Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/712 |
|
e-BinaAnak edisi 712 (19-8-2015)
|
|
e-BinaAnak -- Melibatkan Pemuda dalam Pelayanan Anak (II) Edisi 712/Agustus/II/2015 Salam sukacita, Keterlibatan pemuda dalam pelayanan anak memang sangat diharapkan karena dapat menolong pertumbuhan pelayanan anak itu sendiri. Tidak jarang, jika ada pemuda yang terlibat aktif dalam pelayanan anak, mereka akan memberikan dirinya untuk terlibat langsung sebagai pelayan anak/guru sekolah minggu (SM). Namun, pada kenyataannya, SM yang terdiri dari para remaja pun sulit untuk bisa dikembangkan, salah satunya karena metode pelayanan yang dilakukan masih konvensional. Diperlukan metode/konsep baru dalam pelayanan anak supaya para remaja bisa terus eksis dan bersemangat terlibat dalam pelayanan ini sehingga ke depannya mereka bisa memiliki beban/kerinduan untuk meneruskan pelayanan anak. Bacalah beberapa cara untuk mendorong/menarik remaja tetap bersemangat dalam SM. Bacalah keseluruhan edisi ini dan kiranya menjadi berkat. Amin. Staf Redaksi e-BinaAnak, Santi T. < http://pepak.sabda.org/> Kebersamaan dan kesatuan hati, pikiran, dan tujuan di dalam Kristus menjadi alat ampuh bagi anak-anak Tuhan untuk menggapai keberhasilan dalam melayani Tuhan. (Tilestian) TIP: MEMBERDAYAKAN PARA REMAJA DALAM PELAYANAN ANAK Ada anak yang merasa cemas ketika orang tuanya sudah meninggalkan dia untuk mengikuti ibadah di kelas sekolah minggu. Keadaan ini bisa diantisipasi dengan bantuan para remaja yang selama ini sudah dikenal anak-anak di gereja. Wajah remaja yang dikenal dapat meringankan kecemasan akan keterpisahan untuk anak-anak yang lebih kecil. Di samping itu, para remaja juga dapat menggandakan peralatan bermain dalam sekolah minggu dengan kreativitas mereka. Ketika Anda memikirkan remaja di gereja Anda, apa yang ada dalam pikiran Anda: a. nakal, melahap pizza, membuat suara berisik saat mencucup minuman ringan, b. anak-anak remaja yang (untungnya) sudah dewasa untuk pelayanan Anda dan sekarang menjadi tanggung jawab dari pelayanan pemuda, atau c. para pemuda yang memiliki kesempatan unik untuk melayani anak-anak Anda? Percaya atau tidak, para remaja memiliki banyak hal untuk ditawarkan kepada anak-anak Anda, pelayanan Anda, dan bahkan gereja Anda. Berikut ini adalah cara para senior pelayan anak mengikutsertakan remaja dengan baik dalam pelayanan mereka. Remaja Juga Dilatih Selama 13 tahun, Sue Lennartson menyediakan sebuah program harian anak-anak secara intensif selama liburan musim panas dengan dibantu 50 atau 60 remaja di Gereja Lutheran St. Andrew di Mahtomedi, Minnesota. Anak-anak menyukai bahan-bahan sekolah minggu kami! "Kami tidak dapat mengadakan program ini tanpa mereka," kata Lennartson, yang kini menjadi konsultan pelayanan anak-anak. "Kami mempekerjakan banyak remaja sebagai staf paruh waktu saat mereka masih berada di sekolah menengah atas, dan kemudian mereka kembali sebagai staf magang." Menurut Lennartson, pelatihan adalah komponen kunci bagi pelayanan yang berhasil bersama remaja. Selama bertahun-tahun, ia mengembangkan program pelatihan yang dijuluki "Visi 20/20" (Visi yang jelas - Red.). Program tersebut dirancang untuk membantu remaja melihat pelayanan dengan jelas, membantu remaja mengembangkan kumpulan kegiatan yang terdiri atas 20 aktivitas, yang dapat mereka pertunjukkan pada suatu waktu. Dalam program Visi 20/20, setiap remaja dipersiapkan untuk memimpin lima lagu, aneka permainan, aneka keterampilan, dan renungan. Bob Shaw, seorang direktur sekolah gereja dari Gereja First Congregational di Greeley, Colorado, melatih 25 remaja yang melayani secara sukarela di pelayanan anak miliknya. "Jika para remaja akan menyampaikan pengajaran, mereka berpartisipasi dalam pelatihan guru yang berkelanjutan bersama para guru dewasa," jelas Shaw. Shaw mengadakan dua jam sesi pelatihan setiap bulan Agustus. Selain itu, para remaja menghadiri rapat pengembangan guru yang diadakan setiap bulan, yang berfokus pada topik-topik yang terkait dengan tema. Topik tahun ini adalah "Mengenali dan Menolong Anak yang Terluka". Harapan Besar Pertanggungjawaban yang memadai merupakan faktor kunci lainnya untuk sukses. Carolyn Reed, seorang pendeta anak-anak di Gereja First Baptist di Oxnard, California, mewajibkan para pekerja remaja miliknya untuk memberikan referensi dan mengisi lembar jawaban yang berisi pertanyaan-pertanyaan tes standar bagi para relawan. Mereka juga memberikan pernyataan yang menjelaskan iman Kristen mereka, termasuk pelajaran-pelajaran iman yang penting, yang telah mereka pelajari baru-baru ini. Reed berkonsultasi dengan staf pelayanan pemuda di gerejanya sebelum menerima surat lamaran. Jika diterima, para remaja tersebut berkomitmen untuk menjalani perputaran satu tahun, yaitu satu bulan aktif, dua bulan tidak aktif. Selama bulan-bulan tidak aktif, mereka diharapkan berpartisipasi dalam ibadah gereja atau kegiatan pemuda. "Kami memiliki daftar reguler dari apa yang diharapkan," kata Reed. "Para remaja perlu dipanggil jika mereka akan pergi. Mereka harus membantu menyelesaikan tugas dan memeriksa bersama guru sebelum pergi pada hari itu." Beberapa guru yang dewasa bahkan mencari remaja untuk membantu persiapan pelajaran mingguan. Reed mengatakan bahwa para guru tersebut menjadi mentor-mentor yang memberikan dampak positif terhadap perkembangan iman para remaja. Mary Ann Bethea, koordinator pelayanan anak-anak di Gereja Episkopal St. Christopher di Spartanburg, Carolina Selatan, sudah melihat anak- anak remajanya meningkat melampaui harapannya. "Ini memberi saya perspektif baru tentang remaja," kata Bethea. "Sebelumnya, saya tidak begitu peduli dengan remaja." Bethea memberdayakan kelompok pemuda gerejanya untuk menjadi staf liburan Sekolah Alkitab untuk menjangkau anak-anak di kota pada musim panas yang lalu. Kegiatan tersebut berjalan dengan baik sehingga tahun depan ia berencana mengundang remaja-remaja di kota agar bergabung dengan remaja gerejanya untuk mengikuti pelatihan. Apa Hasilnya? "Para remaja adalah peraga yang hidup dan berjalan," kata Lennartson. Selain kemampuan mereka untuk menggandakan peralatan bermain, wajah remaja yang sudah dikenal dapat mengurangi kegelisahan keterpisahan anak-anak kecil (dengan orang tua). Para remaja juga dapat membantu dalam pengaturan ruangan dengan memberikan perhatian khusus kepada masing-masing anak yang mudah terganggu. Dan, karena remaja dapat mengingat bagaimana rasanya menjadi anak-anak, mereka mungkin dapat terhubung dengan lebih baik pada apa yang sedang dialami oleh anak- anak. Remaja dapat melakukan banyak hal, tetapi jangan mengharapkan mereka mengambil alih dan menjalankan semua program Anda. Ingat, remaja adalah orang-orang setengah dewasa, tetapi mereka juga anak-anak yang bertumbuh dewasa. Dari waktu ke waktu, mereka mungkin perlu diingatkan mengapa mereka ada dalam pelayanan tersebut. "Bantulah para remaja untuk belajar bagaimana berpartisipasi secara tepat," kata Lennartson. "Buatlah evaluasi secara berkala sebagai bagian dari program Anda, tetapi ingat, berikanlah evaluasi dengan baik -- mereka bukan anak- anak remaja semata, mereka adalah mitra Anda dalam pelayanan." Bersiap Memulai Jika gereja Anda belum memberdayakan remaja dalam pelayanan Anda, mulailah dengan mengidentifikasi tugas-tugas pelayanan yang dapat dilakukan remaja. Tugas-tugas dapat berkisar dari mengajak anak-anak prasekolah berjalan ke pancuran air minum (semacam air leding yang dapat diminum langsung dari keran - Red.) untuk membantu para pemimpin dewasa dengan kegiatan-kegiatan belajar atau bahkan mengajar seluruh pelajaran. Lennartson menganjurkan tiga tingkat keterlibatan pelayanan remaja. Ketika Anda siap melibatkan para remaja, diskusikanlah rencana Anda dengan pemimpin pemuda di gereja Anda. Kemudian, umumkan kesempatan berpelayanan kepada kelompok pemuda. Remaja yang terlibat aktif dalam kegiatan pemuda gereja sepertinya dapat menjadi kandidat untuk pelayanan. "Biasanya kami menggunakan kelas konfirmasi untuk pelayanan ini," kata Shaw. "Namun, kami tidak meninggalkan remaja yang mungkin tidak terlibat dalam program pelayanan formal pemuda. Melayani anak-anak adalah cara yang sangat bagus untuk melibatkan para remaja yang mungkin mendapati diri mereka sendiri berada di sekeliling kehidupan gereja." Setelah Anda melibatkan anak-anak, ingatlah: latihan, kepercayaan, dan pertanggungjawaban akan membantu memastikan pengalaman iman yang bertumbuh bagi Anda, mitra remaja Anda dalam pelayanan, dan anak-anak yang berada dalam asuhan Anda. "Anak-anak memberikan respons yang sangat baik terhadap para remaja," kata Shaw. "Saya tidak tahu semua alasannya, tetapi saya senang dengan berkat yang ada." Apakah Para Remaja Saya Berada di Tiga Tingkat Pemimpin? Libatkan remaja ke dalam salah satu tingkat keterlibatan berikut. Tingkat 1: Pendukung - Pendukung bekerja di belakang layar, melakukan tugas-tugas seperti pendaftaran atau menyiapkan makanan ringan. Mereka mungkin menyiapkan perlengkapan, membantu anak-anak menyelesaikan tugas keterampilan, atau berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan bersama anak-anak. Tingkat 2: Pendamping - Anak-anak remaja ini mulai terlibat dalam kegiatan mengajar yang sebenarnya. Mereka dapat memimpin satu atau lebih kegiatan yang sederhana, seperti permainan. Atau, mereka dapat memperagakan cerita Alkitab. Pendamping selalu memiliki guru yang dewasa yang hadir, tetapi ketika mereka memimpin suatu kegiatan, mereka melakukannya sendiri. Tingkat 3: Pengajar/Guru - Remaja yang melayani sebagai guru sering kali memimpin kelas sendiri. Mereka bertanggung jawab untuk merencanakan pelajaran dan mengarahkan anak-anak dalam kegiatan. Mereka mungkin dibantu oleh orang dewasa atau remaja pendukung yang lain, dan mereka sering kali dipasangkan dengan guru-guru dewasa atau anggota staf untuk mendapat bimbingan dan pertanggungjawaban. Isilah posisi guru remaja dengan para pemuda/i yang duduk di bangku sekolah menengah atas. (t/N. Risanti) Diterjemahkan dari: Nama situs: Children`s Ministry Magazine Alamat URL: http://childrensministry.com/articles/using-teenagers-in-childrens-ministry/ Judul asli artikel: Using Teenagers in Children`s Ministry Penulis artikel: Jennifer Root Wilger Tanggal akses: 3 Agustus 2015 AKTIVITAS: MENGHORMATI Banyak aktivitas yang berkaitan dengan cara menghormati, yang dapat Anda bawakan dalam kelompok-kelompok remaja. Tidak ada kata terlambat untuk mengajarkan rasa hormat pada orang lain kepada anak remaja Anda. Para guru menanamkan program "rasa hormat" di sekolah, orang tua mengajarkannya di rumah, dan pembina remaja mengajarkannya di gereja. 1. Drama Untuk membantu anak-anak mengerti pentingnya menghormati, berikanlah kegiatan drama yang memungkinkan mereka membedakan sikap yang menghormati dan tidak menghormati. Bagilah remaja menjadi dua kelompok, tergantung berapa banyak anak remaja Anda. Mintalah satu kelompok kecil menciptakan naskah yang menunjukkan rasa hormat, dan mintalah kelompok yang lain menciptakan naskah yang mencerminkan rasa tidak hormat. Berikan waktu 10 sampai 15 menit untuk mereka membuat naskah dan kemudian izinkanlah setiap kelompok menampilkannya. Setelah setiap kelompok mementaskan naskah itu, diskusikanlah terlebih dulu hasilnya. Tanyakan bagaimana naskah itu bercerita tentang rasa tidak hormat atau rasa hormat, dan izinkanlah anak-anak berkomentar dan bertanya. Ini merupakan kegiatan yang menyenangkan. Aktivitas ini juga mengajarkan kerja sama di antara remaja. 2. Gambar Diri Doronglah kelompok remaja Anda untuk menghargai diri sendiri dan menghargai orang lain. Tugaskan mereka untuk menciptakan gambar diri pada sebuah kertas. Gunakan krayon atau pensil warna. Mintalah mereka menuliskan apa pun tentang diri mereka sendiri. Misalnya, aku menyukai binatang, aku suka melukis, atau aku adalah teman yang baik. Setelah mereka selesai menulis tentang diri mereka, mintalah mereka untuk menempelkan atau menggantungkan karya mereka di dinding sekitar ruangan. Setelah itu, mintalah anak remaja Anda untuk mengitari ruangan dan mengamati karya teman-teman mereka. Setelah beberapa menit, mintalah mereka untuk duduk melingkar, lalu diskusikan bersama mereka tentang mengapa mereka harus menunjukkan rasa hormat kepada orang lain. 3. Potong dan Tempel Potong dan tempel adalah cara bagi remaja untuk mengekspresikan diri mereka dengan interaktif dan kreatif. Dengan menggunakan koran dan majalah, doronglah anak remaja Anda untuk mencari gambar/foto atau kata-kata yang mengandung rasa hormat. Contohnya, gambar/foto orang yang sedang berjabat tangan, kata/ucapan terima kasih, dll.. Mintalah mereka untuk menggunting gambar atau kata tersebut dan menempelkannya pada selembar kertas yang cukup lebar. Setelah mereka selesai menempelkan semua gambar atau kata, berikan mereka waktu untuk memerhatikan hasil karya mereka dan ajaklah mereka berdiskusi, atau berikan kesempatan untuk bertanya di akhir aktivitas. (t/Uly, Novi) Diambil dan disunting seperlunya: Nama situs: Pelayanan Remaja Kristen Alamat URL: http://remaja.sabda.org/aktivitas-kelompok-remaja-menghormati Judul asli artikel: Aktivitas Kelompok Remaja: Menghormati Penulis artikel: K.B. Williams Tanggal akses: 12 Agustus 2015 MUTIARA GURU: GEREJA PENGGERAK UTAMA PEMBARUAN Di dalam salah satu episode "Membangun Indonesia Baru", seorang sosiolog menyatakan bahwa untuk menegakkan supremasi hukum di Indonesia sangat sulit, sebab sudah melibatkan banyak institusi. Jadi, apakah mungkin pembaruan di segala bidang dapat dilaksanakan di Indonesia? Demikian pula situasi yang dihadapi Yosia. Rentetan aksi Yosia yang berjumlah lebih dari 17 mengungkapkan betapa bobroknya masyarakat Yehuda. Namun, Yosia bertekad bulat dan tidak gentar menentang arus. Hal ini terungkap ketika ia berani mengadakan pembersihan berbagai berhala, bukit pengorbanan, hingga membunuh imam-imam bukit pengorbanan, justru pada saat seluruh rakyat Yehuda sudah terjerumus ke dalam penyembahan berhala (2 Raja-raja 23:20). Ia tidak hanya memberikan instruksi, tetapi terlibat langsung dengan melakukan sendiri tindakan yang benar. Ia sendiri sebagai contoh hidup hasil pembaruan bagi rakyatnya. Ia mengumpulkan, membacakan, memberhentikan, merobohkan, menajiskan, memecahkan, menebang, hingga menyembelih. Pembaruan juga harus melanda seluruh lapisan masyarakat mulai dari pemimpin agama, pemimpin masyarakat, hingga rakyat jelata; mulai dari orang dewasa hingga anak-anak (2 Raja-raja 23:2). Ini berarti pembaruan tidak hanya dalam urusan kenegaraan, tetapi juga dalam kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Dan, yang paling penting adalah bahwa pembaruan harus dilandaskan firman Allah yang hidup. Renungkan: Pembaruan dapat dilaksanakan di bumi Indonesia asalkan gereja mau dan berani berperan secara langsung. Walaupun gereja, karena kedudukannya sebagai minoritas, bukanlah lembaga penggerak utama reformasi bangsa kita, tetapi gereja mempunyai firman hidup yang akan memampukannya untuk menjadi contoh hidup masyarakat yang sudah diperbarui. Oleh karena itu, gereja harus menyerukan kepada seluruh jemaatnya mulai dari anak-anak sekolah minggu, remaja, pemuda, dewasa, hingga manula, untuk menjadi contoh hidup bagi tingkah laku yang sudah diperbarui. Mulailah dari yang paling sederhana, yaitu membayar pajak sesuai undang-undang, menaati peraturan berlalu lintas, tidak membuang sampah sembarangan, menggunakan segala sumber alam seperti listrik, air, bensin, dan gas secara bijak. Kapan kita akan mulai, jika tidak sekarang? Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: SABDA.org Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/2000/07/17 Penulis renungan: Tidak dicantumkan Tanggal akses: 15 Juni 2015 Kontak: binaanak(at)sabda.org Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |