Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/672 |
|
e-BinaAnak edisi 672 (11-3-2014)
|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____ e-BinaAnak -- Sekolah Minggu dan Hari Bumi (I) 672/Maret/I/2014 Shalom, Masih segar dalam ingatan kita bencana banjir yang melanda beberapa wilayah di Indonesia beberapa waktu yang lalu. Salah satu penyebab bencana itu adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian alam dan kebersihannya. Banyak daerah resapan air yang akhirnya menjadi perumahan, dan sungai-sungai berubah fungsi menjadi tempat sampah. Apa hubungan semua ini dengan pelayanan anak di gereja? Salah satu mandat yang Allah berikan kepada manusia adalah menjaga dan memelihara alam ini, yang adalah ciptaan-Nya. Dan, hal ini harus kita ajarkan kepada anak-anak layan kita, bahwa Alkitab pun memberikan pemahaman mengenai hal ini. Oleh karena itu, sepanjang bulan Maret ini, kami mengajak Rekan-Rekan sekalian untuk melihat bagaimana sekolah minggu bisa menolong anak-anak menjalankan mandat Allah ini, terutama karena kita juga akan memperingati hari Bumi pada tanggal 22 April. Mari kita persiapkan hal itu dari sekarang, dengan melihat bagaimana pandangan Alkitab mengenai hari Bumi dan materi-materi mengajar yang dapat kita gunakan untuk mengajarkan hal ini kepada anak-anak. Kiranya ini menjadi berkat. Pemimpin Redaksi e-BinaAnak, Davida < http://pepak.sabda.org/> ARTIKEL: SEBUAH PANDANGAN ALKITABIAH TENTANG HARI BUMI Seluruh dunia berusaha untuk saling "menghijaukan" sebagai pengakuan atas apa yang dikenal dengan Hari Bumi. Hari Bumi seharusnya membuat kita, yang menempatkan diri di bawah otoritas kebenaran Alkitab mengenai hal-hal tersebut, merefleksikan ajaran Alkitab mengenai penciptaan Allah. Apa pandangan yang benar-benar alkitabiah tentang penciptaan, lingkungan, serta kaitan manusia dengannya, dan tanggung jawab untuk hal tersebut? Sebuah pandangan Kristen tentang penciptaan dengan menggembirakan menegaskan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu. Dasar, proposisi dasar dari paham lingkungan yang Alkitabiah adalah bahwa Allah menyatakan diri-Nya sebagai Sang Pencipta (Kejadian 1:1). Perjanjian Baru dan Kitab Kejadian menyatakan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu (Efesus 3:9; Kolose 1:16-17; Roma 11:36). Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus??) membawa dunia ciptaan menjadi ada. Allah Bapa adalah sumber, perencana, dan pencetus dunia ini (Kejadian 1:1; 1 Korintus 8:06). Allah Anak adalah Perantara, yang melakukan tindakan atau karya penciptaan (Yohanes 1:3; Kolose 1:16; Ibrani 1:2). Allah Roh Kudus adalah Ia yang penuh cinta, mengasuh, dan melayang di atas bumi, memberinya bentuk dan rupa, serta keindahan. Dengan demikian, pendekatan alkitabiah terhadap masalah-masalah lingkungan tanpa dalih menegaskan bahwa "bumi adalah milik Tuhan" (Mazmur 24:1). Allah, dan Allah sajalah pemilik ciptaan. Namun, Alkitab juga memberi tahu kita bahwa Allah memberi manusia kekuasaan (Ibrani: "radah", yang berarti "memerintah") atas ciptaan, serta sebuah perintah untuk menundukkannya (Ibrani: "kabash", yang berarti "membawa ke dalam perbudakan") (Kejadian 1:26-28). Hal ini bersifat kuat, kata-kata dominan dalam teks Alkitab yang tidak meninggalkan ruang untuk keraguan, bahwa Allah menempatkan manusia sebagai yang utama dalam urutan penciptaan. Keunggulan manusia dalam ciptaan Allah lebih lanjut ditegaskan oleh fakta bahwa Tuhan menciptakan Adam sebelum Ia mempersiapkan tempat tinggalnya, yakni taman (Eden). Cukup jelas tertulis dalam Kejadian 2:8, bahwa setelah menciptakan Adam (Kejadian 2:7), Tuhan "membuattaman di Eden", dan di sanalah Tuhan "menempatkan manusia yang dibentuk-Nya itu". Kemudian, dalam Kejadian 2:15, Allah menempatkan manusia di tempat yang telah disiapkan untuknya, dengan instruksi untuk "mengusahakan dan memeliharanya". Kata kerja "mengusahakan" (Avadh) berarti "untuk bekerja, untuk sampai", dan kata kerja "memelihara" (Shamar) berarti "untuk menjaga, penjaga, melindungi". Dengan demikian, manusia memiliki keunggulan dalam ciptaan Allah, dan sebagai pelayan serta wakil penjaga-Nya, manusia dimaksudkan untuk "mengusahakan dan memeliharanya" (Kejadian 2:15), yang berarti menyebabkan bumi menghasilkan buah dan dikembangkan dalam cara yang dapat diperbarui demi kepentingan dan kebaikan manusia. Ini merupakan peraturan ilahi, dan merancang keunggulan serta tanggung jawab manusia dalam rangka bertahan dari bencana kejatuhan manusia (Kejadian 3:1-19). Setelah air bah, Allah berkata kepada Nuh, "Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau." (Kejadian 9:3) Pemazmur menyatakan bahwa Allah telah memberi manusia "Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya; kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan." (Mazmur 8:6-8) Allah memelihara ciptaan-Nya yang selamat dari kejatuhan, dan dalam Kejadian 9:8-17, Allah memberi tahu Nuh, bahwa Ia telah membentuk perjanjian "denganmu (Nuh) dan dengan setiap makhluk hidup". Kemudian, Ia berbicara tentang sebuah "perjanjian antara aku dan bumi." Dan, tanda perjanjian itu adalah pelangi. Rencana Allah untuk penciptaan termasuk mengenakan batas ilahi pada apa yang dapat manusia lakukan terhadap ciptaan Tuhan dan makhluk- makhluk lain. Dalam seluruh Kitab Musa, kita menemukan hal-hal tersebut, seperti: - Tidak menyabit habis ladang sampai ke tepinya (Imamat 19:09). - Petani hanya dapat memanen dari pohon-pohon yang berusia lima tahun (Imamat 19:25). - Tanah harus diistirahatkan secara teratur (Imamat 25:1-12). - Pohon buah-buahan tidak boleh ikut dirusak dan ditebang dalam peristiwa pengepungan/penyerangan (Ulangan 20:19). - Induk burung tidak boleh diambil bersama anak-anaknya (Ulangan 22:6). - Lembu tidak boleh diberangus saat membajak ladang jagung (Ulangan 25:4). Ciptaan adalah milik Allah. Sebagai pelayan dari milik kepunyaan-Nya, manusia bertanggung jawab kepada-Nya untuk mengembangkan dan melindungi ciptaan-Nya. Selain itu, karena Allah dengan jelas telah memberikan keunggulan pada manusia dalam ciptaan-Nya, dan kehidupan manusia menuntut penghormatan sebagai ciptaan yang serupa dengan gambar-Nya (Kejadian 1:26), semua kehidupan layak untuk dihargai. Kita memiliki hak untuk menggunakan hewan dan tumbuhan untuk kebaikan manusia. Kita tidak memiliki hak untuk mengabaikan makhluk hidup atau memperlakukan mereka sebagai benda mati. Kita memiliki hak untuk menjinakkan dan memelihara ternak dan sumber kehidupan lainnya untuk kelangsungan hidup manusia. Kita tidak memiliki hak untuk bertindak dengan semena-mena, kejam, atau angkuh terhadap makhluk hidup. Kita memiliki hak untuk menggunakan -- sebisa mungkin tanpa menyakiti -- hewan dalam penelitian untuk kesehatan yang lebih baik bagi manusia. Kita tidak memiliki hak untuk menyiksa hewan atau menyebabkan ketidaknyamanan pada mereka, demi mengembangkan kosmetik baru atau produk lain yang berfungsi sebagai kenyamanan belaka. Bagian-bagian dalam Alkitab tersebut lebih lanjut mengungkapkan bahwa sebagai pelayan atas milik kepunyaan Allah, kita bertanggung jawab untuk mengembangkan, tetapi bukan untuk menodai atau memusnahkan ciptaan Allah. Kita dituntut untuk mengembangkan ciptaan Allah, untuk menghasilkan buah serta meningkatkan manfaatnya bagi manusia. Perumpamaan Tuhan tentang talenta (Matius 25:14-30) menggarisbawahi peringatan untuk "mengusahakan" kebun. Di sana, hamba yang mengubur bakatnya, benar-benar dihukum karena pengelolaan yang buruk dan kurangnya produktivitas melalui bakat (sumber daya) yang dipercayakan kepadanya (Matius 25:24-29). Sebagai pengikut Kristus, kita harus bertobat atas ketidakpekaan kita di masa lalu serta atas pengabaian tanggung jawab pelayanan kita kepada ciptaan Allah. Iman saya tidak mengizinkan saya untuk memaafkan peradaban Barat yang sering kali semana-mena dan secara mencolok mengabaikan alam dan lingkungan. Terdapat beberapa contoh di mana saya akan berbagi kepedulian dan solusi yang ditawarkan oleh ahli-ahli lingkungan sekuler. Sering kali, saya tidak sepakat karena saya memiliki pandangan yang berbeda, yang diperintahkan dalam Kitab Suci, yang menyebabkan perbedaan prioritas sehingga sering kali akan menyebabkan kesimpulan dan tindakan yang berbeda. Apa yang kita percayai mengenai siapa kita sebagai umat manusia dan apa hubungan kita dengan Pencipta surgawi kita dan ciptaan-Nya, pada akhirnya akan menentukan bagaimana kita menangani masalah-masalah lingkungan. (t/N. Risanti) Diterjemahkan dari: Nama situs: Baptist Press Alamat URL: http://www.bpnews.net/BPFirstPerson.asp?id=32769 Judul asli artikel: FIRST-PERSON: A biblical perspective on Earth Day Penulis: Richard Land Tanggal akses: 15 Januari 2014 BAHAN MENGAJAR: LINGKUNGAN: IRAMA KEHIDUPAN Refleksi untuk Orang Tua/Guru: Orang Kristen seharusnya memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang Sang Pencipta. Dalam puisi karya Maya Angelou, "The Pulse of the Morning", yang dibacakan pada upacara pelantikan Presiden Clinton, terdapat gambaran besar tentang bagaimana kita sebagai makhluk hidup mengasihi sekaligus membenci planet bumi yang diberikan sebagai tempat kita hidup ini. Kita mengasihi dan menjelajahinya, serta melukis, dan membuat lagu tentangnya. Kita menunjukkan penghargaan dengan mendirikan berbagai taman dan museum. Bumi tak pernah berhenti memberi kita inspirasi dan dorongan untuk terus maju. Namun, kita juga membenci, mengeksploitasi, mencemari, mengotori, menggali, mengebor, dan mengisapnya hingga kering. Kita hanya memikirkan kebutuhan kita sendiri saat ini dan bertindak seperti anak-anak yang tidak bertanggung jawab, baik terhadap masa kini maupun masa yang akan datang. Pemahaman tersebut juga mengungkapkan apa yang diharapkan dari diri kita. Bagaimana dunia diperlakukan bukan tanggung jawab para pengusaha atau perusahaan saja, melainkan juga tanggung jawab kita semua. Suara kita harus didengar oleh mereka yang tidak dapat atau tidak bersedia mendengarkan suara angin, air terjun, atau burung camar. Dapatkah pemikiran ini dikategorikan sebagai ideologi "hati yang terluka?" Sebenarnya, itulah gambaran yang tajam dan sempurna. Hati yang terluka bukanlah hati yang beku atau keras karena keegoisan dan ketamakan, melainkan hati yang dipenuhi dengan kasih sayang dan hikmat: hikmat yang melihat bahwa kita membutuhkan bumi ini, dalam keadaan yang baik. Refleksi untuk Seluruh Anggota Keluarga/Kelas: Anak-anak saya menyukai pantai. Kami tinggal di San Diego dan itu berarti kami dapat menikmati pemandangan pantai hampir sepanjang tahun. Sebagian orang suka berkemah atau mendaki gunung. Mungkin, kamu suka berenang, bermain layang-layang, atau bersepeda. Bumi adalah tempat tinggal yang menyenangkan. Allah telah membuatnya demikian. Allah juga ingin agar kita memelihara bumi ini. Dan, Allah membuat kita masing-masing bertanggung jawab untuk melakukan bagian kita dalam memelihara bumi ini. Kita bergantung pada bumi untuk memperoleh makanan, minuman, perlindungan, dan energi. Allah telah menciptakan kita untuk dapat saling bergantung! Pelajaran: 1. Allah menciptakan langit dan bumi (Kejadian 1:1-13). a. Apa saja yang Allah lakukan untuk menciptakan langit dan bumi? b. Apa saja yang dapat kamu lakukan untuk ikut menjaga agar bumi tetap dalam kondisi baik? 2. Allah menciptakan matahari, bulan, bintang-bintang, dan binatang (Kejadian 1:14-25). a. Apakah perintah yang diberikan kepada makhluk-makhluk ciptaan Allah? b. Bagaimana kita, sebagai manusia, dapat membantu segala ciptaan Allah untuk dapat melakukan perintah di atas? 3. Allah menciptakan manusia (Kejadian 1:26-31). a. Apa perbedaan antara penciptaan manusia dan penciptaan segala makhluk yang lain? b. Sebutkan dua kebaikan dari setiap anggota keluarga Anda! 4. Allah menghancurkan ciptaan karena dosa (Kejadian 7:1-5, 11-12, 15- 17, 21-24). Allah melihat betapa jahatnya dunia saat itu. Tak ada kebaikan di antara umat manusia kecuali dalam diri Nuh, istri, anak- anak, dan menantunya. Allah memutuskan bahwa bumi harus dihancurkan untuk mengawali suatu permulaan yang baru dan Tuhan memberi tahu Nuh tentang dunia yang baru. a. Siapa yang Allah selamatkan ketika dunia dihancurkan? Mengapa? b. Adakah sesuatu yang ingin kamu hapus dalam hidupmu? Bagaimana kamu akan memulai hidupmu kembali? 5. Allah memperbarui dunia dan memberikan sebuah janji (Kejadian 8:20-9:17). a. Perjanjian itu seperti suatu kesepakatan. Dengan siapa Allah membuat perjanjian yang baru? b. Bagaimana perjanjian Allah membuat kita bertanggung jawab terhadap semua ciptaan? 6. Semua ciptaan memuji Allah (Mazmur 148). a. Mengapa semua ciptaan harus memuji Allah? b. Dari semua ciptaan Allah, manakah yang menurutmu merupakan karya paling mengagumkan? Aktivitas Khusus: Rencanakan sebuah piknik ke suatu tempat. Anda boleh pergi ke taman, pantai, padang rumput, atau cukup di halaman rumah/gereja. Setiap orang diberi sebuah kantung dan daftar benda-benda yang harus mereka cari. Jika anak-anak Anda masih sangat kecil, mereka dapat bekerja berpasangan. Dalam daftar itu, cantumkan satu jenis sampah dan benda- benda yang sudah ada di sana seperti dedaunan, buah polong, bunga cemara, kulit kerang, bebijian, bunga-bunga, dan kerikil. Orang pertama yang berhasil mengumpulkan semua yang tertulis dalam daftar adalah pemenang lomba berburu "harta karun" itu. Jika semua sudah menyelesaikan perburuan, keluarkan semua isi kantung tersebut di tanah. Taruhlah sampah-sampah di atas timbunan harta karun yang lain. Diskusikanlah bagaimana sampah membuat segala sesuatu tampak jelek. Sebelum meninggalkan tempat itu, kumpulkan semua sampah yang ada di situ, masukkan ke kantung yang Anda bawa, dan buanglah pada tempatnya. Diambil dan disunting dari: Judul asli buku: The Topical Family Bible Companion Judul buku terjemahan: Belajar Bersama Penulis: Janince Y. Cook Penerjemah: Indawati Marsudi Penerbit: Yayasan Gloria, Yogyakarta 1999 Halaman: 147 -- 149 Kontak: binaanak(at)sabda.org Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |