Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/5

e-BinaSiswa edisi 5 (6-12-2012)

Remaja dan Natal(I)

e-BinaSiswa -- Remaja dan Natal (I)
Edisi 05/Desember 2012

DAFTAR ISI
ARTIKEL: MENGGALI KEMBALI HARTA KARUN NATAL
RENUNGAN: NATAL PAK KUIN
INFO: VIDEO KISAH NATAL

Shalom,

Sebentar lagi kita akan merayakan hari Natal, hari kelahiran Tuhan 
Yesus di dunia ini. Itu adalah hari ketika misi penyelamatan manusia 
dimulai. Namun, semangat hari Natal sekarang ini lebih didominasi 
dengan perayaan, pohon natal dan pernak-perniknya, hadiah natal, dan 
lain sebagainya. Apakah itu makna Natal yang sesungguhnya? Kiranya 
dengan meluangkan waktu untuk tenang, berdoa, dan merenungkan firman 
Tuhan, kita dapat menggali kembali harta karun Natal. Simak juga 
renungan singkat yang akan mengajak Anda untuk berbagi kasih serta 
info menarik seputar Natal. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati.

Staf Redaksi e-BinaSiswa,
Yusak Charisma Nugraha
< http://remaja.sabda.org >


             ARTIKEL: MENGGALI KEMBALI HARTA KARUN NATAL

Kelahiran Yesus Kristus adalah sebagai berikut: ...." (Matius 1:18)

Untuk kesekian kalinya, umat Kristiani memperingati dan merayakan 
Natal -- peristiwa kelahiran Yesus, Pribadi yang Maha Agung. Tuhan dan 
Juru Selamat dunia. Terjadinya sendiri pada masa ketika Kaisar Agustus 
mengeluarkan ketetapan agar "di seluruh dunia", maksudnya di seluruh 
wilayah Imperium Romawi, diselenggarakan sensus kependudukan (Lukas 
2:1). 
Yaitu "sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria" (ayat 2). 
Itu berarti sekitar tahun 4 sM.

Natal, peristiwa yang satu ini pastilah kaya makna, terutama bagi umat 
Kristiani. Karena itu, gereja memperingati dan merayakannya setiap 
tahun, supaya kekayaan maknanya terus-menerus memaknai kehidupan kita.

Sebenarnya, kapan pertama kali umat Kristiani memperingati dan 
merayakan Natal? Jawabannya, tergantung umat Kristiani yang mana. Umat 
Kristiani di Mesir, misalnya, konon mulai merayakan Natal pada abad 
ke-3, tanggalnya 6 Januari, bertepatan dengan suatu hari raya umum. 
Namun, Gereja Roma Katolik sendiri mulai memperingati Natal pada akhir 
abad ke-4, tanggalnya 25 Desember. Tanggal itu sengaja dipilih supaya 
peringatan Natal "meng-anti-kan" perayaan kafir natalis solis invicti-
-"lahirnya Sang Matahari yang tak tertaklukkan". Selanjutnya, tanggal 
itu pun diikuti oleh gereja-gereja di tempat-tempat lain sampai dengan 
sekarang. Jadi, dihitung-hitung, tradisi memperingati dan merayakan 
Natal sudah cukup tua usianya. Sudah lebih dari enam belas abad!

Yang menjadi pertanyaan, setelah lebih dari enam belas abad 
diperingati dan dirayakan, masihkah kekayaan makna Natal yang semula 
dimiliki oleh umat Kristiani pada abad ke-21 ini? Saya 
menyangsikannya. Dewasa ini, Natal sudah begitu dikomersialkan. 
Dijadikan bisnis. Sorotan Natal tidak lagi pada Pribadi yang 
kelahiran-Nya dirayakan, tetapi sudah beralih pada pernak-pernik 
Natal--pohon Natal, hiasan Natal, lagu Natal, kado Natal, dsb.--dan 
pelbagai aktivitas yang menjadikan malam Natal tidak lagi "... kudus, 
sunyi senyap", tapi hedonis dan ingar-bingar!

Bagaimana kita sebagai generasi Kristen yang kesekian--sudah jauh 
sekali dengan generasi Kristen yang pertama kali merayakan Natal--bisa 
mengerti, menghayati, dan menghidupi kembali kekayaan makna Natal yang 
semula? Caranya, bisa dengan mempelajari sejarah gereja, khususnya 
tentang asal-usul peringatan Natal yang pertama kali di akhir abad ke-
4. Namun, saya juga menyangsikan adanya catatan historis yang 
orisinil, lengkap, dan akurat tentang itu. Kalau begitu, bagaimana? 
Cara yang lebih utama dan tepat adalah dengan menggali kembali harta 
karun Natal, yang tersimpan dengan baik di dalam Alkitab. Kitab ilahi 
ini menuturkan jalan cerita peristiwa yang mahaagung tersebut: 
"Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: ...."

Tulisan dalam Alkitab berisi untaian paparan inspiratif tentang Natal. 
Setiap paparan lahir dari perenungan yang dalam dan personal dari 
setiap penulisnya, dalam ziarah rohaninya menemukan kembali dan 
menjiwai kekayaan makna Natal yang semula. Kiranya melalui tulisan ini 
kekayaan makna Natal semakin memaknai kehidupan Saudara. Dan, harapan 
ini hanya bisa terealisasi jika Saudara bersedia membaca kisah Natal 
yang tercatat dalam Injil, memerhatikan setiap paparan yang ada di 
dalamnya, dengan semangat yang dipesankan Rasul Paulus kepada anak 
rohaninya Timotius: "Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan 
memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu" (2 Timotius 2:7).

Akhirnya, selamat membaca. Selamat berziarah bersama para `pemapar`. 
Selamat menggali kembali harta karun Natal. "Get inspired!"

Diambil dari:
Judul buku: Harta Karun Natal: Kumpulan Paparan Inspiratif Alkitabiah 
tentang Natal
Judul artikel: Menggali Kembali Harta Karun Natal
Penulis: Erick Sudharma
Penerbit: Literatur Perkantas Jawa Barat, Bandung 2005
Halaman: 9 -- 12


                      RENUNGAN: NATAL PAK KUIN

Hari ini Hari Natal. Tetapi bagi Pak Kuin, Hari Natal atau bukan, sama 
saja. Tidak ada bedanya dengan hari-hari lain. Di rumah petaknya yang 
beratap seng dan berdinding tripleks, tidak ada aksesori Natal. 
Jangankan memikirkan pernak-pernik Natal, untuk hidup sehari-hari saja 
susah.

Lagi pula, toh ia tetap harus bekerja; bergaul dengan debu dan terik 
matahari atau hujan. Apalagi Cantel, 14 tahun, anak bungsunya, sedang 
dirawat di rumah sakit; sakit maag akut. Mana bisa dia berleha-leha?!

"Memangnya, uang bisa jatuh dari langit?!" sahutnya sambil tertawa 
kecil, ketika saya menanyakan mengapa tetap bekerja saat anak sedang 
sakit.

Kalau dia bekerja--di perempatan Kelapa Gading, Jakarta; mengelap 
mobil-mobil yang antre saat lampu merah dengan kemoceng--sehari, 
setidaknya ia bisa dapat 10 ribu atau 15 ribu rupiah. Lumayan. Apalagi 
kalau ada yang berbaik hati dengan memberinya lembaran "gopekan" atau 
"secengan", bukan recehan "cepekan".

Satu-satunya hal yang membuat Hari Natal terasa agak berbeda baginya; 
sekitar seminggu lalu--katanya dalam rangka Natal--beberapa pemuda 
gereja menghampiri dan mengajaknya berbincang sebentar, dan memberinya 
bungkusan kado. Isinya, seperangkat alat mandi, setengah dus mie 
instan, dua kilogram beras, selembar kain sarung, dan kaos oblong.

"Bapak senang?" tanya saya. "Bukan senang lagi, Om," jawabnya--walau 
usianya hampir sebaya dengan ayah saya, Pak Kuin memanggil saya Om--
"Senangnya mungkin seperti para gembala ketika mendapat kabar dari 
Malaikat bahwa Bayi Yesus telah lahir," sambungnya seraya tertawa 
ringan.

Pak Kuin bukan seorang Kristen, tetapi ia cukup akrab dengan cerita-
cerita Natal di Alkitab. Dulu, katanya, semasa kecil sampai remaja--
sebelum ia hijrah ke Jakarta--di daerah asalnya--sekitar Kopeng, 
Salatiga--ia suka ikut-ikutan Natalan dengan tetangganya yang Kristen.

"Di daerah saya dulu, Om, orang kalau Natalan ikut Natalan, kalau 
Lebaran ikut Lebaran. Akur. Nggak ada itu berantem-beranteman."

"Bapak tidak ingin ikutan Natalan juga sekarang di gereja?"

"Wah, malulah, Om, di Jakarta gereja besar-besar. Orangnya keren-
keren, pakai mobil. Bukan untuk orang macam saya."

"Tetapi ya, saya sudah sangat senanglah ada dari gereja para pemuda 
yang mendatangi saya, memberi hadiah Natal." Ada binar cerah di wajah 
Pak Kuin ketika mengatakan demikian.

Andai saja Natal tidak hanya jadi kosmetik, atau sekadar ramai-ramai 
perayaan tanpa makna. Andai Natal betul-betul menjadi sebuah momen 
untuk peduli dan berbagi, terutama dengan mereka yang kurang beruntung 
dan terpinggirkan--sebagaimana Natal pertama dalam Alkitab--betapa 
akan lebih banyak lagi binar cerah seperti di wajah Pak Kuin. Maka, 
ada baiknya kita bertanya pada diri sendiri: adakah binar cerah yang 
telah kita bawa di wajah seseorang pada Natal Tahun ini?

Diambil dan disunting dari:
Judul buletin: Shining Star
Edisi buletin: Tahun ke-IV, No.43/Desember 2002
Penulis: Pdt. Ayub Yahya
Halaman: 15 -- 16


                     INFO: VIDEO KISAH NATAL

Kita telah membaca kisah Natal dalam kitab Injil berkali-kali, 
misalnya dalam Kitab Matius atau Lukas. Namun, Yayasan Lembaga SABDA 
(YLSA), melalui situs Natal, membagikan sesuatu yang berbeda. YLSA 
membuat kreasi video Natal yang diambil dari Kitab Matius dan Lukas. 
Melalui video ini, kita bisa mendengar dan menyimak firman Tuhan 
tentang kisah Natal. Video yang menggabungkan antara Alkitab Audio dan 
teks Alkitab ini, menolong kita untuk menghayati makna Natal secara 
lebih mendalam, dan tersedia dalam versi Bahasa Indonesia dan Bahasa 
Jawa.

Selain video Kisah Natal dari Matius dan Lukas, masih terdapat banyak 
video Natal lainnya dalam situs Natal ini. Ada video Natal untuk anak 
dan ada juga kisah Natal yang mengadopsi latar belakang zaman modern, 
di mana kisah Natal diceritakan melalui teknologi digital, media 
jejaring sosial, dan internet. Anda penasaran? Silakan kunjungi Situs 
Natal SABDA. (GYP)

==> http://natal.sabda.org/category/jenis_bahan/video_natal

Ulasan ini pernah dipublikasikan di ICW Edisi 1205/November 2012 Vol. 
14


Kontak: < binasiswa(at)sabda.org >
Redaksi: Doni Kukuh Mandiri, Novita Yuniarti, dan Yusak C. Nugraha
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik 
Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org/ >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/binasiswa >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org