Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/101 |
|
e-Doa edisi 101 (10-7-2014)
|
|
_________________________________e-Doa________________________________ (Sekolah Doa Elektronik) BULETIN DOA -- Doa Paulus Edisi Juli 2014, Vol. 06 No. 101 Salam kasih, Sahabat Doa, dalam edisi kali ini kita akan bersama-sama menyimak dan mempelajari doa-doa Paulus. Seperti yang telah kita ketahui, Paulus banyak menulis surat yang kemudian menjadi beberapa kitab di dalam Perjanjian Baru. Di dalam surat-suratnya, terdapat banyak doa yang ia panjatkan bagi gereja dan pembacanya. Seberapa jauh doa dan perhatian Paulus bagi pertumbuhan iman gereja dan kebutuhan mereka? Hal apa yang dapat kita pelajari dan teladani dari doa-doa Paulus? Untuk mengetahuinya, mari kita simak artikel berikut ini. Pemimpin Redaksi e-Doa, N. Risanti < okti(at)in-christ.net > < http://doa.sabda.org > ARTIKEL: DOA-DOA PAULUS Diringkas oleh: N. Risanti Di satu sisi, doa adalah hal yang paling sederhana di dunia. Manusia telah berbicara kepada Allah sejak dahulu, tanpa petunjuk dan metode. Kita meminta kepada-Nya untuk menurunkan hujan, menyembuhkan orang sakit, memberi kita pekerjaan, membuktikan bahwa Ia ada, dan menjelaskan diri-Nya sendiri. Kita melakukan ini secara alami, tanpa keahlian, karena kita merasa menyukainya. Tidak ada yang rumit tentang doa seperti itu. Namun, Alkitab berbicara tentang doa dengan cara yang jauh dari sederhana. Doa Bapa Kami, yang memberi contoh tentang keringkasan, telah menghasilkan cukup banyak komentar yang mengisi perpustakaan- perpustakaan, dan untuk alasan yang baik. Yesus dan para penulis Alkitab lainnya melihat doa sebagai lebih dari sekadar berbicara dengan Allah; doa adalah ekspresi, sebuah refleksi dari hati kita. Dalam Alkitab, nasihat untuk berdoa adalah benar-benar nasihat untuk menerima kebenaran: tentang Allah, sesama kita, dunia kita, diri kita sendiri. Apakah kita tahu masalah kita yang sebenarnya? Apakah kita tahu siapa yang bisa memperbaikinya? Apakah kita tahu apa yang benar- benar berharga dan layak dimiliki? Jika kita mengetahuinya, doa-doa kita akan mencerminkan hal ini. Doa-doa Rasul Paulus adalah contoh yang indah dari kedewasaan Kristen yang diekspresikan melalui doa. Doa Paulus menyentuh, mendalam, fasih, dan penuh kasih; di samping itu, doa-doa itu adalah panduan bagi kita dalam perjalanan iman kita sendiri. Hati Paulus menetap pada hal-hal penting, hal-hal yang benar dan penting dan yang sangat diperlukan. Doa-doa Paulus, karenanya, menjadi cermin yang dapat membuat kita memeriksa diri sendiri, yang menanyakan apakah perhatian kita sedekat dengan perhatian Paulus. Saya ingin melukis dengan kuas yang luas, mengingatkan kita pada kebenaran besar yang terkandung dalam doa-doa Paulus. Mata Hati Anda Kita yang mengikuti Yesus menyebut diri kita "orang percaya"; salah satu hal yang mencolok tentang doa Paulus adalah keinginan yang sungguh-sungguh bahwa orang percaya akan percaya, dengan mendalam dan sungguh-sungguh. "Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus .... Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan." (Roma 15:5-6, 13) Paulus meminta Allah yang memberikan ketekunan, kekuatan, dan harapan untuk memberikan karunia besar kepada umat-Nya. Beberapa ide penting yang terdapat dalam doa-doa Paulus: 1. Ada sukacita yang harus diketahui sebagai orang Kristen, yaitu sukacita "dalam memercayai". Kita bersukacita karena kita percaya janji-janji Allah, terlepas dari kesulitan yang mungkin kita alami hari ini. Sukacita kita bukanlah sukacita yang muncul dari keadaan yang mudah; sukacita kita adalah sukacita yang muncul dari harapan yang tak tergoyahkan. Ini adalah kebalikan dari keputusasaan. 2. Perhatian mendasar Paulus dalam Roma 14 dan 15 adalah bahwa orang- orang Kristen saling menerima satu sama lain, sekalipun ada perbedaan- perbedaan di antara mereka. Akan tetapi, ajarannya tidak hanya tentang etika, ia tidak hanya berkata, "Jadilah baik satu sama lain." Sebagaimana Paulus melihatnya, persatuan umat Kristen muncul dari keyakinan yang mendalam dan penuh makna yang ditanam di setiap hati individu. Agar kita menjadi satu dalam pemikiran, kita masing-masing harus terlebih dahulu mengubah pikiran kita dengan cara yang sama, dengan cara yang benar. Ketika kita masing-masing mau menerima Injil, menempatkan sepenuhnya harapan kita pada janji-janji Allah, kita akan melihat satu sama lain dengan cara yang berbeda. Anda dan saya berada di perjalanan yang sama, dengan tujuan mulia yang sama. Apa pun bisa memisahkan kita, tetapi jika kita benar-benar telah menginvestasikan hidup kita di dalam Injil, kita akan melakukan ini bersama-sama. Ketika kita ingin mengenal kebenaran, kita mau mengenal satu sama lain sebagai rekan dalam keyakinan. 3. Oleh karena itu, Paulus berdoa agar Allah mau memperdalam iman kita, agar kita dapat bersukacita dalam kebenaran bersama-sama. Dengan jelas dan tegas, Paulus meletakkan tanggung jawab untuk menghasilkan sukacita di kaki Allah sendiri. Dia berdoa, "supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan." Allah sendiri membersihkan pikiran kita untuk percaya pada kerajaan kebenaran-Nya yang akan datang: Dia menguatkan kita untuk bertahan dalam keyakinan kita; Dia menghibur dan mendorong melalui keyakinan kita. Keyakinan, dorongan, ketekunan, harapan, itu merupakan kebutuhan besar kita dalam hidup ini, dan Paulus tahu bahwa hanya Allah yang dapat memberi hal- hal itu. Saya tidak bisa memberi tahu Anda betapa menguatkannya hal ini untuk saya. Keputusasaan adalah musuh yang saya pergumulkan berkali-kali. Doa Paulus memberi tahu saya bahwa pertempuran itu tidak akan saya menangkan sendiri. Di tengah-tengah perjuangan saya, Allahlah yang akan menguatkan dan mendorong saya. Harapan yang menyenangkan itu kemudian menjadi ikatan yang menggabungkan saya dengan orang lain, dengan harapan yang sama. Banyak orang Kristen yang saat ini terobsesi dengan mukjizat kesembuhan, kekayaan ajaib, tawa ajaib, mantra pingsan ajaib. Nah, inilah keajaiban yang sesungguhnya: orang yang buta dan egois seperti kita bisa percaya kebenaran dan mengasihi satu sama lain karena kebenaran itu. Salah satu doa Paulus yang terbesar ditemukan dalam Efesus: "aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya ...." (Efesus 1:16-19) Dari semua frasa yang pernah ditulis Paulus, satu kalimat ini berkesan bagi saya: "supaya Ia menjadikan mata hatimu terang." Itulah yang saya inginkan: mata hati saya diterangi. Tidaklah cukup mendengarkan Injil dan berkata, "Baik, saya menerimanya." Saya ingin melihatnya karena harapan bahwa itu benar. Saya ingin memahami bahwa warisan saya sungguh kaya tak terkira. Saya ingin tahu dalam hati saya betapa besar tangan yang kuat itu turun untuk menyelamatkan saya. Saya ingin melihat berlalunya kesulitan hari ini menuju sukacita kebenaran kehidupan yang kekal. Inilah yang saya inginkan, inilah yang kadang- kadang saya takut saya tidak bisa melakukannya, inilah yang Allah sanggup dan Dia akan melakukannya untuk saya. Paulus tahu Allah akan melakukan ini untuk orang percaya, itu sebabnya dia berdoa untuk itu. Kemudian, dalam Efesus ada doa lain yang tidak kalah menariknya: "Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah." (Efesus 3:16-19) Kehidupan pada zaman ini bisa jadi sulit, menyakitkan, dan melelahkan. Sangat mudah bagi kita untuk melupakan fakta inti mengenai keberadaan kita: bahwa Allah di dalam Kristus menyelamatkan kita dengan kasih yang begitu dalam sehingga kita tidak dapat menemukan batasannya. Kadang-kadang, kita mungkin merasa kering karena kurangnya pengetahuan tentang kasih Allah; Paulus berdoa agar kita ditarik masuk ke kedalaman dan berkelimpahan di dalamnya. Bukan hanya supaya kita "merasa" dikasihi; perasaan seperti itu datang dan pergi. Paulus ingin kita tahu seberapa dalam Allah mengasihi kita sehingga kita dapat berdiri teguh dalam menghadapi keputusasaan hari ini. Dalam Injil, kita melihat kisah tentang harapan yang mendalam dan kasih yang sangat besar. Memercayai kisah itu seharusnya menangkap imajinasi kita dan menggetarkan hati kita. Namun, Injil memperjuangkan pertempuran pikiran kita terhadap gangguan dari dunia ini dan tumpulnya pendengaran kita. Paulus berdoa agar kuasa Allah menghancurkan melewati semua hambatan, membawa terang ke dalam kegelapan kita dan harapan di tengah keputusasaan kita. Mulianya Panggilan Anda Sebuah keyakinan yang mendalam dan benar dalam Injil membangun ketekunan dan sukacita dalam hidup kita, dan bukan hanya sampai di situ. Menerima Injil mengarah ke kebijaksanaan. Kita semua, termasuk orang-orang percaya, adalah orang berdosa, dan kita menunjukkan fakta ini dengan keteraturan yang menyedihkan. Namun, kepercayaan Kristen yang benar, menanamkan kebijaksanaan yang memiliki efek mendalam pada arah moral kehidupan kita. Injil, bagaimana pun juga, adalah semua hal tentang dosa dan kebenaran: dosa saya; kebenaran Allah; janji Allah untuk mengampuni dosa saya dan menjadikan saya benar. Mempercayai Injil membantu kita untuk meluruskan pandangan kita sehingga kita bisa membedakan yang baik dari yang buruk, moral yang baik dari moral yang buruk. Paulus sering berdoa agar pembacanya tumbuh menuju kebijaksanaan tersebut. "Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah." (Filipi 1:9-11) "Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada- Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang." (Kolose 1:9-12) "Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu, sehingga nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus." (2 Tesalonika 1:11-12) Paulus tidak berkhayal bahwa kita masing-masing akan hidup sempurna secara moral. Dia percaya bahwa Allah sanggup dan akan memberikan hikmat kepada umat-Nya; kita dapat memahami nilai dari belas kasihan dan kebaikan; kita dapat bersabar satu sama lain dalam kegagalan kita; kita dapat menginginkan kebenaran dan mengejar itu sebagai kebaikan yang besar; kita dapat belajar bersyukur atas janji yang menyatakan bahwa suatu hari, Allah akan menghapus segala dosa dari kehidupan kita. Allah sedang memberikan kebijaksanaan tersebut kepada umat-Nya, itulah sebabnya Paulus meminta kepada-Nya dengan begitu sering untuk melakukannya. Meskipun ada yang mempertanyakan apakah Paulus yang menulis kitab Ibrani, doa penutupnya mungkin ditulis oleh Paulus: "Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita, kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin." (Ibrani 13:20-21) Allah memiliki cara yang Dia kehendaki supaya dapat kita lakukan, cara yang menyenangkan hati-Nya. Sayangnya bagi kita, itu adalah cara yang tidak pernah bisa kita temukan pada kita sendiri. Kasih karunia Allah begitu besar sehingga akan menjangkau dan menenun hidup kita, semua hal baik yang Tuhan ingin temukan di sana. Kebijaksanaan, kedewasaan, kasih akan kebaikan; kita sangat membutuhkan hal-hal tersebut. Kita bisa bergabung dengan Paulus untuk meminta hal-hal itu dengan yakin karena Allah sanggup dan akan memberikan hal-hal itu. Kesimpulan Berdoa adalah salah satu dari bagian yang tidak bisa ditawar dalam budaya Kristen modern. Namun, saya hanya mendengar sedikit doa yang terdengar seperti Paulus. Terlalu sering, kita tampaknya memiliki hati yang menetap pada hal-hal lain. Kita menginginkan kesehatan dan kekayaan dan kesuksesan dan mukjizat dan pertumbuhan gereja dan doa untuk sekolah dan presiden yang konservatif dan pekerjaan dan kehidupan yang baik bagi anak-anak kita dan ... dan .... Tidak ada yang salah dengan hal-hal ini, tetapi itu semua dapat sangat mengalihkan kita dari masalah utamanya. Kita harus bertumbuh dalam iman, dikuatkan untuk bertahan, menemukan harapan dan kegembiraan di dalam percaya, lapar dan haus akan kebenaran, hidup sebagaimana Injil adalah sungguh-sungguh benar. Jika tidak, kita akan merana dan terkulai dan jatuh di pinggir jalan. Keyakinan, dorongan, ketekunan, harapan, kebijaksanaan adalah kekristenan itu sendiri. Jika kita tidak menemukan kekuatan dan dorongan yang berasal dari Allah itu, kita tidak mendapatkan apa-apa; kita tersesat. Allah adalah sumber dari semua kekuatan, dorongan, dan semua sukacita. Di tengah kehidupan yang penuh dengan serangan dari semua sisi, hal apa yang lebih penting yang bisa kita lakukan selain berseru kepada Tuhan dan meminta kekuatan untuk percaya? Hal yang lebih penuh kasih apakah yang bisa kita lakukan terhadap satu sama lain, selain meminta Tuhan untuk membuka mata kita semua, menguatkan segenap hati kita? Paulus benar; dia tahu benar apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh gereja. Semoga, Allah mengampuni kita, dan mari kita melihat; kiranya doa-doa kita menunjukkan bahwa kita tahu kebutuhan kita yang sebenarnya dan tahu bahwa Dialah satu-satunya yang bisa memenuhi kebutuhan itu. (t/Jing Jing) Diterjemahkan dari: Nama situs: Gutenberg Alamat URL: http://msc.gutenberg.edu/2001/02/the-prayers-of-paul/ Judul asli artikel: The Prayers of Paul Penulis artikel: Ron Julian Tanggal akses: 8 Oktober 2013 Kontak: doa(at)sabda.org Redaksi: N. Risanti dan Amidya Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |