Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/714 |
|
e-BinaAnak edisi 714 (16-9-2015)
|
|
e-BinaAnak -- Relasi Pelayanan Anak dengan Keluarga ASM (II) Edisi 714/September/II/2015 Salam sukacita, Tip minggu ini merupakan sambungan dari artikel "Sebuah Cetak Biru untuk Pelayanan Keluarga" dalam edisi e-BinaAnak 713 yang lalu. Setelah memahami pentingnya berelasi dengan orangtua untuk menjadikan mereka mitra pelayanan anak, sekarang kita dapat melihat bagaimana memperlengkapi orangtua untuk melayani bersama-sama. Pelayanan anak bukan hanya urusan gereja dan sekolah minggu. Pelayanan anak adalah tanggung jawab orangtua, tetapi bukan berarti gereja/sekolah minggu hanya menjadi pelengkap. Semua pihak bertanggung jawab penuh sesuai dengan panggilan yang telah Tuhan berikan kepada kita semua. Oleh karena itu, semuanya harus bekerja sama dengan maksimal untuk membawa anak-anak datang kepada Kristus dengan pengajaran yang benar sesuai kebenaran firman Tuhan. Kiranya edisi ini menjadi berkat bagi kita semua. Tuhan Yesus memberkati. Pemimpin Redaksi e-BinaAnak, Davida < evie(at)in-christ.net > < http://pepak.sabda.org/> "Anda tidak dapat mengubah seorang anak selama periode waktu yang panjang tanpa memengaruhi orangtuanya. Keluarga dan gereja harus menjadi mitra." (Darrell Fraley) TIP: BAGAIMANA MEMPERLENGKAPI ORANGTUA DALAM PELAYANAN ANAK? "Kami ingin memberikan kesempatan bagi orangtua untuk belajar bagaimana mengajar anak-anak mereka," kata Tim Smith, seorang pendeta untuk kehidupan keluarga di Kalvari Community Church di Westlake Village, California. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat dilakukan gereja/pelayanan anak untuk mengajarkan kepada orangtua bagaimana mengajar/melayani anak- anak mereka. 1. Seminar pengasuhan dan kelas-kelas reguler. Tim Smith memiliki seminar pengasuhan dan kelas-kelas reguler. Gerejanya menyediakan makan malam yang dibuat oleh sebuah restoran terkenal dan membawa seorang pembicara. "Orang-orang menyukainya! Cara ini merupakan pendekatan yang lebih santai. Para orangtua tidak merasa seperti sedang berada di gereja," kata Tim. Kelas pengasuhan diadakan di rumah-rumah dan orang-orang membawa para tetangga mereka. Materi kelas pengasuhan antara lain mengenai tahap kehidupan manusia, cara mengajar kelas bayi, kelas anak usia 3 -- 8 tahun, 8 -- 12 tahun, praremaja, dan remaja. Kelas reguler ini dibagi menjadi dua, yaitu kelas untuk orangtua dengan anak yang memiliki kepercayaan diri dan kelas untuk orangtua dengan anak yang berisiko/bermasalah. Tim mengirimkan artikel "Family Times" enam kali setahun. Artikel tersebut berisi ulasan sumber daya, promosi kelas pengasuhan, dan informasi tentang isu-isu pengasuhan. 2. Melatih para ayah untuk berinteraksi dengan anak. Sebagai penggemar pelayanan "Promise Keepers" (sebuah organisasi Kristen untuk pelayanan kaum pria - Red.), Tim mencoba untuk memanfaatkan momentum yang adalah gerakan dari pelayanan kaum pria tersebut. "Kami melatih para ayah untuk berinteraksi dengan anak-anak mereka. Kami memiliki acara retret bapak/putra dan bapak/putri, yang memberikan berkat bagi anak laki-laki dan anak perempuan kami yang berusia 10 tahun ke atas. Acara ini semacam `barmitzvah` (tradisi keagamaan orang Yahudi - Red.) Kristen -- sebuah ritus perjalanan." "Hal yang penting mengenai pelayanan keluarga," kata Tim, "adalah bahwa hal itu bukanlah masalah `maupun/atau` (pilihan - Red.), melainkan merupakan masalah `tetapi/dan` (kolaborasi - Red.). Kami dapat melakukannya dalam struktur kami. Kami tidak perlu membuang sekolah minggu. Kami memikirkan cara untuk menambahkan apa yang kami sudah lakukan." 3. Bekerja sama dengan keluarga. "Ketika saya memulai lima setengah tahun yang lalu, gairah saya adalah untuk melakukan pelayanan keluarga. Namun, saya harus menunggu waktu yang tepat. Kami baru saja memulainya tahun lalu," kata Lynn Block, direktur anak-anak di Kensington Community Church di Troy, Michigan. Filosofi Lynn adalah untuk melakukan hal yang sama yang selalu mereka lakukan, tetapi untuk melakukannya sebagai keluarga. "Lakukan bersama- sama," kata Lynn. "Belajar bersama-sama. Berkumpul bersama-sama. Kami meremehkan nilai dari apa yang kami pelajari dari satu sama lain." Lynn telah menandai programnya "Team Up" (Bekerja sama - Red.) -- keluarga-keluarga bersama-sama membangun Kerajaan Allah. Keluarga bekerja, bermain, dan belajar bersama. Keluarga dalam kelompok- kelompok kecil bertemu dua kali setiap bulan -- sekali dengan orang dewasa saja dan sekali sebagai keluarga. "Kami memiliki malam ibadah Jumat malam setiap tiga bulan sekali yang diarahkan untuk seluruh keluarga. Ada waktu ibadah dan waktu interaktif. Musiknya sangat berirama dan ada gerakan tangan anak-anak yang ekstensif. Kami melakukannya pada hari Jumat karena anak-anak tidak harus tidur lebih awal pada hari itu." Keluarga melayani bersama di dalam dan di luar gereja. "Kami mendorong orangtua untuk terlibat dalam pelatihan. Keluarga dapat menjalankan kelas pada Minggu pagi bersama-sama. Anak yang lebih tua membantu dengan boneka atau makanan ringan." "Keluarga melayani bersama di panti jompo, gereja-gereja dalam kota, dan dalam berbagai kegiatan misi. Kegiatan tersebut mengajarkan anak- anak bahwa mereka adalah para pelayan juga sehingga menggairahkan anak-anak untuk tidak hanya menjadi penonton. Hal tersebut sangat penting karena orangtua ingin anak-anak mereka menjadi pemberi, bukan hanya pengambil untuk kepentingan diri sendiri." 4. Bermitra dengan orangtua. "Masyarakat saat ini memiliki banyak pemisahan dalam keluarga," kata Walt Pitman, pendeta anak-anak di Gereja Grace Edina, Minnesota. "Gereja juga melakukan kesalahan yang sama. Keterpisahan bukanlah maksud Allah untuk dapat terjadi sepanjang waktu. Kita perlu bermitra dengan orangtua melalui keteladanan, berkomunikasi, dan menyediakan sumber daya dan alternatif." Gereja Walt memiliki bagian pelayanan keluarga khusus di mana kegiatan keluarga berlimpah. Mereka punya kamp keluarga di musim panas, retret orangtua/anak, konferensi perkawinan, kegiatan keluarga yang menyenangkan, dan acara terbuka. Pelayanan keluarga di gereja Walt meliputi: a. Hari Sabtu Super -- anak-anak prasekolah dan ayah mereka bertemu di gereja untuk beraktivitas bersama-sama. Kemudian, mereka berpisah dan para ayah menerima instruksi tentang mengasuh anak. b. Bulan keluarga pada bulan Februari -- gereja memberikan pembicara- pembicara untuk semua aspek keluarga. Mereka memiliki acara "Day at the Dome" (sehari di gedung berkubah - Red.). Mereka menyewa metrodome (sebuah stadion dan fasilitas olahraga dengan atap berbentuk kubah - Red.) dan mengajak keluarga-keluarga untuk bermain. Tahun lalu, 1.200 orang menghadiri acara ini. c. Olahraga plus klinik -- para orangtua membantu anak-anak untuk mempelajari sifat-sifat karakter dalam konteks mempelajari suatu olahraga. Gairah Walt adalah untuk membekali orangtua dalam melatih anak-anak mereka. "Devosi keluarga adalah seni yang hilang," kata Walt. "Dimulai dengan kehidupan pribadi ibu dan dengan kehidupan pribadi ayah. Jika anak-anak tidak melihat orangtua mereka melakukan hal-hal spiritual, perlu beberapa hal lain yang signifikan di dalam hidup mereka untuk mendorong mereka melakukan hal-hal tersebut di kemudian hari." (t/N. Risanti) Diterjemahkan dan disunting dari: Nama situs: Children`s Ministry Magazine Alamat URL: http://childrensministry.com/articles/a-blueprint-for-family-ministry/ Judul asli artikel: A Blueprint for Family Ministry Penulis artikel: Christine Yount Jones Tanggal akses: 24 Agustus 2015 BAHAN MENGAJAR: DOSA KAIN Bacaan Alkitab: Kejadian 4:6-8 Penyampaian Cerita: Ukh! Awas, ya, nanti saya balas!" kata Timtim kepada Vivi. "Timtim, Vivi! Ayo, kemari! Papa sudah menunggu kalian untuk bersama-sama merenungkan firman Tuhan!" panggil mama. "Baik, Ma," kata Vivi sambil berjalan mendekati papa dan mama. Timtim mengikuti dengan wajah marah. Saat itu, mama memerhatikan wajah Timtim yang kusut. "Ada apa, Tim? Wajahmu kelihatan kusut. Kamu marah? Kenapa?" tanya mama. "Vivi merusak mainan saya," kata Timtim. Papa memperhatikan Vivi dan bertanya, "Betul, Vi?" Vivi diam dengan kepala tertunduk. Perlahan, ia menganggukkan kepalanya dengan rasa bersalah. "Maafkan Vivi, ya, Kak Tim," katanya pelan. Timtim diam saja. Hatinya masih diliputi rasa kesal dan marah. Kemudian, papa memimpin mereka semua berdoa bersama sebelum memulai renungan. "Hari ini, kita akan belajar tentang orang yang sedang marah dan kesal." Mendengar perkataan papa, Timtim merasa tertarik. "Alkitab tentang orang yang marah dan kesal?" pikirnya. "Ayo, kita buka Alkitab dan membacanya dari Kejadian 1:6-8," ajak papa. Bergantian mereka membaca ayat-ayat tersebut. "Masih ingatkah kalian persembahan milik siapa yang diterima oleh Allah?" tanya papa. "Habel, Pa," sahut Vivi. "Kain marah karena persembahannya ditolak Allah," sambung Timtim. "Ya, kalian benar. Tahukah kalian apa akibat kemarahan Kain? Alkitab mengatakan wajahnya menjadi muram dan hatinya menjadi kesal." "Wah, seperti saya...," pikir Timtim. Dia ingat betapa kesal hatinya dan muram wajahnya ketika marah kepada Vivi. "Yang lebih gawat lagi, jika Kain terus-menerus seperti itu, dia akan melakukan dosa yang lebih besar lagi," lanjut papa. "Allah memberikan peringatan kepada Kain tentang hal tersebut. Apakah Kain taat pada firman Allah?" tanya papa. Timtim dan Vivi menjawab dengan menggeleng-gelengkan kepala. "Menolak mendengarkan nasihat Allah mengakibatkan dosa mengusir Kain. Karena marah dan iri hati, Kain merencanakan pembunuhan terhadap adiknya. Pikiran Kain berubah menjadi jahat. Jadi, dosa semakin menguasai Kain." "Timtim, coba jelaskan apa yang terjadi kemudian," kata papa. "Kain mengajak Habel ke padang dan kemudian membunuhnya," jawab Timtim. "Ya, ketika kita tidak mendengarkan firman Tuhan dan menaatinya, dosa akan menguasai kita dan membuat kita melakukan hal-hal yang tidak disukai Allah," papa menjelaskan. "Jahat sekali Kain," kata Timtim. Papa kemudian menambahkan, "Ada hal penting yang harus kalian tahu. Kalian harus tahu bahwa semua manusia keturunan Adam dan Hawa berdosa. Hubungan kita dengan Allah jadi rusak karena dosa, contohnya kita jadi tidak taat pada perintah Tuhan, malas ke gereja, dan malas baca Alkitab. Hubungan kita dengan sesama manusia juga jadi rusak. Nah, siapa yang bisa beri tahu Papa apa saja contohnya?" "Membenci teman, memukul teman, bertengkar," kata Timtim dengan cepat. "Iri hati, tidak mau kenal teman yang miskin, berkelahi," jawab Vivi tidak mau kalah. "Ya, benar. Sekarang, kita berdoa, Mama yang pimpin, ya," kata papa. "Tapi, Pa...," Timtim mengerutkan keningnya. Tampaknya ada yang mengganggu pikirannya. "Kalau begitu, bagaimana caranya agar kita tidak dikuasai oleh dosa?" tanya Timtim. "Nah, kita bisa belajar dari Kain juga. Jika Kain tidak mendengarkan ketika diperingatkan Allah, kebalikan dari Kain, kita harus mendengarkan peringatan Allah." Lalu mereka berdoa, dipimpin oleh mama. Dalam hati, Timtim juga meminta tolong kepada Tuhan agar ia tidak dikuasai oleh dosa dan berani menolak dosa. Diambil dari: Nama situs: Sekolah Minggu Alamat URL: http://sekolahminggu.com/dosa-kain/ Penulis: Tidak dicantumkan Tanggal akses: 16 September 2015 Kontak: binaanak(at)sabda.org Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |