Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/50 |
|
e-BinaSiswa edisi 50 (3-8-2015)
|
|
e-BinaSiswa -- Remaja dan Identitas Diri (2) Edisi 50/Agustus 2015 DAFTAR ISI: KIAT PEMBINA: MEMBANGUN IDENTITAS DIRI KAUM MUDA YANG SEHAT BAHAN AJAR: IDENTITAS DIRI ANAK-ANAK TUHAN STOP PRESS: APLIKASI BARU DARI SABDA ANDROID: RENUNGAN OSWALD CHAMBERS (ROC) Salam kasih, Remaja memang identik dengan "pencarian identitas". Banyak hal yang mereka lakukan untuk mendapatkan jati diri mereka. Akan tetapi, masih banyak remaja yang mencari jati diri mereka dengan cara yang salah sehingga mereka terjerumus ke dalam hal-hal yang berbau negatif. Lingkungan tempat mereka bergaul dan kemajuan teknologi informasi yang semakin berkembang menjadi salah satu faktor penyebabnya. Sebagai anak-anak Tuhan, kita harus memahami bagaimana mencari identitas diri kita dengan benar. Firman Tuhan harus menjadi landasan bagi hidup kita. Kita adalah buatan tangan Allah, serupa, dan segambar dengan Dia. Oleh karena itu, identitas diri kita haruslah sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Memang bukanlah hal yang mudah untuk mendapatkan identitas diri yang baik. Namun, jika kita terus membina dan membangun hubungan kita dengan Tuhan Yesus, identitas yang selama ini kita cari akan kita dapatkan. Redaksi Tamu e-BinaSiswa, Hossiana <http://remaja.sabda.org > KIAT PEMBINA: MEMBANGUN IDENTITAS DIRI KAUM MUDA YANG SEHAT Apakah identitas diri itu? Jika kita sering diminta untuk mengeluarkan kartu identitas kita, apa saja yang tertera di sana? Nama, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, status, tempat/tanggal lahir, agama, golongan darah, dan lain sebagainya. Kaum muda dan remaja sedang berproses untuk menyusun jawaban atas pertanyaan identitas tersebut. Mereka sedang memperjuangkan apa arti nama mereka di mata masyarakat. Mereka sedang mencari tahu bagaimana mereka berperan dalam kapasitas gender mereka, bahkan sebagian dari mereka sedang mencari tahu apakah mereka seorang laki-laki atau perempuan. Mereka sedang menentukan sikap sebagai seorang pelajar atau pekerja, apa pekerjaan mereka kelak sebagai pegawai, pengusaha, pekerja sosial, pemuka agama ataukah menjadi seorang penjahat. Kaum muda juga sedang mencari jawaban akan status mereka, akankah menikah, lajang, ataukah nantinya menjadi janda/duda. Mereka pun sedang mencari jati diri dalam kehidupan rohani yang ada, apakah akan memilih Kristus, penganut aliran kepercayaan, Muslim, Buddha, atau yang lainnya. Kaum muda dan remaja sedang berburu dan berjuang untuk menemukan siapa sebenarnya diri mereka. Erik Erickson (tokoh penggagas teori psikologi) menyebutnya sebagai fase pencarian identitas. Identitas itu sendiri merupakan potret diri yang terdiri atas banyak bagian (identitas karier, agama, intelektual, seksual, budaya, minat, kepribadian, citra diri) (Santrock, 2003). Sedangkan dalam tahapan perkembangan yang dialami individu, remaja dihadapkan untuk memutuskan siapa mereka, apa yang akan mereka lakukan, dan ke mana tujuan hidup mereka. Fase ini oleh Erik Erickson dinamakan identitas versus kebingungan identitas (identity versus identity confusion). Jika pada fase remajanya individu bisa menemukan dirinya, ia akan dapat membentuk identitas yang pasti dan pada akhirnya akan dapat menjalani kehidupannya pada fase berikutnya secara lebih positif. Sedangkan jika tidak menemukan identitas dirinya, ia akan menjadi pribadi yang mengalami kebingungan identitas. Kebingungan identitas pada masa dewasa dapat dicontohkan dengan individu yang selalu berganti pekerjaan, berpindah agama, selalu ingin mengubah fisik dengan operasi plastik, tidak tahu arah tujuan hidup, dan lain-lain. Ketika identitas diri itu telah melekat pada masa dewasa, akan sangat sulit untuk mengubahnya. Fase remaja adalah fase penentuan mereka memilih identitas diri mereka karenanya fase ini adalah fase yang sangat penting untuk mengenalkan identitas diri yang benar dan sehat. Saat ini, generasi abad 21 adalah generasi milenium yang sudah mengenal dunia maya yang sangat luas. Beragam pilihan dan informasi yang diserap akan memberikan model bagi remaja. Keluasan informasi ini membuat para remaja pada akhirnya akan belajar mengenai berbagai macam pilihan identitas, entah itu sesuatu yang baik ataupun tidak baik. Bagaimana identitas diri yang sehat itu? Identitas yang sehat adalah identitas yang sesuai dengan kebenaran firman Allah dan dengan keberadaan dirinya itu, individu mampu menempatkan diri, bersikap serta berkarya dengan baik dalam dunia ini. Allah menciptakan manusia segambar dan serupa dengan Dia (Kejadian 1:26). Dengan demikian, identitas diri yang benar adalah identitas yang serupa dengan gambaran ilahi. Identitas ini akan memberikan dampak buah Roh dalam kehidupan sehari-hari. Dengan karakteristik buah Roh itu, setiap individu akan ditolong untuk memiliki sikap yang tepat dalam menyelesaikan persoalan. Identitas diri yang sehat membawa identitas Kristus, memiliki pekerjaan yang bertujuan untuk menyukakan hati Tuhan, memiliki peran gender yang sudah Tuhan anugerahkan (menjadi pria dan wanita yang sesuai dengan maksud hati Tuhan), menjalankan peran yang tepat sebagai pribadi yang berkeluarga atau single, dan bekerja sesuai dengan panggilan dan karunia yang Tuhan telah berikan. Mencapai identitas diri yang sehat bukanlah proses yang singkat dan mudah. Semuanya membutuhkan komitmen dan konsistensi. Remaja membutuhkan model identitas diri yang sehat, yaitu Kristus. Remaja perlu mengenal model identitas diri yang sehat itu dengan cara mengenalkan Kristus lewat penggalian firman Tuhan, menunjukkan karakter Kristus lewat hidup sehari-hari, dan memberikan pendampingan terus-menerus. Ya, remaja generasi ini membutuhkan pendampingan. Mereka adalah pribadi yang suka menuntut, dan pada akhirnya mereka menjadi pribadi yang sulit mendapatkan "arahan"atau "perintah". Mereka lebih suka dengan adanya "pendampingan". Kelompok pemuridan dengan sedikit orang akan memberikan dampak yang sangat efektif bagi pengembangan pribadi remaja. Orang tua dan pemimpin kelompok adalah sosok yang dapat menjadi model identitas diri yang sehat. Sebagai seorang pribadi, kaum muda yang sedang menyusun puzzle identitas dirinya harus berlatih. Charles R. Swindoll dalam bukunya "So, You Want to Be like Christ"mengungkapkan hal utama yang disampaikan Paulus kepada Timotius adalah "Latihlah dirimu beribadah" (1 Timotius 4:7). Upaya membangun diri serupa dengan Kristus adalah berlatih disiplin. Relasi yang intim dengan Tuhan akan menghasilkan kedisiplinan yang memberikan pengaruh bagi pembentukan identitas diri yang sehat. Kesulitan membangun identitas diri yang sehat pun tidak lepas dari perjalanan kehidupan seseorang sejak masa kanak-kanak. Pengaruh lingkungan dan peristiwa yang dialami memberikan sumbangsih bagi pembentukan identitas diri seseorang. Sebab itu, orang tua dan guru- guru harus memiliki kepekaan untuk segera menolong anak-anak, remaja, dan kaum muda dalam membangun identitas yang sehat. Ini wajib hukumnya karena jika kesempatan membangun ini terlewat, remaja akan memiliki identitas yang buruk, dan pada akhirnya akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak sehat. Teruslah berjuang serupa dengan Kristus. Diambil dan disunting dari: Nama situs: Perkantas Jatim Alamat URL: http://www.perkantasjatim.org/index.php?g=articles&id=148 Judul asli artikel: Membangun Identitas Diri Kaum Muda yang Sehat Penulis artikel: Tidak Dicantumkan Tanggal akses: 6 Mei 2015 BAHAN AJAR: IDENTITAS DIRI ANAK-ANAK TUHAN Ditulis oleh: Amidya A. Landasan Alkitab Mazmur 139:13-16 B. Tujuan Remaja memiliki identitas diri yang benar sebagai anak-anak Tuhan. C. Refleksi Tuhan menciptakan kita dengan sungguh luar biasa. Ia menjadikan kita serupa dengan gambar dan rupa-Nya, dan Tuhan berkarya dalam setiap pertumbuhan kita pada masa pra Natal. Tuhan Allah terlibat secara aktif dan kreatif dalam perkembangan hidup manusia. Seperti yang dituliskan Mazmur 139:13-16 bahwa Tuhan memerhatikan seorang bayi sejak dikandung; perhatian-Nya kepada janin itu berlangsung sampai membuat rencana bagi hidupnya kelak. Lebih detail dituliskan dalam Mazmur 139:16 bahwa, "mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya". Tuhan melihat dan Ia memerhatikan sewaktu kita masih menjadi bakal anak dan setiap hari kita tidak terluput dari pengawasan Tuhan. Kita adalah anak-anak Tuhan karena Tuhanlah yang menenun kita dalam rahim ibu kita. Secara biologis, kita memang memiliki orang tua, tetapi secara teologis, kita memiliki identitas sebagai anak-anak Tuhan. Identitas yang kita miliki adalah sebuah kasih karunia, bukan hasil usaha kita, tetapi Tuhanlah yang menyerahkan diri-Nya mati bagi kita sehingga kita layak menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Apabila kita adalah anak-anak Allah dan Roh Kudus berdiam di dalam hati kita, kita harus hidup sesuai dengan kebenaran firman Allah. Janganlah kita menjadi serupa dengan dunia. Kita memiliki identitas yang berbeda dengan anak-anak dunia. Sebagai anak Allah, kita harus mencintai firman-Nya, merenungkan firman-Nya siang dan malam, mengasihi sesama, melayani Tuhan, menghasilkan buah Roh Kudus, dan sebagainya. Sebagian anak-anak dunia akan lebih mencintai hal-hal yang Paulus tuliskan kepada jemaat di kota Galatia, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, pencederaan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora, dan sebagainya. Oleh karena itu, marilah kita hidup sebagai anak-anak Tuhan dan menjadi terang di tengah-tengah dunia ini sehingga kita tidak tercemar seperti anak-anak dunia, tetapi kita dapat memuliakan Tuhan melalui sikap hidup kita. "Biarlah terangmu juga bercahaya dengan cara yang sama supaya mereka dapat melihat perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga."(Matius 5:16 - AYT DRAFT) "Jadilah generasi yang memiliki identitas Kristus!" D. Diskusi 1. Identitas apakah yang kita miliki sebagai anak-anak Tuhan berdasarkan ayat-ayat berikut ini? - Kejadian 1:27 - Yohanes 15:17 - Galatia 5:22-23 - Filipi 4:8 2. Mengapa firman Tuhan mendorong kita untuk tidak serupa dengan dunia? - Yohanes 15:18-20 - Roma 12:2 3. Faktor apa saja yang menghambat kita untuk menyatakan identitas kita sebagai murid Kristus? 4. Sebutkan keistimewaan diri kita sebagai anak-anak Tuhan! - Kejadian 1:26-27 - Efesus 2:10 - Matius 10:31 5. Bagaimana sikap kita dalam merespons identitas kita sebagai anak- anak Tuhan? E. Kesimpulan Firman Tuhan telah menyatakan bahwa kita memiliki identitas yang tidak serupa dengan dunia ini. Siapa yang hidup seturut dengan dunia adalah anak-anak dunia, tetapi siapa yang hidup seturut dengan kehendak Tuhan dan kebenaran firman-Nya adalah anak-anak Tuhan. Kita berharga di mata Tuhan. Tuhan sungguh mengasihi kita, maka dari itu marilah kita hidup sebagai anak-anak Tuhan yang menyatakan terang Kristus ke segala arah, menghasilkan buah Roh Kudus dan mengimplementasikan kebenaran Alkitab dalam hidup kita sehari-hari. Sumber bacaan: 1. Gunawan, Bambang, dkk. 2011. "Suluh Siswa Kelas X". Jakarta: BPK Gunung Mulia 2. Tafsiran Mazmur 139:13. Dalam http://alkitab.sabda.org/commentary.php?passage=Mazmur+139%3A13 STOP PRESS: APLIKASI BARU DARI SABDA ANDROID: RENUNGAN OSWALD CHAMBERS (ROC) Berita gembira untuk Anda! Nikmatilah Renungan Oswald Chambers (ROC) setiap hari dengan aplikasi Android SABDA. Bukalah hati Anda untuk dibentuk melalui uraian Firman Tuhan yang Anda renungkan bersama Oswald Chambers. Renungan harian "My Utmost For His Highest"adalah karya besar yang ditulis oleh Oswald Chamber. Terbit pertama kali tahun 1935 dan sangat disukai oleh banyak orang Kristen dari seluruh dunia dan masuk menjadi sepuluh besar buku Kristen yang terlaris. Download: https://play.google.com/store/apps/details?id=org.sabda.renunganchambers Informasi lebih lengkap: http://android.sabda.org Kontak: binasiswa(at)sabda.org Redaksi: Amidya, Bayu, dan Odysius Berlangganan: subscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA <http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |