|
Remaja dan Indonesia (1)
e-BinaSiswa -- Edisi 61/Juli 2016
|
|
Salam damai sejahtera,
Rasa nasionalisme dan cinta tanah air harus terus dikobarkan dalam hati putra dan putri Indonesia masa kini. Lebih lagi, firman Tuhan mendorong umat-Nya untuk bertelut dalam doa bagi bangsa dan mengusahakan kesejahteraan kota di mana mereka tinggal. Sikap patriotisme sangat diperlukan untuk memupuk rasa kebangsaan.
Publikasi e-BinaSiswa kali ini menyajikan sebuah artikel mengenai sikap patriotisme yang dimiliki oleh Nehemia. Mari kita mendorong setiap siswa remaja yang kita layani untuk memiliki sikap patriotisme, menjadi generasi muda yang berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan mengisi kemerdekaan dengan perilaku yang mencerminkan iman kita kepada Yesus sehingga anak-anak remaja kita dapat menjadi terang bagi kota dan bangsanya. Tuhan Yesus memberkati.
|
|
ARTIKEL
Patriotisme Nehemia
Ditulis oleh: Amidya
Patriotisme adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah air; dan nasionalisme dalam pembangunan nasional. Sikap patriotisme dapat kita temukan dalam sosok Nehemia (Tulluan, Olla: 2011). Nehemia adalah pemuda Ibrani yang turut dibuang ke Babel, tetapi pada masanya Babel harus takluk oleh satu kekuatan besar yang baru, yaitu Persia, sehingga Nehemia dan rakyat Yehuda semuanya menjadi miliki bangsa Persia. Sebagai seorang pemuda yang berkebangsaan Yudea dan tinggal di negara asing, Nehemia adalah seseorang yang tidak serta-merta meninggalkan dan melupakan bangsanya begitu saja. Sebagai seorang organisator yang baik, Nehemia mengumpulkan catatan-catatan mengenai ibu kota kerajaan Yudea dan meminta izin kepada raja untuk bisa pulang ke Yerusalem dan membangun tembok kota Yerusalem.
Ada beberapa sikap patriotisme Nehemia yang dapat kita aplikasikan untuk mengisi kemerdekaan bangsa kita, yaitu:
-
Berdoa dan berpuasa bagi bangsa dan negara.
Dalam Nehemia 1:4-11, kita dapat melihat bahwa Nehemia menangis dan berkabung setelah mendengar keadaan kotanya yang sudah rusak dan pintu-pintu kotanya yang terbakar. Tidak hanya sehari, Nehemia berkabung selama beberapa hari. Dalam suasana berkabung ini, Nehemia mengakui dosa-dosa bangsanya dan mengharapkan Tuhan untuk bisa mengingat janji-Nya kepada Musa, Abraham, dan kepada nenek moyang mereka sehingga bangsanya akan beroleh kemurahan dari Tuhan.
-
Menyampaikan isi hatinya kepada raja.
Dalam Nehemia 2, ketika Nehemia menyajikan minuman bagi Raja Artahsasta, ia menyampaikan perasaan dan isi hatinya kepada raja. Tujuan Nehemia bukanlah untuk mencari nama baik atau mendapatkan hal yang lain, tetapi ia dengan jujur mengatakan kepada raja bahwa ia ingin kembali ke Yehuda. Nehemia pun meminta izin kepada raja supaya bisa kembali dan menyampaikan niatnya untuk membangun kembali tembok kota Yerusalem (Nehemia 2:5).
Sikap Nehemia adalah sikap yang menghargai pemimpin. Meskipun ia memiliki niat tersendiri, tetapi Nehemia menyampaikan maksudnya kepada pemimpin (raja) dan dengan jujur menyampaikan tujuannya pulang ke Yerusalem adalah untuk membangun tembok-tembok kotanya. Sikap ini perlu kita teladani saat berhadapan dengan pemimpin. Kita bisa menyuarakan maksud dan tujuan kita, apa yang akan kita lakukan disampaikan dengan jelas kepada pemimpin sehingga ada keterbukaan dengan pemimpin.
-
Tidak gentar.
Ketika hendak membangun kembali tembok kota Yerusalem, ada hambatan yang dihadapi oleh Nehemia. Pertama, mempersiapkan segala sesuatu termasuk surat perjalanan untuk sampai ke Yehuda, para peserta pembangunan, dan juga sarana prasarana. Kedua, Nehemia berhadapan dengan orang-orang yang menentang pembangunan tembok kota Yerusalem. Dalam Nehemia pasal 4, tercatat nama-nama orang yang mengadakan pemberontakan. Mereka adalah Sanbalat, Tobia, orang Arab, orang Amon, dan orang Asdod. Kelompok ini bersepakat untuk memerangi Yerusalem dan mengadakan kekacauan di sana (Nehemia 4:7).
Saat mendengar berita ini, Nehemia tidak lekas naik darah. Tindakan pertama yang dilakukan Nehemia adalah memotivasi seluruh penduduk Yerusalem untuk tidak takut karena Allah sendirilah yang akan berperang bagi mereka. Sungguh luar biasa pekerjaan tangan Tuhan, Ia menggagalkan usaha mereka dan pembangunan tembok kota Yerusalem bisa terus dilakukan.
-
Tidak mencari keuntungan.
Ketika Nehemia hendak pulang ke Yerusalem, Raja Artahsasta memberikan wewenang bahwa ia akan menjadi bupati di tanah Yehuda selama 12 tahun (Nehemia 5:15). Saat menjabat sebagai gubernur, Nehemia tidak bertindak seperti bupati sebelumnya yang sangat memberatkan rakyat. Sebagai seorang penguasa, Nehemia tidak memungut pajak dan tidak memaksa penduduk kota itu untuk turut dalam pekerjaan pembangunan ini. Nehemia juga tidak menuntut hak yang seharusnya didapatkan oleh seorang bupati. Nehemia melakukan semuanya karena kasih dan rasa takut kepada Tuhan. Justru Allah sendiri yang memperhatikan Nehemia, Tuhan menggerakkan orang-orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain yang turut membantu untuk menyelesaikan tembok kota Yerusalem (Nehemia 5:14-19).
Sikap dan tindakan Nehemia di atas menunjukkan bahwa ia adalah orang yang memiliki patriotisme yang tinggi. Apa yang sudah dilakukan oleh Nehemia dapat kita implementasikan dalam hidup sehari-hari. Marilah kita menjadi generasi penerus bangsa yang mencintai bangsa dan negara kita, bersikap konstruktif, dan tidak mencari keuntungan bagi pribadi maupun kelompok. Tanah dan negeri ini adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. Untuk itu, marilah kita bertindak seperti yang sudah Nehemia teladankan.
|
|
RENUNGAN
Bhinneka Tunggal Ika
|
"Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah." (Roma 15:7)
|
Menjelang 17 Agustus 1945, Bung Karno pernah diculik oleh para pemuda agar segera menyatakan kemerdekaan Indonesia. Pada hari H-nya, ia didesak teman-teman yang sudah berkumpul di rumahnya. Namun, Soekarno berkata, "Saya tidak mau mengucapkan proklamasi kalau Hatta tidak ada." Pertimbangannya adalah: Soekarno orang Jawa, sementara Hatta orang Sumatera. "Demi persatuan," tambahnya. Bung Karno menyadari betul bahwa Indonesia adalah negara kepulauan, yang mencakup beragam suku. Karenanya, tidak ada bentuk negara yang lebih baik selain negara kesatuan. Dalam negara kesatuan, perbedaan dihargai.
Dalam hidup bermasyarakat dan bergereja, sangat mudah menemukan orang lain yang berbeda dengan kita; mulai dari hitam-putihnya kulit, lebar-kecilnya mata, lurus-ikalnya rambut, ragamnya aksen dan dialek, sampai "kotak-kotak" baru, seperti partai politik dan denominasi gereja. Dan, karena perbedaan itu, kita pun merasa terpisah.
Namun, sebagaimana para pendiri negeri ini rindu menciptakan bangsa yang bersatu dalam kepelbagaian yang ada, marilah kita hidupi pula semangat bersatu dalam kepelbagaian ini. Jauhkan sikap membeda-bedakan. Mohon Tuhan mengaruniakan kerukunan kepada kita (Roma 15:5). Sambil kita juga berperan aktif bagi terciptanya kerukunan itu dengan memupuk sikap saling menerima seperti yang dicontohkan Kristus (Roma 15:7). Jangan biarkan perbedaan itu memisahkan kita, sebaliknya biarkan itu menjadi kekayaan di hidup kita.
Saatnya Indonesia bersatu. Saatnya Bhinneka Tunggal Ika diwujudkan di negeri ini. Dan, kita bisa memulainya dari diri kita sendiri di lingkungan yang paling dekat.
KEINDAHAN PELANGI JUSTRU TAMPAK SAAT IA MENJAJARKAN WARNA-WARNA YANG BERBEDA
|
|
|
SITUS i-HUMOR
|
Apakah Anda sedang mencari bahan-bahan humor yang bermutu sebagai pelengkap renungan, khotbah, atau berbagai kebutuhan bidang pelayanan Anda yang lain? Situs i-Humor siap menyediakannya untuk Anda! Dapatkan bahan-bahan humor yang bersih, sehat, bermutu, mendidik, dan dilengkapi dengan ayat firman Tuhan yang sesuai hanya melalui situs i-Humor.
Kunjungilah situs i-Humor sekarang juga!
|
|
|
|