Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/1

e-BinaSiswa edisi 1 (11-10-2012)

Mengenal Remaja

e-BinaSiswa -- Mengenal Remaja
Edisi 01/Oktober 2012

DAFTAR ISI
ARTIKEL: MENGENAL REMAJA
KIAT PEMBINA: 10 LANGKAH MUDAH MEMATIKAN KELOMPOK MUDA ANDA
STOP PRESS: INTERNATIONAL DAY OF PRAYER FOR THE PERSECUTED CHURCH (IDOP)

Shalom,

Puji Tuhan! Publikasi e-BinaSiswa [rencana awalnya bernama publikasi
Kawan Muda Kristus] hadir sebagai wujud kerinduan Yayasan Lembaga
SABDA (YLSA) untuk memperlengkapi pembina generasi muda dalam
menjangkau remaja dan kaum muda bagi Kristus. Publikasi e-BinaSiswa
akan terbit dua kali sebulan, setiap hari Kamis, minggu pertama dan
ketiga.

Tema yang kami pilih pada edisi perdana e-BinaSiswa ini adalah sesuai
dengan judul artikel yang kami sajikan, yaitu "Mengenal
Remaja". Harapan kami, artikel ini dapat memberikan informasi
kepada para pembina remaja untuk membantu mereka mengenal
sahabat-sahabat mudanya dengan lebih baik. Jangan lewatkan kolom Kiat
Pembinaan yang berisi 10 tip yang seharusnya tidak Anda lakukan dalam
persekutuan kaum muda yang Anda pimpin.

Kami mengucapkan selamat bergabung dalam publikasi e-BinaSiswa.
Silakan sebarkan informasi tentang publikasi e-BinaSiswa ini kepada
rekan-rekan pelayanan Anda yang lain, supaya mereka juga semakin
diperlengkapi. Tuhan Yesus memberkati!

Redaksi Tamu e-BinaSiswa,
Truly Almendo Pasaribu
< binasiswa(at)sabda.org >

                       ARTIKEL: MENGENAL REMAJA

Masa remaja mengalami rentang waktu sekitar 10 tahun, yang terbagi
dalam tiga fase berikut ini:
1. Remaja awal (10-13 tahun).
2. Remaja tengah (14-17 tahun).
3. Remaja akhir (18-21 tahun).

Dalam sebuah survei terhadap 27.000 orang yang berusia 12 -- 19 tahun
dari seluruh dunia, ditemukan bahwa generasi remaja masa kini
dicirikan oleh beberapa hal:

1. Sangat berpusat pada diri sendiri dan ingin memuaskan keinginannya
tanpa pikir panjang. Mereka terbiasa dengan musik keras, tato, dll..
Mereka kurang dalam hal kepemimpinan, inisiatif, motivasi, dan
komitmen. Bunuh diri yang banyak terjadi pada generasi ini menjadi
alasan yang diambil saat mereka mengalami situasi sulit.

2. Mereka percaya bahwa kesuksesan tergantung pada diri mereka
sendiri. Mencari kerja yang baik menjadi prioritas mereka.

3. Dalam kehidupan yang sangat sulit, mereka merindukan keluarga
sebagai tempat menghadapi kesulitan hidup.

4. Mereka membutuhkan identifikasi pada kebutuhan pasar, seperti
memakai sepatu atlet terkenal, minum Coca-Cola, dll..

5. Remaja sekarang terbiasa berbelanja. Mereka membeli barang yang
mereka inginkan, bukan yang dibutuhkan. Ironisnya, contoh ini mereka
dapatkan dari orang tua dan pengaruh iklan yang luar biasa.

6. Mereka sangat senang melakukan perjalanan dan petualangan, termasuk
menjelajah lewat internet.

7. Mereka senang mengoleksi CD, menonton televisi,
"chatting", dll.. Akhirnya, kecanduan media.

8. Di sisi lain, mereka adalah generasi yang sangat rindu untuk bisa
hidup senang dan bahagia.

Menjembatani Gap

Salah satu penyebab utama konflik orang tua dan remaja adalah adanya
perbedaan antargenerasi. Perbedaan ini melibatkan kepercayaan, emosi,
dan pilihan-pilihan dalam hidup. Hal-hal ini telah menghasilkan salah
pengertian, ketegangan, dan konflik antaranggota keluarga. Konflik
dapat muncul dari segala macam isu. Mulai masalah memutuskan hal
keuangan, memilih baju, model rambut, rekreasi, hal-hal religius,
musik, makanan, atau masalah moral.

Untuk mengatasi gap ini, ada tiga hal yang perlu kita lakukan.
1. Memahami remaja. Kita belajar memberikan toleransi kepada remaja
yang berbeda dengan kita, termasuk menerima dan memahami perbedaan
pandangan.
2. Menerima remaja apa adanya.
3. Memaafkan remaja dengan cara selalu memberinya kesempatan kedua.
Tidak jarang remaja menyakiti kita, namun berikanlah dia maaf dan
kesempatan belajar dari kesalahannya.

Persamaan Remaja Dulu dan Sekarang

1. Perubahan Fisik dan Mental

Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, yang dicirikan dengan penambahan
berat, perubahan konfigurasi anggota-anggota tubuh (mulai serasi dan
pas), mematangnya organ-organ reproduksi, dan tumbuhnya tanda-tanda
seksual sekunder seperti kumis dan jenggot pada pria, dan buah dada
pada wanita.

Perubahan-perubahan hormonal ini diiringi dengan bertambahnya kepekaan
perasaan remaja (lebih moody), meningginya rasa tertarik pada lawan
jenis, dan meningkatnya level agresi (ingin atau senang berkelahi).

Remaja putri yang matang lebih awal akan mengalami stres yang
bertambah. Kalau dia terlihat gemuk, akan mengundang komentar dari
teman-temannya dan mengganggu dirinya. Akibatnya, dia cenderung
bergaul dengan kawan yang berusia di atasnya. Hal ini memperbesar
kemungkinan ia akan merokok, minum alkohol, menggunakan obat
terlarang, dan terlibat hubungan seks.

Ia juga sering menghadapi konflik dengan orang tua. Hal ini membuatnya
enggan bertanya pada orang tua. Pada masa ini, teman prianya mulai
tertarik padanya. Padahal, ia belum siap menghadapi tekanan-tekanan
ini. Ada bukti, pada masa ini mereka cenderung mengalami gangguan
psikologis yang lebih banyak dibandingkan dengan remaja putri yang
matang sesuai usianya, misalnya gangguan kecemasan, depresi, dan
gangguan makan (semuanya tergolong gangguan internal).

2. Kebutuhan untuk Diterima

Teman sebaya merupakan sumber harga diri terbesar bagi seorang remaja.
Itulah sebabnya, mereka mudah terjebak pada teman. Misalnya, seorang
anak yang alim di rumah atau rajin sekolah minggu terjebak minum
dengan temannya, bahkan ke pelacuran. Karena itu, nilai iman yang
ditanamkan sejak dini dapat mencegah dia terjerumus lebih dalam.

3. Berpikir Logis

Umumnya, remaja lebih mampu mengemukakan alasan untuk berargumentasi
dengan orang tua karena mereka sudah bisa berpikir secara abstrak.
Pertumbuhan intelektual yang cepat dan banyaknya informasi yang mereka
terima, membuat anak remaja merasa diri lebih benar daripada orang
tuanya.

4. Senang dengan Teman Sebaya

Remaja juga semakin dekat dengan teman sebayanya dan lebih
mementingkan mereka. Mereka membangun persetujuan bersama yang sangat
mereka pegang (pakaian, rambut, musik, dll.). Akibatnya, mereka lebih
senang dengan orang yang menyetujui ide mereka.

5. Menguji Nilai, Nasihat, dan Iman Orang Tua

Mereka sangat bergumul dengan nilai-nilai orang tua mereka yang
dianggap ortodoks. Orang tua yang bijak akan berusaha menjelaskan iman
pribadinya tanpa sikap otoriter, kemudian mendorong anaknya untuk
mencari dan memiliki keyakinan pribadi. Orang tua juga perlu
memberikan kesempatan lewat dialog yang terus-menerus, agar iman dan
sikap terhadap nilai-nilai yang benar terbentuk dalam diri anak.
Tujuan orang tua bukanlah memberikan jawaban yang mudah, melainkan
menguatkan anak untuk mencari jalan hidup mereka tanpa didikte. Orang
tua perlu mendorong setiap anak menjadi seperti Samuel, yang sejak
kecil selalu terbiasa berkata kepada Allah, "berbicaralah Tuhan,
hamba-Mu siap mendengar." Orang-orang besar di dunia ini adalah
orang-orang yang peka dan terbuka terhadap suara dan panggilan ilahi.

Perbedaan Remaja Dulu dan Sekarang

1. Teknologi

Dulu, anak remaja hanya hidup dengan radio dan televisi (TV).
Sekarang, mereka diperhadapkan dengan TV kabel, satelit, atau internet
yang menciptakan dunia global yang tidak dialami remaja masa lampau.
Mereka memiliki akses TV ke seluruh kebudayaan. Segala jenis kebutuhan
mereka, menyangkut hiburan, musik, mode, dll., terpenuhi. CD, VCD, MP3
adalah sahabat mereka sehari-hari. Sayangnya, jika tidak ada yang
menyaring nilai yang mereka serap dari media TV, internet dsb.,
bagaimana mereka dapat memahami mana yang etis dan yang tidak;
berkenan pada Tuhan atau tidak? Teknologi yang ada membuat remaja
bersentuhan dengan dunia dan dunia menyentuh kehidupan remaja.
Rangsangan budaya dibukakan lebih jauh pada remaja masa kini daripada
pada zaman orang tua mereka.

2. Mengenali Kekerasan

Perbedaan kedua adalah pengenalan akan kekerasan manusia. Banyak
kekerasan diberitakan di media bioskop, film, TV, lagu, novel, cergam,
dll.. Anak remaja menyukai film laga yang penuh dengan kekerasan.
Mereka tidak menyadari dampak langsung dan tidak langsung dari media
karena dampak tersebut sudah terlalu biasa bagi mereka. Tidak jarang,
mereka justru melihat langsung perkelahian antarsekolah/remaja. Jadi,
tidaklah mengherankan jika semakin banyak anak remaja yang terlibat
dalam tindak kekerasan dan pembunuhan.

3. Keluarga yang Retak

Sebanyak 4 dari 10 remaja Amerika (39 persen) hidup atau tinggal hanya
dengan 1 orang tua saja. Dan, 8 dari 10 kasus ini, yang absen adalah
ayah. Kaum sosiologis berkata, "Belum pernah keluarga begitu
berubah. Semakin banyak wanita karier, orang tua tunggal, kawin cerai,
pasangan tanpa anak, `kumpul kebo`, dan `pasangan homo` yang
mengangkat anak."

Keluarga masa kini sudah jarang hidup dalam keluarga batih
("extended family"), tetapi hanya pada keluarga inti. Di
samping itu, keluarga makin jauh dengan tetangganya. Dulu, remaja kita
bisa mengandalkan tetangga, gereja, atau keluarga batihnya. Namun
sekarang, itu tidak bisa dilakukan lagi.

4. Pengertian dan Informasi Tentang Seks

Remaja masa kini tumbuh dalam sebuah dunia tanpa aturan seks. Bioskop,
media cetak, TV, dan musik cenderung mengidentikkan seks dengan cinta.
Media melukiskan seks sebagai bagian terpenting dari pacaran yang
baik. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika semakin banyak remaja
yang sangat aktif dalam melakukan hubungan seks. Remaja yang tidak
aktif dalam melakukan aktivitas seksual malah menjadi bingung dan
bertanya-tanya, "Apakah aku normal, ada apa dengan diriku?",
"Apakah aku ada kekurangan yang penting?" Di pihak lain,
dalam diri mereka yang aktif melakukan seks di luar pernikahan timbul
perasaan bersalah.

5. Nilai-Nilai Moral dan Agama

Pada masa ini, kehidupan moral dan agama sudah bukan lagi hal penting.
Remaja semakin sulit mendefinisikan moral dan agama. Dulu, remaja
mudah membedakan mana bermoral dan yang tidak. Sekarang, batasannya
sangat tipis. Bermoral atau tidak bukan lagi didasarkan pada Alkitab,
melainkan pada pendapat orang lain. Remaja tumbuh pada nilai-nilai
moral dan nilai kesucian. Mereka menganggap baik kalau kebanyakan
temannya juga mengatakan bahwa itu baik. Jadi, nilai moral dan nilai
baik sangat relatif.

Orang Tua Harapan Remaja

Dalam situasi remaja yang krisis ini, mereka sangat membutuhkan
pendampingan orang tua. Salah satu survei menunjukkan banyak remaja
melaporkan bahwa orang tua mereka punya pengaruh besar dalam hidup
mereka dibandingkan teman, khususnya dalam hal mencari sekolah,
mengikuti ibadah, mengerjakan pekerjaan rumah, soal makan dan
kesehatan, serta dalam merencanakan karier. Sedangkan teman-teman
mereka lebih berpengaruh dalam bidang yang bersifat segera/sekarang,
seperti model baju, model rambut, soal membolos, dan memilih pacar.

Yang terpenting adalah jangan lupa bahwa kita pernah remaja. Kita
harus menyadari bahwa menjadi remaja merupakan bagian pertumbuhan kita
yang paling sulit. Sebagai orang tua, kita perlu menolong remaja untuk
memiliki tujuan. Apa pun yang mereka lakukan, pikirkan tujuannya. Jika
sejak praremaja anak dibiasakan berpikir berdasarkan tujuan, orientasi
kegiatan mereka selalu pada tujuan. Dalam hidup, kita akan dihadapkan
pada sangat banyak pilihan dan pengambilan keputusan. Kalau kita
membiasakan diri memiliki tujuan, kita terlatih berpikir kritis dan
tidak impulsif.

Selain memikirkan tujuan dari segala sesuatu, remaja juga perlu
mengerti masalah spiritual. Tugas orang tualah mengenalkan Tuhan
kepada remajanya dan menolong mereka menerima pengampunan Kristus.
Iman yang bertumbuh akan membuat remaja kita memikirkan, "Apa
kata Tuhan kalau aku melakukan ini." Inilah yang menjadi arah
dalam pembangunan karakter dan pagar dalam pergaulan mereka nantinya.

Berkomunikasi dengan remaja tentu berbeda dengan ketika mereka masih
lebih kecil. Jika sebelumnya orang tua harus menunjukkan otoritas
mereka, sekarang saatnya orang tua bertindak sebagai teman.
Pengambilan keputusan tidak lagi dengan kata "pokoknya",
tetapi dengan diskusi dan negosiasi. Kita wajib menghargai perasaan
dan keputusan mereka.

Sebagai orang tua atau pembina remaja, ada beberapa sifat yang kita
perlu bangun dalam diri kita.

1. Toleransi terhadap paradoks dalam diri remaja. Anak remaja suka
berjanji, namun tidak dapat menepatinya. Kita perlu belajar menerima
mereka apa adanya.

2. Memunyai rasa humor yang dapat menjadi sarana komunikasi yang
sangat efektif dengan remaja. Anak remaja suka mengobrol dan bercanda.

3. Bersikap fleksibel. Kita bisa menyesuaikan diri dengan remaja.
Perubahan pada mereka sering begitu cepat. Kalau nasihat kita tidak
diterima, jangan cepat kecewa.

Berikut ini adalah hal-hal yang disukai remaja jika itu terdapat dalam
diri orang dewasa.

a. Tidak bertengkar di depan remaja.
b. Berlaku adil terhadap semua anak.
c. Bersikap jujur.
d. Toleran terhadap orang lain.
e. Menyambut teman-teman mereka dengan hangat.
f. Membangun tim kerja yang baik dengan anak-anak.
g. Menjawab pertanyaan mereka.
h. Memberikan hukuman saat dibutuhkan, tetapi tidak di depan orang lain.
i. Berkonsentrasi pada hal-hal yang baik daripada pada kelemahan.
j. Memiliki sikap konsisten.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: 9 Masalah Utama Remaja
Penulis: Julianto Simanjuntak dan Roswitha Ndraha
Penerbit: Yayasan Peduli Konseling Indonesia (YAPKI), Tangerang 2009
Halaman: v -- xv

     KIAT PEMBINAAN: 10 LANGKAH MUDAH MEMATIKAN KELOMPOK MUDA ANDA

Jangan lakukan hal-hal di bawah ini jika Anda tidak ingin mematikan
pelayanan kaum muda di gereja Anda!

1. Lakukanlah semuanya sendiri. Antusiasme kelompok kaum muda tidak
akan menyala jika semua pemikiran dan pekerjaan mereka diselesaikan
oleh Anda. Pemimpin-pemimpin muda Anda tidak akan termotivasi jika
mereka mendapat sangat sedikit kepercayaan dari orang dewasa. Jadi
yang terpenting, lakukanlah sendiri! Pada akhirnya, Andalah yang
paling tahu apa yang terbaik, bukan?

2. Jangan mencoba ide-ide baru. Jangan ikuti bahan-bahan atau
pelatihan-pelatihan baru. Hal-hal yang sama terus-menerus pastinya
akan membentuk sikap "tidak peduli".

3. Jangan miliki rasa humor. Jangan tersenyum, tertawa, atau bercanda
ria. Awalnya, mungkin terasa sulit, tetapi berubah sikap seperti hakim
atau orang yang bertemperamen buruk akan menjadi sebuah kebiasaan.

4. Perhatikanlah hal-hal yang mudah dan dangkal saja dalam program-
program Anda. Jangan perhatikan hal yang benar-benar penting. Jika
kaum muda menemukan jawaban-jawabannya yang nyata atas pertanyaan-
pertanyaan yang nyata, mereka mungkin akan hadir kembali minggu depan!

5. Ubahlah terus peraturan-peraturannya. Ubahlah waktu dan tempat
pertemuan dengan mendadak, tanpa pemberitahuan sebelumnya. Konsistensi
menghasilkan kepercayaan, tetapi ketidakkonsistenan membuat mereka
sangat sibuk menerka-nerka, sehingga mereka tidak ingat apa itu
"percaya" (dan mungkin justru lupa "datang").

6. Jangan memberi sikap pengertian ketika orang muda memunyai masalah-
masalah atau pertanyaan-pertanyaan. Komunikasi dapat membuka pintu
pertemanan, tetapi kecaman akan menutup pintu itu dengan cepat. Dan
ketika kita sedang membahas pelajaran, oloklah ketulusan mereka.
Berterusteranglah tentang ide-ide buruk yang mereka ajukan!

7. Berikanlah mereka tekanan. Pastikan mereka datang ke segala acara
gereja. Remehkanlah kegiatan sekolah mereka. Bahkan, buatlah acara-
acara yang jadwalnya saling bertabrakan, agar mereka perlu memilih
antara gereja dan sekolah atau kegiatan sosial.

8. Dukunglah sikap eksklusif. Jika mereka bahagia bersama diri mereka
sendiri dan menyingkirkan yang lain, Anda tidak perlu mengkhawatirkan
orang-orang muda lainnya akan kembali bersekutu dengan Anda.

9. Jangan bekerja sama dengan pengurus-pengurus, pegawai-pegawai, atau
pendeta. Semakin sedikit orang yang tahu apa yang Anda lakukan,
semakin sedikit dukungannya.

10. Dan yang terpenting, jangan doakan mereka. Jika Anda membiarkan
Allah turut campur tangan, Anda tidak akan bisa menebak yang akan
terjadi! (tUly)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: Youth Ministry from Start to Finish
Judul asli artikel: How to Kill A Youth Group in 10 Easy Steps
Penulis: Janet Litherland
Penerbit: Meriwether Publishing Ltd., USA
Halaman: 53 -- 54

         STOP PRESS: INTERNATIONAL DAY OF PRAYER FOR THE
                  PERSECUTED CHURCH (IDOP)

Pada bulan kegiatan IDOP, gereja-gereja dan umat Kristen di seluruh
dunia berdoa bersama bagi gereja Tuhan yang teraniaya. Tahun ini,
kegiatan IDOP akan dilaksanakan secara serempak pada bulan November
2012.

Kami mengajak Anda, para gembala sidang, pengajar, pemimpin, kaum
muda, pendoa syafaat, dan semua orang percaya untuk dapat bergabung
dalam acara doa bersama ini. Informasi lebih lanjut tentang acara
IDOP, bisa dilihat di < www.persecutedchurch.org >

Kontak: < binasiswa(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti dan Doni Kukuh Mandiri
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org/ >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579;
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/praktis >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org