Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/2 |
|
e-BinaSiswa edisi 2 (25-10-2012)
|
|
e-BinaSiswa -- Identitas Remaja Edisi 02/Oktober 2012 DAFTAR ISI RENUNGAN: TELADAN SEORANG GADIS REMAJA BAHAN MENGAJAR: SIAPAKAH AKU? STOP PRESS: DAPATKAN KUMPULAN BAHAN NATAL DI NATAL.SABDA.ORG Shalom, Remaja dalam pencarian jati dirinya perlu dibimbing dengan landasan Alkitab. Oleh karena itu, kami menyajikan kolom Bahan Mengajar "Siapakah Aku?" yang dapat Anda pakai untuk mengajar kelas remaja Anda. Sebelumnya, simaklah renungan singkat yang mengajarkan kepada para remaja untuk senantiasa berharap pada Tuhan. Selamat melayani! Redaksi Tamu e-BinaSiswa Truly Almendo Pasaribu < binasiswa(at)sabda.org > RENUNGAN: TELADAN SEORANG GADIS REMAJA Bacaan: 2 Raja-Raja 5:1-5 "Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya, `Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.`" (2 Raja-Raja 5:3) Salah satu cara di antara sekian banyak cara untuk membaca dan mempelajari Alkitab adalah dengan menyelidiki kehidupan dan kesaksian tokoh-tokoh Alkitab. Di antara sekian banyak tokoh Alkitab, bagi kaum remaja tentu lebih baik dan lebih mudah jika pendekatannya adalah berkenalan dengan remaja-remaja teladan di dalam Alkitab. Banyak di antara mereka yang cukup terkenal, tetapi ada juga yang anonim, tidak disebutkan namanya. Salah satunya adalah gadis tersebut di atas. Apa dan di mana letak kelebihan gadis itu? Alkitab mengatakan bahwa ia adalah seorang gadis Israel, yakni umat pilihan Allah, milik Allah. Tetapi, pada suatu peristiwa dalam peperangan antara orang Israel dengan orang Aram, gadis ini turut tertawan dan menjadi pelayan bagi nyonya Naaman. Dulu, ia adalah anak di dalam rumahnya sendiri. Namun sekarang keadaannya berubah, ia kehilangan statusnya sebagai anak, dan menjadi seorang pelayan, yang harus taat dan tunduk pada perintah majikannya. Situasi sudah berubah karena ia kehilangan kebebasannya. Oh, betapa menyedihkannya pengalaman pahit ini, jauh dari orang tua dan saudara, bahkan jauh dari teman-teman sejawatnya. Bagaimana reaksinya terhadap perubahan ini? Apakah ia bersungut-sungut kepada Allah? Ia adalah orang Israel, umat pilihan Allah, milik Allah. Tetapi, sekarang ia menjadi milik keluarga Naaman. Mengapa Allah tidak menolongnya? Mengapa Allah membiarkannya mendapatkan pengalaman pahit ini? Tentu saja, ia pernah berseru kepada Allah, mohon pertolongan- Nya. Adakah Allah mendengar doanya? Mengapa Allah seolah hanya diam saja? Serentetan pertanyaan ini sungguh aktual dan berat, salah-salah bisa menggoyahkan iman kita terhadap Allah. Bukankah, kita bisa menyaksikan banyak orang Kristen yang jatuh, meninggalkan Tuhan hanya karena pengalaman pahit dalam kehidupannya. Tetapi, gadis ini tidak demikian. Situasi di luar itu sudah berubah, keadaan memang bisa berubah, tetapi hatinya tetap teguh. Imannya terhadap Allah tidak berubah. Secara luar ia menjadi milik keluarga Naaman, tetapi sebenarnya ia tetap menjadi milik keluarga Allah. Secara fisik ia berada di negeri Aram, tetapi ingatannya tetap kepada Allah, ia masih ingat nabi Allah, bahkan bersaksi baginya. Karena imannya yang tidak berubah, maka kita bisa merasakan perbuatan kasihnya. Ia tidak membenci Naaman. Ia juga tidak bergirang karena Naaman terkena sakit kusta. Sebaliknya, ia memberikan kesaksian tentang nabi Allah yang dapat dipercaya. Ia memberi petunjuk di mana Naaman bisa mendapatkan pertolongan. Kita sungguh kagum melihat keyakinannya, padahal menurut kita, ia sendiri tidak ditolong oleh Tuhan. Menurut kita, Tuhan tidak menyatakan kuasa-Nya untuk gadis itu. Namun, ia tetap dengan penuh keyakinan berkata, "..., maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia ...." Ini merupakan iman yang tidak didasarkan pada pengalaman, tanpa ragu-ragu memberikan kesaksian yang meyakinkan orang lain. Kalau kita mendasarkan iman pada pengalaman, maka apabila situasi berubah, iman juga turut berubah. Dalam kenyataan hidup, kadang-kadang kita juga bisa menghadapi situasi yang dapat menggoda iman kita, keadaan yang membuat kita ragu-ragu terhadap kesetiaan janji Tuhan. Kiranya gadis remaja ini dapat menjadi teladan bagi kita, supaya kita lebih bersandar pada Tuhan dalam situasi dan kondisi bagaimanapun. Diambil dari: Judul buletin: Tunas Ria, Tahun IX, Januari -- Februari 1979 Penulis: Titus Gunawan Penerbit: Komisi Literatur Gereja Kristen Indonesia, Ujung Pandang Halaman: 2 -- 4 BAHAN MENGAJAR: SIAPAKAH AKU? Ayat kunci: Kejadian 1:26 Nas Alkitab: Kejadian 1 Tujuan: 1. MENGETAHUI bahwa setiap orang diciptakan oleh Allah. 2. MENULISKAN arti diciptakan menurut gambar Allah. 3. BERTERIMA KASIH kepada Tuhan Sang Pencipta. Pendahuluan: Masa remaja adalah masa di mana krisis identitas sedang terjadi. Mereka mulai mempertanyakan banyak hal berkaitan dengan diri sendiri, misalnya siapakah aku? Milik siapakah aku ini? Mengapa aku harus ada di dunia saat ini? Untuk apa seseorang harus belajar di sekolah? Untuk apa seseorang berteman? dll.. Mereka mencari identitas itu dari lingkungan mereka. Konsepsi diri terbentuk tanpa ia sadari. Semua pertanyaan yang muncul dari alam bawah sadarnya, terbaur bersama semua persepsi yang diperoleh dalam lingkaran pergaulan dan kehidupannya sehari-hari. Apa yang dia dengar, apa yang dia baca dari wajah orang dan dari perbincangan orang mengenai dirinya, dijadikan cetak biru konsepsi identitas diri. Akibatnya, banyak remaja yang tidak dapat menerima keadaan diri mereka. Pergaulan mereka telah membentuk konsepsi identitas diri yang semu dan menyesatkan. Mereka diajar untuk lebih menghargai hal-hal yang lahiriah daripada batiniah. Konsep yang tertanam dalam diri mereka ialah bahwa kalau aku kaya, tampil menarik dan tidak cacat, maka aku adalah orang yang paling bahagia. Itu sebabnya, banyak ditemukan remaja yang tidak bisa menerima diri sendiri. Segala cara dihalalkan semata-mata agar ada yang mengakui mereka kaya, menarik, pintar, baik, dan segala yang berkenaan dengan pujian yang membanggakan hatinya. Untuk dianggap "macho" misalnya, mereka berani merokok, minum pil BK, wiski, dll.. Ketidakjelasan akan identitas diri seorang remaja akan menyebabkan dia kehilangan arah hidup. Dia akan dengan mudah dipengaruhi lingkungannya. Remaja perlu mengetahui tiga hal mengenai identitas dirinya. 1. Remaja Adalah Makhluk Pembawa Gambar Allah Dalam Kejadian 1:26 jelas dituliskan bahwa manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Allah. Apa maksudnya? Gambar dan rupa Allah menunjukkan kualitas/sifat-sifat yang dimiliki Allah, seperti kasih, pengampunan, rasional, bermoral, dll.. Gambar dan rupa ini merupakan letak salah satu perbedaan antara manusia dan binatang. Manusia memunyai kesadaran akan Allah, binatang tidak. Dalam sejarah tidak pernah ditemukan ada monyet yang bangun pagi-pagi dan langsung berdoa, pada hari Minggunya membawa Alkitab dan pergi ke gereja untuk beribadah. Manusia memunyai hukum moral dalam hatinya, binatang tidak. Tidak pernah kita temukan ada singa yang merasa bersalah jika memakan anak, darah dagingnya sendiri karena lapar. Karena ada gambar dan rupa Allah dalam diri kita, maka setiap kali kita melakukan dosa (misalnya: menyontek, berbohong, mencuri, berjudi, dll.) hati kita menjadi gelisah. Ada suara hati yang tidak pernah berhenti menegur dan menuduh. Karena ada gambar dan rupa Allah, kita bisa berpikir dan berbuat yang terbaik bagi orang lain. Pembawa gambar Allah berarti utusan Allah. Tugasnya di bumi ini adalah melakukan apa yang Allah ingin dia lakukan. Allah ingin agar semua orang hidup di dalam damai. Remaja adalah makhluk pembawa gambar Allah. Demikianlah mereka harus memancarkan sinar ilahi tersebut setiap harinya. Dia tidak boleh membiarkan dirinya dicemari oleh dosa. Dia harus sadar bahwa dirinya bukanlah hamba dosa, melainkan hamba/utusan Allah yang membawa damai dan bukan kekacauan. Gambar dan rupa Allah yang ada di dalam dirinya merupakan bukti dari utusan tersebut. 2. Remaja Sebagai Makhluk Sosial Dalam Kejadian 1:18, jelas tersirat bahwa manusia diciptakan tidak untuk sendirian. Ada dorongan dari dirinya untuk mengusir kesepian dan kesendirian. Adam tidak menemukan adanya penetralisir jiwanya yang sedang kesepian itu di antara binatang-binatang yang sudah Tuhan ciptakan. Sampai Tuhan memberi Hawa kepadanya, Adam baru menjadi tenang dan tidak gelisah lagi. Dalam bahasa Ibrani, Kejadian 2:23 jelas berisi ekspresi suara Adam yang kaget bercampur rasa senang. "Wow, ini dia yang selama ini saya cari." Ekspresi itu menunjukkan bahwa Adam pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Dia tak dapat hidup sendirian tanpa orang lain. Dia butuh orang yang bisa diajak bekerja sama, bisa saling membagi ide dan gagasan bersama, bisa saling memerhatikan dan menegur. Manusia pada hakikatnya tidak dapat hidup mandiri. Dia selalu membutuhkan orang lain dalam mewujudkan keinginannya. Semua remaja yang kurang suka bergaul patut diperhatikan, apakah ia memiliki gejala kurang sehat di dalam tahap perkembangannya. Masa remaja adalah masa di mana sahabat atau teman sebaya kadang lebih tinggi dari kepentingan pribadi. Solidaritas merupakan idealisme yang dijunjung tinggi. Demi solidaritas, mereka berani berbuat apa saja dari baku mulut sampai baku hantam. Tidak peduli siapa yang mereka hadapi, baik kepala keluarga (orang tua sendiri) maupun kepala sekolahnya. Solidaritas pada hakikatnya mulia sejauh itu bisa berjalan seiring dengan kehendak Allah (makhluk pembawa gambar Allah). Jika atas label solidaritas direncanakan perbuatan yang berkenaan dengan dosa dan segala macam rencana kejahatan, patutlah itu dihindari karena tidak sesuai dengan jati dirinya sebagai makhluk pembawa gambar Allah. 3. Remaja Sebagai Makhluk yang Berkuasa Atas Alam (Kejadian 1:28) Keistimewaan lain dari manusia adalah bahwa dia satu-satunya makhluk yang diciptakan dan diberi wewenang/mandat untuk menguasai, mengolah, dan mendayagunakan seluruh yang ada dalam dunia ini. Jadi, dunia diciptakan bukan hanya untuk memperlihatkan keagungan karya Tuhan yang ajaib saja, melainkan juga untuk kepentingan bersama. Tuhan berjerih lelah menciptakan bumi dan segala isinya, dan memerintahkan pohon- pohon untuk menghasilkan buah. Semuanya itu untuk manusia. Kalau Tuhan sampai menciptakan bumi dan segala isinya dulu baru menciptakan manusia, tentu ada maksudnya. Coba bayangkan bagaimana kalau Tuhan menciptakan manusia dulu baru bumi dan segala isinya? Bingung, `kan? Bagaimana manusia bisa hidup tanpa ada makanan dan tempat tinggal? Jadi, sebenarnya puncak penciptaan tersebut ada pada manusia. Bumi diciptakan semata-mata untuk tempat tinggal manusia. Segala binatang, tumbuhan, dan alam semata-mata adalah untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan manusia. Tuhan melihat bahwa manusia memunyai otak dan otot, sehingga bisa berkarya dan mengelola apa yang ada demi kebutuhannya bertahan hidup di bumi. Itulah sebabnya, Tuhan memberi wewenang kepada manusia untuk menaklukkan/menguasai alam dan segala isinya. Jadi, segala sesuatu yang ada di bumi ini ada di bawah kaki manusia, termasuk pohon, gunung, binatang, dll.. Nah, kalau ada orang yang masih (mau) menyembah pohon-pohon besar di belakang kebun, pergi ke Gunung Kawi untuk cari berkat, memahat patung berbentuk binatang untuk diberi sesajen, hal-hal itu menunjukkan bahwa ia tidak mengerti betapa istimewanya dia selaku manusia, bahkan dapat dikatakan dia telah membodohi dirinya sendiri. Remaja banyak yang terjebak dalam okultisme. Banyak yang mencari dukun untuk sekadar bisa tampil berwibawa dan disegani banyak orang. Bermodalkan cincin dibangunlah kewibawaannya. Segala anjuran dan pantangan sang dukun, dia turuti. Padahal, tanpa ia sadari dia telah dibodohi dan diperalat Iblis: Makhluk hidup menjadi budak benda mati (cincin). Seharusnya, dia yang jadi majikan dan pepohonan/gunung itu yang jadi pelayannya. Sekarang malah terbalik, dia yang jadi pelayan, benda-benda mati yang jadi majikannya. Kalau Tuhan sudah memberi wewenang, berarti tidak ada lagi yang lebih berkuasa dari manusia di bumi ini. Itu berarti kita tidak perlu takut pada pohon-pohon atau daerah-daerah yang terkesan angker, tak perlu takut sama tempat-tempat gelap karena Tuhan telah memberi kuasa/wewenang. Kalau masih tetap takut, berarti kita ternyata lebih takut pada pohon ciptaan Tuhan daripada Tuhan sendiri (lebih taat pada pohon/pantangan dukun daripada pada Tuhan sendiri). Kita perlu bersyukur kepada Tuhan atas kepercayaan yang begitu besar. Seluruh bumi dan segala isinya diserahkan Tuhan pada tangan kita. Ibarat seorang raja mewariskan seluruh wilayah kekuasaannya pada sang juru minum raja (dulu posisi ini adalah posisi/jabatan yang tinggi dalam suatu kerajaan). Tentu pertama-tama sikap sang juru minum raja adalah kaget setengah mati. Tetapi, setelah dia memangku jabatan menjadi penguasa, dia tak akan bertindak sewenang-wenang. Dia tahu pemberian ini adalah kepercayaan tuannya, dia akan berhati-hati dalam memerintah agar tuannya tak kecewa nantinya. Diambil dari: Judul buku: Identitasku: Seri PA Kelompok Kecil Remaja Penyusun: Juswantori Ichwam, M.Div, Tjioe Hong Lan, M.Div, dll.. Penerbit: Sekolah Tinggi Teologia Bandung, 2000 Halaman: 1 -- 4 STOP PRESS: DAPATKAN KUMPULAN BAHAN NATAL DI NATAL.SABDA.ORG Kami yakin Anda yang aktif dalam pelayanan pasti sudah mulai berpikir untuk mempersiapkan Natal, bukan? Dengan gembira kami menginformasikan bahwa Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) telah menyediakan wadah di situs "natal.sabda.org" bagi setiap pelayan Tuhan, agar bisa saling berbagi bahan-bahan Natal dalam bahasa Indonesia. Ada banyak bahan yang bisa didapatkan, seperti Renungan Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Drama Natal, Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi Buku Natal, Review Situs Natal, e-Cards Natal, Gambar/Desain Natal, Lagu Natal, dan bahkan sarana diskusi tentang topik Natal. Yang istimewa adalah situs "natal.sabda.org" dirancang sebagai situs yang interaktif, sehingga pengunjung dapat mendaftarkan diri untuk berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis blog, memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada rekan pengunjung lain. Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs "natal.sabda.org". Mari berbagi berkat pada perayaan hari kedatangan Kristus ke dunia 2000 tahun yang lalu ini, dengan menjadi berkat bagi kemuliaan nama-Nya. ==> http://natal.sabda.org/ Kontak: < binasiswa(at)sabda.org > Redaksi: Novita Yuniarti dan Doni Kukuh Mandiri Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik Lestari (c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org/ > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579; a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/praktis > Berlangganan: < subscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |