Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/726 |
|
e-BinaAnak edisi 726 (10-3-2016)
|
|
e-BinaAnak -- Paskah: Kekayaan Kasih Allah Edisi 726/Maret/I/2016 Salam sukacita, Kematian dan kebangkitan Kristus bukan hanya terjadi lebih dari 2000 tahun lalu, tetapi masih terus terjadi pula dalam hidup setiap orang percaya saat ini. Ketika Allah memberikan anugerah keselamatan bagi orang percaya, saat itulah kehidupan manusia lama kita mati dan kita pun hidup sebagai manusia baru dalam Kristus. Penderitaan Kristus yang begitu dahsyat menjadi jalan bagi orang percaya untuk memiliki hubungan yang benar dengan Allah. Betapa kasih-Nya amat besar bagi kita, yang sebenarnya tidak layak menerima anugerah sebesar itu. Mari kita menghidupi karya agung Kristus ini dalam hidup kita sehari-hari. Biarlah anak-anak yang kita layani juga bisa mengenal kasih Allah ini dalam setiap tindakan dan firman Tuhan yang kita sampaikan kepada mereka. Edisi e-BinaAnak pada bulan Maret ini akan membahas topik khusus seputar Paskah. Pada edisi kali ini, kita akan menyimak artikel dan bahan mengajar tentang kekayaan kasih Allah. Kiranya menjadi berkat dalam menyambut Paskah. Pemimpin Redaksi e-BinaAnak, Davida < evie(at)in-christ.net > < http://pepak.sabda.org/> ARTIKEL: KRISTUS MENDERITA DAN MATI UNTUK MENUNJUKKAN KEKAYAAN KASIH DAN ANUGERAH ALLAH BAGI ORANG BERDOSA "Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar -- tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. Akan tetapi, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:7-8) "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16) "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia [anugerah]-Nya." (Efesus 1:7) Besarnya kasih Allah kepada kita bisa ditunjukkan melalui dua hal. Pertama, melalui besarnya pengorbanan-Nya untuk menyelamatkan kita dari hukuman dosa. Kedua, besarnya ketidaklayakan kita dalam mendapatkan keselamatan dari-Nya. Kita bisa memahami besarnya pengorbanan-Nya dalam perkataan, "Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal" (Yohanes 3:16). Kita juga memahaminya dari arti kata Kristus. Nama ini berasal dari gelar dalam bahasa Yunani, Christos, atau "Yang Diurapi", atau "Mesias". Nama itu menunjukkan dignitas yang tinggi. Mesias seharusnya menjadi Raja Israel. Dia akan menaklukkan Kekaisaran Roma dan memberikan kedamaian dan keamanan bagi Israel. Oleh karena itu, Dia yang Allah kirim untuk menyelamatkan orang berdosa adalah Anak Allah, Anak-Nya yang Tunggal, dan Raja Israel yang Diurapi -- seorang raja atas dunia (Yesaya 9:5- 6). Ketika kita menambahkan lagi kepada pemahaman ini, perihal kematian yang begitu sengsara karena penyaliban yang Kristus alami, maka pengorbanan yang dilakukan Bapa dan Anak sangatlah besar -- bahkan tidak terkira jika kita mempertimbangkan jarak antara Allah dan manusia. Tetapi, Allah memilih berkorban untuk menyelamatkan kita. Besar kasih-Nya bagi kita semakin meningkat ketika kita menyadari ketidaklayakan kita. "Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar -- tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa" (Roma 5:7-8). Kita layak menerima hukuman Allah, bukan pengorbanan Allah. Saya pernah mendengar perkataan, "Tuhan tidak mati untuk kodok. Dia melihat nilai kita sebagai manusia." Hal ini memperjelas anugerah. Kita lebih buruk daripada kodok. Kodok tidak berdosa. Kodok tidak memberontak dan tidak menghina Allah dalam hidupnya. Tuhan tidak perlu mati untuk kodok. Kodok tidak rusak. Kita yang rusak. Dosa kita begitu besar, hanya pengorbanan Allah yang bisa membayarnya. Hanya ada satu penjelasan mengapa Allah berkorban bagi kita. Bukan karena kita, melainkan karena "menurut kekayaan kasih karunia (anugerah)-Nya" (Efesus 1:7). Pengorbanan ini Allah lakukan berdasarkan kehendak-Nya, bukan karena nilai kita. Pengorbanan Allah mengalir dari nilai-Nya yang tak terkira. Inilah kasih Allah: suatu penderitaan yang memesona bagi orang berdosa yang tidak layak, berapa pun harganya, dengan apa yang akan membuat kita bahagia selamanya, yaitu keindahan-Nya yang tak terkira. Diambil dari: Judul asli buku: The Passion of Jesus Christ Judul buku terjemahan: Penderitaan Yesus Kristus: Lima Puluh Alasan Mengapa Dia Datang untuk Mati Penulis: John Piper Penerjemah: Stevy Tilaar Penerbit: Momentum, Surabaya 2006 Halaman: 18 -- 19 BAHAN MENGAJAR: KISAH MULIA -- ALLAH ITU BERBELAS KASIH Bacaan Alkitab: Keluaran 25-31 Janji Kovenan: "Dengan kasih setia-Mu Engkau menuntun umat yang telah Kautebus; dengan kekuatan-Mu Engkau membimbingnya ke tempat kediaman-Mu yang kudus." (Keluaran 15:13) Hak Istimewa Kovenan dan Kewajiban Kovenan: Belas Kasih "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (Mikha 6:8) Cerita: Pendeta Scotty meniup peluitnya. "Berapa banyak dari kalian yang suka membangun sesuatu?" tanyanya. Semua anak laki-laki mengangkat tangan mereka. "Papa dan aku pernah merancang dan membangun lemari buku untuk kamarku," kata Daniel. "Aku pernah melihat rak buku itu, dan memang benar-benar bagus," kata Pendeta Scotty. "Siapa suka menjahit?" "Aku," kata Mary. "Nenek Grace sedang mengajar Cassie dan aku membuat baju-baju boneka." "Nah, kalian pasti akan menyukai apa yang Allah perintahkan kepada bangsa Israel untuk mereka kerjakan," kata Pendeta Scotty melanjutkan. "Allah menyuruh Musa membangun sebuah tabernakel. Kata tabernakel berarti `tempat kediaman`. Tabernakel akan menjadi tempat kediaman Allah di antara umat-Nya. Allah memberi tahu Musa setiap detail ukuran, warna, dan bentuk dari segala perkakas yang ada di dalam tabernakel itu. Mereka harus mengikuti petunjuk itu secara tepat karena tabernakel mengajar kita bagaimana kita harus datang kepada Allah. Segala sesuatu yang ada dalam tabernakel kita memang tentang Tuhan Yesus karena melalui Tuhan Yesus itulah, kita dapat datang kepada Allah." Pendeta Scotty menggambar tabernakel saat beliau berbicara. "Tabernakel terbagi atas tiga bagian. Pertama, halaman dengan altar untuk korban bakaran. Menurutmu, apa yang mereka lakukan di altar itu?" "Membakar korban!" kata seorang anak. "Itu benar," kata Pendeta Scotty. "Mereka mempersembahkan binatang sebagai korban bakaran. Orang-orang itu tidak dapat mendekatkan diri pada Allah tanpa adanya korban pengampunan dosa. Apa yang dapat kita pelajari dari hal ini tentang Tuhan Yesus?" "Aku rasa aku tahu," kata Mary perlahan. "Tuhan Yesus mati sebagai korban tebusan bagi dosa kita supaya kita dapat datang kepada Allah." "Apakah kamu ingat ayatnya?" tanya Pendeta Scotty. Mary mengangguk. Dia mulai membacakan 1 Korintus 5:7, dan semua anak mengikutinya: "... Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus." Pendeta Scotty tersenyum. "Kemudian, ada bejana pembasuhan. Seperti sebuah mangkuk besar berisi air. Di sinilah, imam-imam membasuh tangan dan kaki sebelum mereka masuk ke dalam tabernakel." "Papa," teriak Susie, "Apakah hal itu mengajar kita bahwa Tuhan Yesus membersihkan dosa kita?" "Ya! Susie, bacalah Efesus 5:25-26." Susie membacanya: "... Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya ... sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman." "Ini luar biasa," ungkap Daniel. "Aku tidak pernah tahu bahwa tabernakel melambangkan Tuhan Yesus." Pendeta Scotty sangat bersemangat! Beliau begitu senang melihat anak- anak bersemangat mempelajari firman Allah. "Sekarang, mari kujelaskan apa yang ada di dalam tabernakel. Bagian terdepan disebut Ruang Kudus. Di sana, ada tiga buah perkakas dan sebuah kandil dengan tujuh buah lilin." "Oh, aku tahu apa yang diajarkan oleh semua itu," kata Cassie. "Tuhan Yesus adalah terang dunia!" Pendeta Scotty mengangguk. "Berikutnya, ada sebuah meja yang di atasnya diletakkan roti sajian. Mac, bacalah kitab Yohanes 6:35." Mac membaca, "Kata Yesus kepada mereka: `Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.`" Pendeta Scotty melanjutkan, "Di depan tirai ada mezbah bakaran. Ketika kamu mempersembahkan korban bakaran, ada bau-bauan yang harum. Alkitab menyatakan bahwa doa-doa yang dipanjatkan kepada Allah adalah seperti bau-bauan yang harum di hadapan Tuhan (Mazmur 141:2). Alkitab juga menyatakan bahwa Tuhan Yesus di surga sebagai Pembela, atau Pendoa, untuk kita. Caleb, bacalah Roma 8:34." Caleb membaca, "Kristus Yesus, ... yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?" "Tuhan Yesus berdoa untuk aku," kata Cassie perlahan. "Itu sungguh luar biasa. Berikutnya apa, Pendeta Scotty?" "Sekarang, kita sampai pada hal yang paling indah," jawabnya. "Di sana, ada tirai yang indah yang memisahkan ruang Kudus dari ruang Mahakudus. Yang ada di ruang Mahakudus hanyalah Tabut Perjanjian. Tabut ini berbentuk sebuah peti yang terbuat dari emas murni. Di dalam peti itu terdapat lempengan batu yang memuat Sepuluh Perintah. Di atasnya, ditutup dengan tutup pendamaian." Pendeta Scotty menutup matanya. Anak-anak tahu bahwa beliau sedang berdoa, meminta Allah untuk menolong mereka mengerti apa yang akan dikatakannya selanjutnya. Mereka menunggu. "Anak-anak, kita tidak dapat datang kepada Allah dengan cara melakukan Sepuluh Perintah karena kita tidak akan mampu menaatinya. Kita melanggar Hukum Allah setiap hari. Allah adalah Allah yang adil, dan tuntutan keadilan-Nya harus dipenuhi. Mari Bapak jelaskan. Sebagai ilustrasi, coba bayangkan ada seorang yang merampok sebuah bank, dan kemudian tertangkap. Dia dihadapkan pada seorang hakim, dan hakim itu berkata, `Oh, tidak apa-apa. Kamu telah melanggar peraturan, tetapi saya tidak akan menghukummu.` Bagaimana menurutmu hakim itu?" "Dia bukan seorang hakim yang baik," jawab anak-anak. "Dia tidak melakukan sesuatu yang benar," tambah Mac. "Tepat," kata Pendeta Scotty. "Tetapi, Allah adalah hakim yang adil. Dosa harus dihukum, tetapi hukum dilingkupi oleh belas kasih, seperti Sepuluh Perintah yang dilingkupi oleh tutup pendamaian." "Pendeta Scotty, belas kasih itu apa?" tanya Mary. "Pertanyaan yang bagus," jawab Pendeta Scotty. "Mendapat belas kasih artinya tidak menerima apa yang layak kita terima. Kita layak untuk dihukum karena dosa kita, tetapi dosa kita dibungkus oleh kasih Allah karena Tuhan Yesus telah dihukum bagi kita. Dan, Allah melakukan lebih dari itu. Dia memberi kita anugerah-Nya, kasih-Nya, yang mana tidak layak kita terima. Wajah Mary menjadi cerah. "Jadi, belas kasih artinya tidak mendapatkan apa yang layak kita dapatkan, dan anugerah berarti mendapatkan apa yang tidak layak kita dapatkan." Pendeta Scotty tidak lagi mampu berkata-kata. Beliau bahkan tidak mampu berteriak "touchdown". Akhirnya, beliau menarik napas panjang dan berkata perlahan, "Anak-anak, tutup pendamaian melambangkan tempat di mana Allah bertemu dengan umat-Nya. Kapankah keadilan Allah dipenuhi, dan di manakah kita dapat melihat belas kasih Allah kepada umat-Nya?" Semua anak berkata, "Oh! Di kayu salib!" Pendeta Scotty berkata, "Semua yang ada di tabernakel menunjukkan bagaimana manusia dapat bertemu dengan Allah. Semua ini melambangkan apa yang dilakukan Tuhan Yesus supaya kita dapat menjadi anak Allah. Sekarang akan Bapak beri tahukan salah satu hal yang paling luar biasa yang pernah terjadi." Mata anak-anak itu terbuka lebar. Pendeta Scotty menjelaskan, "Pada saat Tuhan Yesus mati di kayu salib, tirai yang memisahkan ruang Kudus dan ruang Mahakudus terbelah menjadi dua. Karena Tuhan Yesus, umat Allah tidak terpisahkan lagi dengan Allah. Alkitab mengatakan bahwa kita dapat menghampiri hadirat-Nya dengan penuh keberanian. Kita dapat berbicara dengan Dia. Dialah Allah kita, dan kita adalah umat-Nya. Dia adalah Allah Pengasih, dan belas kasih-Nya sampai selama-lamanya." Anak-anak duduk terdiam. Beberapa saat kemudian Caleb berkata, "Itu luar biasa." Diambil dari: Judul asli buku: Discovering Jesus in Exodus Judul buku terjemahan: Menemukan Yesus di Kitab Keluaran Penulis: Susan Hunt dan Richie Hunt Penerjemah: Stenny Soerowidjojo Penerbit: Penerbit Momentum, Surabaya 2012 Halaman: 117 -- 120 STOP PRESS: BERGABUNGLAH DALAM KELAS PASKAH DARI YLSA! Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > melalui program Pendidikan Elektronik Studi Teologi Awam (PESTA) kembali membuka Kelas Diskusi PASKAH 2016. Dalam kelas diskusi ini, akan dibahas topik-topik diskusi seputar kematian dan kebangkitan Kristus. Pastinya setiap peserta akan lebih diperkaya lagi tentang makna Paskah yang sejati melalui kelas ini. Diskusi akan dilangsungkan melalui facebook grup dan berlangsung selama 1 bulan. Anda dapat mengikuti kelas diskusi ini tanpa dipungut biaya apa pun (GRATIS)! Untuk mendaftar, silakan mengirimkan surat kepada Kusuma <kusuma(at)in-christ.net> dengan mencantumkan subjek [DAFTAR -- PASKAH]. Mari bersama-sama kita belajar kebenaran firman Tuhan dalam kelas PESTA online. Kontak: binaanak(at)sabda.org Redaksi: Davida, Amidya, dan Hossiana Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |