Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/102

e-BinaSiswa edisi 102 (6-8-2018)

Mengajarkan Nilai Kebangsaan kepada Remaja Kristen

Mengajarkan Nilai Kebangsaan kepada Remaja Kristen -- Edisi 102/I/Agustus 2018
 
Mengajarkan Nilai Kebangsaan kepada Remaja Kristen
Edisi 102/I/Agustus 2018
 
e-BinaSiswa Salam damai sejahtera,

Bhinneka Tunggal Ika; Berbeda-beda, tetapi tetap satu jua. Melalui semboyan ini, kita bisa mengetahui bahwa Indonesia adalah negara yang beragam budayanya. Keberagaman ini sering disebut sebagai kemajemukan atau pluralisme. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, majemuk berarti "terdiri atas beberapa bagian yang merupakan kesatuan", sedangkan pluralisme berarti "keadaan masyarakat yang majemuk". Sebagai negara majemuk, Indonesia rentan terhadap perpecahan. Akan tetapi, kita bersyukur karena Pancasila, sebagai dasar negara, mampu menjadi payung bagi kemajemukan bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila digali dari budaya bangsa yang mencerminkan sikap dan tingkah laku bangsa Indonesia. Berkali-kali, sekelompok orang mencoba menggantikan Pancasila sebagai dasar negara, tetapi usaha mereka sia-sia. Pancasila tetap berdiri menjadi dasar negara dan dasar falsafah bangsa Indonesia.

Dalam rangka memperingati Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Publikasi e-BinaSiswa menyajikan artikel dan renungan mengenai keberagaman di Indonesia. Kiranya seluruh pembina siswa dapat mengajarkan nilai-nilai kebangsaan kepada siswa dan remaja yang kita bina dengan baik sehingga anak didik kita menjadi remaja Kristen yang cinta tanah air, berbudi pekerti, dan memiliki sikap toleransi. Selamat menikmati sajian kami. Tuhan Yesus memberkati.

Lena L.

Staf redaksi e-BinaSiswa,
Lena L.

 

ARTIKEL Pandangan Kristen tentang Pancasila

Pancasila lahir dari sebuah tantangan yang perlu dijawab. Ia dilahirkan dari kenyataan ketika bangsa ini menghadapi masalah yang amat mendesak dan menentukan, yaitu: negara macam apa yang harus dibangun atau dibentuk supaya tetap bersatu akibat dari adanya kemajemukan suku, agama, ras, dll.. Dengan didasarkan pada kemajemukan tersebut, bangsa Indonesia rentan terhadap perpecahan.

Kemajemukan bangsa Indonesia bukanlah berarti tidak melahirkan suatu konsep pandangan hidup bangsa; itu terwujud dengan lahirnya Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia. Dengan kata lain, Pancasila digunakan sebagai petunjuk hidup, pedoman hidup serta sebagai penunjuk arah bagi semua aktivitas hidup masyarakat Indonesia dalam segala bidang.

Gambar: Pancasila

Pancasila berfungsi sebagai cita-cita yang selalu diusahakan untuk dicapai oleh tiap-tiap orang Indonesia sehingga diharapkan bisa terwujud. Oleh karena itu, yang mungkin dapat dikemukakan ialah bahwa pelaksanaan Pancasila dalam hidup bermasyarakat tidak boleh bertentangan dengan norma agama maupun norma-norma yang telah ada dalam masyarakat.

Indonesia adalah negara yang penuh dengan kontradiksi. Indonesia adalah negara Islam terbesar di dunia, dalam artian mempunyai jumlah penduduk yang beragama Islam terbanyak. Di sisi lain, Indonesia pernah mempunyai partai komunis yang terkuat setelah Cina dan Rusia. Di pihak lain, di Indonesia juga terdapat banyak gereja.

Pancasila telah menjadi payung bagi kemajemukan bangsa Indonesia. Ia mempunyai daya tarik emosional tersendiri. Ia menjadi ideologi, dan berfungsi sebagai pandangan hidup. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang digali dari budaya bangsa, yang mencerminkan sikap dan tingkah laku bangsa Indonesia.

Dari segi iman Kristen, kita dapat melihat bahwa ada hubungan yang cukup erat antara Pancasila dan iman Kristen. Ini tercermin dari nilai-nilai yang dikandung oleh keduanya. Kita percaya bahwa Tuhan yang mengutus agama Kristen ada di Indonesia dalam rangka pelaksanaan panggilan orang-orang percaya di segala tempat dan di sepanjang masa untuk menjadi saksi-Nya.

Pancasila dalam Perpekstif Iman Kristen

Moralitas bagi kehidupan setiap individu ditentukan oleh agama, nilai-nilai budaya setempat, juga ditentukan oleh keadaan suatu bangsa. Dalam hal ini, bangsa Indonesia, tempat Pancasila dengan falsafah dan pandangan hidupnya, merupakan bagian yang penting dalam membentuk moralitas dan perilaku masyarakatnya.

Filsafat yang sejati haruslah berdasarkan pada agama. Apabila filsafat tidak didasarkan pada agama dan hanya semata-mata berdasarkan akal pikir saja, filsafat tersebut tidak akan memuat kebenaran secara objektif. Sebab, yang memberikan penerangan dan putusan adalah akal pikir, sedangkan kesanggupan akal pikir terbatas. Karena itu, filsafat yang berdasarkan pada akal pikir tidak akan sanggup memberi kepuasan bagi manusia.

Gambar: Tunduk pada pemerintah

Dalam Roma 13:1-2 disebutkan bahwa tiap-tiap orang harus tunduk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah. Sebab itu, barangsiapa yang melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya akan mendatangkan hukuman atas dirinya.

Umat Kristen, kita harus meyakini dan melakukannya dengan penuh tanggung jawab. Hal ini bukan berarti bahwa kita menyerahkan diri kepada negara, melainkan kita menyerahkan diri kepada iman kita, yang mengajarkan kepada kita untuk menjadi warga negara yang baik. Sebagai warga negara, gereja sadar bahwa agama Kristen bukanlah negara, melainkan merupakan bagian dari negara, tempat agama Kristen turut untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.

Iman Kristen tidak mewajibkan orang-orang Kristen untuk membangun negara Kristen, tetapi mengajarkan kepada umatnya untuk bersama-sama dengan masyarakat Indonesia lainnya untuk membangun bangsa ini. Iman Kristen dengan Pancasila tidak dapat dicampuradukkan. Sebab, masing-masing mempunyai falsafah tersendiri. Akan tetapi, dalam Pancasila terkandung nilai-nilai iman Kristen.

Dalam terang pengakuan dan kepercayaan itulah, kita, sebagai umat Kristen, berpartisipasi sepenuhnya dalam usaha bangsa dan negara kita untuk melanjutkan pembangunan nasional sebagai pengamalan dari sila-sila Pancasila. Dengan demikian, baik itu nilai-nilai Pancasila yang sangat diyakini kebenarannya maupun nilai-nilai kristiani yang menjadi dasar untuk berperilaku dan bertindak dalam penerapannya tergantung pada masing-masing individu, apakah mau melakukannya atau tidak.

Penutup

Pancasila adalah jiwa, pandangan hidup serta falsafah hidup bangsa Indonesia. Sikap mental, tingkah laku bangsa Indonesia mempunyai ciri khas, yang artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain. Ciri inilah yang dimaksudkan dengan kepribadian. Kepribadian bangsa Indonesia adalah Pancasila.

Umat Kristen, dalam iman yang diyakininya, mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan moral bangsa karena apa yang dijabarkan oleh Pancasila mengenai nilai-nilai hidup tercermin dalam iman Kristen.

Dengan demikian, iman Kristen harus menjadi pedoman bagi warga gereja dalam mengamalkan Pancasila.

Unduh Audio

Diambil dari:
Nama situs : Tyoino's Star Blog
Alamat situs : https://tyoino.wordpress.com/2009/04/25/pandangan-kristen-tentang-pancasila/
Judul asli artikel : Pandangan Kristen Tentang Pancasila
Penulis artikel : Yowelna Tarumasely
Tanggal akses : 5 April 2018
 

RENUNGAN Pemuda Kristen yang Berdampak bagi Bangsa dan Negara

Gambar: Pemuda Indonesia

Sebelum dan sesudah era Kemerdekaan RI, jadi sudah sejak dahulu, pemuda Kristen telah memainkan peranan penting dalam perkembangan bangsa Indonesia. Sejak tahun 1908, ketika berdiri organisasi pemuda lokal bernama Budi Oetomo, yang disusul oleh organisasi-organisasi lokal lainnya seperti Serikat Islam, Indische Partij, sampai Sumpah Pemuda terlahir pada tahun 1928, pemuda-pemuda Kristen sudah ikut berperan aktif dalam proses pembangunan bangsa. Pemuda-pemuda Kristen, seperti Johanes Leimena, Latuharhary, Sam Ratulangi, dan lain-lain, sudah tampil berkontribusi dalam membangun Indonesia. Mereka turut menggumuli keadaan sosial bangsa kita. Johanes Leimena, misalnya, menjadi orang kepercayaan Presiden Soekarno, dan menjabat sebagai pejabat Presiden sebanyak tujuh kali. Kita sangat bersyukur bisa melihat bagaimana pemuda-pemuda Kristen, seperti Leimena, Latuharhary, dan Sam Ratulangi, dapat dipakai Tuhan untuk membangun bangsa ini.

Yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah bagaimana dan apa peran pemuda Kristen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini? Apakah yang sudah dan bisa kita perbuat sebagai pemuda Kristen bagi lingkungan masyarakat di sekitar kita dan gereja kita?

Pdt. Stephen Tambayong berkata, "Pemuda Kristen harus bisa berkontribusi positif dalam segala bidang bagi bangsa dan masyarakat. Pemuda Kristen dituntut untuk berbuat yang positif, baik, atau konstruktif bagi bangsa ini. Dan, berkarya. Jangan berbuat yang negatif, seperti terlibat tawuran antarpelajar atau mahasiswa atau terlibat narkoba. Pemuda Kristen tidak boleh apatis, cuek, tidak peduli dengan permasalahan sosial yang ada. Pemuda Kristen harus kritis dan memiliki kepekaan sosial atau empati sosial yang tinggi tentang keadaan sosial masyarakat dan bangsa kita. Kita harus ikut mengambil bagian dalam pergumulan kehidupan bangsa dan masyarakat kita."

Saat ini, ada banyak hal yang bisa pemuda Kristen lakukan di tengah-tengah gereja, atau bahkan bangsa dan negara kita. Pertama, selalu berdoa bagi bangsa dan negara kita. Kedua, kita harus berbuat yang baik dan positif -- aktif berorganisasi, berdiskusi, dan kritis terhadap permasalahan sosial politik, ekonomi, dan aktif menulis di koran, media massa, dan proaktif memberi perhatian terhadap permasalahan sosial yang sedang terjadi di masyarakat, dan terjun langsung untuk membantu para korban bencana alam, serta proaktif melawan peredaran dan penyalahgunaan narkoba.

Tuhan Yesus sangat baik. Kita semua, anak-anak-Nya, wajib mengikuti teladan dan jejak-Nya. Teladan tentang kasih dan kebaikan ditunjukkan oleh Tuhan Yesus dengan senantiasa berbuat baik kepada semua orang tanpa memandang status atau latar belakang sosial -- menyembuhkan orang sakit, melepaskan mereka dari segala keterikatan, memberi makanan kepada mereka yang lapar, dan lain-lain.

Pemuda Kristen juga harus menjadi warga negara dan warga kota yang baik. Biarlah orang lain merasakan kebaikan dari sikap dan perbuatan sehari-hari. "Janganlah kamu lupa berbuat baik dan membagikan apa yang kamu miliki karena kurban seperti itulah yang menyenangkan Allah." (Ibrani 13:16, AYT) Jangan menahan kebaikan bagi mereka yang berhak menerimanya, jika ada padamu kuasa untuk melakukannya." (Amsal 3:27, AYT)

Kebaikan adalah sifat ilahi yang harus terpancar dalam kehidupan sehari-hari orang percaya. Mengapa? Karena status kita adalah sebagai anak-anak terang, umat pilihan Allah. "Sebab itu, hiduplah sebagai anak-anak terang karena terang hanya berbuahkan kebaikan, keadilan, dan kebenaran."

Diambil dari:
Nama situs : Suara Kristen
Alamat situs : http://www.suarakristen.com/2016/11/27/stephen-tambayong-peran-pemuda-kristen-harus-berdampak-di-masyarakat/
Judul asli artikel : Peran Pemuda Kristen Harus Berdampak di Masyarakat
Penulis artikel : Hotben Lingga
Tanggal akses : 5 April 2018
 
Stop Press! Mari bergabung dalam diskusi "Mengenal John Calvin" di Grup Facebook Bio-Kristi!

Johanes Calvin adalah seorang pemimpin gerakan reformasi gereja di Swiss. Ia merupakan generasi kedua dalam jajaran pelopor dan pemimpin gerakan reformasi gereja pada abad ke-16, tetapi peranannya sangat besar dalam gereja-gereja reformatoris. Gereja-gereja yang mengikuti ajaran dan tata gereja yang digariskan Calvin tersebar di seluruh dunia.

Untuk bersama-sama mengetahui lebih dalam mengenai tokoh reformasi sekaligus tokoh besar di belakang gereja-gereja beraliran reformasi ini, mari bergabung bersama kami dalam diskusi Bio-Kristi "Mengenal John Calvin". Diskusi akan berlangsung pada tanggal 17 -- 28 September 2018 di Grup Facebook Bio-Kristi.

Jika Anda tertarik, silakan mendaftarkan diri ke:
Email Bio-Kristi
Grup Bio-Kristi

 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-BinaSiswa.
binasiswa@sabda.org
e-BinaSiswa
@sabdabinasiswa
Redaksi: Ariel dan Lena L.
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2018 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org