ARTIKEL
Teknologi Komputer bagi Remaja Kristen
Kita sungguh bersyukur dengan adanya teknologi komputer. Ini adalah anugerah besar bagi manusia abad ke-21. Komputer menyebabkan dunia terasa demikian sempit. Kita tidak perlu ke mana-mana untuk menjalankan usaha. Cukup pakai website, internet, dan email. Kita tidak perlu waktu berhari-hari untuk mengirim surat. Semuanya serba cepat dan mudah. Yang menjadi tidak gampang adalah jika remaja kita sudah terikat pada komputer dan teknologinya.
Tak seorang pun bisa membendung teknologi. Dia akan terus berkembang, makin hari makin canggih dan akan membentuk komunitas tersendiri. Namun, pengaruh teknologi dan informasi juga akan mengubah gaya hidup keluarga kita. Coba perhatikan bagaimana remaja kita mengisi waktu mereka (di luar belajar, tentunya) dewasa ini? Umumnya, kalau tidak di depan TV, berhadapan dengan komputer, game atau handphone. Sebagian mungkin ada yang main musik. Masih ada yang duduk-duduk mengobrol dengan papa, mama, dan saudara lainnya?
Jika remaja kita mulai nampak bergantung pada teknologi komputer ini, saatnyalah orangtua bertindak. Kita perlu mewaspadai banyak game anak menonjolkan unsur kekerasan. Akibatnya, mereka menganggap kekerasan itu adalah hal yang biasa. Selain itu, dunia maya membuat anak bisa menciptakan dunianya sendiri di dalam komputer. Dia menjadi enggan mau bergaul dengan teman-teman, berkomunikasi dengan keluarga, atau bepergian bersama orangtua. Game telah menjadi sahabat baiknya.
Namun, Martin Elvis dalam salah satu seminarnya menegaskan ada lima hal besar yang tidak bisa dilakukan oleh media terhadap anak-anak kita:
- Media tidak dapat menyebut nama, tidak mempunyai perhatian secara pribadi, anak kita dianggap sebagai konsumer. Inilah kesempatan kita, anak kita adalah satu pribadi yang unik, kita bisa memanggil namanya, memperhatikan dia, menatap matanya, berkomunikasi secara pribadi dengan dia.
- Media tidak dapat memangku anak kita.
- Media tidak bisa memeluk anak kita, tidak bisa membacakan buku cerita sebelum tidur.
- Media tidak pernah mendengarkan anak kita. Kita diberikan anugerah untuk bisa mendengarkan curhat anak kita.
- Media tidak bisa menaikkan anak ke tempat tidur, lalu mengajaknya berdoa.
Hati-hati jika anak terlalu banyak menonton televisi atau game. Jika remaja kita suka main video game, komik, televisi, ia gampang terpengaruh. Akibatnya, dia kehilangan fokus pada hal-hal yang bersifat teks, seperti pelajaran sejarah, matematika, dan lain-lain. Tontonan televisi misalnya, sangat membuat perhatian anak mudah teralihkan dari satu isu ke isu lainnya karena banyaknya intervensi iklan di dalam setiap film. Jika seorang anak sudah terbiasa main game atau menonton terlalu lama, ketika guru meminta dia membaca buku teks, dia akan cepat mengantuk karena tidak menarik. Dia sudah terbiasa dengan gambar bergerak.
Penelitian terbaru dari Glasglow University, Inggris, menemukan bahwa rutinitas menonton televisi sebanyak dua jam sehari atau lebih dapat memicu asma. Menurut laporan, pola bernapas yang berasosiasi dengan kebiasaan duduk yang terus-menerus mengarah pada gangguan paru-paru dan napas anak-anak. Ditemukan bahwa 6% anak-anak tanpa gejala asma pada awalnya ketika usia 12 tumbuh dengan gejala asma. Pada anak dengan frekuensi menonton lebih dari 2 jam sehari, gejala asma ditemui dua kali lipatnya.
Menurut Martin Elvis, game dan film kekerasan telah melenyapkan empati dalam diri anak kita. Media seperti video game dan digital game justru bermuatan agresivitas yang hanya menciptakan kecerdasan destruktif. Perasaan empati lenyap di dalam dunia game yang cenderung mengutamakan kecepatan, rasionalitas, dan ketepatan.
Hal penting lainnya adalah jangan sampai anak terlalu lama bermain game. Sejak anak mulai mengenal game komputer (juga jenis game lain: PlayStation, Nintendo Wii, Gameboy, dsb.), orangtua harus menunjukkan otoritas. Buatlah kesepakatan "syarat dan ketentuan" dengan anak berapa lama mereka boleh bermain game. Intinya, batasi. Jika sejak awal kita konsisten dengan hal ini, saat mereka remaja nanti negosiasi bisa dilakukan. Akan tetapi, kalau dari kecil tidak ada batasan, orangtua akan kewalahan ketika anak masuk usia remaja.
Untuk tetap memberlakukan otoritas orangtua, ada harga yang harus kita bayar. Di antaranya menyediakan waktu terbaik kita untuk menemani anak-anak. Beri waktu berkomunikasi dan bermain bersama remaja kita. Kita bisa main catur, halma, ular tangga, monopoli, dan sebagainya. Baik juga mengajar anak berolahraga atau main musik. Komunikasi seperti ini dapat menjadi hiburan pengganti yang menyenangkan anak dan lebih membantu pertumbuhan emosi anak. Daripada membiarkan remaja berlama-lama di depan televisi atau komputer, sediakanlah waktu Anda bermain dengan mereka.
Gaya hidup remaja yang berkaitan dengan komputer sekarang ini sudah mengarah ke sesuatu yang membangun pertemanan di dunia maya. Sekarang, tiap remaja minimal punya email, blog, dan Facebook, lebih-lebih di kota besar atau tempat-tempat yang punya akses internet. Sayangnya, hal ini menghilangkan berbagai aspek kemanusiaan kita. Remaja merasa punya banyak teman, tetapi kenyataannya tidak berteman. Tidak ada yang bisa dipegang. Tren ini menyuburkan individualisme kita sebagai manusia.
Yang terpenting dalam membina remaja adalah menanamkan nilai. Kalau anak-anak kita sudah punya batasan yang benar dalam firman Tuhan, maka dia bisa membedakan yang benar dari yang salah, terutama saat dia menghadapi banjirnya informasi media audio visual yang sangat menggoda.
Jika Terlanjur
Apa yang harus kita lakukan bila remaja kita terlanjur masuk dalam ketergantungan pada media secara tidak sehat?
- Utamakan pendampingan yang penuh kasih dari orangtua. Kehadiran dan keterlibatan orangtua dalam semua aktivitas bersama akan menolong remaja menghargai figur otoritas. Berikanlah waktu terbaik bersama mereka. Usahakan mengenali game dan tontonan mereka, lalu secara bertahap kita mengalihkan mereka kepada hal yang lebih baik.
- Kita melibatkan mereka pada kegiatan positif, misalnya ikut klub olahraga. Tujuannya agar mereka terhindar dari aktivitas negatif seperti judi, narkoba, dan lain-lain.
- Perhatikan Ulangan 6:6-9. Perintah Tuhan ini tidak ditujukan kepada suatu lembaga, sekolah, gereja atau bangsa, tetapi kepada keluarga. Ayat ini menekankan betapa pentingnya kita membicarakan (audio) Firman secara berulang kepada anak serta mengajarkannya di mana pun kita berada. Tuhan juga minta kita mengomunikasikannya secara visual (menaruh tanda pada tangan, lambang di dahi, dan menuliskannya pada pintu rumah dan pintu gerbang).
Bagaimana pun, kalau sudah terlanjur, tidak ada cara yang mudah untuk keluar. Lebih baik menjaga daripada mengobati.
Tip Menolong Remaja Menggunakan Media secara Sehat
- Latihlah anak menghargai figur otoritas sejak mereka kecil.
- Kenalkan batasan bermain dari awal: waktu, jenis game, film, dan komik. Tetapkan "syarat dan kondisi" main. Awasi jika anak mulai menampakkan tanda-tanda terlalu banyak main.
- Jangan bertindak reaktif, melainkan tanamkan nilai-nilai kebenaran sejak mereka kecil lewat mengobrol, cerita, dan persekutuan keluarga.
- Biasakanlah bermain bersama anak. Ini akan mendekatkan Anda dengan anak dan membuat mereka menghargai otoritas kita sebagai orangtua. Sedapat mungkin, temani mereka menonton TV dan mendiskusikannya.
- Biasakan anak menyanyikan lagu yang sehat dan membangun jiwa.
- Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, usahakan anak bermain di rumah, bukan di warnet.
Diambil dari: |
Judul buku |
: |
Remaja, Media, dan Gaya Hidup |
Judul asli artikel |
: |
Komputer |
Penulis |
: |
Julianto Simanjuntak & Roswitha Ndraha |
Penerbit |
: |
Yayasan Peduli Konseling Indonesia (YAPKI), Tangerang 2009 |
Halaman |
: |
40 -- 46 |
|