Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/634 |
|
e-BinaAnak edisi 634 (1-5-2013)
|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____ e-BinaAnak -- Melibatkan Orang Tua dalam Pelayanan Anak (I) 634/Mei/I/2013 Salam sukacita, Dalam kelas sekolah minggu (SM), mungkin pemandangan berikut tidak asing bagi kita. Banyak orang dewasa yang berada di luar atau di salah satu pojok ruang kelas SM. Ada yang mengobrol, bermain HP, atau sekadar memperhatikan anak-anak dalam kelas. Pernahkah kita berpikir akan berapa lama pemandangan seperti ini berlangsung? Apakah ketika di gereja, anak-anak adalah urusan pengurus sekolah minggu saja? Apakah orang tua hanya boleh duduk-duduk, menghabiskan waktu, dan melihat bagaimana kita melayani anak-anak mereka? Jangan biarkan pemandangan "di atas" berlangsung lebih lama lagi! Orang tua perlu dan bisa dilibatkan pula dalam pelayanan anak! Mengapa kita tidak mulai berpikir untuk membuat program pelayanan yang dapat melibatkan guru, anak, dan orang tua? Salah satu langkah awal yang dapat kita lakukan adalah dengan membaca edisi e-BinaAnak sepanjang bulan Mei ini. Dalam edisi minggu ini, kita akan mulai dengan artikel "Bekerja Sama dengan Orang Tua". Mari kita bongkar pikiran lama kita dan mulai menjadikan gereja kita sebagai gereja yang "ramah keluarga", dimulai dari ruang kelas sekolah minggu kita. Pemimpin Redaksi e-BinaAnak, Davida < evie(at)in-christ.net > < http://pepak.sabda.org/> ARTIKEL: BEKERJA SAMA DENGAN ORANG TUA Dalam gereja, ada departemen pelayanan yang mengurus anak-anak, departemen pelayanan yang mengurus remaja, dan pendeta yang mengurus orang dewasa. Pernahkah kita berhenti sesaat untuk mengamati seluruh tubuh yang kita sebut keluarga ini? Kita harus merawat keluarga secara keseluruhan sebagai sebuah organisme, bukan hanya berfokus pada bagian-bagiannya secara terpisah. Selama ini, pola pikir yang dominan dalam pendidikan Kristen mengenai keluarga adalah bahwa untuk "memperkuat seluruh tubuh, Anda harus memperkuat bagian-bagiannya terlebih dahulu". Namun, keluarga membutuhkan kehidupan bergereja yang lebih daripada program-program pelayanan yang terpisah-pisah, atau kegiatan khusus bagi seluruh anggota gereja yang hanya diadakan sesekali. Sebenarnya, banyak kegiatan gereja yang justru memisah-misahkan anggota keluarga. Kita tahu bahwa ada yang salah dengan hal ini, tetapi mencari solusi untuk masalah ini bukanlah sesuatu yang mudah. Kebanyakan pelayanan anak hanya berpusat pada anak-anak yang terdapat di dalamnya tanpa mengikutsertakan orang tua mereka. Kita memang ingin membuat sebuah perbedaan dalam kehidupan keluarga anak-anak layan kita dan ingin membantu para orang tua dalam mengajar anak-anak mereka tentang Tuhan. Namun, tanggapan kita terhadap keinginan tersebut justru dengan membuat sebuah program baru yang di dalamnya tidak melibatkan interaksi antara orang tua dengan anak-anak mereka. Oleh karena itu, daripada membuat pendekatan tambahan semacam ini, lebih baik kita membuat orientasi "gereja yang ramah keluarga", yang berdasarkan pada Alkitab. Jika kita benar-benar ingin bermitra dengan orang tua, kita membutuhkan pola pikir yang baru. Menyeimbangkan Program Perhatikanlah, kebanyakan keluarga memang pergi ke gereja bersama-sama pada Minggu pagi. Namun, sesampainya di gereja, mereka tersebar ke ruangan-ruangan yang terpisah. Anak-anak dan orang dewasa beribadah di tempat yang berbeda dan tidak saling bertemu sampai saat ibadah selesai. Jika demikian, kapan orang tua dan anak-anak bisa terlibat dalam kegiatan pemuridan keluarga? Sulit untuk mengakui hal ini, tetapi mungkin musuh terbesar kita, para pendidik Kristen, adalah diri kita sendiri! Berikut ini adalah beberapa cara untuk membangun keseimbangan yang sehat dalam pelayanan anak dan dalam pembuatan program gereja Anda supaya dapat memenuhi kebutuhan orang tua, anak-anak, dan keluarga. 1. Menyambut orang tua dalam program pelayanan anak. Sebuah kelas sekolah minggu untuk anak-anak prasekolah diramaikan dengan gosip tentang ibu yang meminta duduk di dalam kelas untuk melihat apa yang sedang dipelajari oleh anak. "Apakah ibu itu berpikir kami akan melakukan sesuatu pada anak-anaknya?" "Dia seperti gila kontrol!" Apakah Anda pernah mendengar komentar semacam ini tentang orang tua yang ingin masuk ke kelas anak-anak mereka? Daripada merasa terancam oleh orang tua seperti itu, kita perlu merangkul mereka. Orang tua tidak harus dianggap sebagai orang asing atau penyusup ketika mengunjungi kelas sekolah minggu anak-anak mereka. Tidak ada orang tua yang harus merasa bersalah karena ingin beribadah dengan anak-anaknya. Bentuklah budaya gereja yang ramah keluarga, dengan mengundang para orang tua ke dalam kelas sekolah minggu dan mengikuti program yang Anda buat. Sambutlah mereka sebagai mitra utama dalam pengembangan iman anak-anak mereka. (Lagi pula, siapa tahu Anda dapat menemukan calon guru sekolah minggu yang paling menakjubkan dari sekumpulan orang yang bersemangat ini!) 2. Menyambut anak-anak ke dalam program untuk orang dewasa. Jika orang tua ingin agar anak-anak mereka dapat ikut bersama mereka dalam kegiatan orang dewasa di gereja, apa reaksi Anda? Apakah Anda akan menyambut anak-anak itu? Sebuah gereja yang ramah keluarga akan menyambut anak-anak itu. Tentu saja, Anda perlu memberi tahu para pemimpin Anda -- dan para orang tua -- mengenai hal-hal apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan anak-anak di kelas orang dewasa itu. Anda juga bisa memberi ide bagi para orang tua untuk membawa camilan dan membuat aktivitas yang sesuai bagi anak-anak, yang mendukung kegiatan di kelas tersebut (ini berarti, bukan hanya mewarnai gambar!). 3. Toleransi terhadap kebisingan. Khawatir tentang anak-anak yang bising? Tahukah Anda bahwa pada sebagian besar orang dewasa, toleransi mereka terhadap kebisingan meningkat setelah memiliki anak? Ini sama dengan gereja yang ramah keluarga. Ketika anak-anak disambut di seluruh kegiatan gereja, dengung kehadiran mereka hampir tidak disadari. 4. Menawarkan program pelayanan untuk semua generasi. Hal ini tidak selalu bisa dilakukan, tetapi biasakanlah untuk mengajak siapa pun yang ingin mengikuti kegiatan gereja. Ketika gereja hanya menawarkan ibadah penyembahan untuk jemaat dewasa saja dan tidak mengikutsertakan anak-anak, pesan yang muncul adalah: gereja tidak menghargai anak-anak. Sebaliknya, ciptakanlah program antargenerasi yang terpadu. Jika Anda mengundang para orang tua untuk datang ke kelas pelayanan anak, berilah tugas-tugas penting untuk dilakukan. Ajaklah orang tua untuk belajar bersama anak-anak mereka. 5. Layanilah keluarga anggota jemaat sebagai satu unit yang utuh -- bukan semata-mata sebagai kumpulan dari beberapa individu. Kembangkan materi yang sederhana dan mudah diterima, yang dapat mencakup baik pelayanan anak maupun kaum muda, sekaligus tetap memberi informasi bagi "orang dewasa". Latihlah para penyambut tamu untuk ramah terhadap anak-anak sehingga mereka merasa nyaman di gereja Anda. 6. Bila memungkinkan, usahakanlah agar keluarga-keluarga dapat tetap bersama. Namun, tetap perlu diingat bahwa kelas dan program untuk usia tertentu juga tetap diperlukan. Anda harus bisa menyeimbangkan kebutuhan berdasarkan tingkat pendidikan dan usia dengan kebutuhan keluarga. Kelas untuk usia tertentu memang penting sebab anak-anak dapat belajar sesuai dengan kecepatan dan tingkatan mereka. Namun, anak-anak juga dapat tumbuh dengan pesat pada saat mereka belajar, melayani, dan menyembah Allah bersama orang tua mereka. Bekerja Sama dengan Orang Tua Sudah terlalu lama kita, para pendidik Kristen, mengomunikasikan kepada orang tua bahwa kitalah satu-satunya pihak yang diperlengkapi untuk mengajarkan tentang iman kepada anak-anak. Orang tua mendapatkan pesan: "Antar anak-anak Anda kepada kami pada hari Minggu pagi, dan kami akan mengurus mereka". Kita harus mengubah pesan itu jika kita hendak memberi dampak yang berarti pada iman anak-anak layan kita. Orang tua seharusnya memiliki peran utama dalam mengajar dan memuridkan anak-anak mereka, sedangkan tugas kita adalah untuk mendukung upaya para orang tua itu. Pengecualiannya adalah jika orang tua menolak untuk melakukan tugas mereka, maka gereja sebagai pengganti, akan mengambil peran utama itu. Berikut ini adalah cara-cara praktis tentang bagaimana bermitra dengan para orang tua untuk membantu mereka dalam upaya melatih anak-anak mereka mengasihi dan mengikuti Tuhan. 1. Mendorong orang tua untuk memimpin. Gereja perlu mendidik orang tua tentang peran utama mereka sebagai pihak utama yang membentuk iman anak-anak mereka. Banyak orang tua merasa kurang percaya diri dan kurang terampil untuk mengambil peran sebagai pemimpin. Berikan dorongan kepada mereka untuk dapat melihat peran mereka dari perspektif Allah. Berikan kepada mereka ayat-ayat Kitab Suci seperti Ulangan 11:18-20 "Kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu. Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun; engkau harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu." Ketika kita mengembalikan tanggung jawab atas pemeliharaan rohani anak-anak kepada orang tua, kita harus memperlengkapi mereka supaya mereka dapat memelihara iman anak-anak mereka. 2. Membangun gereja yang ramah keluarga. Meskipun benar orang tua mengambil peran utama dalam membimbing anak- anak mereka, akan tetapi gereja juga harus memainkan perannya. Para orang tua tidak mungkin mau bekerja sama dengan kita jika mereka tidak dirangkul dan didukung sepenuhnya oleh gereja. Ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh gereja Anda untuk menjadi gereja yang ramah keluarga. Sebuah gereja dengan orientasi ramah keluarga akan mewujudkan lima elemen ini: a. Keluarga beribadah, belajar, dan melayani bersama. Selain beribadah dan belajar bersama, keluarga juga dapat melayani bersama-sama. Melihat keluarga bekerja sama dalam melakukan pekerjaan Tuhan adalah hal yang indah. Dalam beberapa sumber, Anda akan menemukan ide-ide praktis untuk membantu keluarga-keluarga dalam melayani bersama-sama. Dalam hal ini, ada ide bagi keluarga-keluarga untuk membersihkan gereja bersama-sama, melakukan kebaktian di sebuah resor, melakukan liburan misi, atau mengadopsi sebuah keluarga. b. Gereja menghargai keluarga. Kita dapat memberi tahu nilai-nilai sebuah gereja dengan melihat pernyataan misinya. Sebuah gereja dengan orientasi keluarga akan menyatakan dengan jelas pentingnya keluarga. Beberapa misi keluarga memiliki frasa seperti "untuk bermitra dengan orang tua", "untuk bersama dengan orang tua", atau "untuk mendukung orang tua". c. Ada tanda-tanda tindak lanjut. Sebuah pernyataan misi yang menyebutkan tentang keluarga adalah misi yang bagus, tetapi jika itu hanya ada di dalam tulisan dan tidak tercermin dalam pemrograman dan gaya hidup, untuk apa? Untuk menentukan apakah pernyataan misi gereja Anda dilaksanakan secara memadai, tanyakan pada para orang tuanya. Gunakan sistem respons skala untuk survei sehingga Anda dapat membuat patokan dari mana pertumbuhannya. Misalnya, tanyakan "Pada skala 1 sampai 10 (dengan 1 untuk paling buruk dan 10 untuk paling baik), bagaimana kita akan menilai keramahan keluarga di gereja kita?" Sertakan empat atau lima pertanyaan. Terbukalah untuk tanggapan apa pun. Kemudian, periksa kembali dalam enam bulan dengan survei yang sama untuk melihat apakah persepsi keluarga gereja Anda telah berubah. d. Pelajaran untuk anak-anak dipersiapkan dengan mempertimbangkan keluarga. Daripada hanya berpikir tentang bagaimana anak-anak akan berhubungan dengan pelajaran, sebaiknya guru berpikir tentang bagaimana anak-anak dapat menerapkan apa yang dipelajari dalam konteks hubungan keluarga. Sebuah sarana yang hebat untuk orang tua adalah kurikulum keluarga seperti pekerjaan anak-anak dibawa pulang untuk menghubungkan pelajaran dengan orang-orang di rumah. Pilihlah kurikulum yang menyediakan informasi tentang pelajaran, dan memasukkan kegiatan untuk dilakukan oleh keluarga bersama-sama dengan tujuan memperkuat pelajarannya. Jika kita benar-benar ambisius, kita bahkan dapat membuatnya sendiri. e. Staf gereja adalah staf yang ramah keluarga. Bicaralah dengan pendeta senior dan staf lain. Cari tahu bagaimana pendapat mereka tentang pelayanan kepada orang tua dan keluarga. Kemudian, lihatlah kalender gereja. Berapa banyak kegiatan yang memisahkan anggota keluarga? Berapa banyak kegiatan yang mengumpulkan keluarga bersama- sama? Evaluasi kualitas program yang ditawarkan untuk keluarga. Apakah semua bagian dari keluarga dipertimbangkan dalam perencanaan -- atau bagian tertentu menjadi pusat sedangkan bagian lainnya dipikirkan belakangan? Kita bisa tahu banyak tentang gereja dengan melihat kalender. Jika Anda menemukan program keluarga hanya ada sekali setahun, inilah saatnya untuk berkunjung dengan staf gereja Anda tentang apa yang bisa diubah. Satu pemikiran terakhir. Menciptakan sebuah gereja ramah keluarga bermula dari diri kita. Jika Anda ingin membawa perubahan, mulailah dengan diri sendiri. Jika Anda memiliki anak-anak, biarkan orang lain melihat Anda bermitra dengan guru sekolah minggu dan orang dewasa lainnya yang bekerja dengan anak-anak Anda di gereja. Bagikan dampak kemitraan yang diusahakan tersebut dalam keluarga Anda. Beri tahu para orang tua bahwa Tuhan bersukacita ketika orang tua menyediakan waktu keluarga dengan Tuhan, berdoa dan beribadahlah dengan anak-anak mereka di dalam dan di luar gereja. Ingat, tujuannya adalah bukan hanya untuk membuat anak-anak menghabiskan waktu dengan orang tua mereka. Sebaliknya, tujuannya adalah untuk membekali dan memotivasi orang tua untuk menjadi guru, gembala, dan pahlawan untuk anak-anak mereka! (t/Jing Jing) Diterjemahkan dan disunting dari: Nama situs: Children Ministry Alamat URL: http://childrensministry.com/articles/partnering-with-parents Judul asli artikel: Partnering With Parents Penulis: Mike Sciarra Tanggal akses: 8 April 2013 WARNET PENA: DANIELLE`S PLACE: KETERAMPILAN DAN AKTIVITAS UNTUK ANAK Aktivitas rutin yang sudah terpola di sekolah minggu terkadang bisa membuat pengajar ataupun anak-anak sekolah minggu merasa jenuh dan bosan. Untuk merangsang kreativitas dari para pengajar serta anak- anak, sekaligus menciptakan suasana yang berbeda di sekolah minggu, mengapa tidak membuat suatu kegiatan keterampilan atau kreasi tangan yang unik dan menarik di dalamnya? Danielle`s place merupakan tempat untuk Anda dapat menemukan ribuan keterampilan yang mendidik bagi anak-anak, agar metode pembelajaran menjadi menarik. Banyak model kerajinan tangan serta kegiatan kreatif yang bersumber dari Alkitab, yang sangat bermanfaat untuk digunakan di sekolah minggu atau dalam momen-momen istimewa seperti Natal, Paskah, atau Valentine. Situs ini menyediakan materi-materi yang bisa dicetak secara gratis, sehingga dapat diakses dan dicetak sebagai bahan/pola untuk membuat kerajinan di kelas-kelas sekolah minggu. Untuk kegiatan menyalin atau mencetak bahan-bahan ini, tentu saja Anda harus memperhatikan Hak Cipta yang mereka miliki. Nah, tunggu apa lagi? Kunjungi situs Danielle`s place dan temukan berbagai jenis keterampilan tangan yang menarik bagi bahan kegiatan di sekolah minggu. (N. Risanti) ==> http://www.daniellesplace.com/ Kontak: binaanak(at)sabda.org Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |