Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/487

e-BinaAnak edisi 487 (17-6-2010)

Mengajar Kreatif dengan Drama

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

    DAFTAR ISI EDISI 487/Juni/2010

    - SALAM DARI REDAKSI: Pentingnya Drama
    - ARTIKEL: Drama di Dalam Kelas
    - TIPS: Melakonkan Cerita Alkitab
    - MUTIARA GURU
    - BAHAN MENGAJAR: Kreasi Drama Sekolah Minggu -- Orang Samaria 
                      yang Baik
    - WARNET PENA: Kumpulan Naskah Drama: Christian Drama Scripts
______________________________________________________________________
   Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
 < binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org >

        Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak di Facebook!
        Kunjungi sekarang juga: http://fb.sabda.org/binaanak
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI

                            PENTINGNYA DRAMA

  Mengajar sekolah minggu harus kreatif agar anak layan Anda tidak
  menjadi bosan dan tertarik untuk mendengarkan firman Tuhan. Salah
  satu cara adalah dengan mengajak anak-anak aktif dan melibatkan
  mereka dalam aktivitas pengajaran. Guru dapat bercerita sambil
  melatih anak-anak untuk berani tampil di depan teman-temannya,
  mengekspresikan dirinya, dan memerankan tokoh-tokoh dalam cerita
  Alkitab. Drama dapat menjadi cara yang efektif untuk menerangkan
  konsep-konsep kebenaran Alkitab yang abstrak, seperti sukacita,
  iman, kasih, dan pengharapan.

  Edisi e-BinaAnak kali ini menyajikan artikel tentang drama,
  khususnya mengenai keuntungan menggunakan metode drama dan
  mempersiapkan pentas drama. Selain itu, kami menyediakan bahan
  mengajar berupa kreasi dengan metode drama yang dapat dipraktikkan
  saat mengajar sekolah minggu, dan juga situs yang menyediakan
  berbagai naskah drama sebagai penunjang pelayanan Anda di sekolah
  minggu. Simaklah edisi e-BinaAnak kali ini dan dapatkan sesuatu yang
  berharga untuk kemajuan sekolah minggu Anda.

  Selamat melayani!

  Staf Redaksi e-BinaAnak
  Santi Titik Lestari
  http://pepak.sabda.org
  http://fb.sabda.org/binaanak
_____________________________________________________________________

    "Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang
   memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu."
                        (1 Korintus 9:14)
          < http://alkitab.sabda.org/?1Korintus+9:14 >
_____________________________________________________________________
ARTIKEL

                         DRAMA DI DALAM KELAS

  Beberapa orang mengatakan bahwa drama mengajarkan tentang kehidupan
  kepada kita dengan cara yang lebih jelas dan lebih gamblang daripada
  yang kita alami sebenarnya. Drama cenderung mengelompokkan
  masalah-masalah kompleks dalam hidup manusia, bukan dengan
  penyederhanaan, namun melalui seleksi. Drama dapat membuat cerita
  dan gagasan menjadi lebih hidup, dan karena sifat dasarnya yang
  pokok dan kreatif, drama sering menjadi teknik pendidikan yang
  penting.

  Ketika kita memikirkan tentang konteks pendidikan di gereja dan
  sekolah minggu, kita cenderung hanya memikirkan "drama religi" dan
  lebih khusus lagi "drama Kristen". Kaye Baxter mendefinisikan drama
  religi sebagai hal yang berkaitan dengan tema kehidupan yang penting
  dan pokok. Drama "menampilkan karakter dalam tindakan -- dalam
  situasi ketika iman dan kepercayaan diuji."[1]

  Ingatlah, yang sedang kita pikirkan di sini adalah metode yang
  efektif untuk mengomunikasikan pesan kebenaran. Seseorang seharusnya
  tidak diombang-ambingkan oleh karena sekelompok orang yang
  mengatakan bahwa karena drama digunakan dengan tidak tepat untuk
  menyatakan kesalahan dan dosa, metode tersebut [menggunakan drama]
  tidak baik dan harus dihindari. Drama sebagai teknik adalah amoral
  (tidak lagi memiliki ciri khas yang baik atau jahat). Cara kita
  menggunakannyalah yang membuat perbedaan.

  Perjanjian Lama menyediakan cukup banyak contoh untuk pengajaran
  macam ini. Perhatikanlah nabi Yehezkiel yang mendesain contoh kota
  Yerusalem dan kemudian mengepungnya atas perintah Allah. Atau reaksi
  Elia di Gunung Karmel seperti yang dicatat dalam 1 Raja-Raja 18.
  Sebenarnya tidak perlu bagi Elia untuk menambahi air yang
  berbuyung-buyung itu atau mengejek nabi-nabi Baal tentang allah
  mereka yang sedang bepergian. Tetapi semua tindakannya itu mencapai
  puncaknya ketika Elia memperlihatkan kekuatan Allah  yang luar
  biasa. Demonstrasi dramatis dari para nabi menjadi format pengajaran
  dasar pada saat itu.

  Kita jangan menyalahartikan drama dengan permainan peran. Permainan
  peran dapat dipertunjukkan dalam waktu kurang dari setengah jam
  tanpa persiapan apa pun dari masing-masing pemeran. Hal itu jarang
  terjadi pada drama. Di sini kita sedang membahas tentang metode yang
  mungkin bisa kita laksanakan hanya sekali atau dua kali setahun. Jam
  latihan yang lama, kostum, tata panggung, dan persiapan-persiapan
  lain cenderung membuat kita merasa bahwa drama adalah metode
  pengajaran benar-benar "tidak sebanding dengan usahanya". Namun kita
  tidak perlu terlalu tergesa-gesa menyalahkan metode pengajaran mana
  pun, setidaknya sampai kita mencobanya. Pengaruh yang dihasilkan
  oleh drama pada hidup para pemain dan penontonnya mungkin sepadan
  dengan waktu yang diinvestasikan.

  Nilai-Nilai Kegunaan Drama

  Drama bisa menjadi alat yang sangat efektif untuk menunjukkan solusi
  yang tepat atas masalah-masalah yang dihadapi oleh orang-orang dalam
  kehidupan nyata. Keterlibatan emosi adalah pengalaman yang biasa
  terjadi ketika seseorang menyaksikan drama yang efektif. Penonton
  tersebut mungkin melihat dirinya direfleksikan dalam salah satu
  tokoh dan mengakui bahwa solusi yang sama yang dieksplorasi dalam
  drama itu bisa juga diterapkan dalam hidup dan masalahnya.

  Drama juga bisa digunakan untuk meningkatkan pengalaman penyembahan.
  James Warren mengingatkan kita, "Drama selalu dikaitkan erat dengan
  penyembahan di gereja. Sebagai contoh, pembacaan lisan, paduan
  suara, pertunjukan seni, tarian dramatis, dekorasi yang menawan, dan
  tata lampu adalah sebagian dari teknik yang bisa membawa jemaat
  kepada semangat penyembahan. Drama bukan hanya bisa ditemukan dalam
  teknik-teknik di atas, tapi juga bisa ditemukan di dalam liturgi
  (misalnya, ketika sebuah kebaktian penyembahan lambat laun menuju
  kepada tindakan pemujaan dan komitmen)."[2]

  Saya tidak akan pernah melupakan pengalaman yang saya alami dalam
  kebaktian Jumat Agung beberapa tahun yang lalu. Sebagai ganti
  puji-pujian paduan suara dan khotbah biasa, gereja saya memakai film
  tentang Penyaliban. Pengaruh drama tersebut terhadap hidup saya pada
  saat itu jauh lebih berarti daripada ibadah-ibadah lain yang saya
  ikuti pada tahun-tahun sebelumnya.

  Fitur dari drama yang lain yang juga berguna adalah kemampuannya
  menstimulasi pikiran mengenai masalah-masalah penting. Dalam hal
  ini, drama bisa digunakan sebagai katalisator dalam diskusi
  kelompok. Untuk hal ini, kita tidak perlu direpotkan dengan masalah
  kostum dan latihan karena kita menginginkan drama yang cukup singkat
  dalam pementasannya sehingga setelah pertunjukan waktu dapat
  digunakan untuk diskusi yang efektif.

  Sebagai contoh, sekelas anak-anak SMP yang sedang mempelajari kisah
  perjalanan penginjilan Paulus dalam kitab Kisah Para Rasul bisa
  mempersiapkan drama tentang Paulus dan Silas di penjara Filipi. Dua
  atau tiga kali latihan dengan penggunaan kostum yang terbatas bisa
  menghasilkan pertunjukan yang bermanfaat dalam waktu 15 atau 20
  menit yang kemudian bisa diikuti oleh diskusi kelompok menyeluruh.

  Drama bisa membantu menyingkapkan pemahaman karakter dan kepribadian
  seseorang yang digambarkan dalam drama. Bayangkan dampak yang dapat
  ditimbulkan oleh drama yang direncanakan dengan matang yang
  mempelajari perilaku Ayub selama masa kesusahannya.

  Drama bisa membantu gereja dalam penginjilan. Orangtua non-Kristen
  yang mungkin tidak pernah datang ke kebaktian gereja mungkin akan
  merespons dengan antusias undangan yang meminta mereka datang dan
  menyaksikan drama yang diikuti oleh anak-anak mereka. Pengaruh pesan
  sebuah drama bisa diarahkan pada penyampaian Injil yang jelas. Jika
  kita melihat penerimaan yang besar oleh masyarakat terhadap
  pelayanan film dari Billy Graham Evangelistic Association, maka hal
  itu sudah merupakan suatu pembenaran yang cukup terhadap peran drama
  dalam penginjilan.

  Jika gereja menggunakan media televisi dalam skala yang besar,
  mungkin sangat baik mengetahui (seperti yang telah ditunjukkan
  beberapa denominasi besar kepada kita melalui pelayanan televisi
  mereka) bahwa drama Kristen merupakan teknik yang lebih efektif
  dalam mengomunikasikan Injil melalui televisi dibanding dengan
  pendekatan tradisional lainnya.

  Satu hal lagi yang perlu dibahas adalah penggunaan drama kreatif
  dengan anak-anak. Eleanor Morrison dan Virgil Foster menyediakan
  satu bab khusus untuk masalah ini dalam buku mereka dan menunjukkan
  bagaimana drama bisa menjadi efektif sekalipun tanpa latihan yang
  lama dan kostum yang mahal. "Drama kreatif adalah kegiatan favorit
  anak-anak karena mereka mengarang penulisan drama mereka sendiri.
  Materi yang digunakan mungkin asli atau mungkin berdasarkan pada
  kisah yang sedang dipelajari dalam kelompok. Gambar latar, kostum,
  dan peralatan hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.
  Dialognya -- karena drama tersebut muncul dari interaksi spontan --
  bervariasi setiap kali dipentaskan. Penekanannya adalah pada
  partisipasi yang spontan dan bebas dari anak-anak alih-alih akting
  yang hebat. Pemeran mungkin bisa berganti-ganti setiap berganti
  adegan karena semua anak harus dilibatkan."[3]

  Hal-Hal Penting Sebelum Melakukan Pertunjukan Drama

  Dalam upaya memutuskan untuk menggunakan drama, saya sudah
  menyebutkan sebagian besar dari masalah-masalah utamanya.
  Kemungkinan latihan berminggu-minggu atau berbulan-bulan yang
  menyebalkan, ditambah lagi dengan biaya kostum dan panggung, dan
  semuanya cukup menarik guru untuk kembali ke metode mengajar melalui
  khotbah!

  Salah satu murid saya, yang menulis sebuah karangan mengenai kegunaan
  drama, menyarankan sebuah model untuk memperkenalkan drama sebagai
  teknik pengajaran di gereja. Dia menuliskan tujuh langkah yang
  harus dilakukan.

  1. Pelajaran -- bahan yang diajarkan di kelas-kelas.
  2. Diskusi -- pembahasan tentang bagaimana seorang tokoh berpikir,
     atau bagaimana seseorang seharusnya merespons apa yang
     dibicarakan.
  3. Diskusi lanjutan -- pembahasan drama religi dan bagaimana drama
     tersebut bisa membantu menjelaskan situasi dalam kehidupan orang
     Kristen.
  4. Permainan peran -- setiap pemain berpura-pura memerankan seorang
     tokoh dan beradu akting dengan pemain yang lain.
  5. Improvisasi -- naskah pendek untuk menggambarkan beberapa ide
     atau memerankan beberapa tokoh.
  6. Adegan pendek -- naskah yang lebih panjang dan mulai memikirkan
     masalah kostum.
  7. Drama tunggal -- naskah lengkap dan dengan latihan-latihan
     sebelum drama dipentaskan untuk penonton.

  Hasil akhir dari delapan langkah ini adalah sebuah drama lengkap dan
  penggunaan drama sebagai media reguler dalam program pendidikan
  gereja.

  Prinsip-Prinsip Penggunaan Drama yang Efektif

  Bersabarlah dengan pemain yang belum berpengalaman. Bersabarlah
  dengan orang-orang dewasa di gereja yang sedikit curiga dengan
  metode tersebut. Bersabarlah untuk melihat hasil akhir drama sebagai
  teknik pengajaran.

  Perhatikanlah dengan cermat drama yang akan ditampilkan. Pastikan
  drama tersebut tidak terlalu sulit bagi kelompok usia tertentu dan
  sehingga pesan pentingnya dapat tersampaikan dengan tepat.

  Pilihlah seorang sutradara yang bisa membimbing dengan baik dalam
  pengembangan drama. Jika Anda harus menyutradarainya sendiri,
  pelajarilah beberapa sumber buku yang membantu untuk meningkatkan
  keefektifan kepemimpinan Anda. (t/Setya)

  Referensi:
  [1] "Contemporary Theater and the Christian Faith", Abingdon,
  Nashville, TN
  [2] "Art in the church," Religius Education, Marvin J. Taylor, ed.,
  Abingdon, Nashville, TN
  [3] "Creative Teaching in the Church", Eleanor Morrison and Virgil
  Foster, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ

  Diterjemahkan dan disunting dari:
  Judul artikel: Drama in the Classroom
  Judul buku: 24 Ways to Improve Your Teaching
  Penulis: Kenneth O. Gangel
  Penerbit: SP Publication Inc,. Amerika Serikat 1974
  Halaman: 112 -- 117
______________________________________________________________________
TIPS

                      MELAKONKAN CERITA ALKITAB
                 Diringkas oleh: Santi Titik Lestari

  Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk menyampaikan cerita
  dengan berbagai variasi, selain dari cara yang biasa.

  a. Bercerita seolah-olah sedang menyaksikan apa yang terjadi.
  b. Memainkan peranan seorang pelaku dalam cerita dan menyampaikan
     cerita seolah-olah dialah yang sedang bercerita.
  c. Dengan memakai beberapa nada suara yang berlainan, memerankan
     dialog antara pelaku-pelaku dalam cerita seolah-olah mereka
     sendiri yang sedang berbicara.

  Bagaimana Menyusun Cerita?

  Tiap cerita memunyai empat bagian dan tiap bagian cerita memunyai
  fungsi tertentu:

  1. Permulaan (Pendekatan/Pendahuluan)
     a. Memikat perhatian si anak.
     b. Membawanya ke dalam suasana cerita dengan:
        - memperkenalkan tokoh-tokoh yang penting,
        - menggambarkan kapan dan di mana cerita itu terjadi, dan
        - menggugah rasa ingin tahu berhubungan dengan inti.
  2. Perkembangan (Jalan cerita)
     a. Melalui pergumulan membawa anak-anak kepada pengertian tentang
        sesuatu kebenaran.
     b. Menunjukkan apa yang terjadi, dengan cara yang memikat
        perhatian sampai ke puncak dengan makin meningkatkan rasa
        ingin tahu penyelesaian pergumulan dalam cerita.
  3. Pemecahan
     Puncak atau klimaks dari cerita, di sini persoalan dipecahkan dan
     segala rahasia terbuka.
  4. Penyelesaian (Penutup)
     Dengan singkat dan memuaskan bagi penonton, inti cerita
     ditekankan secara wajar dan menarik bagi penonton.

  Bagaimana Pembagian Waktu Untuk Setiap Bagian?

  Ingat, permulaan, pemecahan, dan penyelesaian selalu pendek saja.
  Perkembangan cerita memerlukan hampir sebagian besar waktu.

  Melatih Diri Menyampaikan Cerita

  Cara bercerita yang sungguh hidup dan memikat perhatian penonton
  tidak akan dengan mempelajari teori, bagaimanapun tepatnya teori
  itu; keterampilan menyampaikan cerita Alkitab dengan gaya yang hidup
  hanya dapat diperoleh dengan latihan. Bila seseorang melatih diri
  secara lengkap dan sesempurna mungkin, walau hanya dua atau tiga
  kali, itu akan menolongnya menjadi lebih ahli dalam menyampaikan
  semua cerita berikutnya, walaupun tidak ada waktu untuk banyak
  berlatih lagi. Sebab itu, ambillah waktu untuk mengadakan latihan
  yang lengkap dan sempurna.

  Ada tiga cara melatih diri yang sangat menolong:
  1. seorang diri di depan kaca panjang, dan menilai hasilnya sendiri,
  2. di hadapan orang lain yang dapat memberi penilaian secara tidak
     langsung melalui reaksinya, atau
  3. dalam kelompok atau kelas dengan disaksikan oleh orang lain yang
     mampu memberi saran dan penilaian.

  Ketiga cara ini diperlukan untuk menyempurnakan cara bercerita
  sebaik-baiknya. Mungkin yang paling menolong ialah bila guru memulai
  dengan latihan diri. Kemudian setelah merasa siap, baru ceritanya
  disajikan kepada orang lain.

  Setiap orang memunyai penilaian masing-masing. Cobalah ceritakan
  dulu ke seorang anak, adik, atau tetangga. Penilaian dapat diketahui
  dari sikap mereka, apakah mereka senang mendengar cerita yang
  disampaikan itu. Tetapi perlu juga mendapat penilaian secara jelas
  dan terus terang dari orang dewasa yang cukup mengerti apakah cerita
  itu memenuhi syarat atau tidak sebagai alat mengajar PAK kepada
  anak-anak.

  Macam-Macam Latihan

  1. Mengendalikan nada suara, air muka dan gerak-gerik sesuai dengan
     isi cerita.

     Bahan latihan: Cobalah tirukan kata-kata orang-orang berikut ini
     dengan suara yang tepat; kemudian ucapkan kembali dengan
     gerak-gerik dan air muka yang turut menjelaskan arti kata-kata
     itu:

     a. Goliat dan Daud
        1) Goliat menantang Israel - I Samuel 17: 10
        2) Eliab mengejek Daud - I Samuel 17:28
        3) Daud menjawab ejekan Eliab - I Samuel 17:29
        4) Ucapan Daud kepada Raja Saul - I Samuel 17:32
        5) Goliat mengejek Daud - I Samuel 17:43
        6) Daud menjawab ejekan Goliat - I Samuel 17:45

     b. Perumpamaan seorang hamba
        1) Hamba yang tak dapat membayar hutang - Matius 18:25
        2) Teguran hamba itu kepada hamba yang lain - Matius 18:28,
           bagian akhir.
        3) Raja dari hamba yang jahat itu - Matius 18:32-35

     c. Kisah Elisabeth dan Maria
        1) Zakharia - Lukas 1: 18
        2) Elisabeth - Lukas 1:25
        3) Maria - Lukas 1:34, 1:38, 1:46-47
        4) Simeon - Lukas 2:29-30

     d. Yesus di Bait Allah
        1) Anak-anak di Bait Allah - Matius 21:15
        2) Kepala imam di Bait Allah - Matius 21:16
        3) Yesus menjawab kepada imam - Matius 21:16-17

     e. Yesus ditangkap
        1) Yudas - Markus 14:4
        2) Petrus - Markus 14:29, 31, 71
        3) Kepala pasukan - Markus 15:39

     f. Maria dan Yesus
        1) Maria Magdalena - Yohanes 20:16, 18
        2) Tomas - Yohanes 20:28
        3) Yesus - Yohanes 20:29 21:12, 15

     g. Petrus dan Imam Besar
        1) Petrus - Kisah 3:14, 4:19
        2) Imam Besar - Kisah 5:28

  2. Menentukan cepat-lambatnya cara penyampaian

     Bacalah contoh-contoh berikut dengan nada suara dan kecepatan
     yang tepat!

     a. "Bukan main takutnya bangsa Israel! Mereka bingung, takut,
        panik! Di depan mereka terbentang laut, sedangkan di belakang
        mereka raja yang kejam bersama tentaranya mengejar, sudah
        mendekat. Mereka tidak dapat ke mana-mana, lalu menangislah
        mereka ketakutan.

     b. "Setiap hari wanita itu mengejek Hana, `Aku punya anak, Hana,
        sedangkan kau tidak! Barangkali Tuhan lupa kepadamu.
        Barangkali Dia tidak mengasihimu sehingga kamu tidak
        diberi-Nya anak!` Hana sedih sekali mendengar itu. Benarkah
        Tuhan tidak mengasihinya? Seringkali diam-diam Hana menangis
        dengan sedihnya."

     c. "Di malam yang gelap itu mereka menyanyikan lagu-lagu pujian.
        Tahanan-tahanan yang lain diam mendengarkan nyanyian itu.
        Tiba-tiba, terjadi gempa yang sangat hebat! Tembok-tembok
        penjara yang tebal dan kuat itu bergoyang-goyang, lalu
        runtuh. Dan balok-balok kayu yang membelenggu kaki Paulus dan
        Silas hancur berantakan. Keduanya bebas.", 3. Bahasa yang kita pakai harus sederhana dan sesuai dengan bahasa
     anak-anak supaya mudah dimengerti.

  4. Buatlah beberapa macam variasi:

     a. Menceritakannya dari sudut pandang salah satu tokoh dalam
        cerita.
     b. Menceritakannya seolah-olah Anda sendiri sedang
        menyaksikannya.
     c. Menceritakannya dari sudut pandang orang ketiga yang hanya
        memberitahukan apa yang terjadi.
     d. Menceritakan keadaan, sedemikian rupa sehingga penonton
        merasa turut menyaksikannya.
     e. Memainkan peranan masing-masing tokoh dengan memakai suara
        yang berbeda untuk tiap tokoh.
     f. Adakah ide lain lagi yang dapat dipakai? Praktikkanlah!

  Diambil dan diringkas dari:
  Judul artikel: 1. Menentukan Cara Menyampaikan Cerita
                 2. Melatih Diri untuk Menyampaikan Cerita Alkitab
  Judul buku: Penuntun Guru PAK, Sekolah Minggu, dan Sekolah Dasar
              1 dan 2
  Penerbit: PT. BPK Gunung Mulia
  Halaman: 155 -- 157 dan 174 -- 177
_____________________________________________________________________
MUTIARA GURU

               Drama dalam gereja bukan sekadar hiburan.
      Jika digunakan secara efektif akan merefleksikan kehidupan
      dan memasuki kedalaman firman Tuhan. -- Charlotte L. Pound
______________________________________________________________________
BAHAN MENGAJAR

         KREASI DRAMA SEKOLAH MINGGU -- ORANG SAMARIA YANG BAIK

  Dalam kelas Sekolah Minggu bersama anak-anak berumur 6 -- 8 tahun,
  saya telah mementaskan kelas drama sekolah minggu yang meriah dari
  bahan pelajaran "Orang Samaria yang Baik". Apakah Anda pernah
  menampilkan drama-drama di kelas Anda? Saya merasa pementasan
  drama-drama tersebut sukses besar untuk anak-anak berumur 6 -- 8
  tahun.

  Drama Sekolah Minggu:

  Buatlah naskah drama untuk melakonkan kisah Orang Samaria yang baik.

  Tunjuk pemeran-pemeran utama dalam cerita tersebut dan arahkan
  mereka untuk melakukan adegan orang-orang yang lewat serta adegan
  orang Samaria yang berhenti untuk menolong.

  Diskusi Drama Sekolah Minggu:

  Pikirkanlah tentang perintah Allah "Kasihilah sesamamu manusia" dan
  bandingkanlah hal ini dengan Orang Samaria yang Baik. Orang yang
  manakah yang merupakan teman yang baik? Siapakah temanmu? Hal-hal
  seperti apa yang dilakukan teman yang baik? Siapakah teman yang baik
  di dalam kelas ini?

  Kerajinan Tangan: Menciptakan Kebun Teman yang Baik

  Bahan yang dibutuhkan:

  1. Satu kertas latar yang besar yang berwarna hijau atau Anda dapat
     mengecat kertas latar itu dengan warna hijau. Dengan cara lain,
     Anda dapat meremas-remas kertas koran, celupkan ke cat berwarna
     hijau dan kemudian oleskan ke kertas latar agar kertas tersebut
     tampak berwarna hijau. Atau dengan cara lain, Anda juga bisa
     menggunakan kertas dinding berwarna hijau yang biasa jika Anda
     punya.

  2. Piring-piring kertas yang berukuran sedang.

  3. Cat, krayon, atau kertas berbentuk yang bisa ditempelkan untuk
     mendekorasi kebun.

  4. Spidol yang besar/tebal.

  Cara membuat:

  Gambarlah sebuah lingkaran di tengah-tengah piring kertas: lingkaran
  ini adalah bundaran di tengah bunga. Biarkanlah anak-anak
  mendekorasi piring-piring tersebut dengan bahan-bahan kesenian apa
  pun yang Anda gunakan, tetapi biarkanlah tengahnya tetap putih.
  Setelah mereka selesai mendekorasi "bunga", minta mereka untuk
  memikirkan sebuah kata yang menggambarkan "teman yang baik" -- satu
  kata per anak, tetapi kata yang belum diucapkan sebelumnya.
  Kemudian, gunakanlah spidol untuk menuliskan kata tersebut di
  tengah-tengah bunga anak itu. Lalu, mintalah anak-anak untuk
  menanamkan (menempelkan) bunga mereka ke "kebun teman yang baik".
  Jika sudah selesai, letakkanlah spanduk kecil yang terbuat dari
  kertas biru atau putih di atas gambar dengan tulisan "Kebun Teman
  Kami yang Baik" dan gantungkanlah karya tersebut di dinding. (t/Uly)

  Diterjemahkan dan disuting seperlunya dari:
  Judul asli artikel: Sunday School Drama - Good Samaritan
  Nama situs: Sunday School Teaching Resources
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Alamat URL: http://www.christianitycove.com/
                     sunday-school-drama-good-samaritan
  Tanggal akses: 15 Juni 2010

_____________________________________________________________________
WARNET PENA

       KUMPULAN NASKAH DRAMA PADA SITUS CHRISTIAN DRAMA SCRIPTS
                     http://www.christian-drama.org

  Kabar baik bagi Anda yang punya kerinduan untuk mengajarkan firman
  Tuhan melalui drama. Sering kali kita mengalami kebingungan tentang
  cerita apa yang akan dipentaskan dalam drama tersebut. Mulai
  sekarang, kebingungan Anda sudah bisa diatasi dengan adanya situs
  Christian Drama Scripts yang menyajikan berbagai naskah drama dalam
  bahasa Inggris. Naskah drama disajikan dalam bahasa Inggris dan
  dibagi menjadi empat kategori, yaitu Christmas Scripts (Naskah
  Natal), Easter Scripts (Naskah Paskah), General Themes (Naskah
  Umum), dan Specific Bible Passages (Naskah Alkitab Spesifik).
  Masing-masing kategori naskah drama tersebut memiliki beberapa judul
  naskah yang sangat menarik. Sebagai contoh, "Mary`s Thoughts: Luke
  1:26-38" (Apa yang Dipikirkan Maria), "Doubting Thomas: John 20:24-
  29" (Thomas si Peragu), "The Rape of Tamar: 2 Samuel 13:1-22"
  (Pemerkosaan Tamar), "Matthew 9 : Jesus Heals a Paralysed Man"
  (Yesus Menyembuhkan Seorang Lumpuh), dan masih banyak lagi naskah
  yang bisa Anda dapatkan sesuai dengan kebutuhan pelayanan Anda.
  Manfaatkan situs ini dengan sebaik-baiknya untuk menunjang pelayanan
  Anda. (STL)
_____________________________________________________________________
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org

Kunjungi Blog SABDA di: http://blog.sabda.org

Bergabunglah dalam forum diskusi pelayanan anak di In-Christ.Net di:
http://www.in-christ.net/forum/?board=8.0

Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak: http://fb.sabda.org/binaanak
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih, Santi Titik Lestari

Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 e-BinaAnak / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org