Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/1

e-Doa edisi 1 (3-3-2009)

Apakah Doa Itu

_____________e-Doa -- Buletin Bulanan DOA________________________
                    (Sekolah Doa Elektronik)
                 Edisi Maret 2009, Vol.01 No.1
______________________________________________________________________
DAFTAR ISI

EDITORIAL
RENUNGAN DOA: Doa: Antara Teori dan Praktik
ARTIKEL DOA: Doa
TOKOH DOA: Yesus: Getsemani
DARI REDAKSI: Dukungan Doa
STOP PRESS: Baru! Kumpulan Bahan Paskah di Situs "paskah.sabda.org"

______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Pertama-tama saya mengucapkan selamat bergabung bersama milis
  publikasi e-DOA. Milis ini sengaja kami terbitkan dengan tujuan
  untuk memperlengkapi Anda, para pendoa, untuk memiliki pemahaman dan
  kehidupan doa yang benar dan "berkualitas". Topik bahasan kita yang
  pertama mengangkat tema "Apakah Doa Itu".

  Dalam edisi perdana ini, kita akan belajar salah satu cara yang
  dapat digunakan dan membantu kita dalam berdoa. Mengapa kami
  mengangkat topik ini? Karena sering kali orang Kristen tidak tahu
  bagaimana seharusnya ia berdoa, sehingga doa hanya dipandang sebagai
  rutinitas dan yang lebih parah lagi, lama-lama kehidupan doa mereka
  menjadi tidak bergairah lagi. Oleh sebab itu artikel yang kami
  sajikan kiranya dapat membantu Anda dalam berdoa. Selain itu kita
  juga akan melihat dan belajar dari kehidupan doa yang diajarkan oleh
  Tuhan Yesus.

  Kiranya seluruh sajian perdana menjadi berkat bagi Anda dan
  melahirkan kerinduan di hati kita untuk memiliki kehidupan doa yang
  berkenan di hadapan Allah. Selamat menyimak, Tuhan memberkati.

  Pimpinan Redaksi e-Doa,
  Novita Yuniarti
  http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa/

______________________________________________________________________
RENUNGAN DOA

                   DOA: ANTARA TEORI DAN PRAKTIK

  Doa sering diumpamakan sebagai bernafas secara rohani. Jika kita
  benar-benar menerima gambaran itu, tentu kita akan menghargai betapa
  besarnya anugerah yang telah Allah berikan kepada umat-Nya, dan
  betapa besar risiko yang kita datangkan apabila kita mengabaikan doa
  dalam kehidupan kita. Sungguhkah seperti itu pertimbangan dan
  perlakuan kita terhadap doa? Agaknya teori dan praktik tidak selalu
  sejalan. Mengapa bisa begitu? Mungkin karena pemahaman teorinya pun
  hanya sambil lalu, tidak dalam, sehingga tidak sungguh dihayati!

  Bagaimana kaitannya sampai doa menjadi demikan hakiki dan vital? Doa
  terkait dengan fakta bahwa Allah yang adalah kasih adanya itu
  menciptakan manusia sebagai makhluk yang berpotensi menyambut dan
  merespons Allah dalam kasih juga. Manusia disebut Allah sebagai
  gambar dan rupa-Nya. Sedangkan Allah, ketika menciptakan manusia
  sebagai gambar dan rupa-Nya itu menyebut diri-Nya: "kita". Banyak
  sekali isi Alkitab yang menegaskan bahwa Allah yang Esa itu adalah
  Allah yang berhakikat relasi. Allah kasih adanya! Ini yang dalam
  teologi Kristen diterjemahkan sebagai doktrin Tritunggal. Di dalam
  hakikat kekal-Nya, Allah adalah Bapa, Putra, dan Roh yang
  berkasih-kasihan. Jadi, sebagai gambar dan rupa Allah, manusia pun
  memiliki kekhususan, yaitu merupakan makhluk relasi. Dalam relasi
  dirinya, relasi sosialnya, relasinya dengan alam, manusia sebenarnya
  sedang mengungkapkan hakikat terdalamnya sebagai makhluk relasi yang
  berawal dari relasinya dengan Allah. Fakta Allah dan fakta manusia
  inilah yang menyebabkan doa merupakan suatu hal yang sangat hakiki
  dan vital dalam keberadaan manusia. Dalam pemahaman ini bahkan doa
  lebih hakiki dan vital daripada diartikan sebagai nafas rohani. Doa
  adalah ungkapan rohani dari relasi kita dengan Allah. Doa adalah
  komunikasi atau dialog manusia dengan Allah. Ketidaklancaran
  kehidupan doa adalah gejala ketidakberesan relasi kita dengan Allah.

  Jika demikian hakiki dan vital, mengapa pada kenyataannya kita tidak
  spontan menghasrati doa? Mengapa kehidupan doa kita (komunikasi kita
  dengan Tuhan) tidak intim pada segala waktu? Karena menurut Alkitab,
  relasi kita tidak harmonis. Kejatuhan manusia ke dalam dosa pada
  intinya adalah untuk tidak berhubungan dengan Allah. Tidak heran
  apabila kita tidak menghasrati doa sebab pada intinya kita tidak
  memiliki hasrat yang murni akan Allah. Syukurlah bahwa Allah tetap
  berhasrat untuk bersekutu dengan ciptaan-Nya ini. Itu sebabnya Ia
  mendirikan perjanjian dengan Abraham yang pada puncaknya
  menghasilkan pendamaian antara diri-Nya dengan umat-Nya di dalam
  Yesus Kristus. Dengan pendamaian yang Yesus Kristus lakukan,
  pulihlah relasi kita dengan Allah, terbit pula hasrat kita dengan
  Allah -- kesadaran dan kerinduan untuk berdoa yang melaluinya kita
  menumbuhkan relasi kita dengan Allah.

  Dengan demikian, berdoa adalah sesuatu yang jauh lebih dalam dan
  lebih luas daripada sekadar cara untuk meminta berbagai berkat bagi
  hidup atau mengalami kuasa Allah atas kebutuhan hidup. Inti doa
  adalah relasi, komunikasi dengan Allah, ada tempat bagi Allah
  mengomunikasikan diri-Nya juga pada kita, barulah doa itu menjadi
  bagian dari relasi yang riil. Inilah alasan mengapa Tuhan Yesus
  mengaitkan keadaan dipenuhi oleh firman sebagai syarat bagi doa yang
  berkenan kepada Allah. Dan hanya dengan demikian semua berkat dari
  relasi kita dengan Allah, yaitu berbagai akibat yang timbul dari
  pengenalan kita yang mendalam akan Allah, atau akibat dari semakin
  leluasanya Allah hadir dalam kehidupan kita, dapat kita alami. Dan
  segala berkat itu kita terima bukan karena kita memiliki iman yang
  hebat atau gigih dalam mengklaim Allah, melainkan karena iman,
  pengharapan, dan kasih kita dalam doa menyatu dengan kasih, hikmat,
  kuasa, dan rencana-Nya bagi kita.

  Pengertian doa seperti inilah yang kita jumpai dalam berbagai kisah
  nyata kehidupan doa para tokoh Alkitab. Pada orang seperti Abraham,
  Musa, Samuel, Daud, Hizkia, Yeremia, Daniel, Yesus, dan Paulus, doa
  bukan soal cara, aturan, atau pun formula, tetapi komunikasi yang
  sangat menentukan vitalitas kehidupan dan karya mereka. Itu sebabnya
  bukan kebiasaan berdoa lima kali atau tujuh kali dalam sehari yang
  memberdayakan doa mereka, tetapi keintiman hubungan dengan Allah
  yang membuat mereka memiliki daya doa yang memenuhi seluruh
  kehidupan dan karya mereka sepanjang hidup. Tidak heran apabila doa
  bukan sesuatu yang menjadi beban bagi mereka, melainkan merupakan
  suatu kesukaan. Juga apabila mereka begitu dalam merasakan kebutuhan
  untuk berdoa dan untuk didoakan.

  Alkitab dan doa, atau doa yang interaktif dengan firman Allah,
  adalah doa yang benar dari realita relasi yang intens antara Allah
  dan manusia secara timbal balik. Bagaimanakah doa Anda? Nafas Anda
  sajakah yang mendengus di dalamnya, atau terdengar juga nafas bicara
  Allah di dalamnya? Dalam hubungan yang intimkah Anda dengan Allah?
  Bagaiman kualitas relasi Anda dengan Allah terdengar dalam irama,
  sikap, isi, dan lingkup doa Anda sehari-hari? Bagaimana perhatian,
  arah hati, gerak misi Allah tercermin dalam doa-doa Anda? Doa kita
  hendaknya mencirikan bahwa seluruh hidup kita adalah dari, oleh, dan
  untuk Allah saja!

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama buletin: Partner, Tahun XXII, Edisi 4, Tahun 2008
  Penulis: Paul Hidayat
  Penerbit: Yayasan Persekutuan Pembaca Alkitab, Jakarta 2008
  Halaman: 1 -- 2 dan 12

______________________________________________________________________
ARTIKEL DOA

  Cataan: Artikel yang kami sajikan berikut merupakan satu dari sekian
  banyak cara yang dapat digunakan untuk berdoa. Harapan kami, apa
  yang kami sajikan dapat membantu Anda semua. Tuhan memberkati.

                            ___________

                                DOA

  Kita dapat berbicara kepada Allah. Allah berbicara secara verbal
  kepada kita melalui firman-Nya dan non verbal melalui
  pemeliharaan-Nya yang nyata. Kita bersekutu dengan Dia melalui doa.
  Charles Hodge menyatakan bahwa "doa merupakan persekutuan jiwa
  dengan Allah". Di dalam dan melalui doa, kita mengekspresikan
  penghormatan kita dan pemujaan kita kepada Allah; kita menelanjangi
  jiwa kita dalam pengakuan yang tulus di hadapan Dia; kita
  mencurahkan pengucapan terima kasih dengan hati yang bersyukur; dan
  kita mengajukan permohonan-permohonan kita kepada-Nya.

  Di dalam doa kita mengalami Allah sebagai pribadi dan berkuasa. Dia
  dapat mendengarkan kita dan bertindak sebagai respons kepada kita.
  Firman Tuhan mengajarkan kedaulatan ketetapan Allah dan kegunaan
  doa. Keduanya bukan merupakan dua hal yang tidak konsisten satu
  dengan yang lain, sebab Allah menetapkan alat-alat demikian juga
  tujuan akhir bagi rencana-rencana-Nya. Doa merupakan alat Allah yang
  digunakan untuk menjadikan kedaulatan-Nya terjadi.

  Doa harus ditujukan kepada Allah saja. Pertama, kita harus datang
  pada Allah dengan ketulusan. Kata-kata yang kosong dan tidak tulus
  merupakan olokan kepada Dia. Doa yang semacam itu sangat tidak
  sesuai dengan praktik agama yang saleh, tetapi merupakan serangan
  melawan Allah. Kedua, kita mendekati Allah dengan penuh hormat. Di
  dalam doa kita harus selalu ingat kepada siapa kita sedang
  berbicara. Menyebut Allah dengan cara yang kasual seperti berbicara
  kepada teman-teman di dunia adalah memperlakukan Dia dengan biasa
  saja. Sebagaimana halnya orang yang menghadap seorang raja dengan
  menghampiri dia dengan sikap tubuh yang penuh hormat dan penaklukkan
  diri, demikian pula kita datang kehadapan Allah dengan kesadaran dan
  pengakuan penuh akan kemahamuliaan-Nya. Ketiga, kita menghadap Allah
  dengan kerendahan hati. Bukan saja kita harus ingat siapa Dia,
  tetapi kita juga harus ingat siapa dan apa kita. Kita adalah
  anak-anak yang diadopsi oleh Dia. Kita adalah makhluk yang berdosa.
  Dia mengundang kita untuk datang dengan berani kepada Dia, tetapi
  tidak dengan kesombongan.

  Allah memberikan petunjuk kepada kita untuk tulus dan tekun di dalam
  permohonan-permohonan kita. Pada saat yang sama, kita datang dengan
  ketaatan dan penaklukkan yang tulus. Pada waktu kita mengatakan
  "kehendak-Mu yang jadi", hal ini bukan merupakan indikasi kita tidak
  beriman. Iman yang kita bawa dalam doa kita harus mencakup
  kepercayaan bahwa Allah dapat mendengar doa-doa kita dan bahwa Dia
  berkenan untuk menjawab doa-doa kita. Dan pada waktu jawaban Allah
  adalah tidak pada permohonan kita, maka iman itu mencakup percaya
  pada hikmat Allah. Kita harus percaya pada hikmat Allah dan
  kemurahan-Nya pada waktu kita menyatakan petisi-petisi kepada Allah.
  Kita berdoa di dalam Nama Yesus oleh karena kita mengakui
  jabatan-Nya sebagai Pengantara. Sebagai Imam Besar kita, Kristus
  merupakan Pengantara kita, sebagaimana dengan Roh Kudus adalah
  Penolong kita di dalam doa.

  Alat yang menolong untuk belajar berdoa adalah singkatan A-C-T S.
  Setiap huruf dalam singkatan itu mengindikasikan unsur vital dari
  doa.
  A = Adoration (Pemujaan)
  C = Confession (Pengakuan)
  T = Thanksgiving (Pengucapan Syukur)
  S = Supplication (Permohonan)

  Dengan mengikuti singkatan yang sederhana ini, kita dipastikan telah
  mencakup semua unsur yang seharusnya ada dalam doa.

  Diambil dari:
  Judul buku: Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen
  Judul buku asli: Essential Truth of the Christian Faith
  Judul artikel: Doa
  Penulis: R. C. Sproul
  Penerjemah: DR. Rahmiati Tanudjaja
  Penerbit: Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 1997
  Halaman: 331 -- 332

______________________________________________________________________
TOKOH DOA

                          YESUS: GETSEMANI

  Yesus Kristus adalah contoh sempurna seorang pemimpin yang rendah
  hati, yang oleh karenanya Ia sangat ditinggikan oleh Allah. Yesus
  mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan
  menjadi sama dengan manusia ... Ia telah merendahkan diri-Nya dan
  taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Filipi 2:7-8).
  Semasa di bumi, Yesus akrab dengan orang-orang dari kalangan bawah.
  Para murid-Nya pun kebanyakan kaum proletar. Yesus tidak merasa
  jijik berkomunikasi dengan pemungut cukai dan pelacur. Ia pun tidak
  segan untuk membasuh kaki para murid-Nya sendiri (Yohanes 13:5).
  Yesus adalah pemimpin yang rela berkorban bukan supaya disanjung
  sebagai pahlawan, melainkan karena kasih-Nya pada kita. Dengan
  demikian Ia menyatakan diri-Nya sebagai Sahabat sejati, katanya:
  "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang
  memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (Yohanes 15:13).

  Yesus adalah pemimpin yang hatinya penuh belas kasihan dan
  tindakannya menunjukkan konsistensi sikap hati-Nya itu. Banyak kali
  Injil mencatat bahwa demi melihat orang banyak yang menderita maka
  tergeraklah Yesus oleh belas kasihan (Matius 9:36, 14:14, 15:32, 20:34; Markus 1:41; Lukas 7:13). Yesus adalah tipe pemimpin yang
  reachable (terjangkau) dan tonchable (terjamah). Banyak pemimpin
  yang selalu menjaga jarak terhadap anak buahnya. Bahkan tidak
  sedikit pendeta yang sulit ditemui, apalagi diajak ngobrol secara
  pribadi. Tetapi, Yesus selalu bersama para murid-Nya, membagi hidup
  dengan mereka (life sharing ministry). Secara fisik pun Yesus tidak
  menjaga jarak. Seorang murid-Nya tak sungkan bersandar dekat dengan
  Yesus, di sebelah kanan-Nya (Yohanes 13:23).

  Hal lain yang hebat dalam kepemimpinan Yesus adalah perannya sebagai
  seorang pendidik dan pelatih. Yesus sengaja menciptakan
  situasi-situasi berat tertentu -- misalnya badai di danau -- untuk
  melatih iman murid-murid-Nya (Matius 14:22-33). Ia bukan hanya
  memberi teori, tetapi memberi latihan praktik yang nyata. Sebagai
  Guru, Yesus adalah seorang motivator. Mengapa Ia berjalan di atas
  air dan mempertontonkannya di depan para murid? Tujuannya adalah
  merangsang minat mereka untuk melakukan hal-hal besar seperti Guru
  mereka. Terbukti, salah seorang murid-Nya, Petrus, tertantang dan
  sempat berhasil. Yesus tidak tanggung-tanggung memotivasi para
  murid. Ia bahkan mengatakan bahwa kita bisa seperti Dia, bahkan
  melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari yang
  dilakukan-Nya (Yohanes 14:12).

  Kehidupan Doanya

  Meskipun Dia Tuhan dan ada jaminan bahwa doa-Nya selalu didengar
  oleh Bapa-Nya di Surga (Yohanes 11:42), Yesus tetap tekun berdoa.
  Pagi hari adalah waktu yang baik bagi-Nya untuk berdoa. Injil
  mencatat, pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan
  pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana
  (Markus 1:35). Sebelum memulai karya-Nya, Yesus berdoa terlebih
  dahulu. Waktu pagi juga dipilih-Nya sebagai antisipasi sebelum
  kesibukan pelayanan menyita habis seluruh waktu yang ada. Terbukti,
  Simon dan kawan-kawannya segera menyusul Yesus dan memberi kabar:
  "Semua orang mencari Engkau" (Markus 1:37). Para pemimpin yang super
  sibuk harus menjadikan doa sebagai prioritas, pun dalam
  pengalokasian waktunya. Jika kita mengambil waktu malam hari,
  kesibukan sepanjang hari membuat fisik sudah lelah sehingga doa pun
  tidak akan konsentrasi. Doa pagi juga memberi kesempatan bagi Tuhan
  untuk memberi briefing sebelum kita melakukan pekerjaan-pekerjaan
  dan pelayanan-pelayanan yang ditugaskan oleh-Nya.

  Yesus juga berdoa sendirian di bukit atau gunung (Markus 6:46; Lukas
  9:28). 
  Hal itu menunjuk pada bentuk doa yang khusus dan pribadi.
  Hadirat Tuhan yang khusus pun dinyatakan dalam doa-doa seperti itu.
  Hal itu tentu tidak perlu secara berlebihan kita tafsirkan bahwa
  kita harus berdoa di bukit atau gunung untuk mencari hadirat Tuhan.
  Yesus sendiri pernah berkata bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di
  gunung dan bukan juga di Yerusalem, tetapi menyembah di dalam roh
  (Yohanes 4:21, 23). Namun, jika sekarang ada banyak "bukit doa"
  tentu itu merupakan sarana yang bagus. Yesus berdoa semalam-malaman
  sebelum mengambil keputusan penting, yaitu memilih 12 murid (Lukas
  6:12). 
  Bagi pemimpin Kristen, ada banyak pengambilan keputusan yang
  perlu dikonsultasikan dengan Tuhan cukup serius dan lama. Sebagai
  pemimpin, Yesus selalu menjaga anak buah-Nya di dalam doa.
  Mengetahui Petrus akan jatuh, Yesus berdoa khusus untuknya (Lukas
  22:31-32). 
  Yesus juga berdoa panjang lebar untuk para
  murid-murid-Nya, yang salah satu pokok doanya adalah permohonan agar
  umat-Nya tetap bersatu (Yohanes 17).

  Kehendak-Mu Jadilah

  Tahun 2004, Mel Gibson merilis film baru tentang penderitaan Yesus
  yang diberinya judul "The Passion of the Christ". Tontonan ini
  menarik dan mengharukan karena menggambarkan penganiayaan dan
  penyaliban Yesus. Yesus sudah mengetahui (omniscience) betapa berat
  kesengsaraan yang akan dialami-Nya itu. Ia pun sudah menceritakan
  kepada para murid-Nya, bahwa memang untuk misi itulah Ia turun ke
  dunia. Sekalipun demikian, sebagai manusia, Yesus miris menghadapi
  beban tersebut. Di taman Getsemani Ia berkata kepada Petrus,
  Yakobus, dan Yohanes, "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati
  rasanya" (Matius 26:38). Di sinilah kerendahhatian-Nya. Seorang
  pemimpin sering kali gengsi dan menjaga martabatnya dengan
  menutup-nutupi ketidakmampuannya. Ketika mengalami stres dan
  depresi, ia berkata, "Ah, aku baik-baik saja kok! Percayalah
  kepadaku!" Yesus tidak demikian, ia berani jujur kepada para
  murid-Nya yang sangat hormat dan memuja-Nya. Yesus tidak merasa malu
  untuk meminta bantuan doa (Matius 26:36-38).

  Dalam tekanan yang maha berat, Yesus membutuhkan dukungan para
  murid-Nya. Sayang, semua tertidur, tak satu pun bertahan untuk
  berdoa bersama Yesus. Tetapi, Yesus tidak kecewa, hanya berkata,
  "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?" (Matius
  26:40).
  Pemimpin sejati tidak akan kecewa dan putus asa ketika tidak 
  ada orang yang mau mendukungnya di dalam doa. Bukan manusia yang dia
  andalkan, tetapi Tuhan. Seorang pemimpin yang dewasa akan memaklumi
  keterbatasan para pengikutnya. Perhatikan doa Yesus yang tiga kali
  dinaikkan-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan
  ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki,
  melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Matius 26:39, 42).

  Banyak orang Kristen memakai jenis doa ini untuk penerapan yang
  salah. Jangan menganggap bahwa semua penderitaan -- sakit, miskin,
  teraniaya, celaka, maut -- adalah kehendak Tuhan. Ada yang memang
  merupakan salib karena iman kita, tetapi ada yang karena serangan
  iblis dan juga karena kesalahan (dosa) kita sendiri. Jika itu karena
  iblis, kita harus berdoa peperangan, bukannya berserah. Jika
  penderitaan itu karena dosa, kita harus berdoa memohon pengampunan
  dan kemudian beriman supaya dipulihkan. Hanya jika penderitaan itu
  merupakan salib dari Tuhan, berdoalah supaya Tuhan memberi kita
  kekuatan untuk memikulnya.

  Diambil dari:
  Judul buku: Mezbah Doa Para Pemimpin
  Judul artikel: Yesus: Getsemani
  Penulis: Haryadi Baskoro
  Penerbit Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008
  Halaman: 117 -- 122

______________________________________________________________________
DARI REDAKSI

                           DUKUNGAN DOA

  Kami sangat bersyukur karena edisi perdana milis publikasi e-Doa
  dapat terealisasi. Kami sangat mengharapkan Pembaca sekalian turut
  menopang pelayanan kami di dalam doa. Dan jika Anda memiliki
  pertanyaan, kritik, dan saran, silakan menghubungi Redaksi e-Doa di
  alamat . Tuhan Yesus memberkati.

  POKOK DOA:

  1. Mengucap syukur atas terbitnya milis publikasi e-Doa yang
     pertama, kiranya milis ini dapat menjadi berkat dan memberikan
     dampak pada kehidupan doa setiap orang percaya, sehingga mereka
     memiliki kehidupan doa yang berkualitas.

  2. Berdoa agar melaui milis ini, banyak orang lebih tergerak dan
     terbeban dalam berdoa, sehingga mereka dapat terlibat dalam
     kegerakan doa pribadi maupun yang diadakan oleh gereja.

  3. Doakan agar dalam mempersiapkan e-Doa ini, kami selaku pengasuh
     e-Doa, diberi hikmat dan kemampuan dalam mempersiapkan
     bahan-bahan yang akan kami bagikan kepada para pelanggan e-Doa
     maupun kepada para pembaca e-Doa.

______________________________________________________________________
STOP PRESS

        BARU! KUMPULAN BAHAN PASKAH DI SITUS "PASKAH.SABDA.ORG"

  Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) kembali meluncurkan sebuah situs baru
  yang kami yakin akan menjadi berkat, khususnya menjelang perayaan
  Paskah di bulan April 2009 yang akan datang. Sesuai dengan isinya,
  yakni berbagai jenis bahan seputar Paskah yang pasti akan berguna
  bagi Anda dalam menyiapkan perayaan Paskah, maka situs ini kami
  sebut "paskah.sabda.org".

  Situs "paskah.sabda.org" adalah satu-satunya situs berbahasa
  Indonesia yang menyediakan bahan Paskah yang sangat lengkap, di
  antaranya: artikel Paskah, drama Paskah, renungan Paskah, bahan
  mengajar Paskah, kesaksian Paskah, khotbah audio Paskah, puisi
  Paskah, resensi buku Paskah, ulasan situs Paskah, tips Paskah, humor
  Paskah, lagu Paskah, gambar Paskah, dan kartu Paskah.

  Situs "paskah.sabda.org" juga dirancang sedemikian rupa agar setiap
  pengunjung bisa ikut berpartisipasi dengan mengirimkan renungan,
  artikel, atau juga blog Paskah untuk bisa saling berbagi berkat
  dengan pengunjung yang lain. Fasilitas forum juga tersedia di situs
  ini sehingga pengunjung bisa ikut berdiskusi seputar topik Paskah.
  Keistimewaan lain dari situs ini adalah disediakannya fasilitas
  mengirimkan ucapan selamat Paskah untuk teman seiman dan pengunjung
  yang lain.

  Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs "paskah.sabda.org"!
  Mari berbagi berkat pada hari peringatan pengorbanan Yesus di kayu
  salib. Kemenangan-Nya atas maut, patut kita rayakan dan peringati
  karena Dialah Allah yang patut kita sembah.

  ==> http://paskah.sabda.org/

______________________________________________________________________
Anda diizinkan meng-copy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-Doa
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk
tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil
dan nama e-Doa sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2009 oleh e-Doa --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Kontak Redaksi: < doa(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-doa(at)hub.xc.org >
Arsip e-Doa: http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa/
Situs YLSA: http://http://www.ylsa.org/
Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/
______________________________________________________________________  

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org