Remaja dan Masa Depan Gereja |
Edisi 104/I/September 2018 |
Salam damai sejahtera,
Remaja adalah generasi penerus gereja. Karena itu, peran dan keberadaan remaja dalam sebuah gereja sangat krusial. Ide-ide baru, semangat yang menyala-nyala, dan kreativitas remaja sangat diperlukan untuk memajukan pelayanan gereja. Melihat kenyataan ini, gereja harus membekali remaja dengan baik supaya mereka dapat terlibat secara langsung dalam pelayanan. Selain itu, pembina remaja perlu membina dan memuridkan remaja seperti Rasul Paulus memuridkan Timotius. Timotius menjadi seorang pemuda yang dapat mengerjakan tugas pelayanan pastoral dengan sangat baik. Dia tidak hanya cakap, tetapi dapat memegang teguh kebenaran dan memiliki karakter yang baik sehingga menjadi teladan bagi jemaat. Marilah kita membimbing, memuridkan, dan memotivasi remaja untuk terlibat dalam pelayanan sehingga mereka dapat menjadi saksi Kristus yang taat dan setia. Selamat membina kaum remaja Anda! Imanuel!
|
ARTIKEL
Peran Remaja dalam Gereja
Sebagai bagian dari anggota tubuh Kristus, generasi muda gereja seharusnya ikut berperan aktif bekerja melayani Tuhan. Walaupun mereka masih muda, para remaja dapat dilatih oleh gereja untuk mulai memegang tanggung jawab. Peran apa saja yang bisa diberikan oleh remaja?
1. Melayani dalam Kegiatan Pelayanan Gereja
Para remaja yang dilatih dapat dilibatkan dalam pelayanan gereja, entah itu dilibatkan sebagai pemain musik, petugas kolekte, operator LCD, singer/pemimpin nyanyian jemaat, dsb.. Selain itu, remaja juga dapat dilibatkan sebagai pemimpin pujian dalam ibadah sekolah minggu. Remaja juga dapat didorong untuk mengikuti persekutuan dan memimpin persekutuan yang dilakukan di rumah-rumah jemaat. Dengan kemampuan, kreativitas yang tinggi, serta talenta yang terasah, remaja dapat didorong untuk mengembangkan talenta dan karunia rohani yang Tuhan anugerahkan untuk giat melayani Dia.
2. Menjadi Agen Penggerak Tubuh Kristus yang Bertumbuh
Remaja yang telah dibina dengan baik akan menghasilkan remaja dengan iman yang dewasa. Remaja yang dewasa secara rohani bukan saja bisa bertumbuh dan dilibatkan dalam tugas pelayanan gereja, tetapi juga dapat menjadi agen penggerak bagi pertumbuhan iman tubuh Kristus secara keseluruhan. Mereka bisa diberi tempat untuk ikut memberi masukan bagi perkembangan gereja, misalnya ikut diundang dalam rapat-rapat gereja. Ide-ide yang baik dari remaja dapat menjadi bagian dari kemajuan gereja. Perlu diperhatikan bahwa semakin muda usia pembinaan, semakin cepat pula persiapan gereja untuk menghasilkan anggota-anggota jemaat yang didewasakan dalam Kristus. Gereja harus memberikan waktu, dana, dan perhatian bagi pembinaan iman kaum remaja. Jika gereja tidak memberi tempat bagi remaja untuk bertumbuh dan ikut berperan, tidak heran jika jumlah kaum remaja dalam gereja akan makin menurun.
3. Menjadi Penerus Masa Depan Gereja
Masa remaja dikatakan sebagai masa-masa emas dan akan diisi dengan berbagai kegiatan untuk menyongsong masa depan. Jika gereja tidak memenangkan mereka pada masa-masa emas ini, gereja akan kehilangan kesempatan untuk membina remaja menjadi pemimpin gereja masa depan. Walaupun tidak semua remaja akan menjadi pemimpin, jika mereka dibina dengan baik, mereka dapat menjadi remaja-remaja berpotensi yang dapat memberi pengaruh kepada gereja, terutama menjadi teladan bagi remaja-remaja lain dan yang lebih muda. Mereka akan menjadi anggota gereja yang baik dan berperan dalam masyarakat sebagai saksi-saksi Kristus. Jika regenerasi kepemimpinan gereja berjalan dengan baik, pada masa-masa ini, kualitas kepemimpinan remaja sudah dapat dilihat melalui keterlibatan mereka memimpin komisi remaja dan pemuda gereja. Gereja bisa menempa mereka dengan memberi kepercayaan mengelola pelayanan sekolah minggu dan kegiatan gereja lainnya yang melibatkan remaja. Melalui pembinaan iman remaja yang baik, gereja telah menyiapkan masa depannya yang cerah.
4. Menjadi Saksi Kristus
Remaja yang dibina dengan baik dapat diutus untuk menjadi saksi Kristus di mana pun ia ditempatkan, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Gereja perlu membina mereka untuk menjadi remaja-remaja Kristen yang takut akan Tuhan sehingga dapat menyatakan Injil kepada semua orang, terutama teman-teman dalam komunitasnya. Seperti yang kita ketahui bersama, dunia remaja saat ini semakin jauh dari Kristus. Jika tidak bergerak dengan cepat, banyak remaja gereja yang akan ikut terlindas di dalamnya. Namun, jika remaja dimenangkan pada usia-usia ini, mereka dapat menjadi saksi Kristus yang sangat efektif untuk membawa remaja lain dimenangkan bagi Kristus. Remaja memiliki semangat yang tinggi dan memiliki kesempatan yang besar untuk bertemu dengan remaja-remaja lain, terlebih lagi dengan kemajuan teknologi yang memungkinkan mereka terkoneksi lebih cepat dan mudah dengan banyak orang. Karena itu, bagian yang harus diperhatikan oleh gereja adalah bagaimana memperlengkapi remaja dan menolong mereka yang sudah percaya untuk terlibat menjadi saksi-saksi-Nya di tengah dunia yang gelap ini.
Remaja dan Masa Depan Gereja
Sudah dijelaskan di atas bahwa remaja yang imannya dibina dengan baik akan menjadi fondasi masa depan gereja. Namun, tidak dapat disangkal bahwa untuk menciptakan remaja yang kuat, ada tantangan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut meliputi tantangan dari luar dan tantangan dari dalam. Di bawah ini akan diuraikan dengan singkat kedua tantangan tersebut.
Tantangan dari Luar
• Teknologi
Di tengah perkembangan zaman, permasalahan dan tantangan bagi remaja semakin berat dan kompleks. Di mana-mana, remaja mengalami ancaman, dan tidak sedikit dari mereka mulai tergerus, terjerumus untuk jauh dari Tuhan dan terlibat dengan hal-hal yang tidak baik. Tantangan ini di antaranya adalah dari sisi teknologi dan globalisasi. Tidak dapat dimungkiri bahwa remaja terkena imbas teknologi yang semakin canggih. Di satu sisi, teknologi memang bermanfaat dan memberi dampak yang positif, tetapi di sisi yang lain, teknologi perlu diwaspadai dan sangat berbahaya. Pertanyaannya, mau dibawa ke mana remaja pada era Digital Native (internet, gawai, cyber) saat ini? Mereka adalah remaja-remaja yang memiliki cara berpikir yang berbeda, cara berkomunikasi yang berbeda, dan cara berkomunitas yang berbeda. Untuk itu, gereja harus dapat meramu dan menemukan cara-cara pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan remaja pada era teknologi ini. Gereja harus dapat membuka diri terhadap teknologi dan memakai teknologi sebagai media baru untuk memberitakan dan mempelajari firman Tuhan. Sebagai contoh, gereja bisa melakukan renungan (pagi/malam) dan PA bersama jemaat melalui Grup Facebook pada tengah minggu, terutama untuk jemaat dengan lokasi rumah yang jauh dari gereja.
• Lingkungan
Selain itu, lingkungan sosial ternyata juga memegang peranan besar dalam membentuk karakter dan pola hidup remaja karena memengaruhi nilai dasar pola pikir dan corak kepribadian remaja. Dalam 1 Korintus 15:33 dituliskan, ".... Pergaulan yang buruk menghancurkan kebiasaan-kebiasaan yang baik." Oleh sebab itu, gereja harus memberikan fondasi yang kuat agar remaja gereja tidak mudah terpengaruh untuk mengikuti hal-hal negatif yang ditawarkan oleh dunia. Sebaliknya, di lingkungan gereja yang nyaman, remaja dapat memiliki komunitas remaja yang berani tampil beda dengan menunjukkan moral, sikap, dan relasi sosial yang mencerminkan nilai-nilai kebenaran firman Tuhan.
Baca selengkapnya »
Unduh Audio
Diambil dari: |
Nama situs |
: |
PESTA |
Alamat situs |
: |
http://pesta.org/pir_pel06 |
Judul asli artikel |
: |
PIR - Pelajaran 06 - Remaja, Gereja, dan Masa Depan Gereja |
Penulis artikel |
: |
Tim PESTA |
Tanggal akses |
: |
23 Oktober 2017 |
|
BAHAN AJAR
Meneladani Timotius dalam Pelayanan Gerejawi
Ditulis oleh: Amidya
A. Dasar Alkitab
1 Timotius 3:14–16
B. Tujuan Pembelajaran
- Agar siswa mengenal Timotius sebagai seorang muda yang mengemban tugas pelayanan pastoral.
- Agar siswa meneladani sikap-sikap Timotius dalam melayani jemaat Tuhan.
- Agar siswa termotivasi untuk memberikan diri dan aktif dalam pelayanan gerejawi.
C. Penjelasan
1. Latar Belakang dan Panggilan Timotius
Timotius adalah seseorang yang lahir dari perkawinan campuran, ibunya seorang Yahudi, dan ayahnya adalah seorang Yunani. (Lihat Kisah Para Rasul 16:1; 2 Timotius 1:5). Timotius tinggal di Listra. Kendati lahir dari perkawinan campuran, Timotius telah dididik akan Kitab Suci oleh ibunya, Eunike, dan neneknya, Lois. Timotius bertobat ketika bertemu dengan Rasul Paulus dalam perjalanan misi Paulus yang kedua. Paulus sangat senang melihat Timotius yang muda, tetapi memiliki iman dan teladan yang sungguh baik.
Timotius memiliki sifat yang pemalu. Karenanya, Paulus menegaskan kepada jemaat di Korintus untuk menghargai dan jangan menghina Timotius (1 Korintus 16:10-11). Akan tetapi, melalui didikan dan binaan, Timotius dapat melayani jemaat Tuhan dengan penuh tanggung jawab.
2. Keteladanan Timotius
Paulus meminta Timotius untuk menjadi tupos (teladan, contoh, pola bagi jemaat -- 1 Timotius 4:12). Leksikon dalam Alkitab SABDA menjelaskan bahwa istilah ini sangat disukai Paulus (Roma 5:14, 6:17; 1 Korintus 10:6; Filipi 3:17; 1 Tesalonika 1:7; 2 Tesalonika 3:9; dan Titus 2:7. Dalam surat-suratnya itu, Paulus meminta agar keteladanan itu menjadi ciri kepribadian dalam kehidupan jemaat. Maksud Paulus adalah supaya dengan ciri kepribadian itu, jemaat menjadi teladan, contoh, dan pola bagi orang-orang yang berada di sekitar mereka. Dengan demikian, keteladanan yang Paulus minta dari jemaat adalah sebagai sarana atau alat untuk mengomunikasikan Injil kepada orang-orang di sekitar lokasi kehidupan jemaat.
Paulus juga menggunakan istilah ini (tupos) di 1 Timotius 4:12, yang ia kaitkan dengan kata ginou (jadilah) sehingga membentuk kalimat imperatif yang dikenakan kepada Timotius. Timotius diminta dengan sangat agar menjadi teladan bagi jemaat sekalipun ia muda. Permintaan ini mengandung makna bahwa pelayanan jemaat yang Timotius harus lakukan adalah pelayanan keteladanan (bandingkan 1 Petrus 5:3). Pelayanan ini tidak dapat dilakukan dengan kata-kata saja, tetapi -- dan ini yang penting -- dengan sikap dan tindakan yang menjadi anutan bagi seluruh jemaat. Kesatuan kata dan tindakan sangat penting dan berpengaruh dalam pelayanan. Jemaat tidak hanya mendengar kefasihan berbicara dari seorang pelayan, tetapi lebih dari itu, mereka juga ingin melihat keteladanannya dalam bersikap dan bertindak. Bahkan, kadang-kadang seorang pelayan kurang fasih dalam berbicara dan berkhotbah, tetapi bila ia mampu menjadi teladan bagi jemaat, ia bisa menjadi pola anutan dalam pelayanan. Keteladanan memang berbicara lebih kuat daripada kata-kata.
Ada lima unsur yang Paulus minta dari Timotius untuk menjadi teladan bagi jemaat, yaitu: perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan kesucian. Menurut Paulus, perkataan dan tingkah laku yang harus dihindari oleh seorang pelayan, termasuk Timotius, adalah kepalsuan, kemarahan, kepahitan, fitnah, kebencian, kejam, perkataan kasar dan kotor, peminum, dan pemarah (Efesus 4:25-31; Kolose 3:8-9; 1 Timotius 3:3, sedangkan yang harus diusahakan adalah kebenaran, nasihat, kelemahlembutan, pengampunan, kebijaksanaan, kesopanan, dan pengucapan syukur kepada Allah. Unsur berikutnya adalah kasih. Kasih merupakan unsur yang penting dalam surat-surat Paulus, sebab kasih sangat menentukan kualitas hidup orang-orang Kristen (Roma 12:9, 13:9; 1 Korintus 8:1). Karena itu, ia menasihati jemaat agar mereka hidup dalam kasih sebagaimana Kristus mengasihi mereka (Efesus 5:2). Unsur keempat dan kelima adalah kesetiaan dan kesucian. Paulus kadang-kadang menggandeng kasih dan kesetiaan ini bersama-sama (1 Tesalonika 3:6, 5:8; 1 Timotius 1:14; 2 Timotius 1:13; Filemon 1:5) sebagai unsur yang saling berkaitan. Kesetiaan dalam melayani sangat ditentukan oleh kasih seseorang kepada Tuhan. Demikian juga, kesucian tetap terpelihara bila seorang pelayan memiliki kasih yang sama itu.
Paulus menyebut unsur-unsur ini (perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, kesucian), yang mencerminkan kata dan perbuatan seorang pelayan, harus dimiliki oleh Timotius dalam melayani jemaat. Sebab, Timotius masih sangat muda, sementara ia harus menghadapi sejumlah anggota jemaat yang mungkin lebih tua darinya sehingga agak sulit bagi orang yang lebih tua itu untuk menerima nasihat-nasihatnya. Akan tetapi, keteladanannya itu, yang ia wujudkan dengan kata dan perbuatan, memungkinkan dia untuk melakukan tugasnya itu. Hilangnya keteladanan itu akan menimbulkan krisis dalam kepemimpinannya.
3. Memegang Kebenaran
Paulus meminta kepada Timotius untuk berpegang pada kebenaran (2 Timotius 3:14). Kebenaran itu telah diajarkan oleh Paulus kepada Timotius, dan tercermin dalam cara hidup, pendirian, iman, kasih, dan ketekunan sang guru (2 Timotius 3:10). Kebenaran itulah yang Paulus minta agar Timotius berpegang teguh dalam upaya menghadapi guru-guru sesat yang berkeliaran di lingkungan jemaat. Ia tidak boleh berkompromi dengan ajaran-ajaran sesat itu. Sebaliknya, ia harus menelanjangi kesesatan sambil berpegang pada pengajaran yang benar. Sebab, dengan berpegang pada kebenaran itu, Timotius dan jemaat tidak diombang-ambingkan oleh pengajaran guru-guru palsu itu. Ia mampu bertahan dalam menghadapi mereka.
D. Diskusi
- Siapakah Timotius?
- Sebutkan keteladanan dari Timotius yang sangat diperlukan oleh generasi digital untuk aktif terlibat dalam pelayanan!
- Sebagai seorang muda, Timotius dibimbing oleh Paulus hingga mampu menjalankan tugas pelayanan pastoral. Apa arti tugas pastoral?
- Mengapa generasi digital harus senantiasa memegang kebenaran? Apa jadinya bila generasi digital tidak mengenal Alkitab?
- Sebutkan lima jenis pelayanan gereja yang dapat dilakukan oleh remaja dan pemuda!
E. Kesimpulan
Timotius adalah seorang pemuda yang sama dengan pemuda lainnya yang mempunyai kelemahan dan kekurangan. Akan tetapi, Paulus mau memakai dia sebagai pelayan yang akan meneruskan pelayanan gereja pada masa depan. Demikian halnya, pemimpin gereja masa kini harus memberi tempat bagi remaja dan pemuda supaya mereka dapat meneruskan pelayanan pada masa yang akan datang. Libatkan mereka dalam pelayanan dan terus muridkan mereka! Setiap orang pasti memiliki kelemahan, tetapi kelemahan itu jangan dijadikan sebagai hambatan untuk mengaderisasi generasi penerus dalam pelayanan gereja.
|
|
Ikutilah Kelas PESTA Dasar-Dasar Iman Kristen (DIK) September/Oktober 2018 |
Pendidikan Elektronik Studi Teologia Awam (PESTA) kembali membuka kelas diskusi Dasar-Dasar Iman Kristen (DIK) yang akan diadakan pada September/Oktober 2018. Kelas DIK ini akan mempelajari berbagai topik utama (doktrin) iman Kristen, antara lain: penciptaan manusia, kejatuhan manusia dalam dosa, rencana keselamatan Allah melalui Yesus Kristus, dan hidup baru dalam Kristus.
Kelas DIK merupakan kelas wajib yang harus diikuti oleh setiap peserta baru sebelum mereka mengikuti kelas-kelas PESTA yang lain.
Jangan lewatkan kesempatan baik ini, segeralah mendaftarkan diri ke:
|
|