Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/396 |
|
![]() |
|
e-BinaAnak edisi 396 (20-8-2008)
|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____ DAFTAR ISI EDISI 396/AGUSTUS/2008 - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL 1: Apakah Autis Itu dan Apa yang Bisa Kita Lakukan? - ARTIKEL 2: Agama dan Autis (Perspektif Kristen) - BAHAN MENGAJAR: Hati yang Bersatu - WARNET PENA: Bahan Seputar Autis di Situs TELAGA - MUTIARA GURU ______________________________________________________________________ o/ SALAM DARI REDAKSI o/ Salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus, Pada awalnya, sebelum ada istilah autis, anak yang terkena autis dilihat sebagai anak yang mengalami keterbelakangan mental atau "schizophrenia". Diagnosa ini semakin lama semakin berkembang di dalam ilmu kedokteran. Lalu bagaimana sebenarnya autis pada anak dan langkah positif apa yang bisa kita ambil untuk menolong mereka agar dapat bersosialisasi dengan anak normal lainnya? Edisi publikasi e-BinaAnak kali ini secara khusus mengangkat tentang anak dengan kebutuhan khusus, yaitu anak penyandang autis. Kami sajikan artikel yang mengajak Anda mengetahui lebih banyak tentang apa itu autis dan tips yang bisa dipakai dalam menangani anak autis. Jangan lewatkan pula artikel mengenai penerimaan anak autis di gereja. Pelayan anak, selamat menyimak edisi publikasi e-BinaAnak kali ini dan selamat mengaplikasikannya di tempat pelayanan Anda. Tuhan Yesus memberkati. Staf Redaksi e-BinaAnak, Kristina Dwi Lestari "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri." (Roma 15:1) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Roma+15:1 > ______________________________________________________________________ o/ ARTIKEL o/ APAKAH AUTIS ITU DAN APA YANG BISA KITA LAKUKAN? Autis adalah penyakit atau gangguan pada perkembangan otak yang diperkirakan menyerang 1 dari 1.000 orang di Amerika. Orang yang menderita autis biasanya kurang mampu berbahasa dan tidak mampu bergaul dengan lingkungan sosialnya. Sekitar 80% dari jumlah penderita autis adalah laki-laki. Mengapa demikian, alasannya tidak diketahui oleh para peneliti. Hal yang juga tidak diketahui adalah penyebab autis. Segala sesuatu dari perubahan genetik hingga kontak kandungan ibu dengan penyakit sampai ketidakseimbangan kimia telah dipersalahkan. Namun ternyata, faktor-faktor orang tua bisa diabaikan sebagaimana yang dianjurkan oleh beberapa peneliti. Walaupun diinformasikan bahwa mereka tidak ada hubungannya dengan penyakit anak mereka ini, beberapa orang tua terus-menerus mengatakan bahwa mereka merasa bersalah karena tidak mampu berinteraksi dengan anak mereka. Berikut ini adalah apa yang diketahui tentang autis. 1. Kesulitan dengan kemampuan organisasi. Penderita autis, lepas dari kemampuan intelektual mereka, ternyata memiliki kesulitan mengatur diri mereka sendiri. Seorang pelajar autis mungkin bisa menyebutkan tanggal-tanggal bersejarah setiap perang yang terjadi, namun selalu lupa membawa pensil mereka ke kelas. Murid-murid ini bisa menjadi seorang yang sangat rapi atau paling jorok. Orang tua harus selalu ingat untuk tidak memaksakan kehendaknya pada mereka. Mereka hanya tidak mampu mengatur diri mereka sendiri tanpa pelatihan yang spesifik. Seorang anak penderita autis memerlukan pelatihan kemampuan mengatur dengan menggunakan langkah-langkah kecil yang spesifik supaya berfungsi dalam situasi sosial dan akademis. 2. Seorang penderita autis memiliki masalah dengan pemikiran yang bersifat abstrak dan konseptual lepas dari apa yang dikatakan orang tua. Beberapa penderita autis akhirnya memeroleh kemampuan abstrak, namun ada juga yang tidak. Hindari kalimat pertanyaan yang mengundang perdebatan saat berbicara dengan anak autis. Sebaiknya Anda mengatakan, "Saya tidak suka kalau kamu tidak mandi. Ayo, masuk ke kamar mandi dan mandi sekarang. Kalau kamu butuh bantuan, saya akan menolongmu, tapi saya tidak akan memandikanmu." Hindari menanyakan pertanyaan yang panjang lebar. 3. Peningkatan tingkah laku tak wajar mengindikasikan peningkatan stres dalam banyak situasi, terutama situasi yang tidak akrab, akan menyebabkan stres sehubungan dengan perasaan atau hilangnya kontrol. 4. Perilaku mereka yang berbeda janganlah diambil hati. Penderita autis seharusnya tidak dianggap sebagai seorang yang selalu berperilaku menyimpang atau ingin menyakiti perasaan orang lain atau mencoba membuat hidup menjadi sulit bagi orang lain. Seorang penderita autis jarang bisa bersikap manipulatif. Umumnya, perilaku mereka merupakan hasil dari usaha mereka keluar dari pengalaman yang menakutkan atau membingungkan. Penderita autis, secara alami karena ketidakmampuan mereka, memiliki sifat egosentris. Kebanyakan penderita autis menghadapi masa-masa sulit untuk bisa memahami reaksi orang lain karena adanya ketidakmampuan persepsi. 5. Gunakan kata-kata dengan makna sesungguhnya. Secara sederhana, katakanlah apa yang Anda maksudkan. Jika pembicara tidak sangat mengenal si penderita autis, sebaiknya mereka menghindari penggunaan singkatan/panggilan, ejekan, kalimat bermakna ganda, idiom, dan sebagainya. 6. Ekspresi wajah dan isyarat-isyarat lainnya biasanya tidak berhasil. Mayoritas penderita autis memiliki kesulitan membaca ekspresi wajah dan menafsirkan bahasa tubuh atau perilaku dengan kesan-kesan tertentu. 7. Seorang penderita autis nampak tidak mampu mempelajari sebuah tugas. Ini merupakan sebuah tanda bahwa tugas atau tugas-tugas itu terlalu sulit baginya dan perlu disederhanakan. Cara lainnya adalah menghadirkan tugas-tugas itu dengan cara yang berbeda, baik secara visual, fisik, maupun verbal. 8. Hindari terlalu banyak informasi atau kata-kata. Para guru dan orang tua harus jelas dan menggunakan kalimat-kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana untuk menyampaikan maksud mereka. Jika anak-anak tidak punya masalah pendengaran dan bisa memerhatikan Anda, ia mungkin kesulitan memisah-misahkan apa yang diajarkan dan informasi lainnya. 9. Tetaplah konsisten dan persiapkan atau berikan sebuah daftar pendek pelajaran yang akan Anda ajarkan. Tulislah pada sebuah grafik. Datangi mereka setiap hari pertama-tama dengan anak yang muda. Jika perubahan terjadi, katakan padanya dan ulangi informasi tentang perubahan itu. 10. Meskipun rasanya mustahil, adalah mungkin untuk mengatur sikap anak autis. Kuncinya ialah konsistensi dan pengurangan stres pada anak. Juga dianjurkan untuk melakukan penambahan sikap sosial yang positif yang dilakukan secara rutin. 11. Hati-hati dengan lingkungan. Dalam banyak contoh, seorang penderita autis bisa sangat sensitif dengan apa yang ada dalam ruangan. Cat tembok warna cerah atau dengungan lampu pijar sangat mengganggu bagi para penderita autis. Untuk membuat perubahan yang berarti, guru dan orang tua perlu waspada dan berhati-hati terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang ada. 12. Anak yang memiliki perilaku menyimpang atau terus-menerus membangkang merupakan sebuah tanda masalah. Sekalipun anak-anak kadang-kadang berperilaku menyimpang atau membangkang, seorang penderita autis sering kali bersikap demikian ketika dia kehilangan kendali. Ini bisa menjadi sinyal bahwa seseorang atau sesuatu di sekitarnya membuatnya marah atau terganggu. Hal yang sangat menolong ialah keluar dari lingkungan itu atau menyuruhnya menuliskan apa yang mengganggunya, tetapi jangan mengharapkan sebuah respons positif, misalnya ia melanjutkan untuk mengerti apa yang sedang terjadi dan apa artinya. Metode keberhasilan lainnya adalah permainan peran dan mendiskusikan apa yang membuatnya marah atau berkelakuan buruk. Biarkan ia menjawab karena ia berpikir Anda akan meresponi tingkah lakunya. Memanfaatkan aktivitas ini akan menolong untuk mengurangi kepadatan sebuah situasi sehingga mengubah fokusnya dengan memerhatikan apa yang mengganggunya. 13. Jangan menduga apapun saat mengevaluasi kemampuan atau keahliannya. Orang-orang yang menangani anak-anak autis melaporkan bahwa beberapa orang autis sangat pintar matematika, tetapi tidak mampu menghitung uang kembalian yang sederhana di kasir. Atau, mereka memiliki kemampuan mengingat setiap kata yang ada dalam sebuah buku yang dibacanya atau pidato yang ia dengar, tetapi tidak ingat untuk membawa kertas ke kelas atau di mana ia menaruh sepatu olahraganya. Perkembangan kemampuan yang tidak seimbang merupakan sifat autisme. 14. Kunci untuk bekerja dengan penderita autis ialah bersabar, berpikiran positif, kreatif, fleksibel, dan objektif. Tips tambahan bagi para orang tua. 1. Temuilah dokter. Jika Anda menduga anak Anda menderita autis, temui seorang dokter ahli dan mintalah diagnosa. Mintalah penjelasan kepada mereka dan tanyakan sebanyak mungkin pertanyaan yang menurut Anda perlu ditanyakan. Bersikaplah kritis! Jangan menunggu mereka memberikan informasi kepada Anda karena Anda akan menunggu begitu lama tanpa jawaban. 2. Pelajarilah hak-hak orang cacat. Biasakanlah diri dengan tindakan-tindakan orang cacat. Jangan takut untuk mengajukan permintaan pada dokter medis, sekolah, pengurus sekolah, atau para guru. Mereka hanya akan melakukan apa yang diperintahkan atau diminta pada mereka. Dalam hal ini, kesabaran, kegigihan, pengetahuan, dan sikap menghormati akan memberikan hasil yang baik. 3. Carilah bantuan. Banyak anak cacat tidak pernah memeroleh bantuan karena orang tua mereka merasa takut dan malu. Ingat, tidak ada hal yang telah Anda lakukan yang menyebabkan kecacatan ini terjadi. Orang lain juga memunyai masalah yang serupa. Ada pertolongan untuk anak Anda. Teruslah mencari informasi. 4. Bersabarlah. Jangan menyerah. Ingatlah bahwa anak Anda tidak suka bertindak seperti itu, tetapi mereka hanyalah berusaha untuk mendapatkan perhatian dari dunia dan sekitar mereka. 5. Jangan berulang-ulang berusaha melatih sebuah tugas kepada anak. Penderita autis biasanya menolak perubahan aktivitas rutin. Memaksa anak autis melakukan sesuatu justru bisa menjadi malapetaka. Lebih baik jika Anda melihat ia mengalami kesulitan, mundurlah dan cobalah untuk memecahkan tugas itu menjadi sesuatu yang lebih sederhana dan mudah dikerjakan. Ini artinya ia telah mencapai batasnya -- sebagaimana kita semua juga bisa demikian. Cobalah untuk memberikannya pilihan. Ini akan memberinya indra kontrol dan stabilitas diri. (T/Silvi) Diterjemahkan dan disesuaikan dari: Nama situs: FaithWriters Judul asli artikel: Autism: What Is It And What Can Be Done? Penulis: Stephen A. Peterson Alamat URL: http://www.faithwriters.com/article-details.php?id=28047 Bahan ini juga dapat dilihat di: Nama situs: Situs Christian Counseling Center Indonesia (C3I) Alamat URL: http://c3i.sabda.org/apakah_autis_itu_dan_apa_yang_bisa_kita_lakukan ______________________________________________________________________ o/ ARTIKEL 2 o/ AGAMA DAN AUTIS (PERSPEKTIF KRISTEN) Bagi beberapa keluarga, pengalaman bergereja sering kali merupakan tradisi yang diturunkan. Keluarga-keluarga lain mengenali kebutuhan mereka akan tempat berlindung secara rohani dan mengasuh untuk pertama kalinya dalam hidup mereka pada saat mereka memiliki anak atau pada masa-masa sulit lainnya. Contoh kasih "agape" atau kasih tak bersyarat yang Kristus berikan merupakan contoh tertinggi bagi pemahaman kita terhadap peran penerimaan di gereja. Sangat banyak orang tua dan saudara kandung, begitu pula dengan penyandang autis itu sendiri, yang diminta untuk pergi atau merasa sangat tidak nyaman sehingga mereka kehilangan bagian hidup mereka yang paling berharga, dan pada saat mereka benar-benar membutuhkan pertolongan. Perilaku-perilaku yang dikaitkan dengan autis sering kali menimbulkan tantangan untuk pengalaman keluarga gereja, sehingga saya sering kali bertanya-tanya sendiri: "Bila bukan gereja, lalu di mana seseorang bisa diterima apa adanya dengan kasih yang tak bersyarat dan mendapatkan perhatian?" Keluarga orang percaya perlu memiliki suatu gereja di mana seluruh anggota keluarganya digembalakan. Dengan menyatupadukan penyandang autis sebagai anggota gereja, dan dengan memberikan bantuan serta pendidikan yang luas untuk komunitas itu, gereja menjadi terbuka bagi seluruh keluarga dan pada gilirannya keluarga itulah yang memperkuat gereja melalui pengalaman-pengalaman iman yang dibagikan. Tips untuk Mendukung Penerimaan 1. Mulailah menghubungi. Pada umumnya, para orang tua ingin menghubungi pendeta atau guru sekolah minggu untuk memperkenalkan dan menyiapkan mereka untuk membagikan pengalaman keberhasilan kepada semua orang. Berikan informasi tentang tujuan-tujuan pendidikan dan diskusikan metode-metode komunikasinya. 2. Diskusikan harapan-harapan Anda. Saat menghadiri kebaktian, ada baiknya berdiskusi dengan pemimpin kebaktian tentang apa yang dia harapkan. Dengan demikian, pemimpin kebaktian dapat menawarkan dukungan kepada keluarga itu, misalnya seseorang yang menemaninya saat orang tuanya harus menghadiri kebaktian atau menemani anak penyandang autis ke tempat yang nyaman saat dia mulai bosan. 3. Siap sedialah. Kebanyakan orang tua yang berpengalaman tahu bahwa semua anak dan beberapa orang dewasa menjadi gelisah saat di gereja. Siap sedialah dengan benda-benda yang menyita konsentrasi, misalnya pita karet, gambar-gambar, buku-buku, atau suatu benda dengan fokus visual, yang bisa sangat membantu khususnya bila benda-benda itu memiliki pengaruh rohani untuk memerluas pengalaman penyembahan dengan cara yang berbeda. Benda-benda yang memberikan kenyamanan dan keamanan di rumah bisa pula disediakan di gereja. 4. Cepatlah menyesuaikan diri. Karena ada anggapan yang mengatakan bahwa penyandang autis mengalami hal-hal secara menyeluruh, maka pemandangan, suara, dan bahkan bau dalam ruang ibadah atau ruang kelas harus diperhatikan. Mengunjungi ruang ibadah dan ruang kelas di gereja pada saat ruang tersebut kosong bisa memberi kesempatan kepada mereka untuk menggali berbagai hal dengan berbagai cara yang mungkin tidak bisa dilakukan bila ada banyak orang dalam ruangan itu. Dengan izin khusus, seseorang juga bisa belajar memainkan organ atau piano untuk melatih anak terhadap suara keras yang mungkin tiba-tiba atau kadang-kadang terdengar selama ibadah. 5. Mengajar melalui contoh. Pemimpin ibadah bisa dengan sopan memperingatkan perilaku yang menganggu dengan kata-kata yang sederhana dan tidak kasar. "Senang sekali kamu bisa ikut ibadah hari ini, Tom," setelah mengatakan hal ini pemimpin ibadah bisa melanjutkan pelajaran lagi seolah-olah apa yang dilakukan oleh Tom tadi adalah hal yang wajar. Penerimaan dari pemimpin ibadah adalah hal yang sangat penting. Kepekaan dan perencanaan strategi gabungan adalah penting. 6. Jalinlah hubungan dengan teman sebaya. Untuk menolong supaya hubungan dan persahabatan dapat bertumbuh, teman sebaya yang bertanggung jawab untuk mendampingi secara bergiliran bisa membantu menciptakan dukungan yang memadai bagi anak sambil membantu timbulnya suasana penerimaan. 7. Bantulah setiap anak untuk merasa diterima. Beberapa orang dewasa atau anak-anak harus merasakan peran kepemimpinan yang hangat melalui sapaan kepada setiap anak dengan kontak mata: "Hai, ... (nama anak)", atau tepukan di bahu. Ini sering kali merupakan hal yang sederhana, namun perlu dilakukan untuk menyampaikan firman Tuhan. Usaha "bawah tanah" dalam menyapa menciptakan suasana penerimaan. 8. Bersikaplah teguh. Akhirnya, keluarga harus tetap teguh dalam iman mereka bahwa kita semua memunyai tempat dalam pengalaman penyembahan. Bila ada satu anggota yang hilang, maka pengalaman anggota yang lain pun berkurang. Anak-Anak dan Sekolah Minggu Dalam menjadi bagian dari komunitas orang percaya, semua orang membutuhkan kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif. Melakukan apa yang dilakukan orang lain dapat meningkatkan rasa diterima. Bagi anak-anak di sekolah minggu, ide-ide berikut ini biasanya bisa berhasil. 1. Gunakan Alkitab. Doronglah anak supaya bisa membuka halaman Alkitab dengan benar. Gunakan petunjuk atau tuntunan bagi anak supaya dapat membaca seperti yang lainnya. 2. Berikan kesempatan berpartisipasi. Berikan kesempatan pada anak untuk berpartisipasi saat berbagi atau mempelajari ayat hafalan. Anak penyandang autis diberi kesempatan untuk berpartisipasi dengan dibantu orang lain supaya dapat menyampaikan pesan. Tugas yang diberikan untuk dikerjakan di rumah bisa menyatakan pengalaman-pengalaman mereka, dan bila perlu bisa menjadi tambahan pokok doa. 3. Berganti-ganti teman. Ingatlah untuk mendorong mereka supaya menjalin persahabatan dan berkenalan dengan berbagai teman dengan mengganti/tukar-menukar teman sebaya dan pendamping. 4. Gunakan petunjuk-petunjuk yang bisa dilihat. Gunakan petunjuk tambahan yang bisa dilihat, misalnya gambar, selama menyampaikan cerita sesuai dengan tingkat usia mereka. Pelan-pelan, bila perlu ulangi cerita yang disampaikan sehingga bisa dipahami oleh anak. 5. Doronglah untuk meniru. Doronglah, tetapi jangan memaksa, untuk meniru gerakan tubuh, misalnya menganggukkan kepala dan melipat tangan untuk berdoa, berdiri untuk menyanyi dan melihat orang yang sedang berbicara. Hal ini tentu saja berbeda pada setiap individu, tetapi ini bisa menolong untuk menciptakan sikap berdoa dan partisipasi. Pemuda dan Partisipasi Pemuda dan orang dewasa penyandang autis bisa berpartisipasi sebagian atau secara menyeluruh dalam berbagai cara, sama seperti pemuda dan orang dewasa lainnya yang tidak autis. Partisipasi dan pelayanan yang mendukung bagi orang lain adalah penting baginya dan masyarakat atau komunitas. Saran-saran berikut ini didasarkan pada pendekatan yang diterapkan pada penyandang autis tertentu. 1. Sapalah orang lain dengan senyuman dan bagikan buletin pelayanan. 2. Kumpulkan buletin-buletin dan kertas-kertas yang tertinggal di bangku gereja setelah pelayanan, kembalikan ke ruang ibadah. 3. Bawalah kantong persembahan untuk pelayanan berikutnya. Bawakan makanan kecil dan minuman untuk anak-anak di kelas prasekolah. 4. Kumpulkan dan berikan daftar hadir murid sekolah minggu ke pengawas sekolah minggu. 5. Bantulah mengirimkan kartu-kartu atau makanan ke rumah anak penyandang autis yang tidak bisa keluar rumah. 6. Di hari libur bersama dengan para diakon, ikutlah dalam mengemas dan mengirimkan makanan dan mainan untuk orang-orang yang membutuhkan. Natal Orang Kristen merayakan kelahiran Kristus dengan banyak pertunjukkan, tradisi, dan ritual budaya. Menambah sejenis pelayanan penyembahan di gereja bisa memerkaya makna natal, sekaligus menjadikan perayaan itu lebih pribadi. 1. Bicarakan aspek rohani dari masa natal melalui percakapan sehari-hari. Jelaskan kegiatan dan perayaan yang akan datang melalui metode yang lebih sederhana, misalnya melalui gambar, permainan peran, dan cerita. 2. Bawalah barang tertentu yang bisa mewakili beberapa elemen dari perayaan liburan yang bisa diadakan selama ibadah. Barang itu bisa berupa "kain bedung", bintang yang bersinar, tokoh-tokoh pada masa kelahiran Kristus, atau kayu manis. Satu benda yang melambangkan suatu peristiwa bisa menjadi bagian dari keseluruhan pengalaman pada perayaan itu. 3. Selama ibadah, tetaplah mengikuti alur pada buletin dan siapkanlah anak bila ada musik yang suaranya keras dan dramatis. Tutuplah telinga anak dan pelan-pelan bukalah telinga mereka, hal ini bisa menolong mereka. Namun, bersiap-siaplah bila usaha ini tidak berhasil; sesuatu yang dianggap musikal bagi seseorang, belum tentu berlaku bagi orang lain. Memberi Hadiah -- Suatu Pendekatan yang Unik Salah satu gereja yang saya kenal memunyai suatu perayaan yang menarik di awal Desember, di mana mereka berkumpul untuk mengenalkan talenta dan karunia rohani dari anggota-anggotanya -- sebuah nuansa tukar-menukar hadiah yang sedikit berbeda dari biasanya. Dari yang muda hingga yang tua, dengan talenta dari yang artistik dan musikal hingga karunia belas kasih dan keramahan, semuanya ada. Ini merupakan tradisi yang baik yang patut ditiru oleh gereja lain. Sebagaimana halnya dengan penyandang autis, saya tahu ada orang yang memiliki perhatian penuh pada setiap detail yang bisa dilihat, yang bisa ditunjukkan dengan contoh-contoh gambar kesukaannya. Saya juga tahu orang lain yang memiliki senyum hangat yang pernah saya lihat. Teman saya ini juga menunjukkan sikap mementingkan kepentingan orang lain, dan menjadi seorang yang sangat ramah. Tanggung Jawab Masyarakat Memperkenalkan konsep bahwa tanggung jawab setiap jemaat merupakan tanggung jawab bersama, yang dipikul bersama. Inilah persekutuan yang benar. Partisipasi dan penerimaan atas penyandang autis seharusnya tidak dipikul oleh seseorang atau bahkan beberapa sukarelawan yang "dilatih" atau "diberi" tugas. Anak-anak dan pemuda akan membutuhkan tuntunan untuk bisa memudahkan penerimaan, demikian pula dengan orang dewasa. Perlahan-lahan, fokus pendampingan khusus seharusnya tidak diperlukan lagi karena setiap orang menerima tanggung jawab bersama. Membutuhkan usaha dan niat untuk menolong penyandang autis menemukan karunianya. Tetapi dalam melakukan latihan ini, kita semua akan ditantang untuk fokus pada apa yang bisa dilakukan oleh individu tersebut. Dengan memberikan penerimaan terhadap satu individu, kita bisa menemukan kebutuhan setiap individu dalam keluarga dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk berpartisipasi dalam komunitas orang percaya. (t/Ratri) Diterjemahkan dan disesuaikan dari: Nama situs: Autism Society of Amerika Judul asli artikel: Religion and Autism (The Christian Perspective) Penulis: Terri Connolly Alamat URL: http://www.autism-society.org/site/PageServer?pagename=life_fam_religion ______________________________________________________________________ o/ BAHAN MENGAJAR o/ HATI YANG BERSATU Alat Peraga: Kertas Marmer Merah, Gunting Ayat Alkitab: Filipi 1:3-11 Tema: Kita menyatukan hati kita dengan orang lain pada saat kita memberi. Anak-anak akan suka sekali melihat perubahan ini. Untuk ketenangan Anda sendiri, berlatihlah jauh-jauh hari sebelumnya supaya lipatan/potongan yang Anda buat itu tidak tampak ragu-ragu. Perhatikan saya melipat kertas ini. (Lipat kertas menjadi persegi panjang.) Kertas ini dilipat menjadi bentuk persegi panjang. Saya dapat menggunting salah satu sudutnya dan sudut yang lain. Lalu saya dapat menggunting bentuk lengkung pada sudut bagian atas dan saya menggunting bentuk lengkung pada sudut lain. Kalau kertas ini dibuka, maka akan terlihat bentuk hati yang menyatu. Ada cara-cara lain guntingan hati-hati ini dapat disatukan. Kalau kita memerhatikan orang lain, artinya kita menyatukan hati kita. Kita menunjukkan kepada mereka bahwa kita memerhatikan dan mengasihi mereka melalui perbuatan kita kepada mereka. Tuhan mau kita memerhatikan dan mengasihi orang lain. Dengan cara-cara apakah kamu dapat memerhatikan orang lain? (Tunggu tanggapan anak-anak dan beri mereka dukungan setelah mereka menjawab cara-cara mengasihi orang lain.) Perbuatan-perbuatan itu adalah cara-cara kita dapat memerlihatkan kasih dan perhatian kita kepada orang lain. Kalau kamu melakukan hal-hal seperti itu, artinya kamu membagikan dan menyatukan hatimu dengan hati orang lain. Jadi, seperti kertas bentuk hati yang menyatu ini, demikian juga hati-hati kita di dalam gereja ini dapat disatukan kalau kita saling mengasihi dan memerhatikan dengan menggunakan bakat-bakat dan kemampuan kita. Pada saat kita melakukannya, maka kita membagikan kasih dari hati Tuhan. Mari kita berdoa: Ya, Tuhan, terima kasih kami memiliki begitu banyak hal yang dapat kami berikan kepada orang lain. Tolong kami untuk menyatukan hati kami dengan mereka. Amin. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Ceritakan untuk Anak-Anak Sekolah Minggu (Buku 1) Penulis: Donna McKee Rhodes Penerbit: Gospel Press, Batam 2002 Halaman: 133 -- 134 ______________________________________________________________________ o/ WARNET PENA o/ BAHAN SEPUTAR AUTIS DI SITUS TELAGA http://www.telaga.org/transkrip.php?memahami_autisme.htm Apakah para pelayan anak ingin mengetahui informasi lengkap seputar autis? Situs Tegur Sapa Gembala Keluarga (TELAGA) sekiranya dapat membantu melengkapi pengetahuan Anda. Pembahasan seperti ciri-ciri anak autis, tipe anak autis, lalu langkah apa yang bisa dilakukan oleh orang tua yang memiliki anak autis, tersedia dalam bentuk MP3 yang bisa Anda unduh dan dalam bentuk transkripnya. Menu tersebut bisa Anda dapatkan di bagian kanan atas halaman tersebut. Pelayan anak, silakan Anda dapatkan selengkapnya artikel tersebut dan sekiranya bisa memberkati Anda. Kiriman: Kristina Dwi Lestari ______________________________________________________________________ o/ MUTIARA GURU o/ Seorang pendidik yang baik tahu bahwa apa yang menjadi keterbatasan yang ada pada anak layan kita adalah semangat kita untuk memberikan yang terbaik bagi Allah. ______________________________________________________________________ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org> ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Christiana Ratri Yuliani Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2008 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak ______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |