Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/423 |
|
e-BinaAnak edisi 423 (11-3-2009)
|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____ DAFTAR ISI EDISI 423/MARET/2009 - SALAM DARI REDAKSI: Sukacitaku Menjadi Rekan Sekerja Allah - ARTIKEL: Prinsip Pelayanan Mengajar dalam Alkitab - MUTIARA GURU - TIPS: Menjadi Guru yang Berharga - BAHAN MENGAJAR: Yesus Disalibkan - WARNET PENA: Situs Sunday School Idea: Langkah Praktis Menyusun Kurikulum Sekolah Minggu ______________________________________________________________________ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org> ______________________________________________________________________ SALAM DARI REDAKSI SUKACITAKU MENJADI REKAN SEKERJA ALLAH Tuhan bekerja melalui hamba-hamba-Nya untuk memenuhi tujuan-Nya atas dunia ini. Pun dalam bidang pelayanan anak yang merupakan bagian penting dalam rencana-Nya. Melalui pelayan-pelayan anak yang Dia panggil, Allah bekerja dan menjadikan kita rekan sekerja-Nya. Berkesempatan melayani anak-anak bagi Kristus tentu merupakan sebuah anugerah bagi kita. Pada minggu kedua ini, Anda akan diajak untuk menyimak prinsip-prinsip pelayanan mengajar melalui pengenalan istilah-istilah belajar mengajar dalam PL dan PB, yang kami harap dapat semakin menguatkan kita dalam mengajar. Kemudian di menu Tips, Anda akan mendapatkan hal-hal yang patut Anda perhatikan agar Anda dapat menjadi seorang guru yang berharga. Pelayan Anak, selamat menikmati sajian publikasi e-BinaAnak kali ini dan terus bersemangat dalam tanggung jawab pelayanan kita. Tuhan Yesus memberkati. Staf Redaksi e-BinaAnak, Kristina Dwi Lestari http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/ http://pepak.sabda.org/ "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=2Timotius+3:16 > ______________________________________________________________________ ARTIKEL PRINSIP PELAYANAN MENGAJAR DALAM ALKITAB Istilah-Istilah Belajar Mengajar dalam Perjanjian Lama Ada empat kata Ibrani yang biasa digunakan dalam Alkitab untuk menjelaskan tentang pengajaran; yaitu "lamad" (mengajar), "yada" (mengetahui), "bin" (bisa membedakan atau memahami), dan "zahar" (memperingatkan). Lamad adalah kata Ibrani yang paling sering dikaitkan dengan proses belajar mengajar. Aslinya, "lamad" berarti mendorong lembu agar dia terus berjalan. Kemudian kata tersebut digunakan untuk menegaskan bagaimana membuat seseorang tahu tentang sesuatu. Lamad sebenarnya berarti "menyebabkan belajar", yang merupakan satu indikasi jelas bahwa pengajaran yang alkitabiah tak dapat dipisahkan dari belajar. Kita yang mengaku menjadi guru, belum dapat dikatakan mengajar sampai seseorang yang kita ajar belajar. Pengertian lamad ini mengembalikan kebenaran ke asalnya. Contoh kata lamad ini ditemukan di Kitab Ulangan: "Engkau harus "mengajar" (lamad) mereka, supaya mereka melakukannya" (5:31). Coba perhatikan, hukum-hukum Tuhan diajarkan bukan sebagai pengetahuan yang abstrak, tapi diajarkan dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Yada menjelaskan suatu tingkat pemahaman yang dalam, kata ini banyak digunakan dalam Perjanjian Lama untuk menjelaskan kedekatan seksual. Namun demikian, Yada digunakan dalam kitab Yosua untuk menggambarkan respons bangsa Israel terhadap petunjuk Tuhan: "supaya kamu "mengetahui" (yada) jalan yang harus kamu tempuh" (3:4). Di sini, Tuhan berbicara dan memberi petunjuk kepada bangsa Israel melalui Tabut Perjanjian. Ketika dibawa, tabut ini menyampaikan maksud Tuhan; bahwa pengetahuan membuat bangsa Israel mampu menyelesaikan perjalanannya. Pengetahuan menuntun pada satu tindakan. Bin awalnya berarti "memisahkan", tapi karena bahasa Ibrani berkembang, kini bin berarti "membedakan" atau "memahami". Kita membaca dalam Nehemia bahwa setelah orang-orang Yahudi membangun kembali tembok Yerusalem, "orang-orang Lewi `mengajarkan` (bin) Taurat kepada orang-orang itu" (8:7). Kini, beberapa orang menganggap konsep ini sebagai pengertian batin, yang menuntun pada satu tindakan yang bertolak belakang dengan pemahaman logika yang tidak dapat dipraktikkan dalam kehidupan. Zahar merupakan kata Ibrani keempat yang akan kita pelajari. Kata ini sebenarnya berarti "memancarkan cahaya", lalu kata ini berarti "memperingatkan". Dalam Yehezkiel, nabi Tuhan diperintahkan untuk "memperingatkan" (zahar) orang jahat itu dari hidupnya yang jahat supaya ia tetap hidup (3:18). Tujuan dari suatu peringatan adalah untuk memperbaiki tindakan. Seseorang yang menerima peringatan harus memerhatikannya. Jika tidak, peringatan itu akan menjadi sia-sia. Apakah seorang guru sudah mengajar? Semuanya tergantung apakah pelajarannya sudah dipelajarinya atau belum. Mengajar yang benar menuntun untuk belajar. Tuhan menginginkan agar guru mengajar dengan cara yang baik agar murid bisa belajar. Keempat kata Ibrani ini membuktikan fakta tersebut. Beberapa tahun yang lalu, ketika ketiga anak kami masih naik sepeda roda tiga. Saya memberi tahu mereka agar tidak meninggalkan sepeda mereka di belakang mobil yang sedang diparkir. Dengan sabar, saya berusaha menjelaskan apa yang akan terjadi jika saya memundurkan mobil dan tidak tahu jika ada sepeda roda tiga di sana. Sebelum Anda bertanya kepada saya, saya akan mengatakannya kembali kepada Anda bahwa saya sudah berulang kali menyampaikan hal ini kepada anak saya. Bahkan saya sudah mengajarkan satu atau dua hal kepada mereka. Saya benar-benar sudah mengatakannya! Suatu hari ketika saya memundurkan mobil, saya mendengar bunyi derak yang memekakkan. Pengecekan yang mencemaskan menambah ketakutan saya. Di situ, di bawah mobil, teronggoklah sepeda roda tiga yang sudah bengkok dan rusak. Saya menjadi geram. Lantas, bukankah saya sudah menashati anak saya agar tidak meninggalkan sepeda mereka di sana? Kemudian muncul satu pemikiran di benak saya. Jujur, saya tahu bahwa saya tidak mengajarkan apa-apa kepada anak-anak saya. Saya hanya memberi tahu mereka sesuatu. Tidak ada pelajaran nyata yang terjadi; kenyataan bahwa sepeda roda tiga itu kini teronggok di bawah mobil saya membuktikannya. Ini adalah pelajaran mahal, namun mengajarkan kepada saya bahwa ada banyak hal mengenai pengertian yang hakiki dari proses belajar-mengajar. Istilah Belajar Mengajar dalam Perjanjian Baru Bersyukur kita tidak perlu belajar melalui sepeda rusak. Kita bisa memerhatikan perintah. Ada yang pernah mengatakan bahwa pengalaman bisa menjadi guru terbaik; masalahnya, pengalaman memberi ujian sebelum memberi pelajaran! Tuhan menghendaki para guru mengajar dengan suatu sistem agar murid terhindar dari hasil yang tidak menyenangkan karena belajar dari pengalaman. Kata-kata Yunani yang biasa digunakan dalam Perjanjian Baru untuk menjelaskan proses belajar mengajar banyak menunjukkan bahwa memerhatikan perintah lebih baik daripada menderita karena belajar dari pengalaman yang menyedihkan. Istilah-istilah yang akan kita pelajari antara lain "didasko" (mengajar), "noutheteo" (memperingatkan/menegur), paideuo (melatih), dan "matheteuo" (memuridkan). Didasko digunakan lebih dari 100 kali dalam Perjanjian Baru. Arti kata ini muncul dari kata lain, "dao", yang berarti "mempelajari". Kata didasko sesungguhnya menunjukkan keterkaitan yang erat antara mengajarkan suatu pelajaran dan mengaplikasikannya dalam kehidupan. Dalam suratnya yang pertama untuk jemaat Korintus, Paulus memberi tahu orang-orang Korintus agar mereka melakukan prinsip-prinsip pengajarannya, "seperti yang kuajarkan (didasko) di mana-mana dalam setiap jemaat" (4:17). Pesan ini sangat penting sehingga Paulus mengutus Timotius untuk mengirimkannya sendiri. Orang-orang Korintus diharapkan memerhatikan cara hidup Paulus dan mengikuti teladannya dalam mengikut Kristus (4:16). Sekarang, bahkan sejak itu, perintah seharusnya menuntun pada ketaatan, yang menghasilkan kehidupan Kristen yang benar. Noutheteo sebenarnya merupakan kombinasi dua kata, "nous" (pikiran) dan "titheni" (menaruh atau menempatkan). Setelah keduanya digabung, secara harfiah kata ini berarti mengingat. Karena noutheteo biasanya diterjemahkan menjadi mengingatkan/menegur, atau memerintahkan, Paulus menasihati para orang tua untuk "mendidik (anak-anak) di dalam ajaran dan nasihat Tuhan" (Efesus 6:4). Jika kata sebelumnya cenderung menekankan peringatan-peringatan mengenai apa yang tidak boleh dilakukan, paideuo membahas lebih banyak perintah yang membangun. Kata ini bisa diterjemahkan menjadi "melatih" atau "mendidik". Yang ditekankan di sini adalah memberikan arahan yang positif. Ini berarti lebih dari sekadar memberi tahu anak Anda untuk tidak meninggalkan sepeda di belakang mobil. Ini berarti Anda harus menunjukkan kepadanya tempat yang tepat untuk meletakkan sepedanya. Seperti yang dinyatakan oleh Paulus, "Segala tulisan yang diilhamkan Tuhan memang bermanfaat untuk ... mendidik (paideuo) orang dalam kebenaran" (2 Timotius 3:16). Perintah yang alkitabiah selalu menghasilkan perubahan perilaku yang mengarah ke kehidupan yang benar. Matheteuo adalah kata keempat yang akan kita bahas pada bagian ini. Asal kata ini diambil dari kata "manthano" (mempelajari); bentuk kata kerjanya menekankan proses bagaimana seseorang bisa menjadi murid. Jadi, para pengikut Yesus adalah murid-Nya karena mereka belajar dari-Nya dan setia mengikut-Nya. Untuk memahami kata-kata ini, penting bagi kita untuk memerhatikan penekanan masing-masing bagian, kemudian mempraktikkan hal-hal yang sudah diajarkan tersebut. Anak saya mengerti bahwa dia tidak seharusnya membiarkan sepedanya di belakang mobil. Namun, dalam pengertian alkitabiah, dia tidak memahaminya. Dia sadar bahwa saya sudah memberitahu dia apa yang harus dilakukan; ketika dia meletakkan sepedanya di belakang mobil, dia bahkan mungkin sudah berpikir, aku tidak boleh meletakkannya di sini, tapi aku akan segera kembali dan menyingkirkannya sebelum ayah kembali. Akan tetapi, anak saya benar-benar tidak belajar dari pelajaran yang dimaksudkan karena dia gagal mengartikan pengetahuan itu ke dalam suatu tindakan. Apa Arti Semua ini? Apakah Anda pernah memerhatikan bahwa beberapa guru menetapkan tujuan yang sangat pendek atas perintah mereka? Beberapa guru merasa memberlakukannya hingga pelajaran selesai sudahlah cukup. Atau mungkin mereka sudah puas jika mereka bisa membuat murid-muridnya tenang. Beberapa guru lainnya mungkin akan bertindak lebih jauh. Tujuan mereka adalah "untuk menyelesaikan materi". Sayangnya, hal ini sering diartikan untuk "mengatakan semua yang ingin saya katakan" dengan sedikit penghargaan karena proses belajar yang nyata sudah terlaksana. Seperti kata-kata yang sudah kita pelajari, mengajar seharusnya menjadi lebih dari sekadar mengisi waktu, membuat murid-murid tenang, atau bahkan menyelesaikan materi. Pengajaran harus diwujudkan dalam kehidupan. Pengajaran harus memengaruhi perilaku karena itu adalah perintah yang sesungguhnya. Kebanyakan orang bisa memandang kembali kejadian-kejadian penting dalam kehidupan mereka. Terkadang sesuatu dalam hidup berubah karena adanya hubungan tertentu. Hal ini benar-benar saya alami. Ketika saya masih muda, Tuhan menyiapkan beberapa guru yang pelayanannya benar-benar mendewasakan kerohanian saya. Saya pikir tak ada satu guru pun yang sadar akan pengaruh besar yang mereka miliki. Mereka dipakai Tuhan untuk memberi perintah dan teladan yang saya perlukan pada saat itu. Ketika Anda mempersiapkan diri untuk mengajar, ingatlah selalu bahwa Tuhan memberi Anda hak istimewa untuk menjadi hamba pilihan-Nya untuk menyentuh kehidupan murid secara khusus. Memang benar, butuh banyak usaha untuk bisa mengajar dengan efektif. Namun, ini merupakan cara paling penting dalam melayani Tuhan. Saya berdoa agar suatu hari nanti, beberapa orang bisa berpikir ulang saat Tuhan kembali mengarahkan hidupnya. Saya juga berdoa agar Anda bisa menjadi saluran di mana melalui Anda, Tuhan bekerja. (t/Setya) Diterjemahkan dari: Judul buku: Make Your Teaching Count! Judul asli artikel: Old Testament Teaching/Learning Terms Penulis: Wesley R. Willis Penerbit: Victor Books, Illinois 1986 Halaman: 22 -- 26 ______________________________________________________________________ MUTIARA GURU Jadilah guru yang menjadi bagian dalam proses kedewasaan rohani anak-anak layan kita. (Kristina - Pelayan Anak) ______________________________________________________________________ TIPS MENJADI GURU YANG BERHARGA 1 Korintus 13 untuk Para Guru Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan fasih soal "mendidik" dan "mengasuh anak", tetapi jika aku tidak memunyai kasih, aku sama dengan bunyi bor api atau genta kiamat. Sekalipun aku mengetahui akan menjadi apakah muridku, dan sekalipun aku memahami semua mata pelajaran dan kurikulum, dan sekalipun keyakinanku akan kemampuan murid-muridku menghasilkan segala hal positif yang sudah diperkirakan, tetapi jika aku tidak memunyai kasih, aku bukan siapa-siapa. Sekalipun aku membeli sepatu dan pakaian untuk murid-muridku yang kurang mampu atau sekalipun aku menjadi sukarelawan untuk sekolah di daerah perang, tetapi jika aku tidak memunyai kasih, sia-sialah semua yang aku lakukan. Kasih itu dengan senang hati mau menolong murid yang kurang pandai supaya "berhasil". Kasih itu mengatakan hal-hal baik kepada semua anak dan tidak pernah membiarkan satu anak pun ditertawakan. Kasih itu tidak iri saat guru lain diberi fasilitas dan peralatan yang lebih baik; kasih tidak mudah puas saat nilai ujian seseorang mencapai poin di atas nilai rata-rata nasional; kasih tidak menyombongkan kemampuan mengajar yang lebih baik. Kasih itu tidak mengganggu anak dengan tidak sopan; kasih tidak semena-mena; kasih tidak marah saat tidak dihargai; kasih tidak menyimpan dendam yang tersembunyi dalam buku catatan. Kasih tidak bersukacita saat mendapati anak-anak jatuh dalam pilihan yang salah, tetapi bersukacita saat anak-anak memilih kebenaran. Kasih selalu melindungi anak-anak dari hal-hal yang bisa menyebabkan mereka tumbuh dewasa lebih cepat, kasih selalu membangun kepercayaan dengan memberi kesempatan-kesempatan kepada anak untuk dipercaya, kasih selalu percaya akan kemampuan terbaik para murid, kasih bertahan dengan semua orang dan terus berbuah. Kasih tidak akan pernah gagal karena Tuhan merancangkan keberhasilan. Tetapi intuisi akan berhenti; jargon pendidikan tak akan terdengar, mata pelajaran dan kurikulum akan mati. Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu melihat kemampuan anak dengan mata iman, percaya pada yang terbaik tentang anak dengan penuh harapan, dan mengupayakan hal-hal terbaik untuk anak dengan hati yang penuh kasih. Namun, yang paling besar di antaranya ialah kasih. (t/Setya) * Ditulis dan diparafrasakan oleh: Sue Bohlin Diterjemahkan dari: Judul buku: Becoming a Treasured Teacher Judul asli artikel: 1 Corinthians 13 for Teachers Penulis: Jody Capehart Penerbit: Victor Books, Illinois 1992 Halaman: 102 ______________________________________________________________________ BAHAN MENGAJAR YESUS DISALIBKAN Yesus bertumbuh. Alkitab berkata bahwa Dia semakin bertumbuh; Dia tumbuh dalam kebijaksanaan (belajar); Dia tumbuh untuk menyenangkan Allah dan menyenangkan manusia. (Kamu juga dapat bertumbuh dalam empat hal tersebut jika kamu memilih untuk melakukannya juga.) Ketika Yesus berumur 30 tahun, Dia mulai mengajar, tetapi tidak semua orang mendengar-Nya. Tidak semua orang percaya akan mukjizat yang dilakukan-Nya, hal khusus yang bisa dilakukan Tuhan. Bahkan, ada salah satu dari murid-murid-Nya yang tidak percaya, dan ketika Yudas setuju untuk menjual Yesus kepada musuh-musuh-Nya seharga 30 keping perak! Yudas tetap tidak percaya. Yudas menunjukkan Yesus kepada musuh-musuh-Nya, dan mereka datang dengan membawa pedang, alat pemukul, dan obor-obor untuk membawa Yesus pergi. Apa yang telah Dia lakukan? Mengapa mereka memperlakukan Dia seperti seorang penjahat? Dia hanya mengajarkan Kebenaran, tetapi orang-orang ini tidak percaya. Mereka membenci kebenaran. Mereka membenci Tuhan Yesus. Di dalam hati mereka, mereka membenci Allah meskipun mereka tahu bahwa mereka diajarkan untuk mengasihi Dia. Mereka membawa Yesus kepada Pontius Pilatus. Mereka berbohong menyalahkan-Nya, mengatakan dusta, berkata bahwa Dia yang layak untuk mati, tetapi mereka tidak dapat membuktikan apa yang mereka katakan. Yesus tidak melakukan kesalahan. Dia benar-benar adalah Anak Allah. Pilatus mengetahuinya sehingga dia mengatakan, "Aku tidak menemukan kesalahan apa pun dari orang ini." Tetapi kerumunan orang banyak yang marah itu tidak puas. Pilatus mengirimkan Yesus ke penguasa yang lain, Raja Herodes. Herodes ingin melihat Yesus melakukan mukjizat. Dia ingin dihibur, tetapi Yesus tidak mau melakukan apa yang Herodes suruh, karena Herodes bukan orang percaya. Tentara-tentara yang tidak percaya mulai mengejek Yesus. Mereka mulai menertawakan Dia. Menendang dan meludahi-Nya. Mereka memukul Yesus dengan kepalan tangan mereka. Mereka memukul Yesus dengan tongkat. Mereka memakaikan jubah raja yang sudah tua kepada-Nya. Menaruh mahkota duri di kepala-Nya. Mereka berpura-pura menyembah Dia, tetapi mereka adalah orang-orang yang tidak percaya. Mereka tidak akan mau percaya kepada rencana Allah mengenai Anak-Nya. Herodes kembali mengirimkan Yesus ke Pilatus. Pilatus takut, takut melakukan apa yang dia ketahui itu benar. Dia tahu bahwa Yesus tidak melakukan kesalahan apa pun. Dia tahu bahwa dia harus melepaskan-Nya, tetapi orang banyak terus berteriak, "Salibkan Dia, salibkan Dia. Jika kamu tidak mau melakukannya, kamu bukan teman kaisar. Yesus bukan raja. Kaisar adalah satu-satunya raja." Pilatus memerintahkan supaya Yesus dihukum cambuk. Para tentara mencambuki punggung-Nya hingga tercabik-cabik. Tetapi, kerumunan orang banyak yang tidak percaya itu merasa tidak puas. "Salibkan Dia, salibkan Dia," teriak mereka. Akhirnya Pilatus menyerah. Mereka membawa Yesus ke sebuah bukit yang disebut Kalvari. Di sana, mereka memaku tangan dan kaki-Nya. Yesus telah dibuatkan salib dari kayu. Mereka telah menyediakan paku untuk Yesus. Yesus telah membuat para tentara itu sibuk. Yesus membuat seluruh dunia gempar, tetapi dunia tidak mengenal Dia, dunia tidak percaya kepada-Nya. Mereka menyalibkan Dia di antara dua pencuri. Salah satu dari pencuri itu berkata: "Jika kamu adalah Anak Allah, selamatkan dirimu dan juga aku." Penjahat itu bukanlah orang percaya. Pencuri yang satunya lagi adalah orang percaya. Dia berkata, "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Yesus menjawab penjahat yang sudah percaya ini, "Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." Pencuri itu percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Dia percaya bahwa Yesus adalah manusia. Dia percaya Yesus akan bangkit lagi. Dia percaya bahwa Allah akan mengirimkan anak-Nya. Bagaimana dengan kamu? Kristus mati untuk menebus dosa-dosa kita seperti yang dikatakan di dalam Alkitab. Dia dikuburkan, dan Dia bangkit pada hari ketiga seperti yang ada di Alkitab. 1 Korintus 15:3-4. Sudahkah kamu menerima Dia dalam hidupmu, percaya kepada-Nya sebagai satu-satu-Nya Tuhan dan Juru Selamat yang menghapus dosa? "Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya." (Yoh. 1:12) (t/Kristin) Diterjemahkan dari: Nama situs: Bibleline.org Judul asli artikel: Jesus is Crucified Penulis: tidak dicantumkan Alamat URL: http://www.bibleline.org/easter-2.html ______________________________________________________________________ o/ WARNET PENA o/ SITUS SUNDAY SCHOOL IDEA: LANGKAH PRAKTIS MENYUSUN KURIKULUM SEKOLAH MINGGU http://www.sunday-school-ideas-for-new-teachers.com/ Hal terpenting dalam sebuah proses belajar mengajar di sekolah minggu adalah mempersiapkan kurikulum pengajaran dengan sebaik-baiknya. Dengan adanya kurikulum, pelayan anak akan terbantu untuk dapat mengajar dengan semakin baik. Untuk sedikit membantu Anda ketika menyusun serangkaian kurikulum bagi sekolah minggu, situs Sunday School Idea membagikan tips memilih kurikulum, bagaimana menyusun kurikulum sendiri, hingga bagaimana cara melakukan evaluasi terhadap kurikulum yang telah kita susun. Mau mencoba? Langsung saja Anda berkunjung ke alamat tersebut. ==> http://www.sunday-school-ideas-for-new-teachers.com/sunday-school-curriculum.html Oleh: Kristina (Redaksi) ______________________________________________________________________ Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2009 -- YLSA http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak BLOG SABDA: http://blog.sabda.org/ ______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |