Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/403 |
|
e-BinaAnak edisi 403 (20-10-2008)
|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____ DAFTAR ISI EDISI 403/OKTOBER/2008 - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL: Kesanggupan untuk Merasakan Perasaan Orang Lain - TIPS: Mengajarkan Empati pada Anak Prasekolah - BAHAN MENGAJAR: Belas Kasihan - WARNET PENA: Cerita-Cerita Alkitab dalam All True Bible Stories for Children - MUTIARA GURU ______________________________________________________________________ o/ SALAM DARI REDAKSI o/ Salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus, Sekarang ini, semakin jarang kita temui anak-anak yang mudah berempati terhadap perasaan orang lain. Tidak salah bila anak-anak berbuat demikian karena mungkin saja mereka tidak dibiasakan untuk peka dengan keadaan sekeliling mereka. Kemampuan anak untuk bisa berempati atau ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, tidak bisa begitu saja muncul dalam diri anak. Kemampuan ini harus mulai ditanamkan dan dilatih sejak mereka berusia dini. Mengasah kecerdasan emosional anak dalam empati bisa dimulai dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Selain bisa melibatkan perasaan anak secara langsung, anak-anak juga bisa belajar peka terhadap lingkungan sekitarnya. Seperti dalam edisi berikut ini, redaksi mengajak Anda untuk menyimak sajian mengenai bagaimana meningkatkan kecerdasan emosional anak dalam hal empati. Kiranya edisi kali ini bisa memerluas pengetahuan Anda. Selamat membaca. Redaksi Tamu e-BinaAnak, Christiana Ratri Yuliani Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Kolose+3:12 > ______________________________________________________________________ o/ ARTIKEL o/ KESANGGUPAN UNTUK MERASAKAN PERASAAN ORANG LAIN Apakah Empati? Empati adalah kesanggupan untuk turut merasakan apa yang dirasakan orang lain dan kesanggupan untuk menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Empati membuat kita dapat turut merasa senang dengan kesenangan orang lain, turut merasa sakit dengan penderitaan orang lain, dan turut berduka dengan kedukaan orang lain. Hubungan Antara Empati, Belas Kasihan, Kepedulian Rasa empati dekat sekali hubungannya dengan rasa belas kasihan. Karena seseorang berempati dengan orang lain, maka ia dapat merasa belas kasihan pada orang lain, dan dari rasa belas kasihan, dapat tumbuh rasa peduli yang dalam. Empati Bersifat "Bumerang" Pada sisi lain, empati bersifat seperti "bumerang". Perbuatan yang kita lakukan terhadap orang lain memunyai efek emosional terhadap diri kita sendiri. Jika karena perbuatan kita seseorang menjadi senang atau menjadi menderita, perbuatan itu seakan-akan berbalik kepada kita. Kita merasa senang jika kita berbuat yang menyenangkan, dan merasa bersalah (guilty feeling) jika kita membuat orang menderita. Hati nurani yang mulai tumbuh pada anak yang peka pada usia sekitar lima tahun adalah kesadaran yang membantu seseorang membedakan apakah sebuah perbuatan baik atau buruk. Pada anak di bawah usia lima tahun, ukuran apakah sebuah perbuatan baik atau buruk tergantung oleh akibat yang ditimbulkan perbuatan tersebut -- apakah ia mendapat pujian atau hukuman karena melaksanakan hal tersebut. Tetapi pada waktu usia kira-kira 7 -- 11 tahun, mulai tumbuh kesanggupan pada anak untuk belajar menilai sendiri moral sebuah perbuatan. Maka usia anak SD adalah masa yang amat penting untuk pembentukan hati nurani seseorang, karena mereka sudah bisa melihat dari sudut pandang orang lain dan dapat membayangkan akibat perbuatannya terhadap perasaan orang lain. Anak-anak perlu merasa hatinya tertusuk dan merasa bersalah ketika menyadari bahwa ia telah melukai orang, baik secara fisik atau perasaan. Dari peristiwa ini akan tumbuh kepedulian yang sejati. Karena itu, empati mendorong kita untuk memperlakukan orang lain dengan baik. Simpati-Empati Perbedaan dengan simpati adalah saat kita bersimpati, itu berarti kita senang dan peduli akan orang tersebut (simpathy: you care about the other person). Tetapi kalau kita berempati, kita seakan-akan masuk ke dalam orang tersebut dan menjadi seperti orang tersebut (empathy: you are the other person). Empati; Kesediaan Berbuat Baik (Altruisme) Kalau kita merasakan apa yang dirasakan orang lain, kita ingin melakukan sesuatu untuk orang itu. Hubungan antara empati dan kesediaan berbuat baik (altruisme) telah dicatat oleh banyak hasil penyelidikan psikolog. Empati yang tinggi memerbesar kesediaan untuk menolong, untuk berbagi, dan untuk berkorban demi kesejahteraan orang lain. Kesanggupan untuk berempati adalah kesanggupan bawaan yang ada pada tiap orang, namun dengan derajat yang berbeda-beda. Ada anak yang dilahirkan dengan lebih banyak kesanggupan untuk turut merasakan ada yang kurang. Psikolog anak telah menemukan kesanggupan empati pada anak yang berusia satu setengah tahun, ketika ia melihat seorang anak sedih, ia menawarkan bonekanya untuk menghibur anak tersebut. Dengan perkembangan kesanggupan berbahasa, berkembang juga kesanggupan untuk berempati. USUL UNTUK ORANG TUA, PENDIDIK LAIN, ATAU GURU Usaha untuk Menumbuhkan Empati 1. Menceritakan apa dan mengapa perasaan orang. Empati dapat ditumbuhkan dengan menceritakan apa dan mengapa seseorang mengalami sesuatu. Seseorang akan lebih mudah turut merasa dengan orang lain kalau orang itu memunyai informasi tentang apa yang dirasakan orang itu (what the person feels). Selanjutnya, orang akan lebih bersedia untuk berempati kalau ia mengerti mengapa orang itu merasa seperti yang dirasakannya (why he feels as he does). Informasi yang paling efektif untuk membangkitkan empati adalah informasi mengenai apa yang sedang diperjuangkan orang itu dan apa perjuangannya untuk mencapai tujuannya. 2. Menyatakan kesenangan, pujian, atau penghargaan. Selanjutnya, orang tua, pendidik lainnya, atau guru perlu menopang kesediaan anak untuk berempati dengan menyatakan kesenangan, pujian, atau penghargaan mereka atas empati yang ditunjukkannya. 3. Menunjukkan akibat dari perbuatan anak terhadap perasaan orang lain. Orang tua yang secara konsisten bereaksi terhadap perbuatan negatif anaknya dengan menunjukkan pada perasaan yang telah ditimbulkannya pada orang tersebut, cenderung memunyai anak yang lebih sanggup memahami sudut pandang orang lain, lebih empatik, dan lebih bersedia berbuat baik. 4. Sekali empati telah dibangkitkan, dorongan pada anak untuk berbuat baik akan datang dari diri anak itu sendiri. Di sini, empati akan bertindak sebagai pencetus untuk disiplin diri. Latihan untuk Mengembangkan Anak Bersikap Empati 1. Salah satu cara terbaik untuk mengajar anak berempati ialah dengan bermain peran (role play). Dengan bermain peran, anak diajak untuk mengalami dunia dari sudut pandang orang lain. Dengan membayangkan bahwa dirinyalah yang menjadi orang tersebut, ia bisa melihat dari mata orang tersebut, bersikap seperti orang tersebut, dan bisa menyelami perasaan orang itu. Dengan membayangkan secara terpimpin, seorang anak akan memahami dan peduli terhadap tujuan dan perjuangan seseorang. Adalah penting dalam permainan peran ini bahwa anak mendapat kesempatan untuk mencoba peran yang tidak biasa baginya, sehingga ia belajar melihat dari sudut pandang orang lain. (Perhatian: setelah role play selesai, anak perlu dibebaskan kembali dari peran ini, de-role, dan menjadi dirinya kembali). Misalnya, dengan mengatakan bahwa mereka telah bermain dengan baik dan sekarang kembali menjadi A atau B. Lalu tanyakan bagaimana rasanya menjadi X atau Y. 2. Kejadian sehari-hari dapat digunakan sebagai latihan empati. Misalnya, saat ibu meminta anak remajanya untuk mengecilkan suara radionya yang terlalu bising, ia perlu mengatakan kebutuhan dan perasaannya, serta menjelaskan akibat yang dirasakan si ibu dari suara bising tersebut. Keterangan ini membuat anak merespons berdasarkan rasa peduli akan ibunya dan bukan karena rasa takut dimarahi. Di permukaan, bisa jadi persoalan ini tampak sebagai persoalan disiplin, tetapi apa yang tampak sebagai persoalan disiplin sering kali pada dasarnya adalah karena kurang kepekaan dan kepedulian serta kurang dapat menempatkan diri di tempat orang lain. 3. Peran teladan (role model). Dengan mendengar biografi dari orang-orang yang terkenal akan kepedulian mereka, anak belajar untuk mencontoh perilaku tersebut. Mencontoh teladan adalah cara terpenting untuk mengajar anak berperilaku peka dan peduli. 4. Diskusi kelompok mengenai bagaimana perbuatan memengaruhi perasaan. Misalnya, mengenai topik: sesuatu yang kulakukan yang membuat ibu senang, sesuatu yang kulakukan yang membuat ayah marah, atau sesuatu yang kulakukan yang membuat teman senang. 5. Menyimpulkan atau curah pendapat tentang berbagai perasaan yang dimiliki orang. Prinsip-Prinsip untuk Melatih Empati dalam Kehidupan Sehari-Hari 1. Minta agar anak memerhatikan perasaan orang lain. Minta ia untuk membayangkan bagaimana perasaannya kalau ia di tempat orang tersebut. 2. Beritahukan akibat yang ditimbulkannya pada perasaan orang lain. 3. Terangkan mengapa orang merasa demikian. 4. Tanyakan perbuatan apa yang dapat dilakukannya yang lebih bersikap peduli pada orang lain. 5. Kita katakan kepadanya bahwa kita meminta atau berharap ia bersikap lebih peduli dan panjang pikiran. 6. Hargai, puji, dan nyatakan kegembiraan kita kalau ia bersikap panjang pikiran. Tunjukkan kekecewaan kita kalau ia bersikap sebaliknya. 7. Ceritakan kepada anak perasaan empati kita pada seseorang, dan perbuatan baik yang kita lakukan kepada orang tersebut. 8. Beri contoh tentang orang yang bersikap empati dan orang yang tidak, dan nyatakan penghargaan kita atas kebaikan orang. 9. Bantulah ia menolak pengaruh negatif dari teman yang mengejek perasaan empatinya. 10. Dalam mencari teman, anjurkan ia memertimbangkan kesanggupan anak tersebut untuk merasa empati. Kesanggupan untuk Menyatakan Kepedulian dalam Tindakan Nyata Kesanggupan untuk mengobservasi, untuk merasakan dengan orang lain (empati), baru ada gunanya kalau kesanggupan itu ditindaklanjuti dengan perbuatan nyata. Perbuatan tersebut bukan hanya akan menyenangkan orang yang ditolong, tetapi terutama akan menyenangkan diri si pemberi bantuan tersebut. Yang paling kita ingat dari pengalaman hidup kita ialah kejadian atau peristiwa di mana kita telah melakukan sesuatu untuk orang lain. Salah satu faktor penting untuk membangun kesanggupan menyatakan kepedulian dalam tindakan nyata ialah latihan bertanggung jawab. Sebuah studi di Universitas Harvard menunjukkan hubungan yang jelas antara besarnya tanggung jawab yang diberikan kepada anak dan kecenderungan untuk bersedia mementingkan orang lain. Tampaknya anak-anak yang diberikan segala sesuatu kecuali tanggung jawab, tidak hanya menjadi anak yang manja, tetapi juga cenderung kehilangan perasaan dan kepedulian mereka kepada orang lain. Usul untuk Orang Tua, Pendidik Lain, atau Guru Cara yang paling efektif untuk memberikan bantuan atau pelayanan ialah dengan memenuhi kebutuhan yang dirasakan oleh orang tersebut. Kita harus berpikir dengan keras untuk merumuskan apa sebetulnya kebutuhannya yang sungguh-sungguh, dan memertimbangkan apa jalan keluar yang dapat menjawab kebutuhan tersebut. Kita harus berusaha memberikan apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diingini orang. Kita dapat membedakan keduanya, kalau secara objektif kita bertanya pada diri sendiri, apa akibat dari pemberian kita itu. Kadang-kadang, apa yang kita inginilah yang menjadi penghalang untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Karena yang kita ingini untuk orang lain bisa jadi tidak sesuai dengan yang dibutuhkannya. Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan menanyakan apa yang dibutuhkan orang itu. Di samping bantuan atau pelayanan yang telah dipikirkan dan direncanakan dengan masak-masak, ada jenis bantuan yang diberikan dengan mendadak spontan. Misalnya, membantu seorang ibu memunguti belanjaannya yang jatuh. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Ajarlah Mereka Melakukan Penulis: Dr. Andar Ismail Penerbit: PT BPK Gunung Mulia, Jakarta 1998 Halaman: 191 -- 197 ______________________________________________________________________ o/ TIPS o/ MENGAJARKAN EMPATI PADA ANAK PRASEKOLAH Empati adalah suatu kemampuan untuk memahami bagaimana orang lain merasakan suatu keadaan. Bagaimana dan kapan anak-anak membangun kemampuan ini? Empati adalah suatu keterampilan yang pada umumnya tidak dipelajari oleh anak-anak sampai mereka berusia setidaknya empat tahun. Awal masa prasekolah bisa menjadi masa yang sulit bagi anak-anak karena mereka masuk ke dunia bermain dan sekolah di mana mereka harus siap untuk bergaul dengan teman-teman sebaya mereka. Orang tua dari anak-anak yang berusia di bawah empat tahun sering kali terkejut saat anak-anak mereka tidak mau berbagi, merebut mainan, atau memukul. Ini mungkin karena anak-anak belum membangun rasa empati. Anak-Anak Prasekolah yang Membangun Empati Seperti yang dilaporkan di majalah terbitan University of Toronto, "Leading Edge", Professor Kang Lee dari Zhejiang Normal University di Tiongkok mengadakan penelitian yang menunjukkan bahwa anak prasekolah usia tiga tahun belum belajar bagaimana memuji orang lain. Mereka dengan jujur menilai lukisan yang dibuat orang lain meskipun orang yang melukis itu ada di dekatnya. Anak-anak usia empat tahun dan yang berusia di atasnya mulai memberikan lebih banyak pujian atas lukisan itu saat pelukisnya ada daripada saat pelukisnya tidak ada. Ini menunjukkan bahwa anak-anak ini telah belajar merasakan perasaan orang lain, atau berempati kepada mereka. Bagaimana Mengajarkan Empati kepada Anak-Anak Belajar berempati bisa menjadi proses yang lambat bagi anak-anak. Penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa kemampuan ini tidak bisa muncul sampai anak berusia empat tahun ke atas, tetapi orang tua seharusnya masih bisa melakukan dan memberikan contoh di tahun-tahun sebelumnya. Mendiskusikan Perasaan dengan Anak-Anak Mengenali emosi adalah suatu langkah awal untuk membangun empati. Perkenalkan konsep perasaan kepada anak Anda sejak dini. Saat anak Anda menunjukkan perasaan yang kuat, tunjukkan namanya kepada anak Anda. Hal ini akan membantu dia belajar mengenali kapan dia merasa sedih, marah, bahagia, bosan, dan emosi-emosi lainnya. Bicarakan perasaan Anda dengan anak Anda. Misalnya, bila anak Anda impulsif dan memukul Anda, katakan padanya bahwa Anda marah dan dipukul itu menyakitkan. Bila Anda tersandung, katakan pada anak Anda bahwa tersandung itu membuat sakit sehingga Anda berteriak. Biarkan dia tahu bahwa setiap orang punya perasaan. Selain itu, tunjukkan perasaan bahwa Anda melihat apa yang ditunjukkan orang lain, baik di kehidupan nyata maupun di televisi atau buku-buku. Orang Tua Harus Memberi Contoh Empati kepada Anak-Anak Orang tua selalu menjadi guru yang paling penting bagi anaknya. Seorang anak akan belajar dari melihat bagaimana orang tua bereaksi atas situasi tertentu. Bila Anda menunjukkan empati pada anak Anda saat dia terluka atau sedih, maka anak Anda akan belajar dari hal ini dan mulai menunjukkan empati kepada orang lain. Bila Anda membantu orang lain, anak Anda juga akan segera belajar mengulurkan tangan. Meskipun orang tua bisa frustasi karena anak belum membangun empati, orang tua bisa mengajarkannya sehingga kemampuan ini muncul. Mengajarkan empati dengan mengajar anak untuk mengenali emosi dan dengan menjadi contoh. (t/Ratri) Diterjemahkan dan disesuaikan dari: Nama situs: Suite101.com Judul asli artikel: Teach Empathy to Preschoolers Nama penulis: Barb Hacker Alamat URL: http://parentingmethods.suite101.com/article.cfm/preschool_children_and_empathy ______________________________________________________________________ o/ BAHAN MENGAJAR o/ BELAS KASIHAN Pada suatu hari, dua pemuda dibawa menghadap seorang raja. Pemuda yang pertama adalah seorang yang sangat jahat. Ia telah membunuh seseorang yang sama sekali tidak berbuat salah kepadanya. Sang raja melihat bahwa orang ini tidak menyesali perbuatannya. Mungkin pemuda ini akan membunuh pemuda yang lain lagi. "Masukkan pemuda ini ke dalam penjara!" perintah raja. Orang-orang menyebut keputusan raja ini "adil" karena raja menjatuhkan hukuman yang setimpal dengan perbuatan pemuda itu. Pemuda yang kedua bukanlah seorang yang jahat. Ia telah membunuh seseorang, tetapi hal ini dilakukannya dengan tidak sengaja. Ia sangat menyesali perbuatannya dan memohon kepada raja agar ia tidak dimasukkan ke dalam penjara. Menurut kamu, apakah yang akan dilakukan sang raja? Renungan Singkat tentang Belas Kasihan 1. Apakah yang telah dilakukan oleh pemuda yang pertama? Apakah yang telah dilakukan oleh pemuda yang kedua? Di manakah letak perbedaan antara pemuda yang pertama dan yang kedua? 2. Apakah yang akan kamu lakukan seandainya kamu adalah raja? Mengapa? Menurut kamu, apakah yang akan dilakukan oleh sang raja? Mengapa? Raja itu merasa kasihan kepada pemuda yang kedua. Ia tahu bahwa pemuda itu tidak akan menyakiti orang lain lagi. "Saya akan membebaskan kamu," kata sang raja. "Saya mengampunimu dan kamu tidak akan dimasukkan ke dalam penjara." Pemuda itu bersujud di hadapan raja dan mengucapkan terima kasih kepadanya. Ia tahu bahwa raja itu bisa saja memasukkannya ke dalam penjara, tetapi ia tidak melakukannya. Raja merasa kasihan kepadanya dan mengampuninya, walaupun sebenarnya raja bisa saja menghukum dia. Ketika seseorang berbuat demikian, kita menyebutnya "belas kasihan". Pernahkah seseorang menaruh belas kasihan kepadamu? Misalnya, seseorang memberi kamu sesuatu yang sebenarnya tidak patut kamu terima. Atau seseorang tidak menghukummu, padahal sebenarnya kamu patut dihukum. Renungan Singkat Tentang Tuhan Yesus dan Kamu 1. Pernahkah kamu melakukan sesuatu yang salah? Kita masing-masing pernah berbuat salah, bukan? Itulah yang dinamakan dosa. Kita patut dihukum atas dosa kita itu. 2. Menurut kamu, bagaimanakah perasaan Tuhan Yesus bila kita tinggi hati dan tidak menyesali dosa kita? Apakah Ia akan mengampuni kita? Bagaimanakah perasaan Tuhan Yesus bila kita menyesali dosa kita dan meminta ampun kepada-Nya? Apakah Ia akan mengampuni kita? Tuhan Yesus ingin menunjukkan belas kasihan-Nya kepada kita, sama seperti yang telah dilakukan raja itu. Bacaan Alkitab: Mazmur 103:1-14 Kebenaran Alkitab: Terpujilah Tuhan, karena Ia telah mendengar permohonanku (Mazmur 28:6). Doa: Terima kasih, ya, Tuhan Yesus, karena Engkau menunjukkan belas kasihan-Mu pada saat Engkau sebenarnya dapat saja menghukum saya. Saya sungguh senang karena Engkau mengasihi saya. Amin. Diambil dari: Judul buku: 100 Renungan Singkat untuk Anak-Anak Penulis: V. Gilbert Beers Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1986 Halaman: 90 -- 91 ______________________________________________________________________ o/ WARNET PENA o/ CERITA-CERITA ALKITAB DALAM ALL TRUE BIBLE STORIES FOR CHILDREN http://www.alltruebible.com/ Memiliki banyak sumber ide dapat memerkaya para guru sekolah minggu ketika menunaikan tugas pelayanannya. Oleh karena itu, tidak habis-habisnya e-BinaAnak menyediakan sumber-sumber ide bagi rekan-rekan sekalian. Seperti situs yang satu ini, All True Bible Stories for Children. Meskipun tampilannya sederhana, situs ini menyediakan cerita-cerita Alkitab yang dikemas dalam bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak dan dirangkai dalam aplikasi kehidupan sehari-hari. Bahasa pengantar situs ini adalah bahasa Inggris, namun dapat diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dengan mudah karena bahasa yang digunakan juga tidak sulit. Saat ulasan ini diturunkan, sudah terdapat tujuh bagian cerita Alkitab, yaitu cerita Alkitab dari kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, Yoshua, dan Hakim-Hakim. Selamat meraup sebanyak mungkin ide dalam setiap cerita di situs ini. Oleh: Davida (Redaksi) ______________________________________________________________________ o/ MUTIARA GURU o/ Jadilah contoh dan ajarkanlah perasaan berempati kepada anak-anak. ______________________________________________________________________ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org> ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Christiana Ratri Yuliani Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2008 -- YLSA http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak ______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |