Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/494 |
|
e-BinaAnak edisi 494 (5-8-2010)
|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____ DAFTAR ISI EDISI 494/Agustus/2010 - SALAM DARI REDAKSI: Menerapkan Pelajaran - ARTIKEL: Aktivitas Belajar Alkitab - TIPS: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal - MUTIARA GURU - BAHAN MENGAJAR: Mempraktikkan Pelajaran ______________________________________________________________________ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi: < binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org > Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak di Facebook! Kunjungi sekarang juga: http://fb.sabda.org/binaanak ______________________________________________________________________ SALAM DARI REDAKSI MENERAPKAN PELAJARAN Setiap anak memunyai cara belajar yang unik. Anak dapat belajar segala sesuatu melalui cara yang sederhana, yaitu dengan melihat, mendengar, dan mengulang. Dengan demikian, tingkah laku dan cara berkomunikasi orang dewasa, khususnya pelayan anak dan orangtua, harus benar-benar memperlihatkan hal yang positif kepada anak. Terlebih lagi sebagai orang Kristen, hendaknya segala sesuatu yang diucapkan dan dilakukan sesuai dengan firman Tuhan, sehingga anak- anak pun melakukan hal yang serupa. Berkaitan dengan hal tersebut, maka e-BinaAnak pada bulan Agustus ini mengangkat tema penerapan "hukum pelajar" dengan beberapa topik yang relevan, antara lain aplikasi pelajaran, memerhatikan kebutuhan murid, memperlengkapi murid, dan kebangunan rohani murid. Topik-topik tersebut akan kami sajikan di sepanjang bulan Agustus ini. Pada minggu perdana ini, kami sajikan topik "Aplikasi Pelajaran". Nah, silakan menyimak artikel, tips, dan bahan mengajar kami sajikan. Kiranya dapat semakin membangun pelayanan Anda. Selamat melayani! Tuhan Yesus memberkati! Staf Redaksi e-BinaAnak Santi Titik Lestari http://pepak.sabda.org http://fb.sabda.org/binaanak ______________________________________________________________________ "Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya." (Lukas 6:40) < http://alkitab.sabda.org/?Lukas+6:40 > ______________________________________________________________________ ARTIKEL AKTIVITAS BELAJAR ALKITAB Pentingnya firman Tuhan bagi anak kecil dapat dengan lebih efektif dikomunikasikan melalui sikap dan tindakan orang dewasa. Misalnya, bila anak melihat orangtuanya membaca Alkitab, mendengar mereka mengaitkan apa yang dibaca dengan tindakan sehari-hari, dan ia merasakan ketergantungan orangtuanya kepada Alkitab sebagai sumber inspirasi utama, maka anak akan belajar menghargai firman Tuhan. Jika cara hidup orang dewasa mempraktikkan ajaran Alkitab, maka mereka menjadi contoh yang menarik bagi anak-anak untuk mengasihi Tuhan. Firman Tuhan yang dilakukan lebih meyakinkan daripada firman Tuhan yang dijelaskan! Cerita Alkitab Orang dewasa perlu dengan cermat mempertimbangkan bagian Alkitab yang cocok bagi anak kecil. Alkitab adalah sebuah kitab yang ditulis oleh orang dewasa, bagi orang dewasa, dan penuh dengan cerita orang dewasa. Sebagian besar isinya sulit dimengerti oleh anak-anak. Kebanyakan, nubuatan Perjanjian Lama dan surat-surat dalam Perjanjian Baru tidak menarik dan sulit dimengerti anak-anak kecil. Ketika menyeleksi bagian-bagian Kitab Suci agar bermanfaat bagi anak-anak, para orangtua dan guru harus mencari cerita-cerita dan ayat-ayat yang mengandung unsur-unsur yang akrab dengan anak-anak. Semakin dekat perbuatan tokoh-tokoh dalam cerita itu dengan situasi yang dijumpai anak, semakin mampu ia menghubungkan teladan-teladan itu dengan perilakunya sendiri. Aspek kunci dari setiap cerita adalah sejauh mana anak itu dapat mengidentifikasikan dirinya dengan orang yang dikisahkan cerita tersebut. Sebagai contoh: 1. Cerita tentang Samuel muda yang menjadi pelayan di Tabernakel (lihat 1 Samuel 2:18-21, 3) atau Daud yang dipilih menjadi raja (lihat 1 Samuel 16) memberikan teladan mengenai anak muda yang menerima dan menjalankan tanggung jawab dengan baik dan berhasil. Walaupun demikian, situasi dalam cerita Samuel harus diungkap dengan hati-hati. Cerita tentang ibu Samuel yang mempersembahkan anaknya kepada Allah dan membawanya untuk tinggal bersama Nabi Elia dapat menimbulkan perasaan negatif yang kuat dalam diri anak yang kuatir diperlakukan demikian oleh ibu mereka. 2. Cerita-cerita Perjanjian Lama tentang pembangunan, pemeliharaan, atau perbaikan bait Allah (lihat 1 Raja-raja 5-6; 2 Raja-raja 12 ; 22-23) dapat bermanfaat dalam menolong anak merasa bertanggung jawab terhadap pembangunan gereja. Tekankan pada hal-hal spesifik yang orang-orang lakukan untuk menunjukkan rasa hormat mereka terhadap tempat ibadah. 3. Kisah tentang Yesus dan anak-anak (lihat Matius 19:13-15) selalu menjadi cerita yang digemari anak-anak. Setiap anak dapat membayangkan Yesus tersenyum kepadanya. Cerita ini efektif dalam menolong anak mengembangkan perasaan hangat dan akrab terhadap Yesus. 4. Zakheus (lihat Lukas 19:1-10) merupakan tokoh yang menarik bagi anak-anak, meskipun reputasinya tidak baik. Mereka mengagumi kecerdikan Zakheus dalam memanjat pohon untuk dapat melihat Yesus di tengah kerumunan orang bertubuh besar. Pengakuan Yesus atas Zakheus dan kesediaan-Nya mengampuni kesalahannya menambah daya tarik cerita ini. Karena setiap anak mengingat-ingat perbuatan mereka yang salah, jaminan pengampunan dosa ini akan menolong mereka merasa positif pada sikap Yesus terhadap Zakheus. 5. Peristiwa Yesus masuk ke Yerusalem dan dielu-elukan (lihat Matius 21:1-17) dapat digunakan untuk menolong anak-anak mengungkapkan perasaan-perasaan kasih mereka kepada Yesus. 6. Perjanjian Baru berisi kisah tentang orang Kristen yang saling menolong (lihat Kisah Para Rasul 2:42-47, 4:32-37, 6:1-7, 9:36-42) Pesan ini dapat dimengerti dengan jelas oleh anak-anak. Menyampaikan Cerita Alkitab lewat Aktivitas Cerita Alkitab yang mudah diidentifikasi anak juga membantu penerapan kebenaran Alkitab dalam pengalaman-pengalaman hidupnya yang nyata. Anak mungkin dapat menceritakan ulang kisah itu tanpa tahu bagaimana menerapkannya dalam hidup. Pendekatan yang lebih berhasil adalah dengan mengaitkan kisah tersebut pada saat anak berada dalam situasi kehidupan yang nyata. Para guru sekolah minggu dapat membantu melakukan transfer belajar ini melalui berbagai macam aktivitas. Misalnya, beberapa anak mungkin sedang bermain dengan balok-balok dan membuat sebuah roket. Guru dapat memakai percakapan tentang roket untuk menuturkan secara ringkas kisah penciptaan dari kitab Kejadian. Ungkapan seperti, "Bayangkan betapa besar Allah yang telah menciptakan bumi, bulan, dan bintang-bintang seperti yang dikatakan Alkitab" merupakan cara yang efektif untuk menghubungkan kisah Alkitab dengan aktivitas fisik anak-anak secara langsung. Para guru sering kali harus mengatur suasana sedemikian rupa sehingga tersedia pengalaman-pengalaman hidup yang nyata di dalam kelas. Para orangtua sebenarnya memiliki lebih banyak kesempatan dalam kehidupan nyata bersama anak-anak. Orangtua harus peka akan adanya kesempatan untuk menghubungkan cerita-cerita dan kebenaran, kebenaran Alkitab dengan hal-hal yang dilakukan oleh anak-anak. Dengan demikian, cerita Alkitab dapat menjadi sarana yang baik untuk mengajar. "Apa yang baru saja kamu lakukan mengingatkan ayah pada cerita di dalam Alkitab..." merupakan cara yang efektif untuk memakai cerita Alkitab sebagai suatu dorongan yang positif bagi perilaku yang kita inginkan. Visualisasi Penyajian sebuah cerita Alkitab dapat diperkaya dengan memakai teknik visual. Gambar tokoh-tokoh dalam cerita tersebut menolong anak membayangkan dan memikirkan mereka sebagai manusia nyata. Alkitab yang di dalamnya terdapat gambar yang menarik dapat meningkatkan daya tarik. Minat anak terhadap buku tergantung pada seberapa banyak gambar yang ada pada buku itu. Pergunakanlah gambar situasi masa kini yang sesuai dengan pengalaman pribadi anak agar ia dapat menghubungkan cerita Alkitab dengan pengalamannya. Berikut adalah sebuah contoh percakapan di dalam kelas. Setelah seorang guru menceritakan kisah orang Samaria yang murah hati, ia menunjukkan kepada anak-anak gambar seorang gadis kecil yang jatuh dari sepeda roda tiga dan lututnya tergores. Pada gambar itu juga terlihat seorang anak laki-laki yang lebih besar yang tampak sedang bermain-main di dekat gadis kecil yang jatuh itu. Guru itu meminta anak-anak untuk menggambarkan apa yang terjadi pada gambar itu. Mereka dengan jelas dan akurat menggambarkan apa yang sedang terjadi. Guru itu kemudian meminta mereka mengutarakan pendapat tentang apa yang berlangsung sebelum kecelakaan itu terjadi. Komentar-komentar yang muncul tidak memenuhi harapan sang guru karena lebih mencerminkan perasaan dan pengalaman mereka sendiri. Kemudian guru itu bertanya, "Menurut kalian, apa yang akan terjadi selanjutnya?" Pada saat itu, sebagian besar anak dengan mantap mengidentifikasikan diri mereka dengan salah satu tokoh dalam gambar itu. Yang mengejutkan setiap orang, seorang anak lelaki menyatakan bahwa anak laki-laki itu akan menaiki sepeda roda tiga gadis kecil itu dan membawanya pergi! "Tidakkah lebih baik menolong gadis itu masuk ke dalam rumah dan mengobati lututnya?" tanya sang guru, dan berharap anak itu akan mengerti kesalahan pernyataannya. "Ya," jawab anak lelaki itu, "karena setelah itu ia bisa mengendarai sepeda roda tiga itu dan bersenang-senang." Guru itu mencoba sekali lagi. "Bagaimana menurutmu perasaan anak laki-laki itu?" tanyanya. "Ia akan merasa senang, karena ia... Eh tidak, ia akan merasa bersalah karena gadis itu ditinggalkan dalam keadaan terluka." "Menurutmu, apa yang bisa membuatnya merasa senang?" tanya sang guru yang kini merasa lega karena anak itu sudah dapat melihat melampaui perhatian dan minatnya pada sepeda roda tiga. "Ia akan senang jika menolong gadis itu mengobati lututnya," tegas anak lelaki itu, setelah berhasil bergumul dengan masalah-masalah serupa yang Yesus angkat melalui kisah itu. Drama Drama sederhana yang menggambarkan cerita Alkitab juga membantu anak menghubungkan cerita itu dengan dunianya sendiri. Drama, panggung boneka, film, atau video dapat membuat kejadian itu lebih nyata. Berikut ini sebuah contohnya. Sekelompok anak berusia lima tahun akan mementaskan kisah tentang orang-orang yang membuka atap rumah untuk menurunkan orang yang sakit di hadapan Yesus. Guru itu memberikan tuntunan yang efektif pada usaha-usaha mereka. Ia mengajukan pertanyaan seperti, "Menurut kalian apa yang mereka rasakan ketika melakukan hal itu?" Alat-alat sederhana dan imajinasi yang kuat membuat cerita itu hidup dalam waktu yang singkat, meskipun dialognya tidak memadai menurut standar orang-orang dewasa. Kesimpulannya, laki-laki yang sakit itu turun dari usungannya dan memandang kepada Yesus. Setelah mengucapkan "Terima kasih," ia memandang kepada empat orang laki-laki yang telah mengusungnya dan berkata, "Mereka adalah sahabat-sahabatku." Anak kecil itu memahami sepenuhnya kisah tersebut! Perhatikan reaksi anak itu terhadap perkembangan kisah. Anak sangat senang dengan kisah yang diceritakan kembali jika hal itu memungkinkannya mengenali tokoh-tokoh dan tindakan-tindakan mereka, dan bila ia sudah mengenali urutan peristiwa. Meskipun orang dewasa cenderung bertahan hingga mengetahui akhir sebuah cerita, anak-anak kecil paling menikmati sebuah kisah jika mereka sudah tahu akhir kisah tersebut. Orang dewasa tidak suka jika seseorang "menceritakan akhirnya", tetapi anak-anak kecil merasa senang menantikan akhir kisah yang sudah diketahuinya. Sayangnya, banyak orang dewasa yang karena mengikuti sudut pandang mereka, tidak membiarkan anak cukup sering mendengar sebuah kisah sehingga kisah itu menjadi "favorit". Guru sebaiknya mencari kesempatan untuk menceritakan sebagian atau seluruh kisah sementara anak-anak melakukan aktivitas, daripada hanya pada waktu tertentu selama mengajar. Ketika "saat resmi" untuk bercerita tiba, anak-anak sebaiknya sudah mendengar sedikit banyak kisah itu untuk mendorong mereka berkata, "Ceritakan lagi!" Ekspresi Unsur yang sangat penting dan harus ada dalam bercerita adalah antusiasme orang dewasa. Ekspresikan perasaan dari cerita dengan suara dan mimik muka. Misalnya, menyatakan perasaan marah atau takut, menguap untuk mengungkapkan waktunya tidur, senyumlah lebar- lebar untuk menyatakan perasaan bahagia. Anak-anak kecil dengan cepat dapat menangkap perasaan-perasaan yang mereka kenal ini. Untuk mendapatkan kembali perhatian dan minat mereka yang mungkin menurun, berbicaralah dengan berbisik -- suara paling dramatis yang mampu diucapkan manusia. Kemudian kembali ke suara normal sehingga bila dibutuhkan, "berbisik" bisa dipergunakan lagi. Diambil dan disunting dari: Judul buku: Mengenalkan Allah Kepada Anak Penulis: Wes Haystead Penerbit: Yayasan Gloria, Yogyakarta 1998 Halaman: 98 -- 105 ______________________________________________________________________ TIPS MENGAJAR ANAK SEKOLAH MINGGU SECARA OPTIMAL Membahas pelayanan anak tidak dapat lepas dari pelayanan sekolah minggu. Ini adalah bagian penting dari gereja untuk menjangkau dan melayani anak. Apakah sekolah minggu saudara memiliki pengertian sebatas departemen pelayanan, yang merupakan bagian dari organisasi, ataukah suatu organisme yang hidup? Sekolah minggu merupakan peluang pelayanan yang besar di mata Tuhan. Oleh karena itu, guru sekolah minggu juga memengaruhi masa kanak- kanak yang penting dan berharga. Peran sekolah minggu, baik guru maupun kurikulum (apa yang diajarkan dan bagaimana cara mengajar), sangat menentukan pembentukan dalam diri anak-anak yang dilayaninya. Lois E. LeBar mendefinisikan kurikulum sebagai aktivitas yang direncanakan dengan baik untuk membawa anak-anak selangkah lebih dewasa dalam Kristus. Aktivitas yang dirancang untuk menghubungkan kehidupan anak dengan firman Tuhan dan menghadirkan firman Tuhan sebagai Roti Hidup dalam kehidupan nyata yang dialami oleh anak-anak akan menolong pertumbuhan mereka semakin menjadi seperti Kristus. Hal ini merupakan inti dari sebuah kurikulum. Kurikulum sekolah minggu yang hidup tidak sekadar memberikan pengetahuan tentang Alkitab kepada anak-anak, namun membiarkan anak- anak menikmati firman Tuhan sebagai Air Hidup dalam kehidupan mereka. Dengan kata lain, anak-anak tidak hanya belajar dari tulisan yang tertera, tapi belajar dengan mengalaminya dalam kehidupan yang nyata. Oleh karena itu, kurikulum sekolah minggu perlu dirancang secara lengkap dan tepat untuk dapat dipakai sebagai alat mengajar anak-anak, agar bertumbuh optimal di dalam rencana Allah. 1. Perkembangan Anak Holistik Anak bertumbuh dan berkembang tidak hanya secara fisik dan intelektual saja, tetapi juga secara emosi, moral, dan spiritual. Dalam penelitian tentang kecerdasan disebutkan bahwa kemampuan intelektual bukan lagi merupakan satu-satunya tolok ukur dalam menentukan tingkat kecerdasan. Seseorang dikatakan cerdas ketika dia mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Itu berarti selain kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, kecerdasan moral, dan kecerdasan spiritual memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan seseorang. Manusia tidak pernah statis, sejak terjadinya pembuahan selalu terjadi perkembangan (perubahan). Tidak ada satu individu pun yang sama, namun tahap perkembangan secara umum dapat diprediksi. Elizabeth Hurlock mengatakan bahwa "kematangan" dan "belajar" memegang peranan penting dalam perkembangan. Kematangan adalah terbukanya sifat bawaan individu. Belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha dari pihak individu. Setiap individu tidak dapat belajar sampai dirinya siap dan sebaliknya, kesempatan belajar harus diberikan bila individu itu telah siap. Ketidaktepatan pada satu sisi akan mengurangi pengembangan potensi maksimal dalam diri seseorang. 2. Pembentukan Karakter Ketika Tuhan Yesus menyatakan agar kita bertumbuh semakin serupa dengan Dia, Yesus tidak berbicara mengenai tampilan fisik tapi sesuatu di dalam diri kita yang dapat disebut sebagai "karakter". Kemajuan karakter akan semakin menampakkan "karakter ilahi", dan hal ini sangatlah penting. Semakin dini kita menanamkan dan menumbuhkannya di dalam diri seorang anak, akan semakin kokoh, karena berarti kita sudah meletakkan dasar/fondasi yang kuat. 3. Kepedulian Sosial dan Misi Salah satu ciri kecerdasan seseorang dapat dilihat dari dampak sosial yang dihasilkan. Tidak ada batasan usia untuk seseorang menjadi utusan misi atau pekerja sosial yang menjadi berkat bagi masyarakat sekitarnya. Tidak ada seorang anak yang terlalu muda untuk dibentuk dan dilatih untuk menjadi alat Tuhan bagi pekerjaan-Nya. Setidaknya ada 3 hal yang perlu ditumbuhkan dalam diri seorang anak untuk memiliki hati misi dan kepedulian kepada orang lain, yaitu: Passion (Tekad) - Motivation (Motivasi) - Compassion (Belas Kasihan) Pendidikan yang hanya menekankan pada intelektual semata telah menghasilkan pemimpin-pemimpin yang gagal membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Inilah saatnya bagi sekolah minggu untuk berperan lebih lagi dalam pelayanan holistik bagi anak, agar nilai- nilai Injil, karakter, dan jiwa misi dapat melekat kuat dalam diri sang anak. Kurikulum Sekolah Minggu yang Komprehensif akan: - membawa anak mengenal Kristus secara pribadi, - mendorong pertumbuhan iman, - mengembangkan semua aspek dan potensi dalam diri anak, - menanamkan dan menumbuhkan karakter ilahi, dan - menghasilkan anak-anak yang memiliki hati misi dan peduli pada orang lain. Kriteria Mengevaluasi Pelajaran Sekolah Minggu - Apakah materi tersebut menggunakan firman Tuhan sebagai sumber utama dari pengajaran? - Apakah materi tersebut mengajarkan kesetiaan dan kemahakuasaan Allah melalui keajaiban-keajaiban yang dibuatnya? - Apakah firman Tuhan digunakan dalam setiap pemecahan masalah sebagai yang terutama? - Apakah materi tersebut mengajarkan nilai-nilai yang terdapat dalam Alkitab? - Apakah materi tersebut mendorong anak-anak untuk menerima Kristus sebagai Juru Selamat pribadi dan tumbuh dalam imannya? - Apakah ada tujuan yang jelas? - Apakah materi yang digunakan sesuai dengan tingkat usia dan kemampuan anak-anak yang diajar? - Apakah melalui materi yang digunakan anak-anak akan terpacu untuk mengingat hal-hal penting dan memiliki pengalaman yang sama dengan yang diajarkan? - Apakah materi yang digunakan memberi berbagai kemungkinan diadakannya stimulasi dalam pengajaran? - Apakah ada alat-alat peraga pembantu dalam pengajaran? - Apakah semua aspek dalam diri seorang anak diasah dan digunakan dengan menggunakan materi kurikulum tersebut? - Apakah guru baru akan mudah mempergunakan materi tersebut? - Apakah "buku Petunjuk Bagi Guru" benar-benar membantu pengajar secara sederhana dan efektif? - Apakah dengan menggunakan materi tersebut, para pengajar semakin bertumbuh dalam cara mengajar? (Diadaptasi dari daftar kriteria untuk mengevaluasi materi kurikulum oleh Ronald C. Doll di Children`s Ministry oleh Lawrence O.Richards) Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul artikel asli: Merancang Kurikulum Sekolah Minggu yang Komprehensif Nama situs: Refleksi Diri Alamat URL: http://exodust.blogspot.com/2007/04/merancang-kurikulum -sekolah-minggu-yang.html Tanggal akses: 21 Juni 2010 ______________________________________________________________________ MUTIARA GURU "Anda dapat berbuat apa saja dengan anak-anak sejauh Anda bermain bersama mereka" (Eduard Bismark) ______________________________________________________________________ BAHAN MENGAJAR MEMPRAKTIKKAN PELAJARAN "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja." (Yakobus 1:22-25) Dua gadis kecil sedang bermain di lantai ketika ibu mereka kedatangan tamu. Kemudian, ibu dan tamu-tamunya menuju meja makan untuk menyantap makanan malam. Ibu berkata kepada kedua anaknya, "Ayo kemari anak-anak!" Tapi mereka mengabaikannya, bahkan ketika ibu mengulanginya lebih dari dua kali. Salah satu tamu itu adalah guru sekolah minggu dua gadis kecil itu. Dia mencoba menolong ibu mereka. Dia berkata kepada gadis-gadis itu, "Saya penasaran siapa dari kalian yang mengetahui ayat Alkitab yang diawali dengan: `Hai anak-anak, taatilah...`" Kedua gadis itu berpaling kepadanya dan mengatakan dengan cepat "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal karena itulah yang indah di dalam Tuhan." Ayat itu mengajarkan mereka untuk menaati ibu mereka, tetapi tetap saja mereka tidak menaatinya. Apa yang salah? Anak-anak itu adalah "pendengar" firman Allah, tetapi bukanlah "pelaku". Mereka mengetahui firman, tetapi mereka tidak melakukan apa yang dikatakan firman. Mengetahui firman saja tidak menolong mereka, bukan? Mereka tidak melakukan apa yang mereka pelajari. Untuk menjadi anak Allah dan orang Kristen sejati, seseorang perlu melakukan firman dari Alkitab. Firman tidak akan mengubah kita dan membantu kita sampai kita melakukan apa yang dikatakan firman. Allah berkata, "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja." Hal pertama yang diinginkan Allah untuk kita lakukan adalah percaya kepada Yesus sang Penyelamat. Jika kita benar-benar melakukannya, kita juga akan mau menaati-Nya dalam segala hal. Mari kita diskusikan: Apa yang dikatakan ibu kepada dua gadis kecil itu? Apa yang dilakukan gadis-gadis itu? Bagaimana guru sekolah minggu itu berusaha membantu? Firman apa yang gadis-gadis itu ketahui? Mengapa firman tersebut tidak menolong mereka? Apa yang pertama-tama Allah inginkan agar kita semua lakukan? Bacaan Alkitab untuk anak-anak yang lebih besar atau dewasa: Yakobus 1:22-25. Mari kita berdoa bersama-sama: "Allah Bapa yang terkasih, kami bersyukur atas firman-Mu yang suci dalam Alkitab. Kami ingin mendengar dan belajar dari firman-Mu. Oleh karena itu, bantulah kami agar bisa menunjukkan kasih kami kepada Yesus yang telah mati bagi kami. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin." (t/Uly) Diterjemahkan dan disunting dari: Judul asli artikel: Practicing Your Lesson Judul buku: Little Visits With God Penulis: Allan Hart Jahsman dan Martin P. Simon Penerbit: Concordia Publishing House, USA 1957 Halaman: 32 -- 33 ______________________________________________________________________ Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org > Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org Kunjungi Blog SABDA di: http://blog.sabda.org Bergabunglah dalam forum diskusi pelayanan anak di In-Christ.Net di: http://www.in-christ.net/forum/?board=8.0 Bergabunglah dalam Halaman Penggemar e-BinaAnak dan e-BinaGuru di: http://fb.sabda.org/binaanak Ikuti Twitter e-BinaAnak di: http://twitter.com/sabdabinaanak ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Santi Titik Lestari Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright (c) 2010 e-BinaAnak / YLSA -- http://www.ylsa.org Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |