TOKOH DOA:
EZRA, PEMBAHARU YANG BERDOA
Sebelum Perang Besar, terdapat banyak tanda mengenai minat yang baru terhadap DOA dan harapan baru untuk pelaksanaannya. Bagaimana tanda-tanda ini telah berlipat ganda, telah diketahui semua orang. Hal ini setidaknya merupakan hal baik yang telah dilakukan perang untuk kita. Jangan sampai kita melewatkan kesempatan kita. Doa bukanlah tindakan yang mudah. Hal itu membutuhkan dorongan, eksposisi, dan latihan. Tidak pernah ada waktu di mana para pria dan wanita lebih sungguh-sungguh ingin diberi tahu bagaimana caranya berdoa. Doa adalah alat yang paling kuat di dalam gudang senjata kita, dan jika kita menggunakannya karena Allah telah memberikan dorongan, kita harus melakukan segalanya dengan kekuatan kita untuk mewujudkannya. -- Pdt. James Hastings.
Ezra, sang imam, dan salah seorang pembaru Allah yang sejati, hadir di hadapan kita di dalam Perjanjian Lama sebagai orang yang berdoa, seseorang yang menggunakan doa untuk mengatasi kesulitan dan menghasilkan hal-hal yang baik. Dia telah kembali dari Babel di bawah naungan Raja Babel, yang dengan tidak biasanya mendekati Ezra dan yang berbuat baik kepada dia dalam banyak hal. Ezra telah berada di Yerusalem beberapa hari ketika para pemimpin datang kepadanya dengan informasi yang menyedihkan bahwa orang-orang Israel tidak memisahkan diri dari orang-orang di negeri itu, dan melakukan perbuatan keji seperti yang dilakukan bangsa-bangsa kafir. Dan, yang lebih buruk dari pada semua itu adalah bahwa para pemimpin dan penguasa di Israel telah menjadi pemimpin dalam pelanggaran tersebut.
Itu adalah keadaan menyedihkan yang dihadapi Ezra saat ia menemukan bahwa gereja hampir tak putus-putusnya terlibat dengan dunia. Tuntutan Allah terhadap gereja-Nya di segala zaman adalah harus terpisahkan dari dunia, sebuah pemisahan yang begitu tajam sehingga setara dengan antagonisme. Untuk mencapai tujuan ini, Dia menempatkan Israel di Tanah Perjanjian, dan memisahkannya dari negara lain melalui gunung-gunung, padang pasir, dan laut, dan langsung melarang mereka melakukan hubungan apa pun dengan negara-negara asing, baik perkawinan, sosial, maupun bisnis.
Akan tetapi, saat Ezra kembali dari Babel, dia mendapati gereja di Yerusalem lumpuh dan putus asa dan benar-benar lemah oleh pelanggaran prinsip ini. Mereka telah menikah dan membentuk ikatan terdekat dan paling sakral dalam kehidupan keluarga, sosial, dan bisnis, dengan bangsa-bangsa di kalangan non-Yahudi. Semua terlibat di dalamnya, imam, orang Lewi, pemimpin, dan masyarakat. Keluarga, bisnis, dan kehidupan religius masyarakat diselenggarakan dalam pelanggaran hukum Allah ini. Apa yang harus dilakukan? Apa yang bisa dilakukan? Inilah pertanyaan penting yang dihadapi pemimpin di Israel ini, abdi Allah ini.
Segala sesuatu tampaknya bertentangan dengan pemulihan gereja. Ezra tidak dapat berkhotbah kepada mereka karena seluruh kota akan meradang, dan akan menggiringnya keluar dari tempat itu. Kekuatan apa yang bisa mengembalikan mereka kepada Allah sehingga mereka bisa membubarkan kemitraan bisnis, menceraikan istri dan suami, memutuskan hubungan kenalan, dan melumpuhkan pertemanan?
Hal pertama tentang Ezra yang patut diperhatikan adalah bahwa dia melihat situasinya dan menyadari betapa seriusnya hal itu. Dia bukan seorang optimis yang bersikap acuh tak acuh yang tidak pernah melihat sesuatu yang salah di gereja. Melalui mulut Yesaya, Allah telah mengajukan pertanyaan yang sangat penting, "Siapakah yang buta, selain hamba-Ku?" Akan tetapi, hal itu tidak mungkin untuk diterapkan kepada Ezra. Dia juga tidak meminimalkan kondisi yang ada atau berusaha meringankan dosa manusia atau meminimalkan besarnya kejahatan mereka. Pelanggaran mereka yang muncul di hadapannya adalah benar-benar serius. Sangat dibutuhkan para pemimpin di Sion yang memiliki mata untuk melihat dosa-dosa gereja dan juga kejahatan pada zaman itu. Satu kebutuhan besar dari gereja modern adalah para pemimpin yang bisa mengikuti gaya Ezra, yang tidak buta melihat wilayah pelayanan mereka, yang bersedia melihat keadaan di gereja, dan yang tidak segan untuk membuka mata mereka terhadap keadaan yang sebenarnya.
Sangat wajar, ketika melihat kejahatan yang mengerikan di gereja dan di masyarakat Yerusalem, dia merasa tertekan. Kondisi menyedihkan di banyak hal membuat dia sedih sehingga dia merobek-robek pakaiannya, mencabut sebagian rambutnya, dan duduk karena terguncang. Semua hal ini adalah bukti dari penderitaan jiwa yang besar atas keadaan yang mengerikan. Kemudian, dalam kerangka pikiran, perhatian, kepedulian dan kegelisahan di jiwa, dia kemudian berdoa, untuk mengakui dosa orang-orang Israel, dan memohon pengampunan belas kasihan di tangan Allah. Kepada siapakah dia harus pergi pada saat seperti ini, selain kepada Allah yang mendengar doa, yang siap mengampuni dan yang dapat menyebabkan hal yang tidak terduga terjadi?
Dia sangat terkejut atas tindakan jahat orang-orang Israel, sehingga begitu tergerak dan mulai berpuasa dan berdoa. Doa dan puasa selalu menghasilkan sesuatu. Dia berdoa dengan hati yang hancur karena tidak ada lagi yang bisa dia lakukan. Dia berdoa kepada Allah, begitu susah, bersujud di tanah dan menangis, sementara seluruh kota bersatu dengan dia dalam doa.
Doa adalah satu-satunya cara untuk menenangkan Allah, dan Ezra menjadi penggerak besar dalam sebuah karya besar untuk Allah, dengan hasil yang luar biasa. Seluruh perbuatan, prinsipnya dan hasilnya, dirangkum hanya dalam satu ayat di Ezra 10:1.
"Sementara Ezra berdoa dan mengaku dosa, sambil menangis dengan bersujud di depan rumah Allah, berhimpunlah kepadanya jemaah orang Israel yang sangat besar jumlahnya, laki-laki, perempuan dan anak-anak. Orang-orang itu menangis keras-keras."
Ada doa yang hebat, sederhana, dan tekun. Doa yang intens dan kuat pengaruhnya telah mencapai tujuannya. Doa Ezra telah membangun dan membuahkan hasil dalam pekerjaan besar bagi Allah. Itu adalah doa yang hebat karena membuat Allah Yang Mahakuasa melakukan pekerjaan-Nya sendiri, yang pasti sia-sia jika dari sumber lain kecuali dengan doa dan oleh Allah. Namun, tidak ada yang sia-sia bagi doa karena tidak ada yang sia-sia bagi Allah.
Sekali lagi kita harus mengatakan bahwa doa hanya berhubungan dengan Allah, dan hanya akan berhasil karena itu berhubungan dengan Allah. Apa pun pengaruh doa Ezra terhadap dirinya sendiri, yang utama, jika bukan satu-satunya, hasilnya terjadi karena hal itu memengaruhi Allah, dan menggerakkan Dia untuk melakukan pekerjaan itu.
Pertobatan yang besar dan menyeluruh mengikuti doa Ezra ini, dan terjadilah reformasi yang indah di Israel. Dan, ratapan Ezra serta doanya adalah faktor besar yang berkaitan dengan terjadinya hal-hal besar ini.
Jadi, semuanya itu merupakan kebangkitan yang terjadi sebagaimana bukti dari keasliannya dicatat bahwa para pemimpin di Israel datang ke Ezra dengan kata-kata ini:
"Kami telah melakukan perbuatan tidak setia terhadap Allah kita, oleh karena kami telah memperisteri perempuan asing dari antara penduduk negeri. Namun demikian, sekarang juga masih ada harapan bagi Israel. Marilah kita sekarang mengikat perjanjian dengan Allah kita bahwa kita akan mengusir semua perempuan itu dengan anak-anak yang dilahirkan mereka, menurut nasihat tuan dan orang-orang yang gemetar karena perintah Allah kita. Dan biarlah orang bertindak menurut hukum Taurat. Bangkitlah, karena hal itu adalah tugasmu. Kami akan mendampingi engkau. Kuatkanlah hatimu, dan bertindaklah!" (t/Jing-Jing)
|