Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/729 |
|
e-BinaAnak edisi 729 (20-4-2016)
|
|
e-BinaAnak -- Mengajarkan Arti Kekudusan kepada Anak (II) Edisi 729/April/II/2016 Salam kasih, Sejak kecil, sebagian besar dari kita mungkin mendapatkan gambaran tentang Allah seumpama seorang kakek yang sangat memanjakan dan menyayangi cucunya. Allah itu penuh kasih dan selalu mengampuni kesalahan kita. Hal ini mungkin terus-menerus ditanamkan dalam pikiran kita, dan anak-anak layan kita saat ini, tanpa mengajarkan secara mendalam mengenai murka Allah. Murka Allah adalah reaksi atas ketidakkudusan umat-Nya dalam menjalani hidup sebagai orang yang sudah dikuduskan-Nya. Allah itu Mahakasih, tetapi Dia juga murka ketika kekudusan-Nya diabaikan dan tidak dihormati. Bagaimana kita bisa mendapatkan pemahaman yang benar tentang kekudusan Allah dan mengajarkannya kepada anak-anak? Dalam Bahan Mengajar, kami berikan panduan mengajar untuk para pelayan anak yang dapat menolong kita belajar tentang sifat Allah yang Mahakudus dan tentang murka-Nya. Kiranya dapat menolong kita untuk memberikan pengajaran yang benar mengenai Allah, sesuai dengan kebenaran Alkitab. Simak pula kolom Tip yang dapat mendorong orangtua maupun pelayan anak untuk mengajar anak mengaplikasikan kekudusan hidup sebagai orang percaya setiap hari. Kiranya menjadi berkat. Pemimpin Redaksi e-BinaAnak, Davida < evie(at)in-christ.net > < http://pepak.sabda.org/> "Allah akan menyatakan kekudusan-Nya kepada dunia yang mengabaikannya dan kepada gereja yang sering kali tidak menghormati kekudusan-Nya itu." TIP: KUDUS DALAM KESEHARIAN "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:1-2) Seorang profesional Kristen pernah mengatakan bahwa kita hidup di dunia yang berdosa. Jadi, terlalu naif apabila kita dituntut untuk hidup lurus, kudus seperti yang dituntut dalam Alkitab. Benarkah demikian? Jika demikian, bagaimana kita mengajarkan hal kekudusan yang begitu abstrak bagi anak-anak kita? Mungkinkah anak-anak kita akan mengerti kekudusan jika di tengah-tengah dunia yang berdosa, orangtuanya seakan-akan lumpuh melakukan hal yang kudus seperti yang dituntut oleh Alkitab? Di sisi lain, anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada kita merupakan rencana Allah yang berkesinambungan dalam kehidupan kita. 1. Mengajar anak untuk mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang kudus kepada Allah. Rasul Paulus menasihati anak-anak Tuhan untuk mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang kudus dan berkenan kepada Allah. Persembahan hidup yang demikian dikatakan sebagai ibadah yang sejati. Itu berarti ibadah yang sejati tidak dapat lepas dari hidup yang kudus. Ibadah yang dimaksud adalah memakai kata "Latria", yaitu aspek ibadah yang meliputi totalitas hidup, keterlibatan hidup sepenuhnya. Ibadah yang sejati, hidup yang kudus tidak cukup hanya ke gereja pada hari Minggu, persekutuan doa atau mengambil bagian dalam pelayanan. Hidup yang kudus adalah totalitas hidup orang Kristen. Hidup yang kudus adalah kudus setiap saat, setiap kesempatan, setiap konsep, setiap segi hidup kita dalam keseharian. Itu sebabnya, Tuhan menginginkan persembahan yang hidup, bukan yang mati. 2. Teladan hidup kudus dari orangtua. Memikirkan bagaimana mengajarkan kekudusan, persembahan yang hidup kepada anak, tidak ada yang lebih efektif selain dari teladan hidup orangtuanya. Hidup yang kudus dalam keseharian kita sangat mudah ditangkap dan dipelajari oleh anak. Jikalau kita mengambil waktu sejenak, kita dapat mengevaluasi kehidupan kita. Di dalam keseharian, apakah yang paling menjadi fokus pikiran dan orientasi kita. Apakah yang paling sering kita katakan dalam hari-hari kehidupan kita, kata- kata apa yang paling sering kita ungkapkan kepada anak? Bagaimana respons kita terhadap masalah atau kesulitan? Apa yang menjadi prioritas dan paling disukai keluarga, kegiatan pada hari Minggu, film-film apa yang dipilih, musik apa yang disukai, tempat mana yang jadi favorit keluarga, dst.? 3. Orangtua menerapkan prinsip dipanggil untuk berbeda dari dunia ini. Sejalan dengan perkembangan anak-anak kita, sejalan pula dengan proses belajar anak untuk mengerti dan hidup kudus. Sebagai orangtua Kristen, kita dipanggil untuk berbeda dari dunia yang berdosa ini. Sehari lepas sehari, anak akan makin mengerti arti mempersembahkan hidup yang kudus dan berkenan kepada Allah. 4. Bergantung penuh pada pertolongan Roh Kudus. Akhirnya, dengan segala kemurahan Allah dan pertolongan Roh Kudus, kita berdoa agar dari gereja dan dari keluarga orang beriman, kekudusan hadir dan muncul di tengah-tengah dunia yang berdosa ini, sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah kita yang kudus dan telah menguduskan kita. Amin. Diambil dan disunting dari: Nama situs: Eunike Alamat URL: http://www.oocities.org/~eunike-net/17/index.html Judul artikel: Kudus dalam Keseharian Penulis artikel: Ev. Ayny L. Susanto, S.Th. Tanggal akses: 23 Februari 2016 BAHAN MENGAJAR: KEKUDUSAN ALLAH ALLAH BENAR-BENAR BERBEDA, BENAR-BENAR MULIA, DAN BENAR-BENAR MURNI Allah Adalah Yang Mahakudus Allah disebut "The Holy One" (Yang Mahakudus) sebanyak 55 kali dalam Alkitab versi NIV (29 kali dalam Yesaya). Kata Ibrani untuk kudus, "qadosh", berasal dari akar "pemisahan" atau "memotong". Allah adalah Kudus. Seperti yang dikatakan seseorang, "Kekudusan adalah cahaya putih murni yang terbentuk dari campuran seluruh spektrum sifat-sifat Allah." Yesaya menggambarkan penglihatan yang besar, "... aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing- masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka, dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!" (Yesaya 6:1-3). Hal ini juga yang ada dalam penglihatan Yohanes: "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: `Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang (Wahyu 4:8).`" Yesus disebut Kudus dalam Lukas 4:34, Yohanes 6:69, Lukas 1:35, dan Kisah Para Rasul 2:27, 13:35. Allah Mengagumkan dalam Kekudusan Kidung Musa bertanya: "Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya TUHAN; siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu, menakutkan karena perbuatan-Mu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban?" (Keluaran 15:11). Ayub 37:22 menggambarkan kedahsyatan Allah: "Dari sebelah utara muncul sinar keemasan; Allah diliputi oleh keagungan yang dahsyat". Allah adalah Yang Mahatinggi, Yang Mahamulia, yang mendiami kekekalan. "Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: `Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus ...`" (Yesaya 57:15). Pada peresmian Kemah Suci, Musa tidak dapat memasukinya karena awan meliputi Kemah Suci dan kemuliaan Tuhan memenuhinya (Keluaran 40:35). Demikian pula, ketika Bait Suci dipersembahkan untuk Allah, imam-imam tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan ibadah oleh karena awan itu, yaitu kemuliaan TUHAN memenuhi Bait Suci (2 Tawarikh 5:14). Kehadiran Allah yang mengagumkan begitu besar sehingga tidak ada satu pun yang dapat masuk ke dalam gedung itu. Allah Adalah Sumber dari Segala Kekudusan Manusia dan segala sesuatu yang dipersembahkan kepada Allah harus menjadi kudus. Tuhan berkata, "Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, Tuhan, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku" (Imamat 20:26). "... sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu, dan engkau dipilih TUHAN untuk menjadi umat kesayangan-Nya dari antara segala bangsa yang di atas muka bumi." (Ulangan 14:2) Dia berkata, "Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu" (Keluaran 31:13; lihat Imamat 20:8, 22:32). Alkitab menyatakan bahwa: - Hari Sabat adalah kudus karena dikuduskan bagi Allah (Kejadian 2:3). - Allah menguduskan umat-Nya karena tempat kudus Allah berada di tengah-tengah mereka (Yehezkiel 37:28). - Imam adalah kudus karena mereka dikuduskan bagi Allah (Imamat 21:7-8). - Barang-barang dalam Bait Suci adalah kudus karena mereka dikhususkan bagi Allah (Keluaran 30:29). - Anak-anak dari orang percaya adalah kudus karena mereka dikhususkan bagi Allah (1 Korintus 7:14). Allah Terlalu Suci untuk Melihat yang Jahat Habakuk mengatakan tentang Allah: "Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman ..." (Habakuk 1:13). Oleh karena itu, Yesaya memperingatkan: "... tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu" (Yesaya 59:2). Allah Adalah Benar dalam Kekudusan Allah menunjukkan kekudusan-Nya dalam kualitas etika dan moral: "Tetapi TUHAN semesta alam akan ternyata maha tinggi dalam keadilan- Nya, dan Allah yang maha kudus akan menyatakan kekudusan-Nya dalam kebenaran-Nya" (Yesaya 5:16). Segala yang dilakukan dan dikatakan-Nya sempurna: "Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; janji TUHAN adalah murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya" (Mazmur 18:31). "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48) Bagaimanapun, hal ini membawa kita kepada hal yang tidak populer dari pengajaran hari ini, yaitu: murka Allah. Sekalipun hal ini sangat ditekankan, pada masa lalu hal ini disalahgunakan, dan pada masa sekarang hal ini sangat diabaikan. Jadi, Allah dibuat menjadi tidak benar-benar berbeda, tidak benar-benar mulia, dan tidak benar-benar Yang Mahakudus. Allah menjadi semacam sosok kakek di langit yang memanjakan. Allah adalah kasih, dan Dia penyayang. Dia penuh kasih dan baik. Kualitas-kualitas tersebut harus dipegang teguh bersama konsep murka-Nya. Murka Allah bukanlah hal yang buruk atau kemarahan yang tidak terkendali. Murka-Nya adalah reaksi dari kekudusan-Nya terhadap dosa yang terus-menerus dilakukan umat-Nya. Dia terlalu suci untuk melihat hal yang jahat dan kekudusan-Nya mengusir dosa, sebagaimana cahaya mengusir kegelapan. Satu hal yang pasti, hal ini tidak hanya ada dalam konsep PL. Hal ini jelas dinyatakan pula dalam PB. Penulis Surat Ibrani mengatakan bahwa Allah kita adalah api yang menghanguskan (Ibrani 12:29, lihat Mazmur 50:3, 97:3). Hal ini berbicara tentang memurnikan dan penghakiman. Paulus mengatakan, "... pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diri-Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala, dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya, ..." (2 Tesalonika 1:7-9). Di tempat lain, ia menulis, "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan" (Roma 12:19). "Sebab kita mengenal Dia yang berkata: `Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan.` Dan lagi: `Tuhan akan menghakimi umat-Nya.`" (Ibrani 10:30) Yohanes memperingatkan, "Orang yang percaya kepada Anak memiliki hidup yang kekal, tetapi orang yang tidak menaati Anak tidak akan melihat kehidupan, melainkan murka Allah tetap ada padanya" (Yohanes 3:36). Paulus memperingatkan, "Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman" (Roma 1:18). "... tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman." (Roma 2:8) "Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka." (Efesus 5:6) (Lihat juga Ulangan 37:25; Mazmur 7:11, 94:1; Yehezkiel 25:17; Mikha 5:15; Nahum 1:3) TANGGAPAN KITA ATAS KEKUDUSAN ALLAH 1. Kita harus memuji Dia dalam kekudusan-Nya. "... ia (Yosafat) mengangkat orang-orang yang akan menyanyi nyanyian untuk TUHAN dan memuji TUHAN dalam pakaian kudus yang semarak pada waktu mereka keluar di muka orang-orang bersenjata, sambil berkata: `Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama- lamanya kasih setia-Nya!`" (2 Tawarikh 20:21) Penulis Ibrani mendorong kita untuk mengikuti contoh mereka, "Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut" (Ibrani 12:28). (Lihat juga Mazmur 99:1-3,5,9 dan Yesaya 12:6) 2. Kita harus hidup dalam kekudusan-Nya. "Sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:16) (Lihat Keluaran 22:31; Imamat 19:2, 11:44) KESIMPULAN Allah akan menyatakan kekudusan-Nya kepada dunia yang mengabaikannya dan kepada gereja yang sering kali tidak menghormati kekudusan-Nya itu. - "Dan Aku akan menyatakan nama-Ku yang kudus di tengah-tengah umat-Ku Israel dan Aku tidak lagi membiarkan nama-Ku yang kudus dinajiskan, sehingga bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, Yang Mahakudus di Israel." (Yehezkiel 39:7) - "Oleh karena itu katakanlah kepada kaum Israel: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Bukan karena kamu Aku bertindak, hai kaum Israel, tetapi karena nama-Ku yang kudus yang kamu najiskan di tengah bangsa-bangsa di mana kamu datang." (Yehezkiel 36:22) (t/Davida) Diterjemahkan dan disunting dari: Nama situs: Christian Teaching Resources Alamat URL: http://www.christianteaching.org.uk/holinessofgod.html Judul asli artikel: The Holiness of God Penulis artikel: Tony Highton dan Patricia Highton Tanggal akses: 18 April 2016 Kontak: binaanak(at)sabda.org Redaksi: Davida, Amidya, dan Hossiana Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |