Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/1 |
|
e-Doa edisi 1 (3-3-2009)
|
|
_____________e-Doa -- Buletin Bulanan DOA________________________ (Sekolah Doa Elektronik) Edisi Maret 2009, Vol.01 No.1 ______________________________________________________________________ DAFTAR ISI EDITORIAL RENUNGAN DOA: Doa: Antara Teori dan Praktik ARTIKEL DOA: Doa TOKOH DOA: Yesus: Getsemani DARI REDAKSI: Dukungan Doa STOP PRESS: Baru! Kumpulan Bahan Paskah di Situs "paskah.sabda.org" ______________________________________________________________________ EDITORIAL Shalom, Pertama-tama saya mengucapkan selamat bergabung bersama milis publikasi e-DOA. Milis ini sengaja kami terbitkan dengan tujuan untuk memperlengkapi Anda, para pendoa, untuk memiliki pemahaman dan kehidupan doa yang benar dan "berkualitas". Topik bahasan kita yang pertama mengangkat tema "Apakah Doa Itu". Dalam edisi perdana ini, kita akan belajar salah satu cara yang dapat digunakan dan membantu kita dalam berdoa. Mengapa kami mengangkat topik ini? Karena sering kali orang Kristen tidak tahu bagaimana seharusnya ia berdoa, sehingga doa hanya dipandang sebagai rutinitas dan yang lebih parah lagi, lama-lama kehidupan doa mereka menjadi tidak bergairah lagi. Oleh sebab itu artikel yang kami sajikan kiranya dapat membantu Anda dalam berdoa. Selain itu kita juga akan melihat dan belajar dari kehidupan doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Kiranya seluruh sajian perdana menjadi berkat bagi Anda dan melahirkan kerinduan di hati kita untuk memiliki kehidupan doa yang berkenan di hadapan Allah. Selamat menyimak, Tuhan memberkati. Pimpinan Redaksi e-Doa, Novita Yuniarti http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa/ ______________________________________________________________________ RENUNGAN DOA DOA: ANTARA TEORI DAN PRAKTIK Doa sering diumpamakan sebagai bernafas secara rohani. Jika kita benar-benar menerima gambaran itu, tentu kita akan menghargai betapa besarnya anugerah yang telah Allah berikan kepada umat-Nya, dan betapa besar risiko yang kita datangkan apabila kita mengabaikan doa dalam kehidupan kita. Sungguhkah seperti itu pertimbangan dan perlakuan kita terhadap doa? Agaknya teori dan praktik tidak selalu sejalan. Mengapa bisa begitu? Mungkin karena pemahaman teorinya pun hanya sambil lalu, tidak dalam, sehingga tidak sungguh dihayati! Bagaimana kaitannya sampai doa menjadi demikan hakiki dan vital? Doa terkait dengan fakta bahwa Allah yang adalah kasih adanya itu menciptakan manusia sebagai makhluk yang berpotensi menyambut dan merespons Allah dalam kasih juga. Manusia disebut Allah sebagai gambar dan rupa-Nya. Sedangkan Allah, ketika menciptakan manusia sebagai gambar dan rupa-Nya itu menyebut diri-Nya: "kita". Banyak sekali isi Alkitab yang menegaskan bahwa Allah yang Esa itu adalah Allah yang berhakikat relasi. Allah kasih adanya! Ini yang dalam teologi Kristen diterjemahkan sebagai doktrin Tritunggal. Di dalam hakikat kekal-Nya, Allah adalah Bapa, Putra, dan Roh yang berkasih-kasihan. Jadi, sebagai gambar dan rupa Allah, manusia pun memiliki kekhususan, yaitu merupakan makhluk relasi. Dalam relasi dirinya, relasi sosialnya, relasinya dengan alam, manusia sebenarnya sedang mengungkapkan hakikat terdalamnya sebagai makhluk relasi yang berawal dari relasinya dengan Allah. Fakta Allah dan fakta manusia inilah yang menyebabkan doa merupakan suatu hal yang sangat hakiki dan vital dalam keberadaan manusia. Dalam pemahaman ini bahkan doa lebih hakiki dan vital daripada diartikan sebagai nafas rohani. Doa adalah ungkapan rohani dari relasi kita dengan Allah. Doa adalah komunikasi atau dialog manusia dengan Allah. Ketidaklancaran kehidupan doa adalah gejala ketidakberesan relasi kita dengan Allah. Jika demikian hakiki dan vital, mengapa pada kenyataannya kita tidak spontan menghasrati doa? Mengapa kehidupan doa kita (komunikasi kita dengan Tuhan) tidak intim pada segala waktu? Karena menurut Alkitab, relasi kita tidak harmonis. Kejatuhan manusia ke dalam dosa pada intinya adalah untuk tidak berhubungan dengan Allah. Tidak heran apabila kita tidak menghasrati doa sebab pada intinya kita tidak memiliki hasrat yang murni akan Allah. Syukurlah bahwa Allah tetap berhasrat untuk bersekutu dengan ciptaan-Nya ini. Itu sebabnya Ia mendirikan perjanjian dengan Abraham yang pada puncaknya menghasilkan pendamaian antara diri-Nya dengan umat-Nya di dalam Yesus Kristus. Dengan pendamaian yang Yesus Kristus lakukan, pulihlah relasi kita dengan Allah, terbit pula hasrat kita dengan Allah -- kesadaran dan kerinduan untuk berdoa yang melaluinya kita menumbuhkan relasi kita dengan Allah. Dengan demikian, berdoa adalah sesuatu yang jauh lebih dalam dan lebih luas daripada sekadar cara untuk meminta berbagai berkat bagi hidup atau mengalami kuasa Allah atas kebutuhan hidup. Inti doa adalah relasi, komunikasi dengan Allah, ada tempat bagi Allah mengomunikasikan diri-Nya juga pada kita, barulah doa itu menjadi bagian dari relasi yang riil. Inilah alasan mengapa Tuhan Yesus mengaitkan keadaan dipenuhi oleh firman sebagai syarat bagi doa yang berkenan kepada Allah. Dan hanya dengan demikian semua berkat dari relasi kita dengan Allah, yaitu berbagai akibat yang timbul dari pengenalan kita yang mendalam akan Allah, atau akibat dari semakin leluasanya Allah hadir dalam kehidupan kita, dapat kita alami. Dan segala berkat itu kita terima bukan karena kita memiliki iman yang hebat atau gigih dalam mengklaim Allah, melainkan karena iman, pengharapan, dan kasih kita dalam doa menyatu dengan kasih, hikmat, kuasa, dan rencana-Nya bagi kita. Pengertian doa seperti inilah yang kita jumpai dalam berbagai kisah nyata kehidupan doa para tokoh Alkitab. Pada orang seperti Abraham, Musa, Samuel, Daud, Hizkia, Yeremia, Daniel, Yesus, dan Paulus, doa bukan soal cara, aturan, atau pun formula, tetapi komunikasi yang sangat menentukan vitalitas kehidupan dan karya mereka. Itu sebabnya bukan kebiasaan berdoa lima kali atau tujuh kali dalam sehari yang memberdayakan doa mereka, tetapi keintiman hubungan dengan Allah yang membuat mereka memiliki daya doa yang memenuhi seluruh kehidupan dan karya mereka sepanjang hidup. Tidak heran apabila doa bukan sesuatu yang menjadi beban bagi mereka, melainkan merupakan suatu kesukaan. Juga apabila mereka begitu dalam merasakan kebutuhan untuk berdoa dan untuk didoakan. Alkitab dan doa, atau doa yang interaktif dengan firman Allah, adalah doa yang benar dari realita relasi yang intens antara Allah dan manusia secara timbal balik. Bagaimanakah doa Anda? Nafas Anda sajakah yang mendengus di dalamnya, atau terdengar juga nafas bicara Allah di dalamnya? Dalam hubungan yang intimkah Anda dengan Allah? Bagaiman kualitas relasi Anda dengan Allah terdengar dalam irama, sikap, isi, dan lingkup doa Anda sehari-hari? Bagaimana perhatian, arah hati, gerak misi Allah tercermin dalam doa-doa Anda? Doa kita hendaknya mencirikan bahwa seluruh hidup kita adalah dari, oleh, dan untuk Allah saja! Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama buletin: Partner, Tahun XXII, Edisi 4, Tahun 2008 Penulis: Paul Hidayat Penerbit: Yayasan Persekutuan Pembaca Alkitab, Jakarta 2008 Halaman: 1 -- 2 dan 12 ______________________________________________________________________ ARTIKEL DOA Cataan: Artikel yang kami sajikan berikut merupakan satu dari sekian banyak cara yang dapat digunakan untuk berdoa. Harapan kami, apa yang kami sajikan dapat membantu Anda semua. Tuhan memberkati. ___________ DOA Kita dapat berbicara kepada Allah. Allah berbicara secara verbal kepada kita melalui firman-Nya dan non verbal melalui pemeliharaan-Nya yang nyata. Kita bersekutu dengan Dia melalui doa. Charles Hodge menyatakan bahwa "doa merupakan persekutuan jiwa dengan Allah". Di dalam dan melalui doa, kita mengekspresikan penghormatan kita dan pemujaan kita kepada Allah; kita menelanjangi jiwa kita dalam pengakuan yang tulus di hadapan Dia; kita mencurahkan pengucapan terima kasih dengan hati yang bersyukur; dan kita mengajukan permohonan-permohonan kita kepada-Nya. Di dalam doa kita mengalami Allah sebagai pribadi dan berkuasa. Dia dapat mendengarkan kita dan bertindak sebagai respons kepada kita. Firman Tuhan mengajarkan kedaulatan ketetapan Allah dan kegunaan doa. Keduanya bukan merupakan dua hal yang tidak konsisten satu dengan yang lain, sebab Allah menetapkan alat-alat demikian juga tujuan akhir bagi rencana-rencana-Nya. Doa merupakan alat Allah yang digunakan untuk menjadikan kedaulatan-Nya terjadi. Doa harus ditujukan kepada Allah saja. Pertama, kita harus datang pada Allah dengan ketulusan. Kata-kata yang kosong dan tidak tulus merupakan olokan kepada Dia. Doa yang semacam itu sangat tidak sesuai dengan praktik agama yang saleh, tetapi merupakan serangan melawan Allah. Kedua, kita mendekati Allah dengan penuh hormat. Di dalam doa kita harus selalu ingat kepada siapa kita sedang berbicara. Menyebut Allah dengan cara yang kasual seperti berbicara kepada teman-teman di dunia adalah memperlakukan Dia dengan biasa saja. Sebagaimana halnya orang yang menghadap seorang raja dengan menghampiri dia dengan sikap tubuh yang penuh hormat dan penaklukkan diri, demikian pula kita datang kehadapan Allah dengan kesadaran dan pengakuan penuh akan kemahamuliaan-Nya. Ketiga, kita menghadap Allah dengan kerendahan hati. Bukan saja kita harus ingat siapa Dia, tetapi kita juga harus ingat siapa dan apa kita. Kita adalah anak-anak yang diadopsi oleh Dia. Kita adalah makhluk yang berdosa. Dia mengundang kita untuk datang dengan berani kepada Dia, tetapi tidak dengan kesombongan. Allah memberikan petunjuk kepada kita untuk tulus dan tekun di dalam permohonan-permohonan kita. Pada saat yang sama, kita datang dengan ketaatan dan penaklukkan yang tulus. Pada waktu kita mengatakan "kehendak-Mu yang jadi", hal ini bukan merupakan indikasi kita tidak beriman. Iman yang kita bawa dalam doa kita harus mencakup kepercayaan bahwa Allah dapat mendengar doa-doa kita dan bahwa Dia berkenan untuk menjawab doa-doa kita. Dan pada waktu jawaban Allah adalah tidak pada permohonan kita, maka iman itu mencakup percaya pada hikmat Allah. Kita harus percaya pada hikmat Allah dan kemurahan-Nya pada waktu kita menyatakan petisi-petisi kepada Allah. Kita berdoa di dalam Nama Yesus oleh karena kita mengakui jabatan-Nya sebagai Pengantara. Sebagai Imam Besar kita, Kristus merupakan Pengantara kita, sebagaimana dengan Roh Kudus adalah Penolong kita di dalam doa. Alat yang menolong untuk belajar berdoa adalah singkatan A-C-T S. Setiap huruf dalam singkatan itu mengindikasikan unsur vital dari doa. A = Adoration (Pemujaan) C = Confession (Pengakuan) T = Thanksgiving (Pengucapan Syukur) S = Supplication (Permohonan) Dengan mengikuti singkatan yang sederhana ini, kita dipastikan telah mencakup semua unsur yang seharusnya ada dalam doa. Diambil dari: Judul buku: Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen Judul buku asli: Essential Truth of the Christian Faith Judul artikel: Doa Penulis: R. C. Sproul Penerjemah: DR. Rahmiati Tanudjaja Penerbit: Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 1997 Halaman: 331 -- 332 ______________________________________________________________________ TOKOH DOA YESUS: GETSEMANI Yesus Kristus adalah contoh sempurna seorang pemimpin yang rendah hati, yang oleh karenanya Ia sangat ditinggikan oleh Allah. Yesus mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia ... Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Filipi 2:7-8). Semasa di bumi, Yesus akrab dengan orang-orang dari kalangan bawah. Para murid-Nya pun kebanyakan kaum proletar. Yesus tidak merasa jijik berkomunikasi dengan pemungut cukai dan pelacur. Ia pun tidak segan untuk membasuh kaki para murid-Nya sendiri (Yohanes 13:5). Yesus adalah pemimpin yang rela berkorban bukan supaya disanjung sebagai pahlawan, melainkan karena kasih-Nya pada kita. Dengan demikian Ia menyatakan diri-Nya sebagai Sahabat sejati, katanya: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (Yohanes 15:13). Yesus adalah pemimpin yang hatinya penuh belas kasihan dan tindakannya menunjukkan konsistensi sikap hati-Nya itu. Banyak kali Injil mencatat bahwa demi melihat orang banyak yang menderita maka tergeraklah Yesus oleh belas kasihan (Matius 9:36, 14:14, 15:32, 20:34; Markus 1:41; Lukas 7:13). Yesus adalah tipe pemimpin yang reachable (terjangkau) dan tonchable (terjamah). Banyak pemimpin yang selalu menjaga jarak terhadap anak buahnya. Bahkan tidak sedikit pendeta yang sulit ditemui, apalagi diajak ngobrol secara pribadi. Tetapi, Yesus selalu bersama para murid-Nya, membagi hidup dengan mereka (life sharing ministry). Secara fisik pun Yesus tidak menjaga jarak. Seorang murid-Nya tak sungkan bersandar dekat dengan Yesus, di sebelah kanan-Nya (Yohanes 13:23). Hal lain yang hebat dalam kepemimpinan Yesus adalah perannya sebagai seorang pendidik dan pelatih. Yesus sengaja menciptakan situasi-situasi berat tertentu -- misalnya badai di danau -- untuk melatih iman murid-murid-Nya (Matius 14:22-33). Ia bukan hanya memberi teori, tetapi memberi latihan praktik yang nyata. Sebagai Guru, Yesus adalah seorang motivator. Mengapa Ia berjalan di atas air dan mempertontonkannya di depan para murid? Tujuannya adalah merangsang minat mereka untuk melakukan hal-hal besar seperti Guru mereka. Terbukti, salah seorang murid-Nya, Petrus, tertantang dan sempat berhasil. Yesus tidak tanggung-tanggung memotivasi para murid. Ia bahkan mengatakan bahwa kita bisa seperti Dia, bahkan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari yang dilakukan-Nya (Yohanes 14:12). Kehidupan Doanya Meskipun Dia Tuhan dan ada jaminan bahwa doa-Nya selalu didengar oleh Bapa-Nya di Surga (Yohanes 11:42), Yesus tetap tekun berdoa. Pagi hari adalah waktu yang baik bagi-Nya untuk berdoa. Injil mencatat, pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana (Markus 1:35). Sebelum memulai karya-Nya, Yesus berdoa terlebih dahulu. Waktu pagi juga dipilih-Nya sebagai antisipasi sebelum kesibukan pelayanan menyita habis seluruh waktu yang ada. Terbukti, Simon dan kawan-kawannya segera menyusul Yesus dan memberi kabar: "Semua orang mencari Engkau" (Markus 1:37). Para pemimpin yang super sibuk harus menjadikan doa sebagai prioritas, pun dalam pengalokasian waktunya. Jika kita mengambil waktu malam hari, kesibukan sepanjang hari membuat fisik sudah lelah sehingga doa pun tidak akan konsentrasi. Doa pagi juga memberi kesempatan bagi Tuhan untuk memberi briefing sebelum kita melakukan pekerjaan-pekerjaan dan pelayanan-pelayanan yang ditugaskan oleh-Nya. Yesus juga berdoa sendirian di bukit atau gunung (Markus 6:46; Lukas 9:28). Hal itu menunjuk pada bentuk doa yang khusus dan pribadi. Hadirat Tuhan yang khusus pun dinyatakan dalam doa-doa seperti itu. Hal itu tentu tidak perlu secara berlebihan kita tafsirkan bahwa kita harus berdoa di bukit atau gunung untuk mencari hadirat Tuhan. Yesus sendiri pernah berkata bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung dan bukan juga di Yerusalem, tetapi menyembah di dalam roh (Yohanes 4:21, 23). Namun, jika sekarang ada banyak "bukit doa" tentu itu merupakan sarana yang bagus. Yesus berdoa semalam-malaman sebelum mengambil keputusan penting, yaitu memilih 12 murid (Lukas 6:12). Bagi pemimpin Kristen, ada banyak pengambilan keputusan yang perlu dikonsultasikan dengan Tuhan cukup serius dan lama. Sebagai pemimpin, Yesus selalu menjaga anak buah-Nya di dalam doa. Mengetahui Petrus akan jatuh, Yesus berdoa khusus untuknya (Lukas 22:31-32). Yesus juga berdoa panjang lebar untuk para murid-murid-Nya, yang salah satu pokok doanya adalah permohonan agar umat-Nya tetap bersatu (Yohanes 17). Kehendak-Mu Jadilah Tahun 2004, Mel Gibson merilis film baru tentang penderitaan Yesus yang diberinya judul "The Passion of the Christ". Tontonan ini menarik dan mengharukan karena menggambarkan penganiayaan dan penyaliban Yesus. Yesus sudah mengetahui (omniscience) betapa berat kesengsaraan yang akan dialami-Nya itu. Ia pun sudah menceritakan kepada para murid-Nya, bahwa memang untuk misi itulah Ia turun ke dunia. Sekalipun demikian, sebagai manusia, Yesus miris menghadapi beban tersebut. Di taman Getsemani Ia berkata kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes, "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya" (Matius 26:38). Di sinilah kerendahhatian-Nya. Seorang pemimpin sering kali gengsi dan menjaga martabatnya dengan menutup-nutupi ketidakmampuannya. Ketika mengalami stres dan depresi, ia berkata, "Ah, aku baik-baik saja kok! Percayalah kepadaku!" Yesus tidak demikian, ia berani jujur kepada para murid-Nya yang sangat hormat dan memuja-Nya. Yesus tidak merasa malu untuk meminta bantuan doa (Matius 26:36-38). Dalam tekanan yang maha berat, Yesus membutuhkan dukungan para murid-Nya. Sayang, semua tertidur, tak satu pun bertahan untuk berdoa bersama Yesus. Tetapi, Yesus tidak kecewa, hanya berkata, "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?" (Matius 26:40). Pemimpin sejati tidak akan kecewa dan putus asa ketika tidak ada orang yang mau mendukungnya di dalam doa. Bukan manusia yang dia andalkan, tetapi Tuhan. Seorang pemimpin yang dewasa akan memaklumi keterbatasan para pengikutnya. Perhatikan doa Yesus yang tiga kali dinaikkan-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Matius 26:39, 42). Banyak orang Kristen memakai jenis doa ini untuk penerapan yang salah. Jangan menganggap bahwa semua penderitaan -- sakit, miskin, teraniaya, celaka, maut -- adalah kehendak Tuhan. Ada yang memang merupakan salib karena iman kita, tetapi ada yang karena serangan iblis dan juga karena kesalahan (dosa) kita sendiri. Jika itu karena iblis, kita harus berdoa peperangan, bukannya berserah. Jika penderitaan itu karena dosa, kita harus berdoa memohon pengampunan dan kemudian beriman supaya dipulihkan. Hanya jika penderitaan itu merupakan salib dari Tuhan, berdoalah supaya Tuhan memberi kita kekuatan untuk memikulnya. Diambil dari: Judul buku: Mezbah Doa Para Pemimpin Judul artikel: Yesus: Getsemani Penulis: Haryadi Baskoro Penerbit Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008 Halaman: 117 -- 122 ______________________________________________________________________ DARI REDAKSI DUKUNGAN DOA Kami sangat bersyukur karena edisi perdana milis publikasi e-Doa dapat terealisasi. Kami sangat mengharapkan Pembaca sekalian turut menopang pelayanan kami di dalam doa. Dan jika Anda memiliki pertanyaan, kritik, dan saran, silakan menghubungi Redaksi e-Doa di alamat
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |