisik-Nya, juga terdapat rasa tertolak pada ucapan-Nya karena Ia ditinggalkan, tidak hanya oleh beberapa teman-Nya yang tersisa, tetapi juga oleh Allah. "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Kasih Allah bagi kita tidak pernah didasarkan pada apa yang kita lakukan, baik maupun buruk. Akan tetapi, kasih-Nya begitu besar, bahkan bagi mereka yang menyebabkan rasa sakit yang menyiksa-Nya, yaitu mereka yang memaku-Nya di kayu salib, menusukkan tombak ke lambung-Nya, mengolok-olok-Nya, dan meludahi wajah-Nya. Di tengah-tengah penyiksaan yang tidak manusiawi tersebut, Ia berdoa, "Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan." Thomas Carlyle, mengacu pada doa ini, berkata, "Kata-kata paling murni yang pernah diucapkan dari bibir manusia." Cinta manusia sering kali bersyarat. Jika kita menjadikan diri sesuai dengan yang orang lain inginkan dan melakukan apa yang mereka inginkan, kita akan dikasihi. Jika tidak, kita akan sering mengalami penolakan. Untunglah, kasih Allah tidak pernah bersyarat. Kasih-Nya tidak pernah didasarkan pada siapa kita, atau pada apa yang kita lakukan, apakah itu hal yang baik ataupun buruk. Ia mengasihi kita hanya karena kita adalah ciptaan-Nya. Jika Tuhan mengasihi kita tanpa syarat, mengapa Ia begitu keras menentang dosa kita? Karena dosa benar-benar merusak kepribadian manusia. Dosa benar-benar menghancurkan apa yang dikasihi Allah dari kita. Namun, Allah tetap mengasihi orang berdosa. Itu sebabnya, Ia memberikan Putra-Nya, Yesus Kristus, untuk mati bagi kita. Dan sekarang, melalui kematian Kristus, Allah dapat menyelamatkan kita dari dosa yang merusak diri kita. Terkadang, kita melihat Allah sebagai pemberi tugas yang sulit, yang berjalan di sekitar kita dengan "tongkat besar" dan menunggu untuk memukul kita di ruas-ruas jari jika kita melanggar perintah-Nya. Bahkan, salah seorang yang saya kenal merasa bahwa jika ia melakukan dosa-dosa tertentu, Allah benar-benar akan membunuhnya. Pandangan yang salah mengenai Allah ini biasanya terbentuk pada masa kanak-kanak. Jika, misalnya, kita memiliki seorang ayah atau ibu yang sangat mudah menghukum, kita cenderung merasa bahwa Allah, Bapa Surgawi, bersifat seperti itu. Akan tetapi, Allah tidak bersifat seperti itu sama sekali. Bahkan, kita dapat benar-benar mengabaikan atau menolak-Nya, dan Ia masih akan tetap mengasihi kita. Kadang-kadang, kita secara keliru melihat dosa hanya sebagai tindakan- tindakan tertentu yang terjadi, yang kemudian ditentang Allah. Akan tetapi, dosa jauh lebih dari itu. Kita cenderung untuk melihat hanya pada tindakan yang tampak di luar, tetapi Allah juga melihat hati. Ia amat peduli pada dosa-dosa dari roh -- harga diri, cemburu, nafsu berahi, keserakahan, iri hati, kebencian, motif palsu, ketidakjujuran emosional, kebencian, dan emosi-emosi super bermuatan negatif lainnya (termasuk hal-hal yang telah kita tekan dan kita mungkiri) -- seperti Ia juga peduli pada pembunuhan, pemerkosaan, dan pencurian. Bahkan, banyak dari dosa eksternal kita merupakan gejala dari dosa-dosa batiniah kita yang tersembunyi, yang sama-sama atau bahkan lebih merusak daripada yang bisa kita lihat. Dalam bukunya yang sangat baik, "The Art of Understanding Yourself" (Seni Memahami Diri Sendiri - Red.), Dr. Cecil Osborne menulis, "Sangatlah naif untuk menganggap dosa sebagai tindakan yang terpisah - - kebohongan, pencurian, amoralitas, ketidakjujuran, dan sebagainya -- dosa merupakan segala sesuatu yang kurang dari kesempurnaan. Hal tersebut adalah tindakan menolak Tuhan -- `kejatuhan rendah` dari kesempurnaan yang Tuhan inginkan bagi kita. Dosa adalah tindakan yang mengganggu, dan bukan hanya karena melakukan tindakan yang jahat. Dosa akan berdampak pada hubungan dan perilaku. Dosa adalah menjadi kurang dari utuh. Dosa memiliki motif campuran. Dosa adalah rasionalisasi yang pintar, di mana kita berusaha untuk melarikan diri dari menghadapi diri sendiri. Hal tersebut dapat terjadi dengan menanggapi seperangkat moralistik `kewajiban` yang kaku, dibandingkan untuk mematuhi Roh Allah yang berdiam di dalam diri kita," sehingga kita merasa sebagai yang paling benar dalam bersikap dan berperilaku saleh. Dosa adalah kondisi batin kita yang rusak, dan menghasilkan tindakan yang salah atau perbuatan dosa dalam diri kita. Natur berdosa kita mencemari segala sesuatu yang kita lakukan. Itu tidak hanya tampak dalam tindakan eksternal, tetapi juga memelintir motif dan merusak emosi kita. Hal tersebut ada di belakang setiap keluarga yang berantakan, setiap kehidupan yang kosong, setiap kesedihan dan duka. Penyakit dosa melemahkan bangsa, menghasilkan masyarakat yang sakit, dan menyebabkan penderitaan fisik, mental, dan spiritual. Hal ini menyebabkan manusia dan bangsa saling melawan, membunuh, dan membinasakan. Dan, seperti yang Alkitab katakan, hasil akhirnya adalah kematian. Tuhan melawan segala sesuatu yang merusak kita. Kita perlu memahami bahwa Allah tidak menentang atau marah dengan pelanggaran kita terhadap perintah-Nya, semata-mata demi kepentingan- Nya, tetapi terutama demi kepentingan kita. Seperti dikatakan oleh Osborne, "Perzinaan (atau dosa lainnya) tidaklah salah karena dilarang dalam Sepuluh Perintah Allah. Perzinaan dilarang dalam Sepuluh Perintah Allah karena itu merusak kepribadian manusia. Allah menentang apa pun yang merusak kita. Kasih-Nya bagi kita begitu besar sehingga Ia tidak dapat melihat kita menghancurkan diri sendiri tanpa membuat- Nya menderita. Salib adalah lambang dari penderitaan Allah, yang terlibat di dalam dosa. Kita menderita dalam keberdosaan kita. Kristus dibuat menderita karena dosa-dosa tersebut. Penderitaan-Nya menjadi tebusan bagi kita (ketika kita mengakui keberdosaan kita kepada Allah) ... dengan penyesalan yang sejati." Karena Kristus sendiri tidak berdosa, hanya Dia yang dapat mati untuk membayar hukuman dosa, dan dengan demikian menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita. Kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri. Tidak peduli seberapa baik (atau buruknya) kita, kita semua menderita penyakit yang menyebabkan kematian dari dosa, dan Yesus Kristus menjadi satu-satunya cara menyembuhkannya. Saya membaca tentang seorang anak yang tenggelam, yang berjuang dengan panik untuk menyelamatkan diri. Di pinggir sungai, ibunya yang putus asa memohon seorang pria untuk menyelamatkan anaknya, tetapi orang itu tidak bergerak. Ketika anak itu mulai melemah dan menyerah dari perjuangannya untuk menyelamatkan diri, pria itu kemudian melompat ke sungai dan menolongnya. "Mengapa Anda tidak cepat menolong anak saya?" tanya sang ibu. "Saya tidak dapat menolongnya selama dia tengah panik berjuang," jawab pria itu. "Dia akan menyeret kami berdua sampai mati. Ketika dia menyerah dari usahanya untuk menyelamatkan diri, saat itu menjadi lebih mudah untuk menyelamatkannya." Kita juga perlu menyerah dari perjuangan untuk menyelamatkan diri dari dosa-dosa kita. Hanya Yesus Kristus, Anak Allah, yang dapat melakukannya. Ketika kita menerima dan mengaku kepada Allah bahwa kita adalah orang berdosa, percaya di dalam hati bahwa Yesus mati di kayu salib untuk membayar hukuman atas semua dosa kita, dan mengundang Yesus masuk ke dalam hati dan hidup kita sebagai Juru Selamat pribadi, meminta Allah untuk mengampuni kita atas semua dosa kita, Allah memberi kita pengampunan-Nya yang membebaskan serta karunia akan hidup kekal. Itu adalah janji yang akan digenapi-Nya. Mengapa tidak berdoa untuk meminta Yesus Kristus melakukan hal tersebut bagi Anda pada hari ini? Doa berikut ini akan membantu Anda untuk melakukannya: "Ya Tuhan, aku mengakui bahwa aku adalah orang berdosa, dan memohon ampun atas semua kesalahan yang telah aku lakukan. Aku percaya bahwa Anak-Mu, Yesus Kristus, mati di kayu salib untuk dosa-dosaku. Tolong, ampunilah dosaku. Aku mengundang-Mu, Yesus, untuk masuk ke dalam hatiku dan hidup sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Aku berjanji dan memercayakan hidupku kepada-Mu. Tolong berikan aku keinginan untuk menjadi dan melakukan apa yang Engkau inginkan. Terima kasih karena telah mati untuk dosa-dosaku, untuk pengampunan-Mu yang membebaskan, untuk anugerah-Mu sehingga aku dapat memiliki hidup kekal, serta untuk mendengar dan menjawab doaku. Amin." (t/ N. Risanti) Sumber asli: Nama situs: Acts International Alamat URL: http://www.actsweb.org/articles/article.php?i=11&d=1&c=7&p=1 Judul asli artikel: Love`s Most Amazing Story Penulis artikel: Richard (Dick) Innes Tanggal akses: 3 Maret 2014 Diambil dari: Nama situs: Paskah Alamat URL: http://paskah.sabda.org/kisah_cinta_paling_mengagumkan Penulis artikel: Richard (Dick) Innes Tanggal akses: 23 Maret 2015 ARTIKEL: DOA GETSEMANI YANG MISTERIUS Ada kisah tentang orang-orang kudus yang hebat yang kesulitan untuk berdoa saat menghadapi kesulitan besar. Hal tersebut dapat mengherankan sebelum kita mencoba untuk masuk ke dalam penderitaan Kristus dan memerhatikan gerakan hati-Nya di hadapan kasih Bapa yang penuh belas kasih. Sebelum kita merenungkan doa dari perkataan Bapa, pergumulan untuk berdoa sering dianggap hanya sebuah tahap yang kita lewati. Namun, di taman Getsemani (lihat Lukas 22:35 dst.), keringat darah Anak Allah mengungkapkan pergumulan ini sebagai momen tertinggi dari kontemplasi Kristen, sebuah standar yang dahsyat di mana kebenaran dari semua doa kita yang lain dapat dilihat. Himne pujian yang terdengar dari Hamba yang menderita di Bukit Zaitun diselimuti oleh misteri. Pendekatan terapeutik terhadap doa seharusnya dilihat bertentangan dengan misteri tersebut. Ledakan psikologis atau fisik dibungkam di hadapan seruan otentik dari hati yang disampaikan oleh Anak Manusia. Kasih-Nya bagi para murid dan pengabdian kepada Bapa-Nya melawan sikap konsumeris apa pun yang menentang Allah. Kesedihan dan kemiskinan rohani-Nya membantu kita untuk merasakan malu yang seharusnya kita miliki atas semua keinginan yang rakus terhadap pertolongan mental atau pengalaman euforia. Melawan kengerian dari kegelapan yang dihadapi Yesus di dalam doa, konsumerisme rohani hanya dapat dilihat sebagai membatasi kebebasan yang diperlukan dalam percakapan kita dengan Tuhan. Firman yang telah menjadi daging itu dibaptiskan setiap saat dalam kehidupan duniawi-Nya melalui doa semacam ini. Setiap detak jantung dan setiap napas begitu dipenuhi dengan semangat untuk Bapa dan orang- orang yang diberikan Bapa kepada-Nya, kasih ilahi meledak-ledak dalam kemanusiaan-Nya yang kudus dengan keheningan yang bergema, tanda-tanda yang menakjubkan, keajaiban yang memilukan, dan kata-kata bijak yang bahkan setelah dua ribu tahun masih membuat dunia berpikir dengan serius sebelum melakukan sesuatu. Setiap ayat dalam Injil mencoba untuk menunjukkan kepada kita keilahian pengosongan diri-Nya, yang secara nyata melemparkan kemanusiaan-Nya yang penuh doa dengan kekuatan kasih yang tak terkalahkan ke atas kayu Salib. Di Getsemani, kita melihat sekilas bagaimana Anak Manusia menarik diri-Nya kepada dorongan misterius kasih Bapa, kasih tak terduga yang tidak nyaman bagi kemanusiaan kita yang terbatas. Akal manusia biasa tidak dapat menembus gairah ilahi yang memaksa-Nya masuk ke dalam kesendirian pegunungan tersembunyi dan taman yang terpencil. Doa berjaga-jaga-Nya di Bukit Zaitun hanya dapat dipahami sebagai puncak dari percakapan yang sedang berlangsung di mana Dia dengan rela membuat kemanusiaan-Nya menjadi sangat rentan. Jika, dalam gerakan hati yang memuncak ini, Kristus mengeluarkan keringat darah, kita yang telah memutuskan untuk mengikuti jejak Guru kita yang telah disalibkan seharusnya tidak terkejut dengan saat-saat penderitaan besar dalam percakapan kita sendiri dengan Allah. Dalam menghadapi misteri ini, kita harus membiarkan Tuhan yang bangkit untuk memberi kita keberanian-Nya. Apa yang terungkap di Bukit Zaitun membantu kita melihat mengapa doa Kristen dapat tumbuh menjadi penyerahan yang indah, gerakan kasih yang memberikan kemuliaan kepada Bapa dan memperluas karya penebusan Sang Penebus di dunia. Apa yang dilihat melalui kontemplasi Kristen dengan Anak Allah dapat melibatkan pergumulan yang sangat sulit, melalui kekuatan yang berasal dari sang Juru Selamat, bahkan saat-saat menakutkan dari doa tersebut dapat teratasi dalam penyerahan yang penuh kepercayaan: "Bukanlah kehendak- Ku ... kehendak-Mulah yang terjadi." (t/Jing Jing) Diterjemahkan dan disunting dari: Nama situs: Beginning to Pray Alamat URL: http://beginningtopray.blogspot.com/2013/03/the-mysterious-prayer-of-gethsemane.html Judul asli artikel: The Mysterious Prayer of Gethsemane Penulis artikel: Anthony Lilles Tanggal akses: 15 Juli 2014 Kontak: doa(at)sabda.org Redaksi: N. Risanti, Wiwin, dan Bayu Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |