Pentingnya Pembinaan Iman Remaja (2) |
Edisi 109/II/November 2018 |
Salam damai sejahtera,
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Karena itu, tidak dimungkiri bahwa remaja tentu mengalami banyak pergolakan, baik jasmani maupun rohani. Pada masa ini, tidak sedikit remaja mulai melakukan pemberontakan terhadap orang-orang di sekitarnya, baik terhadap orang tua, guru, para senior, maupun para pembina remaja. Meskipun remaja memiliki sikap memberontak ini, hendaknya kita jangan membenci mereka. Sebaliknya, kita perlu memahami keadaan mereka dan mengarahkan mereka untuk terus bertumbuh sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.
Publikasi e-BinaSiswa edisi kali ini memaparkan kondisi remaja dalam pergolakan rohani mereka sekaligus memberikan tip-tip tentang cara menghadapi remaja yang mengalami kondisi ini. Pada kolom bahan ajar, remaja akan diajarkan cara membangun iman dalam Kristus. Hanya orang yang tinggal dalam Kristus yang mampu dan kuat menghadapi setiap persoalan. Oleh sebab itu, mari kita terus membina iman para remaja agar selalu tinggal dalam Kristus.
Kiranya publikasi e-BinaSiswa dapat terus menjadi berkat bagi kita semua, para pembina remaja, untuk membimbing remaja terus bertumbuh dalam iman. Tuhan Yesus memberkati.
|
KIAT PEMBINA
Pergolakan Rohani Remaja
Masa remaja adalah masa pergolakan. Salah satu pergolakan yang kerap dialami remaja adalah pergolakan rohani ketika remaja mulai menolak nilai-nilai yang tadinya dianut. Berikut akan dipaparkan penyebab pergolakan ini dan tanggapan yang sebaiknya diberikan oleh orang tua.
1. Pada masa remaja, anak mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan melihat jauh ke muka. Lewat kemampuannya berpikir abstrak, remaja mulai mempertanyakan hal-hal yang ia alami atau lihat. Jika sebelumnya semua dilihat dan diterima tanpa pertanyaan, sekarang dengan kemampuannya berpikir abstrak, remaja mulai mempertanyakan hal-hal yang dianggap tidak masuk akal. Pada masa inilah, mungkin remaja melihat ketidakadilan di dalam dunia dan mengaitkannya dengan keadilan Tuhan. Ia mulai bertanya, "Jika Tuhan ada, mengapakah Ia membiarkan ketidakadilan terus merajalela?"
Sebagai orang tua, kita mungkin terkejut mendengar pertanyaannya. Kita mungkin mengira bahwa anak remaja kita telah murtad dan meninggalkan imannya. Semua reaksi ini wajar sebab keluar dari hati yang takut akan Tuhan dan dari keinginan melihat anak terus setia mengikut Kristus. Namun, ada baiknya kita berusaha keras menahan emosi marah. Sedapatnya, janganlah ketus menuduh anak murtad atau malah dikuasai iblis. Sebaliknya, dengan sikap lembut, berupayalah menjawab pertanyaan anak selogis mungkin. Ingat, pada tahap pertumbuhannya ini, remaja mulai berpikir abstrak dan ini berarti ia bergantung penuh pada penggunaan daya nalarnya.
2. Pada masa remaja, anak berada pada posisi labil akibat perubahan fisik dan hormonal sehingga rawan mengambil keputusan secara impulsif, tanpa berpikir panjang. Tidak jarang, remaja memutuskan untuk melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya sehingga jatuh ke dalam dosa. Kejatuhan ini membuatnya enggan untuk dekat dengan Tuhan dan mendorongnya untuk hidup terpisah dari Tuhan. Misalnya, remaja mulai terlibat dalam pornografi dan bergumul dengan kekudusan. Besar kemungkinan pergumulan ini membuatnya merasa diri kotor dan tidak layak untuk datang ke hadirat Tuhan. Akhirnya, remaja memilih untuk menjauh dari persekutuan dan ibadah.
Sebagai orang tua, kita harus peka dengan pergumulan remaja melawan dosa. Kita mesti menunjukkan bahwa kita mengerti betapa sulitnya mempertahankan kekudusan. Kita dapat menyampaikan kepadanya bahwa kita pun pernah melewati masa pergumulan yang serupa dan mengakui bahwa kita tidak selalu berhasil menang melawan godaan. Kita mungkin dapat membagikan kepadanya bahwa ada momen dalam hidup ini, dan kita pun tergoda untuk menyerah dan mengambil sikap putus asa.
Kita pun dapat membacakan pergumulan Paulus yang diceritakan di Roma 7:15, "Sebab, aku tidak mengerti apa yang kulakukan karena aku tidak melakukan hal yang kuinginkan, melainkan aku melakukan hal yang kubenci." Atau, Musa yang tidak menaati perintah Tuhan di Meriba, Daud yang jatuh ke dalam dosa perzinaan dan pembunuhan, dan Petrus yang jatuh ke dalam dosa dusta dan ketidaksetiaan. Semua adalah anak Tuhan yang berusaha mengikut Tuhan. Namun, dalam perjalanannya, adakalanya anak Tuhan pun jatuh. Yang terpenting adalah kita mengakui dosa, bangkit, dan berjalan kembali.
3. Pada masa remaja, anak mengembangkan kemandirian, dan salah satu bentuknya adalah memiliki pemikiran dan pendapat sendiri. Salah satu karakteristik kedewasaan adalah kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri, tanpa harus tunduk pada kehendak orang. Sebagai seorang anak yang tengah berjalan menuju ke arah kedewasaan, ia pun akan mulai mempraktikkan kemandiriannya dalam pengambilan keputusan.
Menyangkut hal rohani, pada akhirnya remaja harus membuat iman kepercayaan kita sebagai milik pribadinya. Bila pada masa lampau ia hanya mengikuti pengarahan kita, sekarang ia harus menempuh sebuah perjalanan rohani sehingga ia dapat tiba pada kesimpulannya sendiri. Singkat kata, iman orang tua harus menjadi imannya sendiri. Itu sebabnya, kita harus membimbing sekaligus memberinya ruang untuk menggumulkan imannya sendiri. Iman yang tidak pernah dimilikinya sendiri pada akhirnya akan menjadi iman yang tidak bisa berdiri sendiri. Apabila pada masa kecilnya kita telah menanamkan firman Tuhan pada dirinya, pada masa remaja, firman Tuhan akan terus bersemayam dalam hatinya. "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya, dia tidak akan menyimpang dari jalan itu." (Amsal 22:6)
4. Pada masa remaja, anak memasuki sebuah dunia yang jauh lebih kompleks dan terekspos kepada pelbagai keyakinan rohani dan moral yang lain. Teman-temannya tidak lagi seiman dan kalaupun seiman, ada yang memiliki nilai moral yang berbeda. Tidak bisa tidak, semua ini akan memberi pengaruh pada pertumbuhan imannya. Ia pun mulai mempertanyakan kebenaran iman kristiani yang tadinya ia peluk tanpa ragu. Itu sebabnya, pada masa ini, remaja kerap bertanya tentang keyakinan rohani lainnya karena ia memang ingin tahu kebenaran.
Sebagai orang tua, kita mesti menyikapi pertanyaan ini dengan bijak dan penuh pengertian. Paparkanlah terus apa yang firman Tuhan katakan tanpa harus menyerang dan menjelek-jelekan keyakinan lainnya. Sikap keras terhadap keyakinan lain hanyalah berdampak buruk. Pertama, ia akan merendahkan orang yang berkeyakinan lain, dan jika ini terjadi, ia tidak akan dapat mengasihi mereka. Kedua, ia justru berbalik dan marah kepada kita, orang tuanya, karena ia merasa bahwa kita terlalu menghakimi. Ingatlah bahwa pada dasarnya, ia tengah membicarakan tentang teman-temannya yang dinilai baik. Itu sebabnya, komentar kita yang mendiskreditkan mereka tanpa mengenalnya hanya atas landasan perbedaan keyakinan akan membuatnya mengecap kita sebagai orang yang tidak baik.
5. Pada masa remaja, anak harus berhadapan dengan godaan dosa dalam volume yang tinggi sekaligus dituntut untuk bertahan dalam kehendak Tuhan. Tidak bisa tidak, hal ini akan menimbulkan ketegangan yang kuat. Di tengah tarik-menarik ini, remaja akan bergerak ke ekstrem kanan dan kiri: kadang teguh, tetapi kadang lemah.
Sekurangnya, ada tiga reaksi terhadap dosa:
- menyerah, tetapi mengakui keberdosaan kita,
- melawannya, dan
- melabeli dosa sebagai bukan dosa.
Adakalanya, remaja berhasil melawan. Namun, kadang ia gagal dan menyerah. Namun, kadang, daripada mengakui kekalahannya, ia justru mendistorsi realitas dan perintah Tuhan, menjadikan perbuatannya tidak berdosa. Nah, pada waktu ia mendistorsi firman Tuhan inilah, remaja biasanya bersitegang dengan kita. Ia melawan dan menuduh kita "mau menang sendiri", dan mempertanyakan dasar kesimpulan kita tentang apakah sesuatu itu dosa atau tidak. Pada dasarnya, ia tengah berupaya membenarkan tindakannya supaya ia dapat terus berkubang dalam dosa.
Sebagai orang tua, kita mesti berdiri pada firman Tuhan dan tidak menuruti pikirannya jika memang ia keliru. Namun, kita pun mesti sabar dan lembut dalam menyikapi pemberontakannya. Kita harus menyampaikan kepadanya bahwa kita mengerti pergumulannya dan akan terus mendoakannya. Kita mesti mengatakan bahwa kenyataan kita tidak bisa hidup sesuai dengan firman Tuhan tidak berarti bahwa kita boleh menurunkan standar Tuhan. Doronglah dia untuk mengakui keterbatasannya dan memohon pengampunan Tuhan. Ajaklah dia untuk terus berusaha kendati susah.
6. Pada masa remaja, anak harus berpapasan dengan ketidaksempurnaan dan ketidakkonsistenan. Mungkin remaja melihat tindakan orang tua yang tidak sesuai dengan perkataannya; atau, mungkin remaja mendengar atau mengetahui kasus kejatuhan pembina rohaninya. Semua ini berpotensi melemahkan iman kepercayaannya. Bagi remaja, kegagalan panutan rohaninya merupakan kegagalan iman kristiani. Tidak heran, ada sejumlah remaja yang akhirnya meninggalkan iman kristiani dan hanya melandaskan kehidupan rohaninya pada doktrin "yang terpenting adalah berbuat baik".
Sebagai orang tua, kita jangan membela diri tatkala memang kita telah hidup tidak konsisten dengan ajaran Kristus. Akuilah kegagalan sendiri tanpa perlu merasa defensif. Yang terpenting adalah kita bertobat dan tidak mengulang masalah yang sama. Jikalau ini menyangkut ketidakkonsistenan pembina rohaninya, akuilah dan jangan mencoba menutupinya. Tindakan ini hanyalah akan memperparah ketidakpuasannya.
Tuhan Yesus berkata, "Garam itu baik, tetapi jika garam itu sudah kehilangan rasa asinnya, bagaimanakah membuatnya asin kembali?" (Lukas 14:34) Memang, sewaktu seorang pembina rohani jatuh, itu sama dengan garam yang telah menjadi tawar dan membuat hati kita tawar. Tidak ada lagi keinginan untuk hidup kudus dan berkenan kepada Tuhan; sewaktu mendengar orang itu berkata-kata tentang Tuhan, reaksi awal adalah tidak ingin menggubrisnya. Kita mengalami disilusi dan kecewa. Sungguhpun demikian, ingatlah bahwa kita hidup untuk Kristus. Jadi, kita harus terus memandang-Nya, bukan orang lain.
Unduh Audio
|
BAHAN AJAR
Iman yang Kukuh Dibangun di Atas Kristus
I. Pengantar
Layaknya seorang Rasul yang diutus Allah untuk memberitakan injil, Paulus bukan hanya melayani masyarakat Yahudi. Jika masyarakat Yahudi menolak Injil, kadang-kadang dengan kekerasan, pemberitaan dialihkan kepada masyarakat non-Yahudi. Sama halnya ketika Paulus terpanggil untuk memulai tugas penginjilan, dampak perjumpaannya dengan Kristus yang bangkit, memberikan bukti yang melimpah. Bersama dengan Barnabas dalam hitungan setahun saja, mereka sudah mengalami berkat yang menonjol. Ternyata, masyarakat non-Yahudi banjir memasuki gereja Kristen. Yang perlu kita lihat dalam sistem pengabaran Injil yang dijalankan Paulus selalu berpedoman pada pimpinan Roh kudus. Misalnya, Paulus harus menuju ke utara "Galatia Utara" karena Roh Kudus melarang ke wilayah barat; kemungkinan itulah yang menggerakkan Paulus untuk mengirimkan suratnya ke jemaat di Kolose, sekalipun Paulus tidak secara langsung mendirikan jemaat di Kolose. Namun, dugaan yang bisa diterima dan yang paling mungkin adalah bahwa orang yang membawa ajaran Kristen di sana adalah Epafras, orang Kolose yang mendapat pengajaran dari Paulus.
Adapun penduduk kota ini terdiri dari unsur Yahudi, Yunani, dan Frigia, barangkali campuran ini terdapat juga dalam gereja (Jemaat Kolose). Latar belakang yang demikian agaknya menjadikan jemaat di Kolose ini subur bagi macam-macam ajaran sesat yang ditentang Paulus dalam suratnya. Untuk itulah, Paulus menyarankan agar jemaat itu harus sepenuhnya hidup dalam ajaran Kristus.
II. Penjelasan
1. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia.
Orang yang hidup di daerah pertanian sangat paham apa arti "akar" bagi kelangsungan hidup tanaman. Jika bibit kopi ditebar di daerah yang berbatu-batu dan tanahnya tipis, itu harus segera dipindahkan ke dalam polybag yang sudah diisi dengan tanah subur (kompos) yang bebas hama. Kalau tidak, bibit kopi itu akan segera layu.
Demikianlah Paulus mewaspadai keselamatan orang Kristen yang akan segera layu jika tidak segera berpindah kepada ajaran dari firman Tuhan. Sebab, Yesus Kristuslah satu-satunya Juru Selamat yang mampu menjamin keselamatan manusia hingga masuk ke rumah Bapa di surga. Jika hanya menyebut diri sebagai Kristen dalam KTP, tetapi tidak pernah ke gereja dan tidak ada waktu untuk berdoa, mustahil bisa merasakan kedamaian.
Orang seperti itu akan mudah putus asa dan hidup terombang-ambing. Akhirnya, dia menjadi pecandu rokok, minum minuman keras, dan sejenisnya. Apalagi saat-saat sekarang, orang-orang muda sangat gampang tersinggung dengan alasan tidak ada lapangan kerja, BBM naik, dan orang tua tidak bisa memberikan uang saku yang cukup.
Dibangun di atas Dia berarti selalu disirami oleh firman Allah. Setiap hari, selalu ada kerinduan untuk bersaat teduh, doa pribadi, dan berdoa syafaat bersama dengan saudara seiman lainnya. Jika ada hal yang sulit dihadapi, dia tidak akan melarikan diri ke rokok atau minuman.
Bangun komunikasi yang baik dengan seisi keluarga. Kalau orang tua bingung, anak-anak yang memberi dukungan. Kalau anak-anak yang menghadapi persoalan, orang tua yang memberikan arahan. Seisi keluarga selalu punya waktu untuk membaca firman Tuhan. Siraman rohani yang demikian akan menjadikan keluarga Kristen semakin kuat dan bertumbuh dalam Kristus (Lam magodang di bagasan Hata ni Debata).
2. Hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu.
Ada sebagian orang yang jika menghadapi soal yang sulit, dia mencari obat penenang, kemudian tidur. Padahal, setelah bangun tidur, dia tetap menghadapi soal yang sama dan akhirnya dia jadi bertambah sakit kepala. Seharusnya, dia memohon pertolongan Roh Kudus agar mendapat jalan keluar. Jika seorang Kristen menghadapi kesulitan, tidak baik untuk kembali ke ajaran nenek moyang atau filsafat yang kosong, dia perlu belajar merendahkan diri di hadapan Tuhan dan memohon agar Tuhan saja yang memberikan terang kasih-Nya. Sama dengan seseorang yang mencari rumah saudaranya di tengah keramaian kota. Yang harus diingatnya adalah alamat yang tepat sesuai dengan yang sudah diberitahukan, janganlah asal melangkah tanpa alamat yang jelas.
Demikian juga dengan iman kita kepada Yesus Kristus. Jika ada tawaran memakai nama lain, misalnya Dukun, atau sumangot n ompu, harus kita tolak. Sebab, yang diajarkan kepada kita bukan ajaran seperti itu. Akan tetapi, iman yang teguh, yang dibangun hanya dalam nama Yesus.
Tawaran sesaat bukan hanya terjadi pada zaman dahulu, sekarang ini pun orang muda sudah ada yang dibawa berziarah ke makam orang sakti supaya bisa mendapatkan pekerjaan. Orang Kristen yang demikian juga harus ditegur, sama seperti Paulus mengingatkan jemaat di Kolose. Ingatlah yang diajarkan kepadamu; teknologi canggih juga tidak selamanya benar, sering terjadi bahwa kehebatan dunia modern bisa lumpuh dengan kekuatan Allah, dan justru hal seperti itulah yang sering kita alami. Karena itu, sehebat apa pun cita-cita dan kerinduan kita, tetaplah ingat bahwa jika Tuhan tidak merestui semua hal itu, itu tidak berarti apa-apa.
3. Hendaklah hatimu melimpah dengan ucapan syukur.
Orang Kristen yang benar harus mampu mengucap syukur setiap saat (senantiasa). Ucapan terima kasih yang tulus sama dengan tarikan napas orang sehat, wajar, tulus, dan tidak dibuat-buat. Dalam PL, "Pujian" antara lain: halal, yang berarti 'riuh', yang dihubungkan dengan perbuatan dan sikap dan raga; dan zamar, yang dihubungkan dengan memainkan atau menyanyikan dengan disertai musik. Dalam PB, kata yang digunakan adalah eukharistein -- barangkali ini adalah kata pujian yang paling cocok, mengandung arti "terima kasih". Orang yang memuji lebih akrab dengan yang dipuji.
Kecenderungan manusia sekarang, sebagai akibat kesibukan yang luar biasa, ucapan syukur bisa dianggap terlalu gampang, misalnya hanya dengan sebatas melambaikan tangan kepada orang yang memberikan pertolongan kepadanya, sambil mengucapkan "Terima kasih yah!" Padahal, tanpa orang tersebut, mungkin dia tidak bisa beraktivitas sepanjang hari. Hal seperti itu bisa kita lihat misalnya dalam hubungan tukang pikul dengan pemilik barang. Barangkali pemilik barang berpikir, "toh sudah kuberikan upah." Akhirnya, dia melupakan hubungan itu dan tidak mengerti apa arti ucapan terima kasihnya.
Ada lagi orang yang menganggap ucapan terima kasih dan syukur itu sungguh agung, harus dihadiri hula-hula atau orang yang sangat dihormati. Dengan demikian, harus ada parjambaran (tudu-tudu sipanganon), barulah bisa bersyukur.
Orang-orang yang demikian kita lihat hadir di gereja hanya waktu anaknya mau dibaptis, naik sidi, atau menikah, barulah dia memotong kerbau pendek (babi - Red.), dan semua handai taulan diundang untuk makan bersama. Hal seperti itulah yang ingin diluruskan melalui tulisan Paulus ke jemaat di Kolose ini dan sekaligus menjadi koreksi bagi warga jemaat HKBP dewasa ini.
III. Penutup
Sebagai orang Kristen modern, kita sebaiknya meneladani sikap keterbukaan yang dimiliki Paulus. Dia tidak hanya meratapi penderitaannya sebagai orang yang dipenjarakan. Dia tidak hanya memedulikan nama besarnya dalam lingkungan gereja yang pernah dia layani saja. Sebaliknya, Paulus membuka hatinya kepada suara Roh Kudus sehingga dia bertanggung jawab untuk mengirimkan surat penggembalaannya kepada jemaat-jemaat lemah yang dia anggap sangat membutuhkan dukungannya sekalipun hanya melalui pesan singkat lewat tulisan yang bisa dia kirimkan, seperti kepada jemaat Kolose.
- Hal yang sama bisa kita lakukan. Sekecil apa pun perhatian yang bisa kita berikan kepada orang-orang di sekitar kita, mungkin lewat ajakan kepada kenalan, sahabat, saudara seiman lainnya agar ikut serta menghadiri ibadah sebagai Siraman Rohani, sangat bermanfaat bagi pertumbuhan iman yang sehat.
- Ajak saudara kita yang lemah yang sedang menghadapi persoalan untuk berdoa bersama. Berikan jalan keluar semampu kita sebagai tanda persahabatan. Dengan demikian, kita telah berupaya mendampingi dia pada saat keputusasaan sudah mengancam. Sebab, dalam kesendirian atau keterasingan, banyak orang menempuh jalan sesat.
- Hanya orang yang hidup dalam Kristus yang mampu mengatasi setiap persoalan, mampu memberikan pertolongan kepada orang lain. Orang Kristen yang demikianlah yang dapat merasakan pertolongan Tuhan setiap saat sehingga hatinya selalu melimpah dengan syukur.
|
|