Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/495 |
|
e-BinaAnak edisi 495 (12-8-2010)
|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____ DAFTAR ISI EDISI 495/Agustus/2010 - SALAM DARI REDAKSI: Memerhatikan Kebutuhan Murid - ARTIKEL: Pembinaan yang Holistik - TIPS: Proses Belajar - MUTIARA GURU - BAHAN MENGAJAR: Maukah Kamu Memberi Makan Kepada Orang yang Kelaparan? - KESAKSIAN GSM: Sekolah Minggu adalah Kebutuhan Anak-Anak Kristen - WARNET PENA: Panduan untuk Guru: dltk-bible ______________________________________________________________________ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org> Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak di Facebook! Kunjungi sekarang juga: http://fb.sabda.org/binaanak ______________________________________________________________________ SALAM DARI REDAKSI MEMERHATIKAN KEBUTUHAN MURID Masih dalam tema penerapan hukum pelajar, minggu kedua ini e-BinaAnak mengangkat topik "memerhatikan kebutuhan murid". Pelayan anak perlu memberikan bekal yang tepat, jika menginginkan anak layan Anda menjadi anak-anak Kristen yang berkarakter. Bukan hanya memberikan pelajaran yang monoton, tetapi setiap pelayan anak perlu untuk memerhatikan kebutuhan anak. Segala sesuatu yang dapat membuat anak berkembang secara rohani, secara kreativitas, dan berani melakukan sesuatu sesuai dengan firman Tuhan. Bagaimana cara melakukannya? Apa saja yang perlu dilakukan dalam memerhatikan kebutuhan anak? Nah, e-BinaAnak menghadirkan artikel, tips, bahan mengajar, dan ulasan warnet yang dapat memperlengkapi pelayan anak dalam memerhatikan kebutuhan anak. Staf Redaksi e-BinaAnak Santi Titik Lestari http://pepak.sabda.org/ http://fb.sabda.org/binaanak ____________________________________________________________________ "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Matius 7:11) < http://alkitab.sabda.org/?Matius+7:11 > ______________________________________________________________________ ARTIKEL PEMBINAAN YANG HOLISTIK UNTUK MENJAWAB KEBUTUHAN ROHANI ANAK Ada dua hal yang sangat penting dan mendasar bagi guru sekolah minggu dalam melayani anak-anak, guna memenuhi kebutuhan rohani mereka. 1. Arah Pembinaan Anak: Pembinaan Anak yang Holistik Apa maksud dari pembinaan anak yang holistik? Yang dimaksud dengan holistik adalah anak dibina secara menyeluruh. Pembinaan ini meliputi keseluruhan aspek kebutuhan dan pergumulan hidup anak setiap hari (sehari-hari). Pada saat ini, banyak sekolah minggu yang hanya berpikir tugasnya adalah membina anak untuk soal-soal rohani (dalam arti sempit), misalnya: - bercerita tentang Tuhan Yesus dan ajaran-ajaran Alkitab, - mengajarkan cerita Alkitab dan menghafat ayat-ayat tertentu, - mendorong anak untuk berdoa, - mengajarkan lagu-lagu pujian agar anak suka memuji Tuhan, - mendorong anak rajin ke sekolah minggu, - dan sebagainya (yang biasa kita temui dalam kegiatan sekolah minggu pada umumnya). Jadi, pembinaan rohani seolah-olah hanya berkutat seputar Alkitab, pujian, doa, dogma (ajaran gereja), dan tampaknya hanya itu-itu saja yang dibicarakan oleh para guru di kelas. Misalnya: jangan nakal, rajin berdoa, rajin ke sekolah minggu, dan seterusnya. Semuanya begitu klise (atau membosankan). Padahal seluruh aspek hidup anak membutuhkan kehadiran Yesus juga. Misalnya, saat ia merasa kesepian di rumah, saat ia takut tidur sendiri di rumah, saat ditinggal orang tuanya pergi, saat selalu dipersalahkan orang tuanya, saat jenuh belajar, dan sebagainya. Begitu kompleksnya pergumulan anak sebagai seorang manusia yang masih kecil. Yesus yang diceritakan oleh guru sekolah minggunya seharusnya menjadi Yesus yang menjawab semua pergumulannya, mengerti suka-dukanya, menjawab semua kebutuhannya, dan Yesus yang memimpin hidupnya dengan semua kompleksitas permasalahan hidup manusia. Jadi, pembinaan anak yang holistik memandang pembinaan iman anak dalam pengertian yang luas. Tidak terbatas apa yang biasa dilakukan anak di sekolah minggu, namun terutama berkaitan dengan pergumulan anak dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan konsep ini, anak diajak menyadari bahwa Tuhan Yesus adalah Juru Selamatnya yang selalu hadir dalam kehidupannya setiap hari. Pengetahuan Alkitab memang penting diajarkan, namun Alkitab kali ini diajarkan bukan terbatas sebagai buku yang harus dipahami (atau dihafal atau menjadi dogma), melainkan Alkitab yang menerangi hidup sehari-hari anak. Pembinaan anak semacam ini bukan terutama untuk mencerdaskan anak atau agar anak menghafal isi ayat atau isi Alkitab, melainkan untuk mengembangkan kepribadian dan moralitas anak dalam terang iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Sehingga setiap hari dari bangun tidur sampai tidur lagi, anak menjadi pelaku firman yang hidup. Setiap hari anak menjadi sahabat Yesus yang hidup! Dengan demikian, guru tidak hanya mengajarkan hal-hal yang klise, namun guru juga mengajarkan: - budi pekerti dan moralitas anak dalam hidup sehari-hari, yang tercermin dalam tingkah laku anak yang diterangi oleh imannya, - sopan santun saat berbicara dengan orang yang lebih tua, - sopan santun dan perhatian kepada mereka yang lebih muda, - pendidikan seks dalam terang firman bagi anak-anak, - pentingnya studi dan memiliki keahlian khusus agar dapat menjadi berkat bagi masyarakat. Guru perlu menekankan betapa pentingnya menjadi seorang yang ahli dalam bidang tertentu, - hidup Kristen yang tidak individualistis (yang hanya mementingkan diri sendiri, egois), tetapi para guru diharapkan mengajak para murid untuk memahami bahwa sesama adalah berkat Tuhan bagi kita untuk kita kasihi, - agar anak tidak materialistis dan terjebak dalam konsumerisme akibat iklan media massa yang sangat menarik. Anak diajarkan untuk kritis, - untuk kritis terhadap pengaruh buruk dari beberapa film anak, iklan-iklan televisi atau media massa dan bacaan. Anak dapat bersikap secara kritis karena diterangi oleh imannya, - menjadi warga negara yang baik, yang tahu menempatkan diri dengan tepat dalam situasi Indonesia yang begitu heterogen. Sehingga dalam kebhinekaan masyarakat yang plural ini, anak dapat bersikap dengan tepat dan bijaksana, - agar anak tidak mengikuti budaya buruk korupsi, kolusi, dan nepotisme yang sedang diperangi oleh setiap warga bangsa Indonesia, - memahami arti penting hidup berpolitik dalam terang iman Kristen. Bukan politik praktis, melainkan sebagai warga negara yang baik, anak diajak untuk terlibat memikirkan dan mendoakan pergumulan bangsanya. Puncak pembinaan holistik adalah agar anak menjadi seperti Yesus. Bukan hanya memiliki iman yang begitu kuat seperti Yesus, melainkan juga bermasyarakat dengan baik dan dewasa, serta mengasihi semua sesamanya dalam berbagai perbedaan yang dimiliki. Tujuan akhir pembinaan holistik ini ialah untuk menjadi seperti Yesus yang begitu dewasa dalam iman, pola pikir, kepribadian, dan sikap. Pembinaan yang bersifat holistik ini tidak akan membentuk anak menjadi seragam. Pembinaan ini dibentuk dengan memikirkan kekhasan bakat, talenta, dan kemampuan anak. Pembinaan ini begitu kreatif karena mengembangkan semua potensi anak. Karena itulah, pembinaan yang holistik sangat memerhatikan dunia anak, bahasa anak, perkembangan kemampuan anak, dan kebutuhan anak dengan segala aspek kehidupannya. 2. Metode Pembinaan Anak yang Aktif Kreatif Agar arah tujuan pembinaan holistik itu tercapai, perlu dipikirkan metode yang tepat, yaitu metode pembinaan anak yang aktif (dan kreatif). Maksud dari metode pembinaan anak aktif adalah metode pembinaan yang berpusat pada anak, yang mengajak anak aktif terlibat dan bertumbuh dalam proses pembinaan. Jadi, tidak hanya guru saja yang aktif dalam proses pembinaan dan anak menjadi pendengar pasif, tetapi anak justru menjadi subjek yang aktif di kelas. Anak diharapkan bersuara atau berpendapat, berdiskusi, mengeluarkan pikiran, gagasannya, dan pengalamannya, serta menemukan "pesan firman Tuhan" yang dibicarakan di kelas. Karena itulah, metode anak aktif merupakan cara dan teknik kreatif agar anak-anak tidak pasif di kelas. Grafik Efektivitas A. Guru dan murid pasif (kurang aktif). B. Guru menggunakan alat peraga, namun murid pasif (murid hanya melihat dan mendengar). C. Guru menggunakan alat peraga dan murid-murid memberikan respons dengan kata-kata. Metode ini sudah mendekati metode anak aktif, namun belum maksimal. D. Guru dan murid sama-sama aktif. Guru menggunakan metode anak aktif sehingga para murid terlibat aktif dalam pengajaran, baik dalam kata-kata maupun dalam gerakan dan tindakan. Guru tidak bisa hanya menggunakan metode abstrak (hanya dengan kata-kata saja tanpa aktivitas atau tanpa alat peraga). Guru harus menggunakan semua hal yang mungkin (aktivitas, alat peraga, permainan, simulasi, dan lain-lain) untuk mengaktifkan anak agar terlibat dalam proses pembinaan ini. Dengan demikian, harus dipikirkan juga bagaimana agar firman Allah dapat disampaikan kepada anak-anak dalam bentuk yang kreatif. Anak-anak diharapkan dapat memahami makna pesan firman Tuhan, yang dapat menjawab kebutuhan pergumulan mereka sehari-hari. Oleh karena itu, metode ini menuntut guru untuk berani aktif kreatif dalam berbagai hal, seperti: - mengkreasi kegiatan atau acara sekolah minggu, - mengkreasi puji-pujian, - menyampaikan cerita, - mengajarkan dan memimpin berdoa, - membawa anak mencintai dan menghayati firman Tuhan, - menciptakan aktivitas yang menarik, - dan sebagainya. Diambil dan diringkas dari: Judul asli artikel: Pembinaan yang Holistik dan Metode Anak Aktif Judul buku: Mereformasi Sekolah Minggu: 8 Kiat Praktis Menjadikan Sekolah Minggu Berpusat pada Anak Penulis: Paulus Lie Penerbit: PBMR ANDI, 2003 Halaman: 50--56 ____________________________________________________________________ TIPS PROSES BELAJAR MERUPAKAN KEBUTUHAN MURID Dalam proses mengajar, yang terpenting bukanlah hasil belajarnya, namun proses belajarnya. Apa saja aspek dari proses belajar yang dibutuhkan murid, terutama dalam kelas sekolah minggu? 1. Memperkembangkan yang Terbaik Mementingkan proses belajar berarti mementingkan apa yang terbaik di dalam diri anak itu. Di dalam hal ini, kita mementingkan tanggung jawab sepenuhnya dari anak itu terhadap dirinya sendiri, orang lain, dan terhadap Tuhan. Inilah yang disebut sebagai watak Kristen. 2. Berdasarkan Etika Kristen Mementingkan proses belajar berarti melindungi dan memerhatikan etika Kristen. Orang yang hanya mementingkan hasil yang terbaik saja, tidak menghiraukan proses belajarnya akan menghalalkan segala cara untuk mencapai sasaran. Di dalam mementingkan proses belajar, maka kita akan mementingkan cara yang beretika Kristen. Banyak orang tua dengan berbagai cara berusaha agar nilai anaknya menjadi lebih tinggi, akibatnya ada orang tua yang kemudian membeli nilai ujian atau membeli soal-soal ujian agar anaknya bisa mendapatkan nilai yang tinggi. Misalnya, jika seorang murid atau anak Anda pernah menjadi juara pertama dalam kelas, tetapi karena ia banyak membaca buku yang bermanfaat atau banyak membantu teman dalam belajar, akhirnya mungkin ia hanya menjadi juara kelima. Apakah anak itu Anda hukum? Apakah Anda memang menghendaki dan bangga jika anak itu mendapatkan juara pertama dengan melalui cara-cara yang keji dan kotor? Pernahkah Anda menegur anak Anda karena mendapatkan juara pertama? Saya belum pernah mendengarnya. Saya juga belum pernah mendengar seorang ayah yang membujuk anaknya untuk turun kelas, meskipun nilai rata-rata anak itu di atas tujuh, kecuali yang dilakukan oleh Pdt. Dr. Stephen Tong. Saya rasa Dr. Stephen Tong benar-benar mengerti apa yang sebenarnya menjadi nilai di dalam diri anak itu. Jika anak memiliki keyakinan dan tanggung jawab sepenuhnya, maka mengapa kita perlu mempedulikan nilainya? Kalau ia menjalankan kehendak Tuhan, mungkin ia lebih pandai dari yang lain. Jangan Anda kira semua anak yang mendapat juara pertama pasti akan sukses di dalam masyarakat. 3. Mementingkan Pertumbuhan Karakter Kristen Saya mengenal seorang yang luar biasa pandainya, mendapat nilai yang tinggi di seluruh Singapura, sampai mendapat beasiswa untuk dikirim ke luar negeri. Ketika ia kembali, saya berbicara dengan isterinya, tepat di saat mereka sedang bertengkar mau bercerai. Isterinya mengatakan bahwa suaminya sampai lupa sudah berapa kali ganti pekerjaan. Pekerjaan yang paling lama di satu tempat, lamanya hanya setengah tahun. Sekarang ini, ia hanya memberikan les kepada anak SMP dan SMA. Itu pun yang terpanjang hanya setengah tahun. Dengan anak-anak muda pun ia berkelahi. Isterinya mengeluh, "Apa gunanya begitu pandai sampai mendapatkan beasiswa dari Presiden lalu dikirim ke Australia? Kalau berbicara dengan dia begitu pandainya, namun tidak ada gunanya." Orang seperti inikah yang kita inginkan? Kalau demikian, filsafat pendidikan hanya menuntut yang terbaik, prestasi sekolah, tetapi sama sekali tidak mengerti dan tidak menjalankan kehendak Tuhan. Kalau demikian, proses belajar harus lebih diperhatikan daripada hasil belajar. Kalau seseorang ingin bertanggung jawab sepenuhnya, maka filsafat pendidikannya bukan ingin menjadi yang terbaik. Yang terbaik seperti itu hanya satu sehingga ini akan menghancurkan mereka yang tidak menjadi yang terbaik. Kita harus mengubahnya dengan filsafat mengabdikan yang terbaik dari kita. Filsafat ini akan menyebabkan kita mengembangkan semua yang terbaik yang telah Tuhan berikan kepada kita. Kalau kita menggunakan filsafat menjadi yang terbaik, maka ketika seluruh kelas mendapat nilai 80, kita cukup mendapat nilai 81. Tetapi jika kita menggunakan filsafat mau mengembangkan yang terbaik, maka kita tidak akan berhenti di 81, tetapi kita akan berkembang terus sejauh yang kita bisa, dan juga akan mengembangkan diri di bidang-bidang lain selama kemungkinan itu dibukakan kepada kita. Saya ingin kita mengemukakan, ke mana kita akan mengarahkan pendidikan kita? Hanya kepada sekolah-sekolah unggulan sebagai kriteria sukses, untuk mengejar kesuksesan duniawi, ataukah kita akan mengejar watak dan kerohanian anak yang ingin kita bina untuk menjadi seorang anak Tuhan yang bertanggung jawab sepenuhnya di dalam hidupnya? Di dalam proses belajar, Anda membuat anak-anak bisa bertanggung jawab sepenuhnya, menjadi seorang yang dapat mengembangkan sepenuhnya apa yang Tuhan berikan kepada-Nya. Di dalam firman Tuhan dikatakan: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan, manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna" (Roma 12:2). Kiranya Tuhan memberkati kita dengan pengenalan dan kemampuan mendidik secara Kristen yang lebih baik di masa-masa mendatang. Diambil dan disunting dari: Judul asli artikel: Penilaian Berdasarkan Proses Belajar Judul buku: Seni Membentuk Karakter Kristen Penulis buku: Dr. Mary Setiawani dan Pdt. Dr. Stephen Tong Penerbit: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1995 Halaman: 25 -- 29 ______________________________________________________________________ MUTIARA GURU "Dalam memuji atau mencintai seorang anak, kita tidak mencintai dan memuji untuk apa adanya, tetapi untuk apa yang kita harapkan" (J. W. Goethe) ______________________________________________________________________ BAHAN MENGAJAR MAUKAH KAMU MEMBERI MAKAN KEPADA ORANG YANG KELAPARAN? "Saya senang karena kita tidak diharuskan memberi makan kepada orang-orang yang kelaparan itu," kata Yudi. Ibu melihat majalah yang sedang dipegang Yudi. Di situ tampak potret berpuluh-puluh orang yang sedang kelaparan di Afrika. Beberapa di antara mereka tampak sangat kurus dan lapar. "Tetapi kita harus memberi mereka makan," kata ibu. "Paling tidak kita harus-membantu memberi mereka makan." Renungan singkat tentang hal menolong orang lain: 1. Bila ada seseorang yang kelaparan, haruslah kita menolong memberi orang itu makan? Mengapa? Mengapa kita tidak boleh membiarkan orang itu kelaparan? 2. Jika kamu kelaparan, apakah yang kamu inginkan agar dilakukan orang lain? Apakah kamu akan merasa senang jika ada seseorang yang menolongmu? "Ayah dan Ibu suka memberi uang kepada sebuah perkumpulan yang menolong memberi makan orang-orang yang kelaparan ini," kata ibu. "Kami kira itulah yang diinginkan Tuhan Yesus agar kita lakukan." "Apakah Tuhan Yesus akan menolong memberi makan orang-orang ini seandainya Ia ada di dunia ini?" tanya Yudi. "Ya, saya kira Ia akan melakukannya," kata ibu. "Ingatkah kamu bagaimana pada suatu hari Ia memberi makan kepada lima ribu orang yang sedang kelaparan?" Yudi pernah mendengar cerita itu di sekolah minggu. "Bolehkah saya memberikan sebagian makan malam saya kepada orang-orang ini, Bu?" tanya Yudi. "Ibu rasa cukup sulit mengirimkan makan malammu ke Afrika," kata ibu. "Tetapi jika kamu ingin memberikan sebagian uangmu kepada mereka, kami dapat menolongmu." Jadi itulah yang dilakukan Yudi. Mungkin kamu juga bersedia melakukannya. Renungan singkat tentang Tuhan Yesus dan anak: 1. Berapa banyakkah orang yang pernah diberi makan oleh Tuhan Yesus pada satu hari? Bacalah Lukas 9:10-17. 2. Mengapa Tuhan Yesus ingin agar kamu menolong memberi makan orang-orang yang sedang kelaparan? Mengapa Ia juga ingin agar kamu menolong mereka dengan cara-cara yang lain? Bacaan Alkitab: Matius 25:31-40. Kebenaran Alkitab: "Karena Allah sangat mengasihi kita, maka kita pun harus saling mengasihi" (1 Yohanes 4:11). Doa: "Ya Tuhan Yesus, Engkau mengasihi saya sehingga Engkau rela mati untuk saya. Biarlah saya mengasihi-Mu dan rela hidup bagi-Mu. Amin." Diambil dari: Judul artikel: Maukah Kamu Memberi Makan kepada Orang yang Kelaparan? Judul buku: 100 Renungan Singkat Untuk Anak-Anak Penulis: V. Gilbert Beers Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, 1986 Halaman: 180 -- 181 ______________________________________________________________________ KESAKSIAN GSM SEKOLAH MINGGU ADALAH KEBUTUHAN ANAK-ANAK KRISTEN Oleh: Kristin Aku masih ingat obrolan dari teman gerejaku yang sama-sama melayani di sekolah minggu, bahwa menjadi guru sekolah minggu memang tidak semudah yang dipikirkannya. Bebannya lebih berat karena yang kita hadapi adalah anak-anak yang notabene harus kita berikan pemberitaan dan pengajaran akan firman Tuhan dengan cara yang benar. Disadari atau tidak, kerinduan anak-anak untuk datang ke sekolah minggu mulai sedikit berkurang. Anak susah untuk duduk selama 1,5 -- 2 jam guna mendengarkan firman Tuhan dan melakukan berbagai kreativitas. Guru harus memutar otak dan terus menggali dan belajar banyak untuk menjadikan sekolah minggu semakin menarik. Lepas dari hal tersebut, saya ingin berbagi tentang buku yang saya baca dan ternyata menjadi jawaban atas beberapa pertanyaan besar saya dan teman-teman sepelayanan anak. Buku berjudul "Guruku Sahabatku" karangan Novelina Laheba mampu memberikan batasan yang jelas kepada para guru sekolah minggu dalam mengajar dengan konsep aktif, partisipatif, menyenangkan, kreatif, dan sederhana. Wah, saya bersyukur sekali karena beberapa modul di dalamnya dapat saya pakai sebagai referensi dalam mengajar di tempat saya. Tetapi, satu hal yang saya pelajari dari buku tersebut, yaitu tentang bagian sekolah minggu adalah sebuah kebutuhan. Kita menyadari bahwa sekolah minggu adalah sebuah kebutuhan. Jika kita amati, kata kebutuhan menunjukkan bahwa sekolah minggu suatu hal yang sangat dibutuhkan bagi perkembangan anak-anak layan kita. Jika dilihat dari dua sisi, sekolah minggu mampu mengakomodir akan dua kebutuhan. Kebutuhan teologis dan kebutuhan psikologis. Dari aspek teologis bahwa kerajaan Allah adalah kebutuhan inti dari kehidupan manusia dan dunia. Allah menganugerahkan kerajaan Allah bagi kita dan semuanya akan digenapi pada akhir zaman. Manusia harus berpartisipasi merealisasikan akan hal tersebut, tanpa terkecuali anak-anak. Dari aspek kebutuhan psikologis, pendidikan agama Kristen yang dalam hal ini terdapat juga dalam sekolah minggu, merupakan hak dari anak- anak Kristen itu sendiri. Di sana terjadi proses pengembangan diri dan kepribadian. Anak-anak membutuhkan cara berpikir, cara perilaku, pengetahuan, emosi, dan mental yang sehat, karena hal tersebutlah yang dikehendaki Allah. sekolah minggu jangan sampai menjadi hal yang monoton, tetapi di dalamnya ada sebuah kegiatan yang hidup, penuh sukacita, dan ucapan syukur. Sekolah minggu mampu memenuhi kebutuhan anak akan kerajaan Allah yang kekal dan menjadi tempat yang baik untuk perkembangan anak. Akhir kata, semoga hal di atas bisa menjadi sebuah perenungan kita bersama, terlebih para pelayan anak. Selamat melayani! Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: Blog In-Christ.Net Penulis: Kristin Alamat URL: http://www.in-christ.net/blog/anak/sekolah_minggu_adalah_kebutuhan_anakanak_kristen Tanggal akses: 11 Agustus 2010 ______________________________________________________________________ WARNET PENA PANDUAN UNTUK GURU http://www.dltk-bible.com/guides/index.htm Melayani anak-anak sekolah minggu merupakan tugas mulia dan memunyai tanggung jawab yang besar. Pelayanan ini timbul dari orang-orang yang memunyai kerinduan dalam hati mereka untuk membawa anak-anak kepada Yesus. Apakah cukup hanya dengan kerinduan saja? Nah, pelayan anak juga perlu memerhatikan hal-hal lain yang dapat menunjang pelayanan ini. Pelayan anak perlu untuk memperlengkapi diri dengan pengetahuan Alkitab secara benar, pengetahuan tentang anak (sifat dasar, kebiasaan, kesukaan, dsb.), dan pengetahuan mengajar sekolah minggu yang baik. Situs dltk-bible.com/guides ini akan memberikan beberapa panduan untuk pelayan anak agar dalam mengajar terus mengalami perkembangan. Situs ini menyediakan 59 teacher guides, antara lain God Made Our World , God Made Me, Go Made a Promise, God Made Families Pt1-Pt4, God Saves His People Pt1-4, dsb. Silakan kunjungi situs ini untuk menambah wawasan dalam mengajar sekolah minggu. Selamat melayani! (STL) _____________________________________________________________________ Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org > Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org Kunjungi Blog SABDA di: http://blog.sabda.org Bergabunglah dalam forum diskusi pelayanan anak di In-Christ.Net di: http://www.in-christ.net/forum/?board=8.0 Bergabunglah dalam Halaman Penggemar e-BinaAnak dan e-BinaGuru di: http://fb.sabda.org/binaanak Ikuti Twitter e-BinaAnak di: http://twitter.com/sabdabinaanak ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Santi Titik Lestari, Melina Martha Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright (c) 2010 e-BinaAnak / YLSA -- http://www.ylsa.org Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |