Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/56 |
|
e-BinaSiswa edisi 56 (1-2-2016)
|
|
e-BinaSiswa -- Remaja dan Komunitas Gereja (2) Edisi 56/Februari 2016 DAFTAR ISI: ARTIKEL: KAUM MUDA MASA DEPAN GEREJA KIAT PEMBINA: BAGAIMANA MEMBANGUN KOMUNITAS REMAJA YANG SEHAT DALAM GEREJA? Salam kasih dalam Kristus, Kemajuan gereja pada masa mendatang ditentukan oleh tindakan kaum muda saat ini. Mereka yang terkenal dengan sifatnya yang energik, kreatif, dan inovatif diharapkan mampu membawa gereja ke arah yang makin sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Akan tetapi, dalam perjalanan hidupnya, kaum muda juga mengalami beberapa masalah dan tantangan dalam pertumbuhan mereka. Secara tidak langsung, hal ini bisa memengaruhi perkembangan gereja tergantung dari cara kaum muda ini menghadapi masalah mereka, apakah masalah tersebut akan membawa mereka mendekat kepada Tuhan, atau malah mengikuti arus dunia. Pemuda Kristen harus memahami peran mereka bagi masa depan gereja. Melalui pemahaman inilah, mereka tentunya tahu bagaimana harus bersikap dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Hanya dengan berpegang pada kebenaran firman Tuhan, para pemuda dapat membentengi diri mereka dari hal-hal yang dapat menjerumuskan diri mereka ke dalam dosa. Staf Redaksi e-BinaSiswa, Hossiana < http://remaja.sabda.org > ARTIKEL: KAUM MUDA MASA DEPAN GEREJA Kekristenan pada masa kini menghadapi masa-masa sulit (seperti yang digambarkan dalam 2 Timotius 3), baik dari luar maupun dari dalam gereja, yaitu: 1. Dari luar gereja: ide-ide yang tidak alkitabiah lebih banyak digemari orang daripada doktrin atau ajaran yang benar. 2. Dari dalam gereja: musuh dalam selimut (ajaran sesat/sensasional dan gaya hidup yang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab). Tantangan lebih khusus juga dihadapi oleh kaum muda abad ke-21, yaitu: - Masa pencarian jati diri: kehidupan yang masih labil dan mudah terprovokasi dari luar. - Mempertanyakan masa depan: pekerjaan, karier, pasangan hidup, dll.. - Menaruh antusiasme yang tinggi terhadap teknologi: iPad, internet, BlackBerry, dan Smartphone. - Menaruh perhatian pada ekspose kekerasan: film-film sadis, horor, dll.. - Mengalami situasi keluarga yang terpecah: tinggal jauh dari keluarga, keluarga yang bercerai, tetangga tidak saling kenal, dll.. - Menaruh perhatian pada eksploitasi seksual: film porno dan menyamakan seks dengan kasih. - Menaruh perhatian pada hal-hal baru dan ajaib: tayangan sulap, film tentang sihir, buku tentang jalan-jalan ke surga, dll.. - Menentang otoritas dari luar dirinya. Jika kita melihat situasi abad ke-21 ini, tidak dapat diingkari bahwa anak muda perkotaan merupakan sasaran paling empuk dari segala bentuk pengajaran sesat pada masa kini. Padahal, masa depan gereja terletak di tangan kaum muda. Meskipun demikian, patut disyukuri bahwa survei Gallup baru-baru ini memperlihatkan bahwa hampir 60 -- 80 persen kaum muda Kristen di Indonesia masih menaruh perhatian serius pada hal-hal spiritual dan kegiatan gereja meskipun dengan motivasi yang berbeda- beda. Pada abad ke-21 ini, Tuhan menginginkan ada restorasi terjadi dalam gereja. Memahami peran sentral kaum muda bagi masa depan gereja. Bagaimana sikap yang benar dari kaum muda Kristen menghadapi situasi dan perkembangan dunia masa kini? 1. Berpegang pada ajaran Alkitab (Mazmur 119:9; 2 Timotius 3:15-17). Hidup manusia gereja terletak pada kepercayaan terhadap Alkitab sebagai firman Allah. Penolakan terhadap Alkitab merupakan awal penolakan dari keruntuhan kekristenan. Kaum muda harus terus belajar untuk memandang segala persoalan kehidupan dari perspektif Alkitab (soal masa depan, pacaran, menikah, karier, makna, dan tujuan hidup). Kehidupan yang berdasar pada Alkitab dan berorientasi pada kemuliaan Allah merupakan modal dasar yang penting bagi kebahagiaan masa muda dan kekuatan untuk menghadapi tantangan apa pun pada usia muda, bahkan hingga masa tua. 2. Mengenal dan mempelajari doktrin atau ajaran dasar iman Kristen. Dibutuhkan pengetahuan yang benar akan isi firman Allah. Keteguhan hati untuk berpegang pada firman Allah secara benar dan bertanggung jawab akan menghindarkan kita dari berbagai pengaruh ajaran sesat. Bahkan, ketika menghadapi kesulitan dan penderitaan, kita akan lebih tabah dan kuat jika hidup dalam kebenaran firman Allah. Karena itu, kaum muda harus takut dan bersemangat untuk mempelajari Alkitab, membaca buku-buku teologi, mengikuti pemahaman Alkitab dan pembinaan di gereja, aktif dalam kegiatan KTB (Kelompok Tumbuh Bersama), dan kegiatan-kegiatan lainnya. 3. Melibatkan diri secara aktif dalam pelayanan gereja. Tidak dapat dimungkiri bahwa masa muda adalah masa suka berkumpul. Ikatan emosional dengan teman/sahabat jauh lebih kuat daripada dengan keluarga. Namun, perlu diperhatikan bahwa "pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik" (1 Korintus 15:33). Menghadapi situasi ini, pilihan terbaik adalah gereja sendiri. Melalui Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) dan kegiatan gereja lainnya, kaum muda dapat menyalurkan kreativitas dan bakatnya untuk mengembangkan potensi diri maupun sesamanya. Oleh sebab itu, gereja harus menaruh perhatian serius supaya kegiatan-kegiatan gereja berdampak secara efektif untuk pengembangan sumber daya kaum muda serta terus mendorong mereka untuk semakin mencintai gereja, serta menjadikan gereja sebagai "milik" mereka sehingga setiap generasi kaum muda merasa perlu untuk terlibat secara aktif memajukan gereja. Sering kali, terjadi gap antara generasi tua dengan generasi muda di dalam gereja. Generasi tua "ngotot" untuk menerapkan cara lama yang sudah bertahun-tahun dipraktikkan, sedangkan generasi muda merumuskan dengan cara dan kegiatan baru karena beranggapan bahwa produk generasi tua sudah "ketinggalan zaman". Dampaknya, sering kali konflik dan kesenjangan terjadi. Untuk menghindari hal tersebut, generasi tua sebaiknya melakukan evaluasi terhadap kegiatan gereja (yang dianggap tidak efektif dan tidak relevan harus rela dibarui, yang masih relevan dipertahankan) agar tetap relevan dengan perkembangan zaman, tetapi tetap alkitabiah, serta meningkatkan komunikasi dan kebersamaan dengan generasi muda sehingga mata rantai regenerasi gereja tidak terputus. Berkaca dari gereja di Barat, generasi tua harus memikirkan pentingnya kaderisasi bagi kaum muda gereja sehingga tercipta kaum muda dan generasi penerus yang semakin berkualitas dan memuliakan nama Tuhan. Soli Deo Gloria! Diambil dari: Nama situs: Tanya Alkitab Alamat URL: http://www.tanyaalkitab.com/2013/02/kaum-muda-masa-depan-gereja.html Penulis artikel: Y.J. Tanggal akses: 4 Maret 2015 KIAT PEMBINA: BAGAIMANA MEMBANGUN KOMUNITAS REMAJA YANG SEHAT DALAM GEREJA? Ditulis oleh: Amidya Komunitas berarti kelompok orang yang hidup saling berinteraksi di dalam daerah tertentu, atau kelompok orang yang memiliki kesamaan, misalnya kesamaan hobi, kesamaan tujuan, atau kesamaan pekerjaan. Komunitas yang sehat adalah komunitas yang anggota-anggotanya saling memberikan kontribusi yang positif dan bernilai, baik bagi komunitas itu sendiri maupun lingkungan di luar komunitasnya. Bagi remaja, komunitas memiliki daya tarik tersendiri karena selain mereka bisa mengekspresikan kesukaan dan minat mereka, mereka juga belajar untuk menemukan jati diri mereka dalam masyarakat. Bagaimana dengan remaja Kristen? Apakah perlu ada komunitas khusus untuk remaja Kristen dalam gereja? Bagaimana komunitas-komunitas yang sehat bagi remaja bisa dibentuk dan diadakan di gereja? Sebelumnya, mari kita melihat beberapa ciri komunitas/persekutuan/perkumpulan yang baik menurut Robert E. Slave dalam bukunya yang berjudul "Cooperative Learning", di antaranya: 1. Komunitas yang baik adalah komunitas yang membawa anggotanya bisa menjadi diri sendiri serta terbuka terhadap segala masukan dan kritik. 2. Komunitas yang baik adalah komunitas yang menunjukkan simpatinya kepada sesama anggota komunitas, bukan saat senang saja, tetapi juga saat susah. 3. Komunitas yang baik adalah komunitas yang mempunyai belas kasihan terhadap sesama dan selalu mengajak anggotanya peduli terhadap beban sesama. Lalu, komunitas apa saja yang dapat dibentuk dan diikuti oleh remaja di gereja? 1. Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) Kelompok Tumbuh Bersama adalah sekelompok orang-orang yang bersama- sama belajar firman Tuhan. Kelompok seperti ini biasanya terdiri dari tiga hingga enam orang. Kelompok Tumbuh Bersama dapat dibentuk oleh gereja dan menerapkan sistem belajar Alkitab kepada para remaja. Melalui komunitas ini, remaja didorong untuk cinta akan firman Tuhan, bertumbuh bersama dalam komunitas remaja yang percaya Kristus, dan lebih dari itu, secara bertahap para remaja sedang dididik untuk mengalami pertumbuhan iman dalam pengajaran alkitabiah. 2. Kelompok Remaja Berdoa Dalam gereja, pembina remaja dapat pula menggerakkan para remaja untuk membentuk satu kelompok doa. Pembina dapat mengagendakan jadwal untuk semua remaja dalam satu gereja dapat berdoa bersama. Dari kelompok ini, kita dapat menolong remaja untuk membentuk satu identitas remaja Kristen, yaitu remaja yang suka berdoa. Mazbah doa, jaringan doa, dan menara doa adalah beberapa komunitas remaja berdoa yang dapat dilakukan dalam gereja. 3. Komunitas Guru Sekolah Minggu Remaja adalah sumber daya yang dapat dipergunakan untuk menolong dan melayani dalam sekolah minggu. Semangat yang tinggi, spontanitas, dan ide-ide yang baru merupakan kontribusi besar yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan sekolah minggu. Pembina sekolah minggu dapat melibatkan anak-anak remaja untuk turut serta melayani dalam sekolah minggu. Dalam komunitas ini, para remaja bisa mendapatkan training mengenai pelayanan anak. Dengan demikian, setiap remaja tidak hanya dipersiapkan untuk melayani, tetapi juga dipersiapkan sebagai generasi penerus sebuah gereja. 4. Komunitas Remaja Kristen Peduli Lingkungan Selain komunitas yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan rohani, gereja dapat pula membentuk sebuah komunitas remaja yang peduli lingkungan. Gereja berada di tengah-tengah lingkungan. Untuk itu, setiap jemaat dapat digerakkan untuk cinta lingkungan dan sadar lingkungan. Remaja dapat digalakkan untuk peduli terhadap lingkungannya, minimal di area gereja. Kegiatannya dapat berupa membersihkan lingkungan gereja, menanam pohon, memberikan penyuluhan tentang lingkungan yang sehat kepada warga sekitar, dll.. Dengan demikian, gereja akan mampu menjadi terang di tengah-tengah masyarakat dan para remaja juga dibina menjadi remaja yang peduli dengan lingkungan di mana mereka tinggal. 5. Komunitas Teknologi Informasi Remaja Kristen Abad ke-21 adalah zaman teknologi informasi (TI). Gereja saat ini pun perlu memikirkan bagaimana penerapan TI ini bisa dipakai dalam gereja. Gereja bisa memanfaatkan anak-anak muda yang senang melakukan kegiatan/kreasi yang berhubungan dengan TI dengan membentuk komunitas TI dalam gereja. Melalui komunitas ini, anak-anak muda bisa diarahkan untuk menggunakan TI bagi kemuliaan Tuhan dan menerapkannya dimulai dari gereja. Remaja dapat diberikan training mengenai TI, diskusi mengenai TI, dan dilibatkan dalam pelayanan IT/multimedia di gereja. Banyak cara yang dapat gereja lakukan untuk membina para remaja. Dalam komunitas-komunitas yang ada, gereja dapat memfasilitasi apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan para remaja. Lebih dari itu, remaja yang berada dalam komunitas dapat melakukan kegiatan yang positif. Mereka tidak mengikuti arus pergaulan remaja pada masa sekarang ini, tetapi mereka dapat menyalurkan kreativitas dalam komunitas dan mereka dipersiapkan gereja sebagai generasi penerus dalam komunitas tersebut. Bimbingan yang dapat diberikan kepada remaja adalah membantu mengevaluasi setiap permasalahan yang sulit dipecahkan dalam komunitas, memantau perkembangan, dan memberikan motivasi melalui renungan/firman apabila komunitas tersebut merupakan komunitas yang berhubungan dengan kegiatan agama kristen. Membantu dalam proses evaluasi kinerja komunitas yang sudah berjalan agar dapat bertahan dan terus berkembang. Dengan demikian, ide, tenaga, dan "passion" dari para remaja dapat disalurkan dalam kegiatan-kegiatan yang bernilai. Gereja menyediakan komunitas, sedangkan remaja yang akan menggerakkan komunitas itu. Dengan demikian, remaja memiliki komunitas yang baik dan sehat dalam gereja. Sumber bacaan: 1. Slave, Robert E.. 2008. "Cooperative Learning". Bandung: Nusa Media. Hlm. 102-105 2. Simanjuntak, J., Ndraha, R. 2009. ",9 Masalah Utama Remaja". Jakarta: YAPKI. Kontak: binasiswa(at)sabda.org Redaksi: Amidya, Hossiana, dan Davida Berlangganan: subscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |