Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/18

e-BinaSiswa edisi 18 (18-6-2013)

Peduli Lingkungan (2)


e-BinaSiswa -- Peduli Lingkungan (2)
Edisi 18/Juni 2013

DAFTAR ISI:

RENUNGAN: MEMBUAT TUHAN BERSUKACITA
BAHAN MENGAJAR: SELAMATKAN BUMI KITA

Shalom,

Senang sekali kami dapat menyapa para Sahabat setia e-BinaSiswa, kami percaya 
bahwa kasih dan penyertaan Tuhan Yesus senantiasa menyertai kehidupan Anda. Pada 
kesempatan ini, masih dengan tema yang sama, kami menyajikan beberapa bahan 
menarik seputar lingkungan, salah satunya adalah sebuah renungan singkat tentang 
pelestarian alam. Harapan kami, artikel ini akan menolong kita untuk 
merefleksikan firman Tuhan dalam kaitannya dengan kesadaran kita untuk 
memelihara alam semesta. Selain itu, kami juga menyajikan sebuah bahan mengajar 
yang khusus kami susun untuk kelas pemuda dan remaja. Kami berharap bahan-bahan 
yang kami sajikan pada edisi ini dapat menjadi berkat bagi Anda pribadi, 
keluarga, dan pelayanan di tempat Anda melayani. Selamat menyimak, Tuhan Yesus 
memberkati.

Pemimpin Redaksi e-BinaSiswa,
Doni K.
< doni(at)in-christ.net >
< http://remaja.sabda.org >


                    RENUNGAN: MEMBUAT TUHAN BERSUKACITA

Ayat bacaan: Mazmur 104:31

"Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama-lamanya, biarlah TUHAN bersukacita 
karena perbuatan-perbuatan-Nya!"

Salah seorang murid saya adalah anggota dari mahasiswa pencinta alam. Apa yang 
menggerakkannya untuk aktif dalam perkumpulan ini adalah kerinduannya untuk 
menikmati bagian alam yang masih asri, indah, dan segar yang tentu sulit 
diperoleh di kota-kota besar, terutama kota industri. Untuk itu, ia siap 
menempuh perjalanan jauh lengkap dengan segala risiko di dalamnya. 
"Perjuangannya berat, tetapi semua itu terlupakan begitu saya melihat keindahan 
alam yang tidak dilihat oleh orang lain," katanya ringan sambil tersenyum. Kota 
semakin padat, setiap sisi diubah menjadi gedung-gedung. Dan, alam yang indah 
pun semakin tergerus oleh pertumbuhan kota. Bagi kita yang tinggal di kota, 
terutama kota besar, harus terlebih dahulu mengambil waktu khusus untuk berlibur 
agar bisa menikmati suasana yang jauh dari ingar-bingar dan polusi di kota-kota 
besar ini.

Sesungguhnya, Tuhan telah menciptakan alam semesta beserta isinya dengan teramat 
sangat indah. Itu merupakan anugerah yang amat besar, yang terlebih dahulu Dia 
sediakan sebelum menciptakan manusia. Mengapa? Supaya ketika manusia hadir, 
keindahan itu sudah bisa dinikmati secara langsung. Sejak semula, Tuhan pun 
sudah menyatakan bahwa apa yang Dia ciptakan adalah baik. Tanaman, pohon-pohon 
berbuah, tunas-tunas muda, itu diciptakan dengan baik (Kejadian 1:11-12). 
Matahari, bulan dan bintang, cakrawala, semua itu diciptakan Tuhan dengan baik 
(ayat 14-18). Segala jenis hewan, baik burung-burung di udara, ikan-ikan di 
laut, dan hewan-hewan darat, semua Dia ciptakan dengan baik (ayat 20-22). Alam 
semesta beserta segala isinya adalah milik Tuhan (Mazmur 24:1), tetapi lihatlah 
bahwa otoritas untuk menguasai diberikan kepada kita (Kejadian 1:28). Kata 
menguasai di sini bukan berarti kita boleh bertindak semena-mena dengan 
melakukan apa pun seenaknya. Sebaliknya, kita diminta untuk menjaga dan 
melestarikan alam dan lingkungan hidup. Tuhan menitipkan itu semua kepada kita. 
Idealnya, kita bersyukur dan bersukacita bersama-sama dengan Tuhan, menikmati 
segala keindahan itu. Akan tetapi, apakah kita sudah melakukannya?

Mari kita lihat sebuah ayat dari Mazmur 104 yang berbunyi, "Biarlah kemuliaan 
TUHAN tetap untuk selama-lamanya, biarlah TUHAN bersukacita karena perbuatan-
perbuatan-Nya!" (Mazmur 104:31) Pemazmur merenungkan segala kebesaran kasih 
Tuhan lewat segala ciptaan-Nya yang sangat baik dan indah di bumi ini, seperti 
yang ia pandang dari pagi hingga malam. Seyogianya, atas semua itu Tuhan bisa 
bersukacita. Bukankah semua yang Dia ciptakan itu baik adanya? Itulah yang 
disampaikan Pemazmur. Hendaklah kita tahu membuat Tuhan bersukacita atas 
ciptaan-Nya atau perbuatan-perbuatan-Nya. Apakah Tuhan bisa bersukacita atas 
segala ciptaan-Nya yang indah itu hari ini? Sayangnya, apa yang terjadi hari ini 
justru sebaliknya.

Sangat memprihatinkan melihat bagaimana destruktifnya manusia yang terus merusak 
alam demi keuntungan sesaat dan kepentingan pribadi. Semakin lama, kita semakin 
sulit menemukan alam yang masih segar. Apa yang terjadi hari-hari ini agaknya 
sulit membuat Tuhan bersukacita atas ciptaan-ciptaan-Nya. Manusia terus saja 
merusak kelestarian lingkungan. Membuang sampah sembarangan, sungai-sungai 
tercemar limbah industri dan buangan dari rumah-rumah pemukiman penduduk, asap 
kotor yang keluar dari cerobong pabrik-pabrik dan knalpot kendaraan, semua itu 
merusak segala keindahan yang Tuhan sediakan bagi kita. Kerusakan lingkungan dan 
menipisnya lapisan ozone membuat dunia ini semakin lama semakin hancur. Segala 
tumbuhan hijau dan segar musnah digantikan oleh besi-besi dalam berbagai bentuk. 
Semakin lama, manusia yang diciptakan Allah secara istimewa semakin tidak 
menghargai karya Penciptanya. Selain merusak lingkungan, menghancurkan 
ekosistem, dan lain-lain, manusia juga berani saling membinasakan satu sama 
lain. Padahal, semua manusia sama-sama ciptaan Tuhan yang sangat berharga, 
bahkan mulia di mata-Nya. Namun, di mata sesama manusia, nyawa itu dihargai 
sangat murah, letaknya berada sangat jauh di bawah ego dan kepentingan diri 
sendiri. Tuhan sudah begitu baik dengan menganugerahkan keselamatan kepada kita 
lewat Kristus, tetapi kita begitu sulit untuk sekadar menghargai kebaikan-Nya. 
Jika semua ini terjadi, bagaimana mungkin Tuhan bisa bersukacita karena 
perbuatan-perbuatan-Nya?

Segala keindahan alam sejak semula Dia ciptakan sebagai gambaran kasih-Nya 
kepada kita. Itu merupakan hadiah yang luar biasa indah, yang diberikan kepada 
kita. Seharusnya, Tuhan bisa bersukacita melihat semua ciptaan-Nya hidup dengan 
baik, harmonis, damai, dan penuh kasih. Gambaran yang sebaliknya tentu membuat-
Nya sangat kecewa. Dia menciptakan yang indah, tetapi kita merusaknya. Lalu, 
ketika bencana datang silih berganti, kita malah berani menyalahkan Tuhan. 
Pemazmur sudah menyerukan agar kita mau mulai berpikir untuk membuat Tuhan bisa 
bersukacita atas ciptaan-Nya. Itu bisa dilakukan dengan menjaga kelestarian 
lingkungan, mengambil bagian dalam gerakan-gerakan penghijauan, dan tidak ikut-
ikutan mencemarkan lingkungan dengan perilaku-perilaku kita yang buruk. 
Bersyukurlah jika hari ini masih bisa melihat alam yang indah, meski tidak lagi 
mudah. Akan tetapi, apakah anak cucu kita kelak masih bisa menyaksikannya? Tuhan 
menitipkan milik-Nya kepada kita untuk dikelola, dijaga, dilestarikan, dan 
dikembangkan. Jika kita mau melakukannya, di sanalah Allah akan bersukacita 
melihat seluruh ciptaan-Nya di muka bumi ini dapat saling bekerja sama dalam 
menghormati hasil karya-Nya yang agung. Jika Anda melihat sekeliling Anda hari 
ini dan masih mendapati sesuatu yang indah, bersyukurlah untuk itu. Dan, mari 
kita jaga bersama-sama agar anak cucu kita masih bisa menyaksikan keindahan alam 
itu dan dengan sendirinya merasakan bentuk cinta kasih Tuhan lewat anugerah-Nya 
atas alam yang indah.

Buatlah Tuhan tersenyum bahagia dengan menjaga kelestarian alam ciptaan-Nya.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: 24hoursworship.com
Alamat URL: http://24hoursworship.com/menyukacitakan-tuhan/
Penulis renungan: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 10 Juni 2013


                   BAHAN MENGAJAR: SELAMATKAN BUMI KITA
                           Ditulis oleh: Doni K.

I. LANDASAN ALKITAB

A. Kejadian 1:11-12

Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-
tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah 
yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian. Tanah 
itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan 
segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat 
bahwa semuanya itu baik.

B. Kejadian 1:26-28

Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa 
Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara 
dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang 
merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut 
gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan 
bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-
ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di 
bumi.

II. TUJUAN

Mendorong kaum muda untuk menyadari tanggung jawab mereka sebagai anak-anak 
Allah, yang berkewajiban menjaga kelestarian alam dan yang menyadari berbagai 
dampak buruk yang ditimbulkan oleh pencemaran dan perusakan alam.

III. REFLEKSI

Suatu kali pada hari Minggu, yaitu saat pelaksanaan ibadah di sebuah gereja, ada 
seorang pendeta yang mengajak seluruh jemaatnya untuk peduli terhadap 
kelestarian alam. Kepedulian itu harus diwujudkan dengan berpartisipasi dalam 
menyelamatkan keasrian bumi. Kebaktian yang diadakan pada hari itu memang telah 
dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya oleh pendeta. Tujuannya adalah untuk 
mengampanyekan perlindungan iklim dari pemanasan global. Adapun aksi yang 
dilakukan pendeta adalah dengan membagikan sebatang pohon kepada setiap keluarga 
yang hadir dan meminta mereka menanamnya di rumah masing-masing. Dikatakan dalam 
khotbah dan renungan warta jemaat hari itu bahwa Tuhan telah menyerahkan bumi 
kepada manusia untuk ditaklukkan.

Dalam Alkitab, kita melihat bahwa Tuhan berpesan kepada Adam untuk menaklukkan 
bumi beserta isinya. Memang, ayat yang berbicara secara langsung tentang 
perlindungan alam semesta agak sulit untuk ditemui. Meski demikian, masih 
terdapat satu prinsip yang tersurat dalam Alkitab, yaitu perintah Tuhan untuk 
menjaga ciptaan-Nya. Alkitab mengatakan bahwa Tuhan memberikan perintah kepada 
manusia untuk memelihara dan merawat ciptaan-Nya. Inilah yang seharusnya menjadi 
dasar bagi manusia untuk tidak merusak alam ciptaan Tuhan. Dalam Kejadian 1:31, 
firman Tuhan mengatakan bahwa seluruh ciptaan itu adalah baik di mata Tuhan. 
Bahkan, Dia sendiri mengatakan bahwa ciptaan-Nya begitu indah. Oleh sebab itu, 
Tuhan meminta manusia untuk menjaga seluruh ciptaan-Nya, yaitu alam, binatang, 
dan tumbuh-tumbuhan.

Akan tetapi, karena dosa dan keserakahan, manusia telah merusak alam ciptaan 
Tuhan, yaitu dengan mengeksploitasi alam secara luar biasa berlebihan. 
Akibatnya, terjadi bencana yang cukup mengerikan di bumi ini. Selain itu, 
manusia juga telah menggunakan sumber daya secara tidak benar dan menimbulkan 
efek rumah kaca yang sangat besar. Maka, tidak heran jika terjadi pemanasan 
global yang kemudian memengaruhi perubahan iklim.

Alam semesta telah diciptakan oleh Tuhan dengan begitu indah. Dan, semuanya itu 
dilakukan-Nya untuk kebaikan manusia juga. Sebab, tanpa alam semesta yang 
diciptakan Tuhan, manusia tentu tidak dapat hidup. Lalu, jika alam semesta ini 
rusak, bagaimanakah dengan nasib umat manusia?

Jika alam semesta rusak, keselamatan populasi manusia tentu akan terancam. Oleh 
sebab itu, sebagai warga bumi yang sekaligus anak-anak Tuhan, marilah kita 
berpartisipasi dalam menjaga kelestarian alam, mengingat bahwa bahaya besar 
dapat mengancam populasi manusia jika alam tidak dipelihara dengan baik. Dan, 
satu hal yang paling penting, kita harus ingat bahwa menjaga alam adalah 
kewajiban kita sebagai umat Tuhan. Sebab, Tuhan telah memercayakan seluruh 
ciptaan-Nya di bumi ini kepada kita, manusia.

IV. DISKUSI

1. Kita pernah mendengar bahwa Kota Bandung memiliki suhu udara yang sangat 
   dingin, namun sekarang sudah tidak lagi. Ironisnya, hal ini terjadi tidak hanya 
   di Kota Bandung saja, namun di seluruh dunia. Mengapa demikian?

2. Menurut Anda, ulah siapakah yang menyebabkan suhu di beberapa tempat, bahkan 
   di seluruh dunia ini berubah? Apakah perubahan tersebut merupakan hal yang baik 
   atau tidak?

3. Apakah yang dapat kita perbuat untuk mengembalikan keadaan seperti 
   sebelumnya?

4. Jika tindakan itu tidak dimulai dari kita, lalu dari siapa lagi?

V. APLIKASI

1. Kita sering kali tidak memerhatikan keseimbangan dan harmonisasi alam, yang 
   kita pikirkan hanya rusak, eksploitasi dsb.. Sering kali, kita juga menyalahkan 
   dosa, bukan? Akan tetapi, ingatlah bahwa dosa tidak berjalan sendiri! Kita juga 
   sering berkata, "Saya tidak `kok` karena saya tidak punya tambang ...." Namun, 
   bagaimana dengan sikap kita saat kita punya rumah?

Marilah kita belajar dan melakukannya dari sekarang, yaitu:
- Menanam tumbuhan serta menjaga kelestariannya.
- Membuang sampah pada tempatnya (Menjaga kebersihan lingkungan).
- Memotivasi dan melatih diri untuk peduli pada lingkungan melalui aksi kita.

2. Kita tidak dapat beralasan bahwa dunia ini fana dan kehidupan kita adalah di 
   surga yang mulia nanti, sehingga kita menjadi acuh tak acuh terhadap alam 
   semesta. Apakah kita sudah membaca apa yang telah Tuhan firmankan? (Mazmur 24:1 
   dan Mazmur 115:16) Milik siapakah bumi ini?

- Bumi ini adalah milik Tuhan dan Ia telah memercayakan perawatannya kepada 
  kita, maka marilah kita belajar untuk menjadi pekerja Tuhan sebagai perawat dan 
  pelindung bumi ini. 
- Marilah kita melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik bagi 
  lingkungan sebagai ketaatan dan kasih kita kepada Tuhan.

Sumber bacaan:

1. Togar Silaban. "Perintah Tuhan untuk melestarikan lingkungan." Dalam 
   http://togarsilaban.wordpress.com/2008/03/09/perintah-tuhan-untuk-melestarikan-lingkungan/ 
2. Ev Paula Cohen. "Selamatkanlah Lingkungan Hidup." Dalam 
   http://www.renunganyouth.com/2010/08/selamatkanlah-lingkungan-hidup.html 
3. Alkitab. Dalam http://alkitab.mobi/tb/Kej/


Kontak: binasiswa(at)sabda.org
Redaksi: Doni K. dan Yusak
Berlangganan: subscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org