Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/390 |
|
e-BinaAnak edisi 390 (9-7-2008)
|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____ DAFTAR ISI EDISI 390/JULI/2008 - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL 1: Bagaimanakah Seharusnya Anak-Anak Menyanyi? - ARTIKEL 2: Lagu-Lagu Alkitab dalam Kelas Sekolah Minggu - TIPS: Memimpin Acara Pujian di Sekolah Minggu - WARNET PENA: Musik dalam In-Christ.Net - MUTIARA GURU ______________________________________________________________________ o/ SALAM DARI REDAKSI o/ Shalom, Bagaimana pelayanan yang Rekan-Rekan sekalian jalani pada hari Minggu yang lalu? Apakah anak-anak layan Anda memuji Tuhan dengan penuh sukacita dan semakin mengenal Tuhan melalui puji-pujian tersebut? Ya, acara pujian merupakan acara yang selalu ada dalam sebuah ibadah sekolah minggu. Karena acara ini merupakan acara rutin dalam sekolah minggu, maka acara ini harus diwaspadai agar puji-pujian yang dinaikkan tetap pada makna yang sebenarnya. Maksudnya adalah jangan menjadikan pujian sebagai sekadar pembangun suasana, penarik perhatian anak, atau sekadar rutinitas ibadah. Biarlah pujian yang dinaikkan merupakan wujud ketaatan kita kepada firman Tuhan. Naikkanlah pujian untuk memuliakan nama-Nya dan menyembah-Nya. Redaksi mengisi edisi ini dengan topik Acara Puji-Pujian di Sekolah Minggu. Harapan kami, kita semua dapat kembali melihat makna terdalam acara pujian dalam ibadah sekolah minggu. Biarlah dari mulut setiap anak terdengar pujian yang mengagungkan nama-Nya dan biarlah tiap pujian membawa mereka semakin mengasihi Allah. Selamat memuji Tuhan! Pimpinan Redaksi e-BinaAnak, Davida Welni Dana Dan lagi: "Pujilah Tuhan, hai kamu semua bangsa-bangsa, dan biarlah segala suku bangsa memuji Dia." (Roma 15:11) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Roma+15:11 > ______________________________________________________________________ o/ ARTIKEL 1 o/ BAGAIMANAKAH SEHARUSNYA ANAK-ANAK MEMUJI? Semua orang setuju bahwa anak-anak harus menyanyi. Pertanyaan (lihat judul) itu berhenti diperdebatkan saat musik, sebagai suatu ilmu pengetahuan, mulai diajarkan di sekolah umum; saat piano dan organ selazim perabotan rumah tangga seperti rak buku dan lemari pakaian, dan saat anak-anak menjadi terbiasa dengan buku pedoman musik seperti halnya mereka terbiasa dengan buku bacaan dan koran. Semua orang tahu bahwa anak-anak senang bernyanyi. Burung-burung saja dapat berkicau, maka anak-anak pun, yang merupakan burung cahaya surga milik Allah, juga berhak untuk mengungkapkan sukacita mereka melalui pujian. Semua pemerhati dan pengamat mengakui kekuatan lagu anak-anak. Kita bisa saja membahas pelajaran, latihan/tugas, atau buku-buku perpustakaan sekolah minggu, namun buku nyanyian adalah sesuatu yang harus kita miliki. Suatu sekolah minggu bisa saja berhasil di ruang bawah tanah yang gelap, dengan dinding yang rendah dan ventilasi yang minim, namun tidak akan berhasil tanpa adanya musik. Anda bisa saja memunyai taman bunga tanpa air mancur, kamar tanpa lukisan, atau musim panas tanpa matahari; tetapi jangan mengharapkan sekolah minggu yang bersemangat, menyala-nyala, dan efektif tanpa adanya pujian sekolah minggu. Oleh karena itu, di sini kita tidak akan menjawab pertanyaan, "Haruskah anak-anak menyanyi?", namun lebih kepada apa dan bagaimana anak-anak memuji. Menyanyi adalah ungkapan emosi. Menyanyi dengan "sungguh-sungguh", "sepenuh hati", "bersemangat", seperti yang diajarkan oleh Wesley, adalah suatu hal yang penting dan baik; bernyanyi dengan keras, kasar, dan tidak beraturan adalah hal yang berbeda. Meskipun semua yang benar-benar bisa disebut musik biasanya diatur oleh nada, tidak demikian halnya dengan ungkapan emosi; tidak semua ungkapan emosi adalah nyanyian. Semua musik adalah suara, namun tidak semua suara adalah musik. Apa yang seharusnya dinyanyikan oleh anak-anak? Tidak disangsikan lagi bahwa kita tidak bisa selamanya menghindarkan anak-anak kita dari lagu-lagu yang buruk, namun saya juga tidak setuju dengan mereka yang hanya menekankan lagu-lagu doktrin, didaktik, dogma, atau seperti khotbah. Bila seorang anak benar-benar menyanyi, dia tidak hanya harus benar-benar memahami, tetapi juga menyukai makna lagu yang dinyanyikannya. Kita tidak bisa mengharapkan kelas balita atau anak-anak usia sepuluh tahun menghargai dan menikmati lagu seperti halnya kita menikmatinya. Ingat, "susu untuk bayi dan daging untuk orang dewasa". Bedakan keduanya; berusahalah untuk membimbing mereka menuju kepada selera musik yang lebih tinggi dan kenikmatan spiritual yang lebih mulia, biarkan anak-anak menyanyi untuk mengungkapkan sukacita dan juga beban; sebagai ungkapan keindahan dan juga tugas; sebagai kesenangan duniawi juga surgawi; sebagai tugas sementara dan juga kenikmatan rohani. Biarkan lagu membangun perasaan karena lagu tidak pernah gagal dalam mengarahkan dan memurnikan kasih. Saya ingat sekali pada seorang anak yang menyenangkan, matanya besar. Pada masa sekolahnya, ia hampir tidak dapat menyanyikan lagu lama berjudul "A B C D E F G", dia akan menangis bila disuruh menyanyikan lagu itu. Dia tidak tahu mengapa dia menangis, tetapi gurunya, yang adalah seorang Kristen yang taat, mengubah motif kuat ini menjadi tujuan yang menyenangkan, dan memberikan solusi atas masalah ini. Sehingga kecintaan pada lagu bisa tumbuh dan berkembang; sehingga saluran kasih diperlebar, dan anak itu, walaupun semakin besar, berani membela lagu tersebut. Terima kasih untuk lagu sekolah minggu yang sederhana Jangan mencaci lagu anak-anak; Cahaya kasih yang temaram terpancar, Yang berkesudahan di hari yang indah. Agar dapat menyanyi dengan baik dan benar, waktu dan perhatian yang sepenuhnya dalam berlatih, benar-benar diperlukan. Tidak boleh ada suara pintu yang dibanting, pembicaraan, ataupun orang-orang yang berjalan-jalan yang bisa menganggu kegiatan ini. Kita juga tidak boleh berjalan atau berbicara saat berdoa karena hal tersebut juga dapat mengganggu. Saya sering mendengar pemimpin pujian harus sering-sering mengatakan "kurang keras". Kesungguhan tidak selalu diwujudkan dengan suara yang keras. Suara yang keras tidak selalu menjadi kekuatan. Lagipula, kebanyakan suara menjadi jelek karena terlalu dipaksakan. "Pendeta dan jemaat sama saja", demikian pula dengan pemimpin paduan suara dan anggotanya. Bila pemimpinnya ceroboh dalam gaya bahasa, intonasi pengucapan, dll., maka yang dipimpinnya pun juga akan melakukan hal yang sama. "Nyanyian yang baik" berarti nada yang indah dan enak didengar, intonasi yang benar, artikulasi yang jelas, dll.. Kesungguhan, semangat, penjiwaan, dan lain-lain mengikuti di belakangnya dan tergantung pada nada, intonasi, dan artikulasi. Bapak O. Blackman, guru musik di sekolah menengah atas dan sekolah dasar di Chicago, dan penulis buku "Granded Singers", mengatakan bahwa sekolah minggu di beberapa sekolah misi hampir meniadakan semua kegiatan mingguan hanya untuk berlatih agar dapat bernyanyi dengan keras. Dalam mengajarkan lagu baru kepada anak-anak, mungkin diperlukan perhatian yang paling besar. Biarkan pemimpin pujian menyanyikan dua atau tiga kali beberapa baris atau bait lagu dalam cara yang mudah, enak didengar, dan benar. Sehingga dapat memberi teladan, yang dalam musik dan juga moral, jauh lebih berkuasa daripada aturan; khususnya bila ada perbedaan dalam aturan dan teladan yang diberikan. Bisakah diadakan pertemuan sekolah minggu sekali seminggu, misalnya pada hari Selasa atau Jumat sore untuk berlatih menyanyi? Jangan mengerutkan dahi dan mengatakan "tidak bisa", kecuali Anda sudah pernah mencobanya dan pada faktanya memang tidak bisa. Biasanya anak-anak senang bila diajak berkumpul bersama, dan bukankah "latihan menyanyi" itu bisa dibuat menarik dan bermanfaat? Undanglah beberapa pemimpin pujian yang mau mengajar, gunakan pula piano atau organ jika ada; undang juga paduan suara gereja untuk membantu. Dengan demikian, latihan menyanyi itu bisa bermanfaat. Tanyakan selalu apakah anak-anak mengalami kesulitan untuk memahami kata-kata sulit atau yang tidak biasa mereka temui yang ada pada lagu, sehingga mereka dapat menyanyi dengan kepala -- dengan pemahaman. Salah satu permasalahan besar dalam menyanyi adalah kesalahan dalam mengucapkan kata-kata. Jadi pengucapan juga harus benar-benar diperhatikan. Penyesuaian lagu terhadap pelajaran, khususnya pada bagian penutup, adalah sangat penting, walaupun sering kali disepelekan oleh ketua sekolah minggu dan pemimpin paduan suara. Suatu pelajaran akan tersampaikan dengan lebih efektif bila "diikuti" dengan lagu yang tepat. Di sisi lain, kita sering kali melihat makna dari pelajaran menjadi hilang karena diikuti dengan lagu yang tak cocok, yang dinyanyikan karena beberapa alasan, misalnya, anak sekolah minggu dapat menyanyikan lagu itu dengan baik atau hanya untuk pamer. Yang paling diperlukan dalam pelayanan sekolah minggu adalah ketulusan hati. Ketidaksungguhan paling tampak jelas dalam bernyanyi. Apa lagi yang bisa kita harapkan saat anak-anak melihat jemaat meninggalkan gereja atau dengan tatapan malas memuji atau melihat seorang pemimpin pujian bernyanyi dengan gigi bernoda akibat rokok dan napas bau rokok? Kemudian dari semuanya itu, menyanyilah dan ajarlah orang lain untuk menyanyi dengan perasaan, dengan penuh penjiwaan. Tunjukkan ketulusan Anda dalam lagu-lagu penyembahan, dan anak-anak pun akan belajar pula untuk bersungguh-sungguh dalam memuji. Dengan kata lain, bila Anda ingin mereka menyanyi dengan manis, sungguh-sungguh, dan penuh penjiwaan, memujilah dengan cara demikian di depan mereka; anak-anak cenderung lebih mudah belajar melalui teladan. Menyanyilah tidak hanya dengan bibir dan suara, Namun dengan hati dan jiwa yang bersukacita; Maka mereka yang mendengarkannya pun akan ikut memuji, Dan pujian yang dinyanyikan dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguhlah yang terangkat. (t/Ratri dan Dian) Diterjemahkan dan disesuaikan dari: Nama situs: Wholesome Words Judul asli artikel: How Should Children Sing? Penulis: Philip P. Bliss Alamat URL: http://www.wholesomewords.org/biography/biobliss4.html ______________________________________________________________________ o/ ARTIKEL 2 o/ LAGU-LAGU ALKITAB DALAM KELAS SEKOLAH MINGGU Artikel ini adalah tentang mengapa dan bagaimana mengajarkan lagu-lagu Alkitab dalam kelas sekolah minggu. Dua jenis lagu yang biasanya diajarkan dalam kurikulum sekolah minggu, yaitu: 1. lagu-lagu pelajaran -- lagu-lagu ceria/ringan yang membantu anak-anak mengingat dan memahami pelajaran; dan 2. nyanyian pujian (himne) dan nyanyian gereja -- lagu-lagu serius yang merupakan tradisi kebaktian di banyak gereja. LAGU SEBAGAI KEGIATAN BELAJAR Anak-anak, seperti halnya kita, tertarik dengan irama dan sajak. Sajak dan melodi jauh lebih mudah untuk melekat di pikiran daripada bahasa yang tidak berirama. Anda tentunya ingat beberapa lagu dari masa sekolah Anda. Penggunaan sajak (dan terkadang melodi) untuk membantu kita mengingat sesuatu sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Pada masa-masa sebelum mengenal tulisan, syair kepahlawanan bersajak sepanjang sebuah buku, dipelajari dan diceritakan kembali oleh penyair. Teknik yang telah teruji melalui rentang waktu tersebut sudah sepatutnya Anda pertimbangkan untuk digunakan dalam mengajar murid-murid Anda. Lagu menjangkau anak-anak yang metode belajar terbaiknya adalah berkaitan dengan musik daripada mendengarkan perintah. Di dalam musik juga terdapat gerakan -- yang juga merupakan metode belajar -- yang akan dapat menjangkau lebih banyak anak. Musik dapat membantu seorang anak untuk tetap fokus. Tambahkanlah gerakan, bahkan bahasa isyarat, maka Anda akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk memberi kesan terhadap pesan yang ingin Anda sampaikan. Musik dapat menciptakan "dasar pengetahuan". Kita semua tahu bahwa lebih mudah mempelajari sesuatu yang sudah kita ketahui. Mempelajari lagu dapat memperkenalkan fakta-fakta dan konsep-konsep, menciptakan sebuah tingkat pengetahuan dasar yang akan memermudah pembelajaran selanjutnya. BAGAIMANA MENGAJARKAN LAGU Mulailah dengan kata-katanya dulu, lalu perkenalkanlah melodinya. Apabila Anda bisa bermain piano atau alat musik lain, dan alat musik tersebut tersedia, perkenalkan alat musik tersebut setelah anak-anak sudah cukup mengenal lagunya dengan baik. Jika Anda memperkenalkan alat musik sebelum anak menguasai lagu dan melodinya, maka alat musik itu akan menjadi sebuah pengganggu daripada sebuah penolong. Melafalkan dan menanggapi atau menggemakan lirik adalah suatu cara yang benar dan telah teruji dalam mempelajari lirik lagu. Dendangkanlah sebaris lirik, lalu biarkanlah anak-anak menirukannya. Lanjutkan ke baris lirik selanjutnya, dan teruskan sampai selesai. Setelah Anda menyelesaikan hal itu sekali atau dua kali, Anda bisa mulai menyanyikannya bersama-sama. Gunakan gerakan untuk memerkaya dan memperkuat makna. Gunakan properti, seperti potongan kain yang membentuk suatu figur, boneka, atau properti lainnya. Benda-benda tersebut cenderung mengurangi rintangan yang mungkin akan muncul saat Anda menambah unsur kegembiraan dalam kelas Anda. Benda-benda tersebut juga dapat memperkuat makna, sekaligus menjadi pengingat akan ayat selanjutnya. TIDAK BISA MENEMUKAN LAGU YANG TEPAT? Ciptakan lagu sendiri! Pilihlah melodi yang terkenal, dengan banyak pengulangan dan jumlah kata yang tidak banyak, seperti "Pelangi-Pelangi", "Naik-Naik ke Puncak Gunung", atau "Bintang Kecil". Lalu gantilah lirik lagunya dengan kata-kata yang berhubungan dengan topik pelajaran Anda. Atau, untuk anak yang lebih dewasa, ajak kelas untuk memikirkan lirik lagunya. Jikalau mereka menulis lagu tentang topik tersebut, mereka akan lebih memahami pelajaran tersebut daripada jika mereka hanya mendengarkan. Jadi silakan mencoba, seperti kata-kata dalam Mazmur, Bersorak-sorailah bagi Allah melalui kelas Anda! (t/Hilda) Diterjemahkan dan disesuaikan dari: Nama situs: Sunday School Ideas for New Teachers Judul asli artikel: Bible Songs in Sunday School Classroom Penulis: Tidak dicantumkan Alamat URL: http://www.sunday-school-ideas-for-new-teachers.com/teaching-bible-songs.html ____________________________________________________________________ o/ TIPS o/ MEMIMPIN ACARA PUJIAN DI SEKOLAH MINGGU Dirangkum oleh: Davida Welni Dana Pujian di kelas sekolah minggu dapat membawa pengaruh yang besar bagi seluruh jalannya acara, terutama untuk mempersiapkan hati anak dalam menerima firman Tuhan. Apabila suasana puji-pujian monoton dan terlihat lesu, maka anak maupun guru akan sulit untuk membangun ibadah yang penuh sukacita dan semangat. Apa saja yang perlu diperhatikan saat memimpin acara pujian di sekolah minggu? 1. Penguasaan lagu. Pemimpin pujian harus menguasai lirik maupun nada lagu yang akan dinyanyikan. Tetapkan pula kreativitas yang tepat sesuai dengan lagu yang dibawakan. Kuasai pula patokan umum jangkauan nada pada anak sesuai dengan kelompok usianya, yaitu: a. Kelas Indria (di bawah 4 tahun): D1 - A1, b. Kelas TK (5-6 tahun): D1 - B1, c. Kelas Pratama (7-8 tahun): D1 - D2, dan d. Kelas Madya (9-10 tahun): C1 - E2. 2. Pilih nyanyian yang tepat. Hal ini mutlak bagi seorang pemimpin pujian di sekolah minggu. Pilihlah lagu rohani yang mudah diingat oleh anak-anak, mengandung kebenaran firman Tuhan yang kuat, mengandung doktrin yang benar, dan sesuaikan dengan usia anak-anak. Berikut beberapa syarat memilih nyanyian rohani agar dapat memenuhi fungsinya dalam mengajar. Nyanyian yang memenuhi syarat harus memunyai: a. pesan yang sesuai dengan pelajaran yang disampaikan pada pertemuan itu; b. kata-kata dan pesan yang mudah dimengerti oleh anak-anak; c. lagu yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk suara anak-anak; d. lagu yang cukup sederhana sehingga dapat dinyanyikan dengan benar oleh anak-anak; e. bahasa dan musik yang memenuhi persyaratan bahasa dan musik yang bermutu tinggi; dan f. lagu yang tidak terlalu panjang. 3. Perkenalkan lagu baru. Anak-anak suka dengan sesuatu yang baru, termasuk lagu baru. Jadi, persiapkanlah paling tidak satu lagu baru saat memimpin pujian. Berikut cara-cara untuk mengajarkan lagu baru. a. Ajarkan saat anak-anak sudah terbangun semangatnya untuk memuji Tuhan. b. Gunakan alat peraga, seperti papan tulis, OHP/LCD, gambar, dan sebagainya. Tujuannya agar anak dapat menguasai lagu tersebut dengan cepat. c. Ulangi beberapa kali agar anak memahami melodi lagu. d. Nyanyikan lagu secara perlahan-lahan dahulu dan semakin lama semakin cepat. 4. Jelaskan arti atau inti lagu. Banyak kata-kata yang mungkin kurang dapat dimengerti anak. Jelaskanlah kata-kata sulit tersebut dan jelaskan pula inti dari lagu tersebut. 5. Perhatikan posisi saat menyanyi. Posisi duduk, berdiri, atau cara menyanyikan lagu harus diperhatikan agar anak tidak mengalami cidera atau kerusakan pita suara. 6. Perhatikan situasi. Bila anak kelihatan kurang bersemangat atau ada yang terlihat sudah bosan dengan mulai mengganggu teman-temannya selama pujian berlangsung, segera lakukan perubahan dengan mengajak anak bergerak lebih banyak, meminta mereka memimpin pujian, dan sebagainya. 7. Berikan kreasi dalam pujian. Puji-pujian dapat dinyanyikan dengan atau tanpa iringan musik. Hal ini memerlukan kreativitas dan keterampilan para guru menyanyikan lagu pujian dalam berbagai variasi. Berikut ini ada beberapa kreasi lagu pujian. a. Kreasi tepuk tangan. Tepuk tangan merupakan kreasi yang paling mudah dan sederhana. Dan tepuk tangan ini dapat menjadi musik yang berirama sehingga membuat suasana pujian menjadi semakin menarik dan semarak. Tepuk tangan ini dapat divariasikan dalam hal keras lembutnya, kecepatannya, iramanya, dan jumlah ketukannya. Beberapa variasi tepuk tangan antara lain: - Tepuk tangan satu kali (.), - Tepuk tangan dua kali (..), - Tepuk tangan tiga kali (...), dan - Tepuk tangan pramuka (... ... .......). b. Kreasi gerakan. Gerakan dapat digunakan untuk mengiringi suatu lagu pujian. Gerakan ini dapat divariasikan dalam berbagai macam cara, baik gerakan tangan, jari-jari, kaki, kepala, tubuh, berdiri, jongkok, melompat, maupun dalam bentuk tarian. c. Kreasi bersahut-sahutan. Ada beberapa lagu pujian yang dapat dinyanyikan secara bersahut-sahutan. d. Kreasi jalan di tempat. Kreasi jalan di tempat ini dapat digabung dengan lagu yang berirama mars. Anak-anak juga dapat berdiri membentuk lingkaran, lalu bernyanyi sambil berjalan memutar. e. Kreasi menirukan suara. Suara musik dapat ditirukan saat menyanyikan lagu "Kambing Embek ... Embek, Kucing Meong ... Meong ...." f. Kreasi dengan Boneka Boneka dapat kita gunakan sebagai alat bantu dalam memimpin pujian di depan kelas, untuk mengubah keras lembutnya suara, tinggi rendahnya suara, atau cepat lambatnya lagu. Kalau boneka kita angkat tinggi, maka suara dikeraskan; kalau boneka diturunkan, maka suara dilembutkan. Kreasi-kreasi tersebut dapat digabung agar suasana pujian menjadi semakin menarik. Anda juga dapat berkreasi sendiri menurut kreativitas anda. Dirangkum dari: Setiawani, Dr. Mary Go. Pembaruan Mengajar. Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Hlm. 104 -- 104. Humes, Dr. Leatha dan Simanjuntak, Ny. A. Lieke. (1998).Penuntun Guru PAK Sekolah Minggu dan Sekolah Dasar. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Hlm. 99 -- 102. Lie, Paulus. (1997). Mengajar Sekolah Minggu yang Kreatif. Yogyakarta: Yayasan Andi. Hlm. 2 -- 14. ______________________________________________________________________ o/ WARNET PENA o/ MUSIK DALAM IN-CHRIST.NET http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_musik_dan_audio Dapatkan berbagai artikel seputar musik, pujian, dan audio dalam Network Musik dan Audio di situs In-Christ.Net. Berikut tulisan-tulisan yang dapat Anda baca. Made to Worship http://www.in-christ.net/made_worship Oh Happy Day http://www.in-christ.net/oh_happy_day Musik sebagai Alat Konseling http://www.in-christ.net/musik_sebagai_alat_konseling Kami mengundang Anda untuk berbagian dalam Network Musik dan Audio di situs In-Christ.Net. Caranya sangat mudah. Anda tinggal mendaftarkan diri sebagai pengguna, maka Anda sudah bergabung untuk berbagian di dalamnya, baik untuk memberikan komentar, memosting artikel, atau menulis blog. Untuk bergabung, silakan akses alamat berikut ini: ==> http://www.in-christ.net/user/register Selamat bergabung! Oleh: Davida Welni Dana (Redaksi) ______________________________________________________________________ o/ MUTIARA GURU o/ Acara pujian bukan sekadar keriaan suasana, melainkan belajar firman Tuhan dan menyembah Allah melalui lagu - Abemoms - ______________________________________________________________________ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org> ______________________________________________________________________ Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Christiana Ratri Yuliani Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2008 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak ______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |