Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/13

e-BinaSiswa edisi 13 (1-4-2013)

Kesehatan (1)

e-BinaSiswa -- Kesehatan (1)
Edisi 13/April 2013

DAFTAR ISI:
ARTIKEL: HUBUNGAN ANTARA IMAN KRISTEN DAN KESEHATAN TUBUH

Shalom,

Pernahkah Anda mendengar orang berkata, "Kesehatan mahal harganya?" 
Mungkin hal ini berlaku bagi orang-orang yang sedang mengalami 
kelemahan tubuh, tetapi bagi kita yang sedang tidak memiliki masalah 
kesehatan, tentu kesehatan dapat dikatakan tidak mahal. Karena, 
kesehatan dapat diperoleh dengan cara rajin melakukan olahraga. Bagi 
orang-orang beriman, hal ini lebih mudah dilakukan sebab fakta 
membuktikan bahwa iman memiliki hubungan yang sangat dekat dengan 
kesehatan.

Pada bulan "Kesehatan Internasional" ini, kami menyajikan artikel yang 
dapat Anda gunakan dalam pelayanan remaja tentang bagaimana hidup 
sehat dalam pandangan iman Kristen. Silakan simak artikel berikut ini. 
Tuhan Yesus memberkati.

Pemimpin Redaksi e-BinaSiswa,
Doni K.
< doni(at)in-christ.net >
< http://remaja.sabda.org >


       ARTIKEL: HUBUNGAN ANTARA IMAN KRISTEN DAN KESEHATAN TUBUH
                       Diringkas oleh: Doni K.

A. Pendahuluan

Menurut penelitian yang pernah dilakukan di Amerika serikat, orang 
Amerika telah mengenal adanya kuasa kesembuhan oleh iman dan doa. 
Faktanya, 82 persen orang Amerika percaya dengan adanya kuasa 
kesembuhan oleh doa, 64 persen percaya seorang dokter harus berdoa 
untuk pasien yang memintanya, dan 63 persen pasien ingin dokternya 
berdiskusi mengenai iman untuk kesembuhannya. Hampir 99 persen dokter 
di Amerika Serikat mengakui bahwa kehidupan iman dapat berkontribusi 
positif pada proses penyembuhan.

Penyedia layanan kesehatan sering kali melupakan faktor iman dan 
melimpahkan hal tersebut kepada pemuka agama. Namun, hal itu sudah 
mulai berubah. Para ilmuwan mulai melihat adanya suatu hubungan antara 
pertolongan Tuhan dan kesembuhan.

Menurut penelitian, iman dapat meningkatkan sistem imun, mempercepat 
proses penyembuhan, mengurangi komplikasi penyakit, dan lain 
sebagainya. Seperti halnya iman, kesehatan itu sendiri adalah karunia. 
Orang beriman yang diberi kesehatan oleh Tuhan tidak boleh memegahkan 
diri. Karena, kesehatan yang ia terima itu bukanlah hasil usahanya, 
melainkan karunia Tuhan (Efesus 2:9). Namun, itu bukan berarti bahwa 
orang Kristen tidak boleh berusaha. Sebab, ada pernyataan yang 
mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17, 
2:26).

B. Pembahasan

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti 
dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Iman Kristen 
bukan didasarkan pada ketakutan terhadap segala sesuatu yang ada di 
hadapan manusia, melainkan pada kasih Tuhan kepada manusia.

Bila kita beriman pada Yesus Kristus, kita harus mengasihi diri, orang 
lain, masyarakat, dan dunia (Matius 22:38-40). Kasih Allah yang kita 
respons, diwujudkan dengan iman dan harus mewujud nyata dalam segala 
aspek hidup kita. Ukuran kasih kita kepada Allah menjadi tolok ukur 
kita untuk mengasihi sesama.

Buklet yang diterbitkan oleh U.S. Department of Health and Human 
Services menyebutkan beberapa hal yang dapat dilakukan seseorang untuk 
dapat tetap sehat, antara lain mengontrol berat badan, mengurangi 
konsumsi produk-produk yang dapat meningkatkan risiko penyakit kronis, 
makan secukupnya, olahraga teratur, menghindari tempat-tempat 
berbahaya untuk mencegah cedera, menggunakan obat-obatan dengan benar, 
dll.. Dalam semua syarat tersebut, jelas terkandung prinsip-prinsip 
kesehatan sebagai bukti iman atas dasar kasih manusia kepada Allah, 
dirinya sendiri, dan sesamanya.

1. Kesehatan sebagai bukti iman atas dasar kasih kepada Allah.

Salah satu ayat penting dalam membahas pentingnya kasih kepada Allah 
dalam hubungannya dengan kesehatan tubuh adalah 2 Tawarikh 16:12. Ilmu 
pengobatan merupakan karunia Allah, tetapi hanya Allah sendiri, 
sebagai Pencipta obat, yang dapat memberikan kesembuhan. Tuhan tidak 
ingin manusia mengandalkan pikirannya sendiri. Tuhan mau supaya 
manusia selalu hidup bersandar kepada-Nya (Mazmur 40:5).

Bagi orang Kristen, kesehatan spiritual lebih penting daripada 
kesehatan tubuh (1 Korintus 12:9). Orang Kristen tidak dikendalikan 
oleh prinsip yang salah, yakni prinsip yang menyatakan bahwa 
kebahagiaan yang sejati dapat ditemukan dalam hidup ini, dan kesehatan 
tubuh merupakan kunci dari kebahagiaan. Lebih dari itu, orang Kristen 
memelihara kesehatan hanya supaya mereka dapat mengasihi dan melayani 
Tuhan dengan lebih efektif (Filipi 2:30).

Orang yang mengasihi Allah, tidak akan mencobai Allah untuk 
kesembuhannya. Berharap kesembuhan turun dari langit dan tidak 
berusaha untuk meraih kesembuhan merupakan bukti bahwa manusia sedang 
mencobai Allah. Martin Luther memberikan contoh dalam Kejadian 42:1-2. 
Ketika terjadi kelaparan di seluruh negeri, Yakub memerintahkan anak-
anaknya untuk membeli gandum di Mesir. Yakub tahu bahwa ia memiliki 
Allah yang hidup, yang tidak akan membiarkannya mati kelaparan di 
negerinya sekarang. Akan tetapi, ia tidak mau diam saja. Yakub tidak 
menyuruh anak-anaknya untuk diam di rumah. Ia juga tidak berharap 
makanan jatuh dari langit. Orang beriman seharusnya menyikapi penyakit 
yang dideritanya dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh 
Yakub.

Tuhan memiliki cara yang berbeda-beda dalam memelihara umat-Nya, 
termasuk dalam proses penyembuhan penyakit. Karena itulah, orang 
beriman diminta untuk menggunakan segenap hati, jiwa, dan akal budi 
untuk mengetahui rencana-Nya, sebagai bukti kita mengasihi-Nya 
(Ulangan 6:5; Matius 22:37; Markus 12:30; Lukas 10:27).

Ketika mengobati orang-orang yang datang kepada-Nya, Tuhan Yesus 
sendiri tidak selalu menyembuhkan mereka secara langsung. Pada 
beberapa kasus, Yesus malah menguji iman terlebih dahulu sebelum 
menyembuhkan seseorang. Hal ini terlihat pada kasus yang terjadi 
hampir bersamaan berikut ini (Matius 9:18-25):

a. Terhadap kepala rumah ibadat ini, Yesus tidak mengatakan apa-apa, 
   dan juga terhadapnya, Yesus tidak menguji imannya. Yesus segera 
   bertindak. Ia bangkit dan mengikuti kepala rumah ibadat ini.

b. Terhadap perempuan yang sakit pendarahan, Yesus berpaling dan 
   memandang dia serta berkata, "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, 
   imanmu telah menyelamatkan engkau." Perempuan ini telah menghampiri 
   Yesus dengan cara yang kurang sopan. Ia datang mengendap-endap dari 
   belakang. Tetapi, Yesus sudi berpaling dan memandang perempuan ini. 
   Yesus mengerti bagaimana gundah gulananya hati perempuan ini 
   sehingga Ia berkata, "Teguhkanlah hatimu, ...." Lebih dari itu, 
   ketika semua orang menutup muka dan merasa jijik terhadap 
   perempuan ini, Yesus sudi memandang perempuan ini.

Walaupun dalam proses penyembuhan Yesus menggunakan cara yang berbeda, 
tetapi pada akhirnya kedua peristiwa itu memiliki persamaan hasil dari 
iman, yakni adanya kesembuhan.

2. Kesehatan sebagai bukti iman atas dasar kasih kepada diri sendiri.

Dalam konteks kesehatan, orang Kristen yang benar-benar beriman akan 
mengasihi dirinya sendiri. Maksudnya adalah orang Kristen tahu 
bagaimana ia merawat dirinya sendiri, sebagai bukti bahwa ia mengasihi 
dirinya. Tanpa adanya iman yang dilandasi oleh kasih terhadap diri 
sendiri, kesehatan tubuh/jasmani itu sulit untuk dicapai.

Setiap orang yang percaya diharapkan mampu mengontrol keinginan 
daging, misalnya saja dalam masalah makanan (Amsal 16:32), untuk 
memperoleh, meningkatkan, maupun menjaga kesehatan. Orang Kristen 
tidak boleh mencobai Tuhan. Misalnya, beralasan sudah mendoakan dan 
meminta Tuhan memberkati makanan yang dimakan, meskipun ia tahu bahwa 
itu adalah makanan pantangan bagi dirinya (Roma 14:1-3).

Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya, orang Kristen 
yang mengetahui cara mengobati penyakitnya, juga harus menggunakan 
pengetahuan itu sebagai bukti ia mengasihi dirinya sendiri (Matius 
9:12). 
Akan tetapi, semua pengobatan yang dilakukan oleh orang Kristen 
jangan sampai menyimpang dari perintah Tuhan. Beberapa hal menyimpang 
yang sering dilakukan oleh orang Kristen dalam proses meraih kesehatan 
tubuh itu antara lain:

a. Menggunakan paham tertentu untuk melarang orang memakan makanan 
   (Roma 14:3; 1 Timotius 4:3-4).
b. Menggunakan teknik pengobatan yang tidak ilmiah, ataupun yang 
   ilmiah, namun tidak sesuai dengan firman Tuhan (1 Timotius 6:20).
c. Menggunakan alat tertentu yang digunakan untuk mengetahui atau 
   meramal kesehatan seseorang, misalnya pendulum (Ulangan 18:9-12).
d. Menggunakan energi yang tidak terlihat untuk menyembuhkan penyakit 
   manusia (Keluaran 20:3-5).
e. Menggunakan latihan mental untuk menghilangkan aura negatif dan 
   menghasilkan aura positif (Roma 12:1-2).

3. Kesehatan sebagai bukti iman atas dasar kasih manusia pada 
   sesamanya.

Sering kali, kita berpikir bahwa mengasihi sesama tidak berpengaruh 
sama sekali pada kesehatan kita. Akan tetapi, fakta yang ada dalam 
kehidupan kita sehari-hari ternyata berkata lain. Misalnya, donor 
darah. Menurut penelitian, donor darah sangat bermanfaat bagi 
kesehatan pendonor. Di antaranya dapat menjaga kesehatan jantung, 
meningkatkan produksi sel darah merah, membantu penurunan berat badan, 
mendapatkan kesehatan psikologis, dan dapat dengan mudah mendeteksi 
penyakit serius.

Mengasihi sesama ini juga terlihat sangat nyata bila diterapkan dalam 
kehidupan keluarga. Orang tua yang mengasihi anak-anaknya akan memberi 
anaknya makanan yang sehat. Itu semua adalah untuk pertahanan diri 
mereka dalam mencegah penyakit (Matius 7:11). Seorang anak yang sakit 
dapat menimbulkan polemik di tengah keluarga. Bahkan, tidak jarang 
orang tua juga tertular penyakit yang dibawa anak dari luar.

Dalam kehidupan bertetangga, bergotong royong merupakan salah satu 
bukti nyata bahwa orang beriman benar-benar mengasihi sesamanya 
(Galatia 6:2). Misalnya, acara gotong royong untuk membersihkan 
selokan di depan rumah masing-masing untuk mencegah terjadinya banjir. 
Orang yang tidak mau mengasihi sesamanya, dalam kasus ini, biasanya 
tidak mau bergotong royong. Jika banjir terjadi, dampaknya akan 
dirasakan baik olehnya ataupun orang lain.

Ide untuk mengarantinakan (mengasingkan) orang-orang yang menderita 
penyakit menular juga penting sebagai cara manusia mengasihi 
sesamanya. Misalnya, para penderita kusta yang diharuskan mengasingkan 
diri sebagai upaya pencegahan penularan kepada orang lain. Ini 
merupakan suatu perlindungan yang diberikan Allah sendiri kepada 
Bangsa Israel pada masa itu, akan tetapi prinsip pengasingan ini masih 
terus dipakai dalam bidang medis saat ini (Imamat 13:46).

Ketika Maut Hitam mengamuk pada abad ke-14, pasien-pasien yang sakit 
atau mati ditempatkan bersama anggota-anggota keluarganya di dalam 
satu ruangan. Orang-orang sering kali heran mengapa begitu banyak 
orang tertular penyakit ini dalam waktu yang bersamaan. Mereka mengira 
bahwa wabah ini disebabkan oleh "udara buruk" atau "roh-roh jahat". 
Padahal, sekiranya mereka sungguh-sungguh memperhatikan dan 
melaksanakan perintah medis Allah, sebagaimana yang dinyatakan dalam 
Kitab Imamat, berjuta-juta jiwa pasti dapat diselamatkan. Arturo 
Castiglione menulis tentang betapa pentingnya hukum medis Alkitab ini, 
"Hukum-hukum tentang pembasmian penyakit kusta dalam Imamat 13 dapat 
dianggap sebagai model pertama dari suatu hukum kebersihan".

Tampaknya, Imamat 13 sedang menerangkan penyakit kulit pada umumnya 
(termasuk penyakit kusta) dengan alasan berikut ini.

a. Gejala yang disebut dalam Imamat 13, bukanlah gejala penyakit kusta 
   yang kita kenal sekarang ini.
b. Hukum acara penahiran/pembersihan menyatakan bahwa beberapa orang 
   yang dianggap "berpenyakit kusta" cepat sembuh.
c. "Pada zaman ketika sains medis seperti sekarang ini belum ada, agak 
   sukar bagi para imam untuk memberikan diagnosa yang berbeda 
   terhadap berbagai penyakit kulit, yang dalam berbagai hal memiliki 
   banyak persamaan, dan belum mempunyai nama tertentu. Tampaknya, 
   Musa mengelompokkan semua penyakit yang mirip dengan memberi nama 
   umum, yang diterjemahkan ke dalam Alkitab KJV menjadi kusta."

Sebagai orang beriman, kita diminta untuk mengasihi sesama seperti 
kita mengasihi diri sendiri. Orang Kristen tidak dapat mengklaim 
mengasihi orang lain bila ia sendiri tidak mengasihi dirinya sendiri. 
Akan tetapi, sering kali orang beriman terjebak dan masuk ke dalam 
pergaulan yang buruk seperti mabuk-mabukan, berjudi, menggunakan 
narkoba, seks bebas, dll.. Semuanya ini merupakan aktivitas yang buruk 
bagi kesehatan tubuh kita (1 Korintus 15:33).

Mengasihi sesama bukan berarti kita harus mengikuti apa yang mereka 
lakukan. Perlu diingat, seseorang yang bermain-main dalam lumpur yang 
kotor, akan turut menjadi kotor, demikian juga orang yang bergaul 
dalam lingkungan yang buruk. Orang Kristen sebaiknya tidak bergaul 
dengan mereka. Sebaliknya, orang Kristen harus menunjukkan kesetiaan, 
kepercayaan, penghiburan, pengampunan, penerimaan diri, dan 
perlindungan kepada mereka. Bila kita peduli dengan orang lain 
sebagaimana yang Tuhan tentukan, hubungan kita semakin mendalam dan 
bertumbuh. Memperlakukan orang lain dengan kasih semacam ini tidaklah 
alami, tidak mudah. Bahkan, mengasihi seperti yang Yesus perintahkan 
merupakan hal yang mustahil untuk kita lakukan dengan kekuatan 
sendiri. Tetapi, ketika kita mempercayai Kristus sebagai Juru Selamat, 
Roh Kudus memampukan kita dan menjalani hidup-Nya melalui kita 
(Galatia 2:20).

C. Kesimpulan

Dalam pelayanan kesehatan, dikenal beberapa pendekatan yaitu pelayanan 
kesehatan pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), 
pengobatan (kuratif), dan pemulihan/penyembuhan kesehatan 
(rehabilitatif). Dari keseluruhan pendekatan ini, iman Kristen yang 
dilandasi oleh kasih dapat disimpulkan sebagai suatu inti dari 
kesehatan itu sendiri.

Iman Kristen yang dilandasi oleh kasih ini mencakup seluruh aspek 
kehidupan, tidak terkecuali adalah kesehatan manusia itu sendiri. 
Tanpa adanya kasih, tidak mungkin manusia dapat hidup, apalagi hidup 
sehat, baik sehat jasmani maupun sehat rohani.

Kasih kepada Allah berarti mengetahui segala kehendak Tuhan atas 
kehidupan kita karena kita telah mengenal Allah, termasuk mengenai 
kesehatan diri kita. Kasih kepada diri sendiri merupakan upaya manusia 
untuk melayani dirinya sendiri sebagai proses meraih tubuh yang sehat. 
Sementara itu, kasih kepada orang lain merupakan cara untuk 
menyehatkan dan melayani orang lain, meningkatkan kesehatannya, dan 
bahkan mencegah terjadinya penyakit dalam diri orang tersebut.

Iman Kristen yang dilandasi oleh kasih itulah yang mengharuskan setiap 
orang Kristen untuk tetap memperhatikan kesehatannya, untuk kemuliaan 
nama Tuhan juga.

Diringkas dari:
Nama situs: gnibot.blogspot.com
Alamat URL: http://gnibot.blogspot.com/2012/01/hubungan-iman-kristen-dengan-kesehatan.html
Judul asli artikel: Hubungan Iman Kristen dengan Kesehatan Tubuh
Penulis artikel: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 27 Maret 2013


Kontak: binasiswa(at)sabda.org
Redaksi: Doni K. dan Yusak
Berlangganan: subscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org