Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/104 |
|
e-Doa edisi 104 (9-10-2014)
|
|
_________________________________e-Doa________________________________ (Sekolah Doa Elektronik) BULETIN DOA -- Doa di Dalam Perjanjian Baru Edisi Oktober 2014, Vol. 06 No. 104 Salam kasih, Perjanjian Baru membuka pandangan rohani kita mengenai Kerajaan Allah. Selain melalui pengajaran, ucapan, dan perumpamaan, Tuhan Yesus juga berujar mengenai Kerajaan Allah melalui doa yang diajarkan-Nya. Doa Bapa Kami dan doa-doa Tuhan Yesus pada masa sengsara-Nya merupakan beberapa contoh ajaran Yesus dalam mengutamakan Kerajaan Allah. Nilai -nilai Kerajaan Allah sendiri merupakan segala sesuatu yang mendukung terwujudnya kehadiran dan kehendak Allah di dalam kehidupan kita sebagai umat-Nya. Publikasi e-Doa kali ini akan mengulas salah satu nilai dalam Kerajaan Allah yang diajarkan Tuhan Yesus dalam "Perumpamaan tentang Orang Farisi dan Pemungut Cukai". Dari perumpamaan tersebut, Tuhan Yesus ingin memperlihatkan kepada kita bahwa Allah sungguh berkenan kepada kerendahan hati dan sikap merendahkan diri di hadapan-Nya. Melalui artikel ini, semoga kita dapat merefleksi diri untuk semakin menghayati kehidupan doa dan pelayanan kita dalam menghadirkan Kerajaan Allah. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati! Pemimpin Redaksi e-Doa, N. Risanti < okti(at)in-christ.net > < http://doa.sabda.org > RENUNGAN: SIAPA TINGGI, SIAPA RENDAH? "Kerajaan yang Sungsang", demikian judul buku Donald Kraybill. Buku ini hendak mengatakan betapa tata nilai yang diterapkan Yesus kerap kali berkebalikan dengan tata nilai yang dianggap wajar oleh dunia. Contohnya: orang Farisi yang taat beragama disalahkan, pemungut cukai yang menindas rakyat dibenarkan. Orang Farisi membayar perpuluhan dengan tak bercacat. Mereka tidak merampok, tidak berzina. Bahkan, mereka berpuasa. Namun, Yesus mengkritik mereka karena mereka merasa sudah tidak butuh belas kasihan Allah. Ketepatan mereka dalam melaksanakan hukum memberi rasa puas begitu rupa sehingga belas kasih Allah tak lagi dianggap penting. Mereka merasa sudah beres ketika telah mematuhi semua peraturan dan ketetapan. Ada rasa bangga, komplet, dan puas. Ini yang membedakan orang Farisi dengan si pemungut cukai yang sangat sadar bahwa ia berdosa dan membutuhkan rahmat Tuhan. Orang Farisi bangga dengan kesuciannya, pemungut cukai sadar akan dosanya. Yesus menunjukkan bahwa yang menyadari dosanya akan dibenarkan, sedang yang puas dengan kesalehannya, tidak. Inilah "kerajaan yang sungsang"itu. Sangat baik jika kita melakukan perintah-perintah-Nya. Sangat menyenangkan bagi Tuhan jika kita tidak melanggar peraturan-Nya. Itu memang kehendak Tuhan. Namun, apabila kita telah mencapai hal-hal itu, jangan sampai kita kemudian "merasa saleh" hingga tidak memerlukan belas kasih Allah lagi. Apabila kita jujur, sesungguhnya ketika berjuang untuk hidup seperti Yesus, kita terus bergumul dengan banyak kelemahan dan kesalahan. Maka, kita ini tak pernah dapat hidup tanpa belas kasihan Tuhan. --DKL "Jangan puas dengan kebaikan diri sendiri, sebab yang terbaik dari kita pun tak menyelamatkan." Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: SABDA.org Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2011/01/16/ Penulis: DKL Tanggal akses: 14 Maret 2014 ARTIKEL: DUA DOA YANG SANGAT BERBEDA Hari ini, kita akan mempelajari perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai serta mempelajari mengapa Allah menerima yang satu dan menolak yang lainnya. Perumpamaan ini dapat ditemukan dalam Lukas 18:9-14: Latar Belakang "Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:" (Lukas 18:9) Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada orang-orang yang mengandalkan perbuatan baik mereka untuk membuat diri mereka tampak benar di hadapan Allah. Mereka adalah orang-orang yang melakukan hal -hal baik, dan mengira bahwa karena mereka menerima pujian dari manusia, mereka juga akan menerima pujian dari Allah. Namun, Amsal 14:12 mengatakan kepada kita bahwa "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut." Kesalahan yang mereka buat adalah melihat sesuatu dari sudut pandang manusia, bukan dari perspektif Allah. Yesus telah bertemu orang-orang seperti ini sebelumnya dalam Lukas 16:15 -- "Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah." "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai."(Lukas 18:10) Yesus memulai dengan mengangkat apa yang terbaik dan terburuk dalam masyarakat Yahudi -- orang Farisi dan pemungut cukai. Orang-orang Farisi: - Adalah sebuah sekte Yudaisme. Nama mereka berarti "terpisah". Mereka berusaha untuk hidup terpisah dari orang fasik dengan mengikuti hukum secara ketat. - Percaya pada banyak hal yang sama dengan yang dipercayai orang Kristen -- kebangkitan orang mati, upah dan hukuman di masa depan, malaikat dan iblis, pemeliharaan Tuhan dan kitab-kitab di Perjanjian Lama. - Menekankan pada perbuatan baik seperti memberi makan orang miskin, mengunjungi orang sakit, dan merawat anak yatim. - Disukai dan dihormati oleh rakyat. Para ibu akan berdoa agar anak -anak mereka kelak akan menjadi orang-orang Farisi. Pemungut Cukai: - Bekerja untuk Roma. Pemerintah Romawi tidak memungut pajak mereka sendiri. Mereka membagi kekaisaran menjadi beberapa kabupaten, kemudian menjual hak untuk mengumpulkan pajak di setiap kabupaten. - Sering kali, pemungut cukai adalah orang Yahudi, dan dianggap pengkhianat karena mereka bekerja untuk Roma. - Mendapat penghasilan dengan menagih lebih banyak dari yang seharusnya. Sebagai contoh, jika pemerintah Romawi mengatakan seseorang berutang 0, seorang pemungut cukai akan menagih 0 dan mengantongi setengahnya. - Digambarkan memiliki kehidupan yang berdasarkan pada "penjarahan yang tak terkendali, keserakahan, dan bisnis yang tidak tahu malu". Nah, kita akan mengira bahwa orang Farisi akan dianggap benar di hadapan Allah, dan Pemungut cukai akan dikutuk. Namun, bukan demikian yang dikisahkan dalam perumpamaan tersebut. Doa-Doa "Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku."(Lukas 18:11-12) Perhatikan dua hal dalam doa orang Farisi itu: 1) Orang Farisi itu tidak menyebutkan dosanya. Manusia cenderung memiliki kemampuan untuk melihat dosa pada orang lain, tetapi tidak melihat dosa di dalam diri mereka sendiri. 2) Orang Farisi itu mengajukan tindakan-tindakan agamawinya sebagai alasan dia merasa benar di hadapan Allah. Sekarang, mari kita lihat doa pemungut cukai. "Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini."(Lukas 18:13) Satu Yohanes 1:9 berkata, "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."Itulah yang dilakukan pemungut cukai itu. Dia tahu dosanya besar, dan ia tidak punya cara untuk membayar dosanya sehingga ia hanya memohon belas kasihan Tuhan. Kepada Siapakah Kita Membandingkan Diri? "Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."(Lukas 18:14) Satu Yohanes 1:8 mengingatkan kita bahwa "jika kita mengatakan bahwa kita tidak berdosa, kita menipu diri kita sendiri, dan kebenaran tidak ada di dalam kita."Itulah orang Farisi. Dia menipu dirinya sendiri dengan mengira bahwa dia tidak berdosa. Alih-alih membandingkan dirinya dengan kesempurnaan Allah, ia membandingkan dirinya dengan ketidaksempurnaan manusia. Berikut adalah cara lain untuk melihat hal itu: Katakanlah saya menawarkan segelas air. Anda melihat gelas dan melihat bahwa gelas itu terlihat kotor. Anda berkata, "Kau tahu, gelas ini kotor." Saya menjawab, "Oh, gelasnya terkontaminasi bakteri mematikan, tetapi jangan khawatir, itu diisi dengan air segar." Apakah Anda mau meminumnya? Tentu saja tidak, karena tidak peduli seberapa bersih airnya, gelasnya telah mengontaminasi segala sesuatu di dalamnya. Bayangkan gelas itu seperti hati kita, dan perbuatan kita seperti air yang mengisi gelas tersebut. Beberapa orang menjalani kehidupan yang sangat buruk seperti si pemungut cukai, mereka mengisi gelas mereka dengan air kotor. Orang lain, seperti si orang Farisi, menjalani kehidupan dengan indah. Mereka mengisi gelas mereka dengan air segar. Mereka bangga karena gelas mereka diisi dengan air segar sedangkan gelas pemungut cukai diisi dengan air kotor. Akan tetapi, tidak peduli apakah gelas Anda diisi dengan air kotor atau air segar, gelas Anda tetap kotor. Perbuatan baik yang Anda tawarkan kepada Tuhan untuk memperoleh keselamatan sudah terkontaminasi oleh dosa, dan Dia tidak mau menerimanya. Namun, Tuhan akan memberikan sebuah gelas baru untuk setiap orang yang meminta. "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat."(Yehezkiel 36:26) Hati Kristus murni, pekerjaan-Nya adalah murni, dan pengorbanan-Nya di kayu salib adalah murni. Roma 5:9 memberi tahu kita bahwa mereka yang berseru kepada Kristus untuk menyelamatkan mereka "dibenarkan oleh darah-Nya"dan "diselamatkan dari murka-Nya". Karena itu, perbuatan baik kita tidak berlaku untuk memperoleh keselamatan. Sebaliknya, perbuatan baik itu kita lakukan sebagai penghargaan atas keselamatan yang telah kita peroleh. Allah tidak memanggil orang-orang baik untuk membuat mereka menjadi lebih baik, Dia juga tidak meninggalkan orang-orang jahat tanpa harapan. Allah, melalui Yesus Kristus, memanggil orang-orang berdosa dan membuat mereka menjadi ciptaan yang baru, diampuni, mampu berdiri tanpa cela, dan disebut anak-anak Allah. (t/Jing Jing) Diterjemahkan dari: Nama situs: Bible Study Planet Alamat URL: http://biblestudyplanet.com/two-very-different-prayers/ Judul asli artikel: Two Very Different Prayers Penulis artikel: Tidak dicantumkan STOP PRESS: BERGABUNGLAH DI KELAS ONLINE NATAL NOVEMBER/DESEMBER 2014! Natal adalah hari kelahiran Yesus Kristus, Anak Allah, di sebuah palungan, di kota Betlehem. Berkaitan dengan momentum itu, Pendidikan Elektronik Studi Teologia Awam (PESTA) < http://pesta.org/ > yang diselenggarakan oleh Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org/ > kembali membuka pendaftaran untuk mengikuti kelas online Natal November/Desember 2014. Dalam kelas diskusi ini, peserta akan diajak untuk saling berdiskusi tentang topik-topik penting seputar Natal. Apabila Bapak/Ibu memiliki kerinduan dalam mengikuti kelas diskusi ini, silakan mendaftarkan diri ke < kusuma(at)in-christ.net >. Diskusi Natal akan dimulai pada tgl. 3 November -- 10 Desember 2014. Mari menyambut Natal bersama kelas Natal PESTA! Kontak: doa(at)sabda.org Redaksi: N. Risanti dan Amidya Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |