Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/428 |
|
e-BinaAnak edisi 428 (16-4-2009)
|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____ DAFTAR ISI EDISI 428/April/2009 - SALAM DARI REDAKSI: Allah Beserta Kita - ARTIKEL 1: Setelah Kebangkitan Itu: Suatu Senja di Kota Emaus - ARTIKEL 2: Pelajaran dari Kisah Perjalanan ke Emaus - MUTIARA GURU - BAHAN MENGAJAR: Yesus Mengasihimu - WARNET PENA: Rajawali Kecil Ministries (Racil) ______________________________________________________________________ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org> ______________________________________________________________________ SALAM DARI REDAKSI ALLAH BESERTA KITA Shalom, Setelah kebangkitan-Nya, Yesus tetap tidak berhenti bekerja. Berulang kali Dia menampakkan diri kepada para murid. Dia tahu betapa takutnya para murid pascaberita hilangnya jenazah Yesus. Dia tahu benar bahwa para murid membutuhkan Dia. Itulah bukti penyertaan-Nya. Bukan hanya kepada para murid saja Dia menyatakan penyertaan-Nya, namun kepada kita semua, para hamba-Nya. Masih dalam suasana Paskah, minggu ini kami mengajak Rekan-Rekan sekalian merenungkan lagi arti penampakan diri Yesus kepada murid-murid-Nya. Sebelum kita mengajarkan hal tersebut kepada anak-anak layan kita, pastinya kita terlebih dahulu harus memahami dan mengalami sendiri kuasa penyertaan-Nya, bukan? Selain artikel, kami sajikan pula bahan mengajar yang akan membantu Anda menjelaskan arti penampakan Yesus kepada anak-anak layan Anda. Kiranya menjadi berkat! Selamat melayani! Pimpinan Redaksi e-BinaAnak, Davida Welni Dana http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ http://pepak.sabda.org/ "Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu." (2 Korintus 1:2) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=2Korintus+1:2 > ______________________________________________________________________ ARTIKEL 1 SETELAH KEBANGKITAN ITU: SUATU SENJA DI KOTA EMAUS Lukas 24:13-35 Ketika membaca Injil Sinoptik setelah peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus -- yang kita peringati beberapa minggu lalu -- kita sering lupa bahwa betapa sukarnya murid-murid Yesus untuk mengaminkan atau memercayai apa yang sebenarnya mereka lihat dengan mata kepala sendiri. Peristiwa ajaib sekitar 2000 tahun lalu, tanda kubur yang kosong, belum cukup untuk meyakinkan mereka bahwa Yesus sudah bangkit. Bagi mereka, fakta atau kenyataan ini hanya menunjukkan bahwa Yesus sekarang memang tidak berada di dalam kubur; hanya itu saja. Bagi mereka, konsep kebangkitan Yesus masih jauh dari pemikiran; yang ada ialah kemungkinan besar Yesus telah hilang dari kubur. Untuk meyakinkan para murid, rupanya perlu pertemuan yang lebih banyak antara pribadi Yesus sendiri dengan mereka. Selama 3 tahun menjadi murid, bergaul, dan pergi selalu bersama-sama, demikian juga makan bersama-sama, suka-duka bersama-sama, dan masih banyak lagi yang mereka kerjakan bersama-sama, ternyata belum cukup untuk mengenal pribadi Yesus lebih mendalam. Seorang penulis yang bernama Frederick Buehner sangat terpesona melihat kualitas dalam peristiwa penampakan Tuhan Yesus setelah minggu Kebangkitan. Tidak ada malaikat di langit yang bertepuk dan bersorak menyanyikan pujian. Tidak ada raja yang sengaja datang dari negeri yang jauh untuk membawa persembahan. Yesus menampakkan diri dalam keadaan yang paling biasa; makan malam bersama antara dua orang yang berjalan menuju Emaus. Bagian Alkitab yang kita baca ini menceritakan tentang penampakan diri Yesus di Emaus. Suatu desa yang kurang lebih 12 km (7 mil) jauhnya dari kota Yerusalem. Memang Lukas sendiri tidak mengatakan bahwa kedua orang tersebut berjalan dari arah Yerusalem. Kedua orang ini dikatakan sedang mempercakapkan tentang apa yang terjadi. Alkitab kita mencatat bahwa mereka sedang "bertukar pikiran", yang boleh diterjemahkan dengan "berbantah-bantah" atau "bersoal jawab" (lihat dan bandingkan dengan Lukas 22:23). Adakah kemungkinan mereka tidak sepakat dengan isu-isu di luar sana? Desas-desus yang mereka bicarakan rupanya bukan rahasia lagi, tetapi sudah diketahui oleh umum. Yesus sekarang tidak lagi berada di dalam kubur; mereka semua sudah tahu, khususnya informasi ini mereka peroleh dari para wanita yang sudah terlebih dahulu pergi ke kubur; ditambah lagi Petrus sendiri sudah membenarkannya. Tetapi ternyata para murid tidak begitu gampang menerima berita itu, bukankah baru kemarin Yesus mati tergantung di kayu salib? Bagi para murid, pengharapan itu seakan-akan kosong dan hampa. Yesus yang mereka harapkan menjadi pahlawan ternyata kalah dan babak belur di atas salib. Lukas sendiri mencatat dalam ayat 21, "Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel." Ada nada kecewa terutama dari Kleopas dan temannya. Senja di Emaus merupakan momen penting bagi Yesus untuk memperbarui konsep murid-murid yang luntur. Ada tiga hal yang akan kita pelajari berkenaan dengan senja di Emaus. I. Senja di Emaus mengubah yang ragu menjadi percaya. Secara manusia, bagi murid-murid, peristiwa penyaliban Tuhan Yesus merupakan suatu kekalahan yang besar. Yesus yang merupakan sang Guru Agung sekarang harus mati dengan cara yang konyol dan mengenaskan, ini sesuatu yang tidak masuk akal. Itulah sebabnya tatkala dikatakan bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit, tidak semua murid bisa menerima begitu saja; dan Yesus mengetahuinya. Murid-murid-Nya menjadi begitu ragu akan kemampuan Yesus. Benar, Ia dahulu pernah membuat air menjadi anggur. Benar, dahulu Ia pernah menyembuhkan orang sakit dan lumpuh. Benar, Ia dahulu pernah membangkitkan Lazarus yang mati. Benar, Ia dahulu pernah memelekkan mata orang buta! Tetapi sekarang, Ia kalah dan tergantung di salib. Bagaimana mungkin Ia bisa bangkit? Padahal Yesus sendiri sudah mengatakan peristiwa kebangkitan-Nya, yaitu pada hari ketiga, tetapi para murid tidak menganggap hal ini serius; sehingga semua murid Yesus lupa akan hal ini. Satu peringatan yang cukup keras yang dilontarkan sang Tamu yang tidak dikenal, yakni "Yesus", ternyata tidak menyadarkan mereka. "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu yang dikatakan oleh para nabi! Bukankah Mesias harus menderita untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya." Orang bodoh yang dimaksud di sini adalah orang yang tidak memunyai hikmat dan kebijaksanaan, dan dalam hal ini boleh diterjemahkan sebagai iman. "Hai kamu yang kurang beriman, betapa lambannya engkau semua?" Berbicara tentang "orang bodoh", saya jadi teringat cerita anak sekolah minggu tentang "Siapa yang merobohkan Tembok Yerikho?" Suatu hari, pendeta memunyai kesempatan untuk mengunjungi kelas-kelas sekolah minggu. Lalu sang pendeta bertanya pada mereka, "Siapakah yang meruntuhkan Tembok Yerikho?" Semua murid menjadi terdiam tidak ada yang menjawab. Kemudian pendeta mengulangi lagi pertanyaannya, "Anak-anak, siapa yang meruntuhkan Tembok Yerikho?" Murid-murid sekolah minggu tetap diam, dan semuanya tertunduk. Untuk ketiga kalinya, pendeta kembali bertanya, "Veronica, siapa yang meruntuhkan Tembok Yerikho?" Kemudian sambil sedikit memandang ke arah pendeta, ia mengatakan, "Bukan saya, Pak?" Sang guru sekolah minggu merasa kasihan, lalu ia mengatakan kepada pendeta demikian, "Benar, Pak Pendeta, Veronica anak yang baik, ia tidak mungkin meruntuhkan Tembok Yerikho itu." Sang pendeta merasa kaget dan hampir pingsan mendengar jawaban sang guru sekolah minggu itu. Kita semua orang bodoh, kadang kala kita sama seperti murid Tuhan Yesus, terlalu sukar untuk percaya. Apa lagi tatkala kita menghadapi kesulitan yang tidak kunjung berlalu. Di sana-sini penuh krisis, banyak orang yang bangkrut. Keadaan ekonomi tidak menentu. Kita sudah berdoa bahkan berpuasa, namun kesulitan itu terus melanda; bagaimana kita bisa percaya pada Yesus? Kita seakan-akan tidak gesit, lamban, dan ketinggalan. Kita merasa gagal melayani Tuhan, padahal yang kita kerjakan sudah benar. Kita lupa siapa yang kita layani. Jikalau kita memang benar-benar ingat siapa Yesus, siapa Tuhan kita, maka untuk hal-hal yang baik, kita tidak perlu ragu melakukannya. II. Senja di Emaus mengubah kesia-siaan menjadi kesempatan. Murid-murid Yesus begitu terbuai dengan pengharapan mereka, sehingga tatkala apa yang mereka harapkan itu tidak terwujud; mereka menjadi sangat kecewa. Seakan-akan apa yang mereka lakukan itu sia-sia belaka. Contoh konkret misalnya Petrus, ia merasa lebih baik kembali ke profesi masa lalu, yakni menangkap ikan. Tetapi cita-citanya tidak kesampaian; Yesus menangkap dia kembali untuk menjadi penjala manusia. Sekarang Yesus sudah berada di hadapan mereka, tetapi Yesus tidak dikenal. Ada yang mengatakan bahwa Yesus tidak dikenal karena murid-murid itu berjalan ke arah barat dan mata mereka begitu silau karena sinar matahari segera masuk, tetapi ini tentu tidak sesuai dengan jalan pemikiran penulis. Lukas juga tidak mengatakan bahwa Tuhan Yesus datang dalam wajah yang lain, sehingga tidak dikenal. Menurut terjemahan baru, ada sesuatu yang menghalangi para murid; ayat 16 dalam bahasa aslinya diterjemahkan "mata mereka tertahan dari mengenal Dia". Artinya mereka terhalang untuk mengenali Dia. Pada saat makan, orang asing ini melakukan tindakan yang membuat mereka tersentak. Ia memecahkan roti dan mata rantai yang hilang tiba-tiba masuk di tempatnya. Jadi yang berjalan bersama mereka sejak tadi dan sekarang sedang duduk di meja mereka adalah Yesus sendiri! Anehnya, begitu mereka mengenali Yesus, Ia langsung menghilang. Untuk mengenal Kristus yang sudah bangkit, maka mata rohani setiap orang harus dicelikkan. Jikalau mata rohani kita buta, jangankan mengenal Yesus yang bangkit; mengenal Yesus saja sulit. Dalam Perjanjian Lama, tatkala kedua belas orang pengintai itu diutus untuk menyelidiki keadaan kota Kanaan, apa yang terjadi? Kesepuluh orang pulang dengan bersungut-sungut, mereka mengatakan bahwa sulit untuk merebut Kanaan, di situ banyak raksasa dan sebagainya. Tetapi lain halnya dengan Yosua dan Kaleb, mereka pulang dengan muka berseri-seri. Mereka yakin akan menang. Apakah kedua belas orang itu buta? Tidak! Mereka semua sehat matanya, tetapi ada sepuluh orang yang mata rohaninya buta. Mata rohani yang buta akan membuat "kesempatan menjadi kesia-siaan", tetapi sebaliknya; mata rohani yang terbuka akan membuat "kesia-sian menjadi kesempatan". III. Senja di Emaus mengubah kegagalan menjadi kemenangan. Tuhan Yesus terus-menerus memperlihatkan diri-Nya kepada murid-murid, kurang lebih dua belas kali. Tatkala kedua orang itu bergegas kembali ke Yerusalem, mereka menemukan sebelas murid berkumpul di dalam rumah dalam keadaan pintu yang terkunci. Mereka menceritakan kisah menakjubkan itu, yang mendukung apa yang sudah diketahui oleh Petrus, Yesus ada di luar sana dan ternyata masih hidup. Tanpa peringatan, bahkan ketika para "peragu" itu memperdebatkannya, Yesus sendiri muncul di tengah-tengah mereka. "Aku bukan hantu," kata-Nya, "sentuhlah luka-Ku." Bahkan pada waktu itu, keraguan masih belum hilang, sampai Yesus bersedia makan sepotong ikan bakar. Hantu makan ikan, fatamorgana tidak bisa membuat makanan itu lenyap. Selama 6 minggu, Yesus senantiasa datang dan lenyap secara tiba-tiba. Penampakan diri-Nya tidak dalam bentuk roh yang dapat membuat para murid-Nya merasa ketakutan. Yesus menampakkan diri-Nya dalam bentuk tubuh dan daging. Di situ masih ada luka-luka-Nya. Di situ masih ada lubang paku di tangan dan kaki-Nya. Di situ masih ada lubang bekas tombak di lambung-Nya. Di situ masih ada bekas luka di kepala karena dipaksa mengenakan mahkota duri. Yesus menyesuaikan diri terhadap tingkat keragu-raguan murid-murid-Nya. Terhadap Thomas yang ragu akan penampakan diri-Nya, Yesus bahkan mempersilakan dia untuk memegang dan meraba. Untuk Petrus, perlu kasih dari seorang sahabat; yang akhirnya membuat Petrus menjadi seorang pengkhotbah besar. Ayat 33 mencatat, "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." Mulai ada pengakuan di tengah-tengah keragu-raguan. Seorang penulis novel terkenal yang bernama John Updike menulis sebuah puisi pendek dengan kata-kata demikian, "Jangan salah, kalau benar Ia bangkit, maka itu dalam bentuk tubuh-Nya. Kalau sel-sel larut dan tidak bertaut kembali, molekul-molekul tidak terjalin kembali, asam amino tidak menyala kembali, gereja akan runtuh." Senja di Emaus telah mengubah kegagalan menjadi kemenangan, suatu kemenangan yang berlaku bagi semua orang asal dia mau percaya kepada-Nya. Jikalau cerita dongeng seperti "Star Wars", "Aladdin", "The Lion King", dan "Hercules" kita percaya begitu saja, mengapa kebangkitan Yesus masih kita ragukan? Perlukah Yesus datang seperti Dia datang kepada Thomas? Perlukah Yesus memperlihatkan diri-Nya baru Anda percaya? Saya rasa tidak perlu. Biarlah senja di Emaus bukan merupakan senja kelabu, tetapi suatu senja yang akan memperbarui kita supaya hari ini, esok, dan lusa, kita lebih mengenal Dia, lebih percaya pada Dia, bahkan lebih semangat melayani Dia. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: Rev. Saumiman Saud Ministries Penulis: Rev. Saumiman Saud Alamat URL: http://www.saumimansaud.org-a.googlepages.com/emaus ______________________________________________________________________ ARTIKEL 2 PELAJARAN DARI KISAH PERJALANAN KE EMAUS Sebagai seorang jurnalis, saya bisa membayangkan percakapan dua orang murid yang menuju ke Emaus setelah kebangkitan Yesus seperti yang ditayangkan salah satu jaringan televisi besar. Yang menjadikan peristiwa ini tidak biasa adalah bahwa Yesus berperan sebagai orang yang bertanya (pewawancara). Bukannya kamera yang menghilang di akhir wawancara, tetapi justru Yesuslah yang menghilang ketika para murid menyadari keberadaan-Nya. Apa yang bisa kita pelajari dari penampakan yang misterius ini? "Mereka tidak mengenali Dia karena Dia mungkin mengenakan pakaian yang compang-camping dan tidak tampak seperti Yesus," kata Cory, 9 tahun. Kita tidak seharusnya mengharapkan Tuhan menuruti ide-ide yang kita miliki tentang bagaimana seharusnya Ia menampakkan diri. Tuhan tidak membatasi pelayanan kebaktian gereja di hari Minggu atau perjalanan misi ke luar negeri. Yesus akan menampakkan diri kapan pun dan di mana pun Ia memilih-Nya. Bila hati kita tidak siap, kita akan terus berjalan menyusuri hidup kita ini tanpa pernah melihat Dia. "Mereka mengira Yesus telah mati," kata Kendall, 7 tahun. "Mereka tidak tahu bahwa Dia sudah hidup," tambah Adam, 10 tahun. Meskipun kebangkitan Yesus adalah perbedaan antara kekristenan dan semua anggapan tentang kehidupan setelah kematian, banyak orang percaya yang hidup seolah-olah Yesus masih di dalam kubur. Kenyataan tentang hidup baru ini bagaimanapun juga sirna di tengah-tengah harga yang harus dibayar, ditinggalkan, dan bisnis dalam kehidupan sehari-hari. Berapa banyak orang Kristen yang bisa menegaskan kenyataan kebangkitan dalam kehidupan Rasul Paulus: "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Galatia 2:20) Hiduplah dalam hidupmu atau dalam hidup Allah yang telah bangkit. Masuknya surga ke dalam planet ini dimulai dengan inkarnasi Yesus dan terus berlangsung dengan kehadiran-Nya di sekeliling kehidupan setiap orang Kristen. Seperti dua murid yang berjalan ke Emaus, kita masih bisa lupa terhadap kenyataan rohani saat kita berjalan, atau kita bisa mengambil waktu sejenak untuk memecah roti bersama Tuhan dan membuka mata kita. "Mereka tidak mengenali Dia karena otak mereka memikirkan peristiwa menyedihkan yang terjadi di Yerusalem," kata Trip, 8 tahun. Film "A Beautiful Mind" yang memenangkan Academy Award menggambarkan keheranan dan kerapuhan seorang ahli matematika jenius bernama John Forbes Nash Jr.. Sepertinya cerita Nash ini adalah cerita kita sendiri. Pikiran kita bisa benar-benar indah atau benar-benar gelap. Hanya pikiran yang diperbarui yang mengenal kebangkitan Kristus-lah yang mampu merasakan sukacita dan keindahan. Tuhan ingin semua orang Kristen mengalami dunia baru dalam anugerah, pengampunan, dan pemahaman tentang cengkeraman gelap kecemburuan, kepahitan, dan dosa-dosa mental lainnya yang bisa menyebabkan kita depresi dan bahkan gila. Dalam situs film "A Beautiful Mind", dikatakan, "Dia melihat dunia ini dengan cara yang tak seorang pun bisa membayangkannya." Tidakkah menjadi masalah bagi murid-murid yang ke Emaus bila mereka tidak bisa melihat peristiwa ini? Mereka tidak bisa membayangkan suatu dunia di mana Yesus telah mematahkan rantai kematian. Bukankah ini juga menjadi masalah kita? Di pagi hari Paskah, kita mengenakan pakaian terbaik kita untuk merayakan kebangkitan-Nya hanya untuk merasakan bahwa hari itu sama seperti hari Minggu pagi. Kita merindukan kenyataan tentang dunia baru yang dijanjikan oleh kebangkitan Yesus hanya untuk menenggelamkan diri kita sendiri dalam pekerjaan yang membosankan di dunia yang lama ini. "Pada awalnya mereka tidak mengenali Dia karena mata mereka tidak terbuka. Ketika Yesus memecah roti, maka mata mereka terbuka," kata Mandy, 11 tahun. Hentikan perjalanan Anda hari ini, dan pecah-pecahlah roti persekutuan dengan Tuhan yang sudah bangkit. Hanya dengan demikian mata kita akan terbuka terhadap kenyataan kehadiran-Nya dan terjadinya kehidupan kebangkitan-Nya. Ketika Dia membagikan roti dengan murid-murid-Nya, Dia juga ingin membagikan hidup-Nya denganmu sekarang ini. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Nama situs: KidsTalkAboutGod.org Judul asli artikel: What Can We Learn from the Road to Emmaus? Penulis: Carey Kinsolving Alamat URL: http://www.kidstalkaboutgod.org/Home/KTAGBibleLessonArchive/tabid/648/articleType/ArticleView/articleId/121/What-Can-We-Learn-from-the-Road-to-Emmaus.aspx ______________________________________________________________________ MUTIARA GURU Jangan takut! Dia sudah bangkit dan hidup, kerjakanlah pelayananmu dengan tekun dalam penyertaan-Nya. - Welni - ______________________________________________________________________ BAHAN MENGAJAR YESUS MENGASIHIMU Dirangkum oleh: Davida Welni Dana Bacaan Alkitab: Yohanes 21:1-25 Pendahuluan: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13) Ayat di atas merupakan satu dari banyak ayat di Alkitab yang berbicara mengenai kasih Tuhan kepada kita. Pelajaran hari ini juga berbicara mengenai kasih Yesus kepada kita, sekaligus juga berisi pertanyaan, apakah kita mengasihi Yesus? Yesus telah menyatakan kepada kita betapa besar cinta-Nya melalui kelahiran, kematian, dan