Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/3

e-BinaSiswa edisi 3 (8-11-2012)

Remaja dan Alkitab (I)

e-BinaSiswa -- Remaja dan Alkitab (I)
Edisi 03/November 2012

DAFTAR ISI
ARTIKEL: MENGAJAR ALKITAB DENGAN KREATIF
KIAT PEMBINA: BAGAIMANA MENDORONG REMAJA UNTUK MENDALAMI ALKITAB?

Shalom,

Dalam melayani remaja, setiap pembina harus selalu menghubungkan
remaja binaannya dengan firman Tuhan. Dalam proses pengenalan diri,
seorang remaja perlu dibawa untuk melihat bahwa identitas yang harus
mereka miliki adalah identitas Kristus, yang hanya bisa mereka kenal
dari firman Tuhan.

Bagaimana kita bisa membawa anak-anak remaja tertarik untuk membaca
dan mempelajari Alkitab yang adalah firman Tuhan? Dalam mengajarkan
kebenaran Alkitab, ada banyak hal yang perlu kita perhatikan, selain
harus memahami isinya. Hal itu juga membutuhkan kreativitas para
pembinanya. Kita perlu memiliki strategi bagaimana mendorong para
remaja untuk membaca dan merenungkan Alkitab setiap hari. Sajian kami
berikut ini kiranya dapat semakin memperlengkapi Anda dalam
mengajarkan Alkitab kepada para remaja. Tuhan Yesus memberkati.

Redaksi Tamu e-BinaSiswa,
Davida W. Dana
< http://remaja.sabda.org >

                ARTIKEL: MENGAJAR ALKITAB DENGAN KREATIF
                 Diringkas oleh: Truly Almendo Pasaribu

Kreatif adalah kata yang mengasyikkan. Saat menggunakan kata itu, kita
membayangkan orang yang memiliki karunia untuk menyegarkan suasana dan
bertindak secara spontan. Banyak pengajar Alkitab awam mendambakan
karunia seperti ini. Guru yang kreatif membuat kelasnya segar,
bergairah, dan menarik sehingga kelas mereka menjadi produktif dan
berbuah. Mereka ingin mengajar dengan kreatif, tetapi mereka
menganggap hal ini mustahil. Nyatanya, keinginan untuk mengajar dengan
kreatif ini bukanlah hal yang mustahil. Kita perlu memahami pengajaran
apa yang kita dambakan.

A. Pengajaran yang Kita Cari

Ada guru yang mengeluh karena murid tidak memerhatikan dan menaruh
minat pada pelajarannya. Ada guru yang ingin muridnya mendengar dan
mengucapkan kembali pelajaran Alkitab. Ada juga guru yang mengajar dan
meminta muridnya menghafal kata demi kata. Setiap guru memunyai
pengertian yang berbeda-beda tentang mengajar. Namun demikian, bagi
orang Kristen, sasaran dari pengajaran Alkitab adalah kehidupan yang
berbuah di luar jam pelajaran.

1. Tahap Menghafal

"Ching fu su". Bacalah sekali lagi ungkapan itu. Sekarang tutuplah
mata Anda dan ulangilah di luar kepala. Mungkin Anda tidak menyadari,
tetapi Anda sudah belajar sesuatu! Apa yang Anda pelajari? "Ching fu
su" yaitu suatu ungkapan yang tidak memunyai arti.

Itulah yang disebut belajar dengan cara menghafal tanpa berpikir:
mengulangi sesuatu di luar kepala tanpa memikirkan apa artinya. Sayang
sekali, banyak pengajaran di gereja yang hanya sampai pada tahap ini.
Barangkali murid-murid dilatih menghafal ayat tersebut di luar kepala
tanpa memikirkan artinya. Biasanya, pengajaran seperti ini akan
sia-sia karena pelajaran Alkitab yang dihafal tanpa dipikirkan
maknanya, tidak mungkin dapat mengubah kehidupan seseorang.

2. Tahap Mengenali

Kembali kepada ucapan "Ching fu su". Seandainya Anda diberi tahu bahwa
ucapan tersebut adalah bahasa Korea yang berarti "Allah itu kasih",
maka Anda sudah selangkah lebih maju. Sekarang ungkapan itu setidaknya
sudah memunyai arti bagi Anda. Untuk mengetahui apakah para murid
sudah belajar pada tahap itu, mungkin guru bisa mengadakan tes
sederhana: Benar atau salah? "Ching fu su" berarti "Allah itu baik".
Atau, tes pilihan ganda.

Tidak sukar untuk mengajar atau belajar pada tahap ini karena para
murid hanya perlu mengenali sesuatu yang baru dikatakan atau
dibacakan. Sering kali, inilah yang terjadi di dalam kelas remaja
kita. Ternyata banyak murid sekolah minggu yang mempelajari kebenaran
Alkitab hanya sampai tahap ini saja. Suatu survei di Universitas
Negeri di Michigan menunjukkan bahwa 74 persen dari kelompok mahasiswa
menyetujui pernyataan bahwa "Kristus mati karena dosa-dosa manusia".
Namun pada survei yang sama, hanya 38% dari mereka yang menyetujui
bahwa "iman dalam Kristus diperlukan untuk memperoleh keselamatan".
Mereka mengenali dan menyetujui gagasan yang sudah mereka kenal dengan
baik. Akan tetapi, mereka tidak mengerti maksudnya.

Sayangnya, kemampuan mengenali suatu kebenaran tidak berarti bahwa
anak didik Anda telah menjadi pelaku firman. Ini juga tidak berarti
bahwa kebenaran yang dikenali para murid telah menyatu dengan seluruh
konsep pemahaman mereka tentang Alkitab dan kehidupan. Pengajaran
dalam tahap ini belum menghasilkan perubahan hidup.

3. Tahap Mengucapkan Kembali

Setelah menyelesaikan satu seri Alkitab, Pak Rano ingin menguji
anak-anak di kelasnya dengan menggunakan kejadian yang dialaminya.
"Adik-Adik, minggu yang lalu saya berbicara dengan Tommy. Dia
mengatakan bahwa hari Minggu ini, ia akan disidi di gerejanya. Uskup
di gerejanya akan mengurapinya dengan Roh Kudus dan dia yakin bahwa
dengan pertolongan Roh Kudus, dia sudah layak masuk surga. Seandainya
Tommy bercerita kepada adik-adik, apakah yang akan kalian katakan
kepadanya agar dia mengerti jalan yang harus ditempuh untuk masuk
surga?" Lalu Pak Rano berhenti dan menunggu jawaban.

Untuk menjawab pertanyaan ini, murid perlu menguasai beberapa gagasan
kebenaran dan menjelaskan satu kesatuan pikiran secara lengkap.
Walaupun tahap ini belum cukup, tetapi tahap ini penting. Alkitab
adalah firman Allah yang memberikan informasi tentang diri-Nya, kita,
dan dunia sekitar kita. Alkitab menyatakan realitas fundamental yang
perlu menjadi dasar hidup kita. Itulah sebabnya, ajaran Alkitab harus
dimengerti. Kita harus menguasainya sebagai suatu sistem yang
mengendalikan pola pikir hidup kita. Cara belajar kita akan bermakna
jika kita dapat mengambil kebenaran Alkitab itu, menghubungkannya
dengan ide-ide lain, dan menyatakan kebenaran itu dengan kata-kata
kita sendiri.

Sayangnya, pengajaran seperti ini pada umumnya tidak diterapkan dalam
sekolah minggu. Banyak guru yang cukup puas melihat para murid mereka
mengenali kebenaran yang diajarkan. Hanya sedikit sekali guru yang
berusaha menolong murid-muridnya untuk menguasai ajaran-ajaran firman
Allah dengan baik.

4. Tahap Menghubungkan

Firman Allah bukanlah sekadar informasi saja. Firman Allah adalah
titik pertemuan antara manusia dengan Allah. Perbedaan antara
memperoleh informasi dan memperoleh pengalaman pribadi dengan Allah,
terletak pada sikap kita. Sikap kita ini penting sekali. Agar kita
bisa menyikapi kebenaran Allah dengan tepat, kita perlu melihat
hubungan antara kebenaran itu dengan kehidupan kita.

Tahap pengajaran ini membutuhkan proses pengucapan ulang. Ketika
memikirkan pengajaran alkitabiah dengan kata-katanya sendiri,
seseorang akan mendapatkan ilham tentang makna pengajaran alkitabiah
dalam kehidupan. Jika demikian, maka terbukalah jalan baginya untuk
menjadi pelaku firman.

Ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam membimbing
muridnya, untuk melibatkan diri dengan firman Allah. Jika seorang guru
mengajar muridnya untuk memberi respons yang tepat, maka ajarannya
selaras dengan sifat firman Allah. Apabila Alkitab diajarkan selaras
dengan sifat firman Allah, maka ajaran itu akan menghasilkan
perubahan. Jika kita belajar, tetapi belum sampai pada tahap ini, maka
apa yang kita pelajari itu belum cukup.

5. Tahap Merealisasi

Inilah tujuan dari pengajaran Alkitab, yaitu merealisasikannya. Dengan
kata lain, pelajaran itu diterapkan secara nyata dalam pengalaman
kita. Kita tidak hanya perlu mengerti cara menyikapi Alkitab dengan
tepat, namun kita juga perlu mempraktikkan sikap itu.

Para guru perlu mengajar dalam tahap ini agar murid-muridnya mengerti
kebenaran Allah dan menerapkannya dalam kehidupannya. Hanya firman
Allah yang dipelajari dengan cara seperti inilah, yang dapat mengubah
kehidupan.

B. Belajar dan Mengajar Secara Kreatif

Setelah memahami tahapan-tahapan yang berbeda, sekarang kita dapat
memberi definisi yang tepat pada istilah "Mengajar Secara Kreatif".
Mengajar secara kreatif berarti mengajar dengan memusatkan perhatian
pada aktivitas-aktivitas belajar, yang dapat meningkatkan tahap
belajar para pembelajar.

Dalam praktiknya, apakah perbedaan antara mengajar secara kreatif dan
mengajar secara tidak kreatif?

1. Fakta vs Makna

Datanglah ke beberapa kelas sekolah minggu di gereja Anda, kira-kira
lima atau sepuluh menit sebelum kelas itu bubar. Anda akan melihat
perbedaan antara guru yang mengajar secara kreatif dan guru yang
mengajar secara tidak kreatif. Biasanya kelas-kelas remaja berfokus
pada fakta-fakta cerita Alkitab, bukan pada maknanya. Namun terkadang,
kita juga mendengar pertanyaan-pertanyaan yang menggugah pikiran untuk
mencari makna, seperti: "Apakah yang mungkin diperbuat oleh Yohanes,
seandainya ia menjadi seorang anak remaja di Sekolah Menengah di
sini?" Lalu, Anda dapat mendengar murid-murid Anda bercakap-cakap,
berdiskusi, meneliti, menguji pendapat-pendapat mereka sampai makna
firman Allah menjadi jelas dan relevan bagi mereka.

Mengajar para murid untuk menangkap sebuah makna bukanlah hal yang
mudah. Seorang guru yang mengajar secara kreatif menyediakan waktu
untuk menyelidiki dengan teliti arti dan makna dari pokok-pokok
kebenaran yang akan diajarkannya. Dia membawa para muridnya melangkah
ke tahap pengertian yang lebih tinggi, sehingga mereka dapat melihat
dan dapat menjadi pelaku Firman.

2. Pelajar Aktif vs Pelajar Pasif

Saya pernah menyaksikan pengajaran seorang guru yang luar biasa di
kelas Pratama di Kota Dallas. Delapan belas anak duduk di ruang kelas
yang kecil di belakang gereja. Biarpun suasana sesak dan kurang
memuaskan, namun guru itu dapat memikat perhatian murid-muridnya
selama 45 menit! Dia memiliki kemampuan mengajar dan menggunakan
berbagai macam alat peraga. Dia memang guru yang pintar mengajar,
tetapi dia bukanlah guru yang kreatif. Anak-anak di kelasnya
memerhatikan dan mempelajari sesuatu, tetapi hanya belajar sampai pada
dua tahap awal, menghafal dan mengenal. Murid belajar secara pasif.

Para murid perlu memikirkan sendiri arti kebenaran-kebenaran Alkitab.
Mereka harus mengolah ide-ide itu di dalam pikiran mereka, untuk
menyatakannya dengan kata-kata mereka sendiri. Para murid perlu diberi
kesempatan untuk menyatakan ide-ide mereka dalam pengertian mereka
sendiri.

Ada bermacam-macam cara untuk dapat berpartisipasi di dalam kelas.
Murid-murid bisa mendapatkan kesempatan untuk mewarnai gambar di
kelas. Guru bisa bertanya atau meminta murid membaca ayat secara
bergantian. Guru yang kreatif pasti akan memberi kesempatan kepada
murid-muridnya, untuk berpartisipasi dan menyelidiki makna pelajaran
secara aktif.

Makna itu baru akan ditemukan apabila seorang murid berpartisipasi
dengan aktif. Para murid perlu memikirkan, merumuskan, menalar, dan
menghubungkan kebenaran-kebenaran Alkitab dengan kehidupannya sendiri.
Apabila ada kesempatan, perhatikanlah cara mengajar seorang guru yang
kreatif: murid-muridnya sibuk menyelidiki makna yang terdapat di balik
kebenaran Alkitab.

3. Guru yang Bercerita vs Guru yang Membimbing

Apabila pelajaran dipusatkan atau difokuskan pada fakta-fakta, tanpa
partisipasi murid, maka guru tersebut hanya bercerita. Metode
pengajaran dari guru yang mengajar dengan tidak kreatif memunyai dua
ciri: metodenya dirancang untuk menyampaikan isi cerita dan
aktivitas-aktivitasnya berpusat pada guru saja.

Seorang guru yang mengajar secara kreatif memunyai konsep yang berbeda
tentang peranannya sebagai guru. Tanggung jawab guru ialah
membangkitkan minat para murid agar mereka mencari makna pelajaran itu
dan menjadi pelaku firman Allah. Guru yang kreatif menganggap
aktivitas murid di kelasnya lebih penting daripada aktivitasnya
sendiri. Guru yang mengajar secara kreatif bersikap sebagai seorang
pembimbing yang memancing para murid untuk mencari makna dari
pelajaran mereka.

Itulah yang dimaksudkan dengan mengajarkan Alkitab secara kreatif.
Untuk mencapainya, para guru perlu memusatkan perhatian para murid
pada arti atau makna yang terdapat di balik kebenaran Alkitab,
melibatkan para murid agar ikut aktif mencari makna pelajaran itu,
serta merangsang dan membimbing para murid dalam proses mencari arti
atau makna dari pelajaran itu.

Diambil dan diringkas dari:
Judul buku: Mengajarkan Alkitab Secara Kreatif
Penulis: Lawrence O.Richard
Penerbit: Kalam Hidup, Bandung 1970
Halaman: 95 -- 105

 KIAT PEMBINAAN: BAGAIMANA MENDORONG REMAJA UNTUK MENDALAMI ALKITAB?

Para remaja enggan untuk melakukan apapun yang mereka rasakan sebagai
sesuatu yang tidak perlu. Jadi, jika Anda sungguh-sungguh menginginkan
seseorang mendorong anak remaja Anda untuk belajar Alkitab, orang
tersebut sebaiknya memenuhi dua kriteria penting. Pertama, orang itu
haruslah orang yang dihormati oleh anak remaja Anda. Kedua, pendalaman
Alkitab haruslah dipahaminya dan menjadi pusat kehidupannya. Jika Anda
tidak dapat menemukan seseorang yang memenuhi kriteria tersebut,
bertanyalah kepada divisi pelayanan anak remaja di gereja lokal Anda
atau teman-temannya yang seiman. Anak remaja Anda mungkin memiliki
teman-teman sebaya yang telah terlibat dalam pendalaman Alkitab yang
membangun.

Materi-materi yang Anda perlukan:
- Alkitab Edisi Belajar
- Panduan Pendalaman Alkitab
- Panduan Saat Teduh Harian

1. Mengapa Alkitab?

Diskusikan mengapa orang-orang mendalami Alkitab sebagai strategi
dalam menjalani kehidupan! Bicarakan tentang perkembangan hubungan
yang penuh sukacita dengan Allah, yang menyediakan Hidup Kekal dan
kehidupan yang melimpah dan memuaskan di Bumi ini bagi mereka.

2. Sudut Pandang untuk Memahami Alkitab

Jelaskan bahwa Alkitab berpusat pada penggenapan doa Yesus Kristus,
yang terdapat dalam Injil Yohanes 17:26 "Aku telah memberitahukan
nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih
yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam
mereka." Pernyataan inti yang tegas ini akan membekali mereka dengan
sudut pandang yang mereka butuhkan untuk memahami seluruh Alkitab,
baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, sembari mulai bersandar
pada hal itu.

3. Memulai dari Injil

Nasihatkan supaya remaja mengawali dengan empat Injil dalam Perjanjian
Baru dalam urutan yang disarankan: Yohanes, Matius, Lukas, dan Markus;
lalu Kisah Para Rasul; Roma, Galatia, kemudian bagian lainnya dari
Perjanjian Baru.

4. Melanjutkan dengan Membaca Perjanjian Lama

Tambahkan bacaan-bacaan singkat dalam Perjanjian Lama saat remaja
sudah mulai akrab dengan Perjanjian Baru, seperti bacaan satu pasal
setiap hari dalam kitab Mazmur, Amsal, Yesaya, Kejadian, Keluaran,
serta kitab nabi-nabi besar dan kecil.

5. Berikan Renungan

Anjurkan beberapa bahan pembantu belajar seperti renungan untuk saat
teduh harian dan pokok-pokok doa khusus setiap hari. Bantu mereka
menemukan gereja yang mengajarkan Alkitab dan teman-teman yang juga
mendalami Alkitab.

Petunjuk dan Peringatan

Katakan kepada mereka bahwa Allah mengasihi mereka dan mengutus
anak-Nya, untuk mati dan mengakhiri terpisahnya hubungan antara Allah
dan umat manusia. Ambillah manfaat dari kesempatan tersebut, untuk
menjadikan pendalaman Alkitab setiap hari sebagai suatu bagian dari
kehidupan dan waktu bersama-sama keluarga Anda. (t/Dicky)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: ehow.com
Alamat URL: http://www.ehow.com/how_4885980_encourage-teens-study-bible.html
Judul asli artikel: How to Encourage Teens to Study Bible
Penulis: Pauline Gill
Tanggal akses: 7 Maret 2011

Kontak: < binasiswa(at)sabda.org >
Redaksi: Doni Kukuh Mandiri, Novita Yuniarti, dan Yusak C. Nugraha
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik
            Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org/ >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/praktis >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org  >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org