kebangkitan-Nya. Dan kita pun perlu menguji perasaan kita setelah pengorbanan besar yang Dia berikan untuk kita. Ingatlah, ketika kita mengarahkan anak-anak, teruslah mengulang hal-hal yang positif. Kemungkinan besar ini adalah hal yang baru bagi anak-anak, jadi akan sangat menolong untuk mengulang-ulang pesan yang penting beberapa kali. Ini akan menjadi rangkuman seri pelajaran tentang Paskah. Inti Pelajaran: a. Untuk kelas kecil: Apapun yang terjadi, Yesus mengasihimu. b. Untuk kelas besar: Yesus mencintaimu tanpa syarat. Pesan mengenai Yesus mati di salib untuk menyelamatkan kita dan kemudian bangkit dari kematian, merupakan pesan yang sangat penting, bahkan mungkin lebih penting dari pesan Natal. Pesannya adalah hidup yang diubahkan, pengampunan, dan harapan kekal bersama Tuhan. Ini akan menjadi waktu yang sangat berharga untuk berbicara secara pribadi dengan anak-anak mengenai Tuhan dan meminta-Nya hidup dalam hati mereka. Ingatlah bahwa tidak ada doa khusus yang harus diucapkan kecuali beberapa pengakuan penting: Tuhan mengasihi kita, kita adalah orang berdosa dan membutuhkan pengampunan dari Tuhan. Dia harus menjadi pusat kehidupan kita. Pastikan Anda mengulangi pesan penting tersebut beberapa kali selama pelajaran berlangsung. Cerita untuk Anak: Setelah kebangkitan-Nya, Yesus beberapa kali menampakkan diri kepada para murid. Ini adalah salah satu ceritanya. Petrus berkata kepada murid-murid yang lain, "Aku mau pergi menangkap ikan." Murid-murid yang lain pun menyahut, "Tunggu, kami ikut denganmu." Di luar keadaannya gelap, tetapi para murid berpikir bahwa mereka dapat menangkap beberapa ikan. Mereka naik ke atas perahu dan pergi ke tengah danau. Cukup lama mereka berada di sana. Waktu terus berlalu, bahkan hari sudah hampir pagi, mereka tetap saja belum menangkap satu ekor ikan pun. Yesus tahu di mana murid-murid-Nya berada dan Ia pergi menemui mereka. Dia berdiri di tepi pantai, namun murid-murid-Nya tidak mengenali-Nya. Yesus berkata kepada mereka, "Apakah kalian berhasil menangkap ikan?" "Tidak," jawab mereka. Kemudian Yesus berkata kepada mereka, "Tebarkanlah jalamu di sisi yang lain dan kamu akan mendapatkan ikan." Para murid yang telah berusaha menjala ikan semalam-malaman dan tidak mendapatkan apa pun, menebarkan jala mereka ke sisi yang lain. Yang terjadi kemudian sangat mencengangkan; hanya dalam hitungan menit, jala mereka melimpah dengan ikan. Kemudian, salah seorang murid menyadari siapa yang tadi berbicara dengan mereka, "Itu Tuhan!" Petrus mendengarnya dan segera melompat dari perahu menuju Yesus. (Mereka tidak berada terlalu jauh dari pantai.) Murid yang lain tetap berada di dalam perahu dan bekerja keras untuk menarik semua ikan tersebut ke pantai. Ketika mereka bertemu dengan Yesus, ada api yang menyala dengan beberapa roti yang dipanggang di atasnya. Yesus berkata kepada mereka, "Bawalah beberapa ikan yang telah kalian tangkap itu ke sini, dan kita akan sarapan bersama-sama." Petrus lalu menolong murid-murid yang lain menarik ikan-ikan tersebut keluar dari perahu. Ada begitu banyak ikan yang besar-besar. Semuanya harus diturunkan oleh banyak orang karena sangat berat. Kemudian mereka duduk bersama di depan api. Yesus mengambil roti dan ikan, lalu diberikan kepada murid-murid-Nya. Ini adalah kali ketiga Yesus bertemu dengan murid-murid-Nya sejak kebangkitan-Nya. Setelah sarapan, Yesus menanyakan pertanyaan penting kepada Petrus. Dia bertanya, "Petrus, apakah engkau sungguh mengasihi Aku lebih dari orang tua dan sahabat-sahabatmu?" "Ya, Tuhan," jawab Petrus, "Engkau tahu, aku mengasihi-Mu." Yesus bertanya lagi, "Petrus, apakah engkau sungguh mengasihi Aku walau apa pun yang terjadi?" Petrus menjawab, "Ya, Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi-Mu." Kemudian Yesus bertanya untuk yang ketiga kalinya, "Engkau mengasihi Aku?" Petrus merasa sangat sedih karena Yesus terus-menerus bertanya kepadanya, tetapi ia tetap menjawab, "Tuhan, Engkau tahu jawabnya, Engkau tahu bahwa aku mengasihi-Mu." "Kalau begitu, ikutlah Aku," kata Yesus. Renungan: Kita sudah belajar bahwa Yesus mati di salib karena Ia mengasihi kita, tidak peduli sebesar apa kesalahan yang telah kita lakukan! Sekarang, apa pun keadaannya, kita harus mengasihi Yesus pula. Berikut ini beberapa pertanyaan yang harus kita renungkan. Apakah kamu akan tetap mengasihi dan mengikuti Yesus jika ... a. ibu atau ayahmu menderita sakit parah, b. kamu tidak memunyai teman, c. kamu menjadi buta, atau tidak dapat berjalan lagi, d. segala sesuatunya selalu salah, e. kamu harus pergi dari semua teman-temanmu, atau f. kamu menjadi miskin dan tidak pernah lagi mendapatkan hadiah Natal? Beberapa anak seusiamu juga memiliki masalah-masalah di atas, bahkan lebih buruk lagi keadaannya, namun mereka tetap mengasihi Yesus! Kita harus tetap mengingat bahwa Yesus selalu mengasihi kita apa pun keadaan kita, dan Dia tidak pernah berhenti mencintai kita! Terkadang terjadi sesuatu yang tidak kita mengerti, tetapi Yesus tahu segalanya dan Dia akan menolong kita jika kita meminta kepada-Nya. Penutup: a. Untuk kelas kecil: - Diskusikan apa bukti cinta Yesus kepadamu? Yesus mau kita mengasihi Ia pula. - Dengan cara apa kita dapat menunjukkan kepada Yesus bahwa kita mengasihi-Nya? (Dengan cara berbicara kepada-Nya, menjadi anak yang baik dengan semua orang, melakukan segala sesuatu yang Yesus lakukan.) b. Untuk kelas besar: - Diskusikan apa arti "Yesus mengasihimu tanpa syarat". - Lalu diskusikan pula mengenai bagaimana mengasihi Yesus tanpa syarat. (Ketika terjadi hal buruk, itu bukanlah kesalahan Yesus, itu karena dosa di dunia yang menyebabkan hal-hal jahat terjadi.) Sebagai ilustrasi, minta anak-anak merentangkan tangan mereka, kira-kira sebesar apa cinta Yesus kepada mereka (kemungkinan mereka akan merentangkan tangan mereka lebar-lebar), dan kemudian jelaskan bahwa sebesar rentangan tangan mereka itulah Yesus mengasihi mereka, karena seperti itulah tangan-Nya terentang di kayu salib ketika Ia mati untuk mereka. (t/Davida) Diterjemahkan dan dirangkum dari: "Jesus Loves You". Dalam http://www.dltk-bible.com/cv/jesus_loves_you_cv.htm "Jesus Loves You". Dalam http://www.dltk-bible.com/guides/jesus_loves_you.htm ______________________________________________________________________ WARNET PENA RAJAWALI KECIL MINISTRIES (RACIL) http://www.rajawalikecil.com/ Satu lagi situs baru seputar pelayanan anak hadir di Indonesia. Bersyukur, karena di tengah minimnya situs-situs pelayanan anak berbahasa Indonesia, Rajawali Kecil Ministries menawarkan berbagai bahan yang dapat menambah pengetahuan pelayan anak di Indonesia. Situs ini memiliki bahan-bahan seperti artikel, ide-ide kreatif, syair lagu, permainan, dan bahan-bahan pendukung pelayanan anak lainnya. Karena masih baru, bahan-bahan dalam situs ini memang belum banyak. Namun, dilihat dari tahun berdirinya pelayanan Rajawali Kecil -- sejak tahun 2002 -- pastinya ada banyak sekali bahan yang dapat diposting dalam situs ini nantinya. Jadi, sering-seringlah mengunjunginya agar tidak ketinggalan bahan terbaru di dalamnya. Kiriman: Abemoms <abemoms(at)> ______________________________________________________________________ Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2009 -- YLSA http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org/ ______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |