Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/365 |
|
e-BinaAnak edisi 365 (16-1-2008)
|
|
______________________________e-BinaAnak______________________________ Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak ================================================== Daftar Isi: 365/Januari/2008 ---------- - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL 1 : Motivasi yang Membangkitkan Pelayanan - ARTIKEL 2 : Motivasi Pelayanan GSM: Kasih - KESAKSIAN GSM: Ketaatan - WARNET PENA : Menolong Anak Bermisi Lewat Kidz Place - MUTIARA GURU o/ SALAM DARI REDAKSI o/ Sua lagi dalam kasih Kristus, Entah karena terpaksa atau tidak, saat kita melakukan sesuatu, pastilah ada sesuatu yang mendorong kita untuk melakukannya. Demikian pula dengan pelayanan anak. Saat seseorang memutuskan untuk terlibat dalam pelayanan tersebut, sudah pasti ada motivasinya. Apa pun motivasi tersebut, seorang pelayan anak harus sadar benar bahwa mereka mengemban misi khusus. Dalam proses pelayanan kita, memeriksa dan membenahi diri merupakan hal yang penting; apakah motivasi pelayanan kita semakin benar atau semakin kabur. Untuk membantu, bersama-sama kita dapat melihat sajian-sajian minggu ini. Dalam artikel pertama, kita dapat melihat apa saja motivasi-motivasi seorang guru sekolah minggu dalam pelayanannya. Kita juga dapat menyimak motivasi dasar yang harus dimiliki seorang pelayan anak, yaitu kasih. Kesaksian minggu ini ditujukan bagi para guru sekolah minggu agar semakin memiliki komitmen untuk lebih sungguh- sungguh dan taat dalam melayani Tuhan melalui anak-anak. Selamat melayani! Pimpinan Redaksi e-BinaAnak, Davida Welni Dana "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik." (Ibrani 10:24) <http://sabdaweb.sabda.org/?p=Ibrani+10:24 > o/ ARTIKEL 1 o/ MOTIVASI YANG MEMBANGKITKAN PELAYANAN ===================================== MOTIVASI MENDORONG GURU BERJUANG UNTUK MENCAPAI VISI Seorang guru dikenal dekat dengan murid-muridnya, bahkan ia sangat sering berkunjung ke rumah setiap muridnya. Guru tersebut sangat dicintai anak-anak karena ia selalu rajin membuat berbagai kegiatan kreatif di kelas. Tentu saja, apa yang ia lakukan mengesankan banyak guru sehingga mereka bertanya: "Apa motivasi pelayananmu?" Ia menjawab, "Motivasi pelayanan saya adalah ingin memberikan persembahan pelayanan yang terbaik bagi Tuhan karena Tuhan Yesus juga sudah memberikan persembahan yang terbaik bagi saya, yaitu diri-Nya sendiri, sampai mati di kayu salib." Jadi, apa motivasi itu? Motivasi adalah hal-hal yang mendorong seseorang bersedia melayani Tuhan untuk mencapai visi yang Tuhan berikan kepada kita. Motivasi menjadi "motor" untuk mencapai tujuan. BERBAGAI MOTIVASI GURU DALAM MELAYANI TUHAN Guru yang satu dengan guru yang lain bisa memiliki motivasi berbeda. Tetapi asal motivasinya benar, semuanya itu menjadi pendorong yang membangkitkan semangat melayani sampai mencapai tujuan (visi). Ada tiga golongan motivasi. 1. Motivasi yang kurang berkualitas. 2. Motivasi rohani (motivasi yang berkualitas). 3. Motivasi yang salah. Contoh motivasi-motivasi yang kurang berkualitas, yang mungkin dimiliki seorang guru adalah ia mengajar sekolah minggu karena alasan-alasan sebagai berikut. - Ikut prihatin melihat keadaan sekolah minggu di gerejanya. - Ikut-ikutan teman mengajar anak-anak kecil. - Mencintai atau menyukai berdekatan dengan anak-anak. - Ingin belajar memahami dunia anak-anak. - Ingin menambah anggota gereja. - Karena diminta sahabat untuk membantunya mengajar di sekolah minggu. - Karena ingin melayani bersama pacar tercinta. - Karena pendeta dan orang tua meminta pelayanannya. - Ingin belajar melayani. - Ingin berlatih berorganisasi dan mengembangkan talenta melalui pelayanan (misal, talenta bermusik, bernyanyi, bercerita, dan lain-lain). - Ingin memiliki kelompok/teman. - Ingin ikut memajukan gereja. Semua itu adalah motivasi yang baik, tidak salah, namun sifatnya sangat "jangka pendek", tidak kuat dan mudah patah/hancur karena kurang berkualitas. Boleh dikatakan motivasi itu "dangkal" dan tidak mendalam. Karena itu, diperlukan motivasi yang lebih berbobot dan berkualitas, yang disebut motivasi rohani. 1. Motivasi rohani merupakan pendorong pelayanan yang berkualitas. Seorang guru sekolah minggu perlu memiliki motivasi rohani, yaitu motivasi pelayanan yang tidak sekadar karena hal-hal jangka pendek dan dangkal, tetapi motivasi yang bersifat jangka panjang dan berakar kuat pada iman. Misalnya seperti di bawah ini. a. Ingin mengucap syukur dengan membalas kebaikan Kristus yang sudah rela mati di salib baginya. Sekalipun kita terbatas, tapi ungkapan syukur ini dipersembahkan dengan sepenuh hati dan tulus. b. Ingin memberikan persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah (Roma 12:1-2) melalui ladang pelayanan anak. c. Menjawab panggilan Tuhan untuk ikut menderita sebagai seorang prajurit Kristus (Filipi 1:29) yang berjuang bersama kuasa Kristus untuk merebut jiwa-jiwa itu dari tangan Iblis. d. Rela setia melayani sampai mati seperti teladan Kristus yang telah bersedia mati bagi manusia (Wahyu 2:10). e. Menjadi "kepanjangan tangan" Kristus yang membentuk para murid menjadi pelaku-pelaku firman dalam hidup sehari-hari. f. Ingin ikut membina dan membentuk anak-anak Allah agar mereka siap menjadi orang-orang percaya yang penuh iman, dan hidupnya menjadi kesaksian dan pelayanan bagi kemuliaan nama Tuhan. Motivasi-motivasi ini berbobot karena berdasarkan kasih kepada Kristus yang sudah mati bagi kita. Sebagai persembahan dan ungkapan syukur atas karya Kristus dalam hidup kita. Dari penghayatan akan kasih dan pengorbanan Kristus itulah motivasi rohani berakar, bertumbuh, dan terwujud dalam ungkapan syukur, yang diungkapkan dalam bentuk pelayanan kepada anak-anak. Bandingkan motivasi rohani dengan motivasi yang kurang berkualitas. Motivasi yang dangkal seperti contoh-contoh sebelumnya memang dapat menjadi titik awal perjumpaan kita dengan sekolah minggu, sebagai awal di mana kita berkenalan dengan dunia sekolah minggu. Sebagai motivasi awal, motivasi-motivasi tersebut boleh-boleh saja, tetapi harus segera diganti (disempurnakan dan dilengkapi) dengan motivasi rohani. Tanpa motivasi rohani, seorang guru hanya akan bertahan beberapa saat. Kalaupun ia bertahan, biasanya pelayanannya penuh masalah dan mudah patah di tengah jalan karena akar motivasinya begitu dangkal. Ia biasanya kurang bersemangat dan kurang total memberi diri untuk pelayanannya. 2. Motivasi yang bengkok dapat dipakai Tuhan, asal .... Ada guru-guru tertentu memulai pelayanannya dengan motivasi yang bengkok, misalnya ia datang ke sekolah minggu (mungkin menjadi guru/guru bantu) karena: a. sekadar menemani pacar yang kebetulan guru sekolah minggu; b. terpaksa membantu mengiringi musik karena diminta teman; c. sambil menunggu adik yang sedang ikut sekolah minggu; d. mencari teman atau pacar, siapa tahu di antara guru ada yang cocok; bukankah guru merupakan calon suami/istri yang baik karena sayang kepada anak? e. daripada menganggur di rumah, lebih baik ada kegiatan. Sebagai titik awal kehadiran guru di kelas, motivasi tersebut tidak salah sama sekali karena masih dapat diperbaiki. Motivasi yang bengkok seperti ini masih dapat dipakai Tuhan, asal ia mau bertobat dan mengganti motivasinya dengan motivasi rohani yang berbobot. Jika ia tetap dengan motivasinya yang bengkok, guru semacam ini biasanya tidak bertahan lama. Ia akan cepat kecewa dan meninggalkan pelayanannya. 3. Motivasi mewarnai sepak terjang pelayanan. Jika kita memiliki motivasi rohani, hal itu akan mewarnai sikap pelayanan kita. Seperti keyakinan kedua belas rasul dan Rasul Paulus dalam pelayanan yang tidak mengenal lelah, bahkan rela mati menjadi martir, atau rela menderita seperti ditunjukkan kedua belas murid, dan orang-orang percaya dalam kehidupan gereja mula-mula dan dalam sejarah gereja sepanjang abad. Kerelaan menderita dan setia sampai mati itu pastilah didorong oleh motivasi rohani dalam pelayanan. APAKAH MOTIVASI ANDA MENJADI GURU SEKOLAH MINGGU? Jika pertanyaan ini ditujukan kepada Anda, apa jawaban Anda? Tentu saja yang dimaksud bukanlah motivasi pertama datang ke sekolah minggu, melainkan apa motivasi saat ini. Mungkin motivasi pertama kita datang ke sekolah minggu bisa saja salah, bengkok, atau tidak berkualitas. Akan tetapi, sudahkah saat ini Anda memiliki motivasi rohani sebagai dasar pelayanan Anda? 1. Motivasi demi Yesus. Suatu hari, saya melihat gembala sidang menangis tersedu-sedu saat melihat sebuah pergelaran drama Paskah berjudul "Demi Yesus di Gereja Kami". Drama tersebut mengisahkan pengorbanan Yesus. Saya terkesan karena sebagai pendeta senior, ia tidak malu menangis tersedu-sedu di gereja. Akhirnya, saya tahu mengapa ia menangis. Pertama, ia merasa tidak layak melayani Tuhan yang sudah mengasihinya, bahkan sampai mati di kayu salib. Kedua, ia merasa "bersalah" tidak dapat melayani Tuhan dengan baik seperti pelayanan Tuhan kepada dirinya. Ia tetap merasa penuh dosa dan gagal melakukan firman Tuhan dalam hidupnya dan dalam hidup warga jemaatnya. Ketiga, sebagai pendeta ia melihat keteladanan penderitaan Yesus dalam pelayanan-Nya, sampai darah mengucur dan mati demi mengasihi manusia. Sementara penderitaannya sebagai pendeta belum seberapa, barulah sebatas mengucurkan keringat, waktu, tenaga, dan uang. Ketiga motivasi rohani inilah yang membuat ia dikuatkan lagi untuk melayani Yesusnya, demi Yesus ..., ya demi Yesus aku relakan semua ..., bila perlu sampai pengorbanan darah, sampai mati ... demi Yesus .... Sudahkah kita memberikan yang terbaik bagi Dia yang sangat mengasihi kita? 2. Motivasi cinta pada Yesus. Jonathan Edward bertanya kepada para calon pengabar Injil di Tiongkok, "Apa motivasimu menjadi pengabar Injil?" Sebagian menjawab, "Karena saya ingin mempersembahkan jiwa-jiwa bagi Yesus." Jawab Jonathan Edward, "Tidak cukup!" Terhadap pertanyaan yang sama sebagian lagi menjawab, "Saya ingin membawa Injil bagi sesama." Yang lain lagi, "Saya ingin mengabarkan jalan keselamatan kepada sesama." "Saya ingin bersaksi tentang Yesus Juru Selamat." Tetapi semua jawaban tersebut ditanggapi Jonathan Edward dengan berkata, "Tidak cukup! Tidak cukup mengabarkan Injil dengan motivasi-motivasi seperti itu!" Mengapa? Jonathan Edward menjelaskan, "Motivasi terpenting dalam pelayanan adalah karena kita mencintai Yesus. Tanpa mencintai Yesus, pelayanan kita akan mudah patah dan jatuh di tengah jalan! "Apakah kalian mencintai Yesus?" Pertanyaan Jonathan Edward itu juga berlaku bagi kita semua guru sekolah minggu. Apakah kita mencintai Yesus? Mengapa kita menjadi guru sekolah minggu? Tidak cukup jika kita mencintai anak, ingin memberitakan Injil,, atau membina dan mengajar anak. Kita harus mencintai Yesus. Dengan cinta kita kepada Yesus itulah kita memiliki kekuatan hati seorang hamba Tuhan. Karena cinta Allah kepada dunia ini, Ia merelakan Anak-Nya yang tunggal (Yesus Kristus) untuk mati menebus dosa (Yohanes 3:16). Kerena cinta juga Yesus rela mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Karena cinta merupakan motivasi untuk melayani, Yesus bertanya kepada Petrus, "Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" dan pertanyaan ini diulang hingga tiga kali. Petrus menghayati cintanya kepada Yesus sehingga ia menjadi hamba Tuhan yang begitu hebat dan setia. Ia bahkan menjadi martir. Apakah Anda guru sekolah minggu yang mencintai Yesus? Apakah cinta Anda sebagai guru sekolah minggu adalah cinta yang sejati kepada Yesus, seperti Yesus mencintai kita? Jika cinta Anda kepada Yesus adalah cinta sejati, seberapa besar pengorbanan yang Anda rela lakukan demi Yesus yang Anda cintai? Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Mereformasi Sekolah Minggu Penulis : Paulus Lie Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta 2003 Halaman : 79 -- 85 o/ ARTIKEL 2 o/ MOTIVASI PELAYANAN GSM: KASIH ============================= Kita mungkin tidak memerhatikannya, tetapi dedikasi yang penuh kasih dari semangat penginjilan muncul setiap minggu dari ribuan orang. Nama mereka mungkin tidak diukir pada piala atau masuk dalam daftar orang-orang terkenal, tetapi kekekalan akan mengenali mereka. Mereka adalah para guru sekolah minggu di gereja-gereja besar dan kecil, di kota atau pun di desa. Mereka adalah para guru yang Tuhan berikan "untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan" (Efesus 4:12). Sering kali, para guru ini bekerja dalam situasi yang serba terbatas. Namun, antusias dan pengabdian selalu memancar dari mereka. Bertahun-tahun kemudian, murid-murid mereka akan mengingat mereka dengan penuh kehangatan. Meskipun mereka tidak dapat mengingat satu pelajaran tertentu, tetapi mereka akan mengingat kasih dari para guru itu kepada Tuhan, firman Tuhan, dan kepada mereka. Inilah yang membuat para guru itu berbeda. KASIH KEPADA ALLAH Pada waktu Paulus menuliskan buah roh (Galatia 5:22), dia membandingkannya dengan sifat keberdosaan. Keduanya adalah hasil alami dari apa yang ada di dalamnya. Saat dia berbicara tentang buah roh, kasih mendapat tempat yang utama dari daftar anugerah itu. Kasih adalah kata kunci dalam kekristenan, prinsip penggerak dalam iman. Kasih diekspresikan dengan sempurna dalam kasih Allah, yang mendalam, kasih yang terus-menerus dan ketertarikan Allah Bapa Surgawi yang sempurna terhadap ketidaksempurnaan dan ketidaklayakan. Ini menjadikan dan mengembangkan suatu kasih penghormatan kita kepada-Nya. Kasih dan ekspresi adalah suatu hubungan yang tidak dapat diputuskan. Kasih hanya dapat diketahui melalui tindakan yang tepat. Kasih Allah kepada kita dapat dilihat melalui kedatangan Yesus, kehidupan-Nya, dan pengorbanan-Nya (Yohanes 3:16). Demikian pula kasih kita kepada-Nya, tampak pada ketaatan kita kepada-Nya (Yohanes 14:21) dan pelayanan kita kepada orang lain dalam nama-Nya (Matius 25:40). Karena kasih ini dimotivasi oleh ucapan syukur dan rasa hormat, ekspresi dari kasih ini bukanlah suatu pekerjaan yang berat dan membosankan, melainkan pekerjaan yang penuh sukacita dan menggembirakan. KASIH PADA FIRMAN TUHAN Bila pesan yang disampaikan di sekolah minggu adalah pesan yang umum seperti: "Jadilah warga negara dan tetangga yang baik", pesan itu akan hilang dalam keambiguan. Yesus memanggil kita untuk sesuatu yang jelas, berbeda dan berhubungan dengan hidup kita. Ia menyatakan dirinya sebagai "jalan, kebenaran, dan hidup". Pesan sederhana dan jelas ini disampaikan kepada para guru yang telah ditempatkan-Nya di gereja. Oleh karena itulah, kita merasakan kepekaan yang tajam atas kesetiaan kepada Alkitab. Kita menghormati Alkitab sebagai buku wajib kita. Alkitab berisi firman Allah dan memiliki kuasa penuh atas segala masalah dalam hidup dan perbuatan kita. Kesetiaan dan kasih kepada Allah diekspresikan dalam kesetiaan dan kasih kepada firman-Nya. MENGASIHI ORANG LAIN Selama bertahun-tahun, para pelaut di luar Scituate, Massachusetts, senang dengan sinyal dari "Minot`s Light" (Lampu Minot). Dalam kode kelautan, sinyal itu berarti `aku mengasihimu`. Saat lampu itu diganti dengan sebuah menara yang sederhana, orang-orang di kota itu memprotesnya, dan kemudian penjaga pantai mengizinkan pesan tua itu tetap ada di sana. Dunia kita ini penuh dengan orang-orang yang terluka. Stres, tekanan, dan kecemasan menjadi makanan sehari-hari. Pernikahan menjadi sesuatu yang menegangkan. Kehidupan sebagai orang tua sering kali memunculkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban yang ada. Situasi kerja yang menuntut. Kesepian, rasa takut, dan keragu-raguan atas diri sendiri mulai muncul. Guru sekolah minggu adalah penjaga gawang di dalam rumah yang aman, penjaga mercusuar. Guru adalah perpanjangan tangan bagi orang-orang yang malu dan takut, pembawa pesan dari kabar baik: "Tuhan mengasihimu!" Pesan ini dikuatkan dalam tubuh dan darah orang yang mengatakan, "Dan aku juga mengasihimu." Dan kemudian menunjukkannya dengan persiapan, pengenalan, penjelasan, dan bahkan perkunjungan. Pengajaran dalam sekolah minggu bukanlah suatu pekerjaan atau suatu tugas. Pengajaran ini adalah suatu hubungan kasih dengan Allah; firman-Nya yang hidup dan kekal dan orang-orang yang ingin mendengar dan mengenalnya. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Nama situs : Assemblies of God USA: Sunday School Judul asli artikel: The Teacher`s Loves Penulis : Tidak dicantumkan Alamat URL : http://sundayschool.ag.org/Articles/t_insp_0303TchrsLoves.cfm o/ KESAKSIAN GSM o/ KETAATAN ======== Kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Matius 26:39). Teringat masa kecil saya di Indramayu, di mana kalau hujan besar turun sekian jam tanpa berhenti, dapat dipastikan rumah kami kebanjiran. Setelah itu, pasti banyak ikan yang masuk ke dalam rumah sehingga teman-teman tetangga senang bermain air di rumah untuk menjaring ikan memakai kaos bekas, kaleng bekas susu, dan ember untuk tempat ikan yang tertangkap. Saya paling kesal kalau banjir datang hari Minggu, karena walaupun banjir, kami harus pergi naik becak ke sekolah minggu dan itu sudah harga mati dari almarhum ayah saya; tidak ada tawar-menawar, sudah suatu keharusan. Dan anehnya, guru-guru sekolah minggu juga rajin sehingga mereka tetap datang mengajar walaupun terkadang gereja kebanjiran juga. Kakak-kakak saya tidak ada yang pernah membantah, tapi saya memang nakal waktu kecil sehingga terkadang harus mengomel karena tidak bisa bermain air atau menangkap ikan dengan teman-teman. Tapi ketaatan pada almarhum ayah baru saya sadari maksudnya setelah saya besar. Apa jadinya kalau dulu saya tidak rajin sekolah minggu; apa jadinya kalau iman percaya saya tidak bertumbuh sejak dari usia dini? Rasanya akan sulit menghadapi beratnya situasi dan kondisi kota besar pada zaman sekarang, tidak tahu harus ke mana pada saat menghadapi masalah yang berat; tidak tahu harus bergantung kepada siapa ketika kita ada dalam situasi yang sulit. Rasa syukur yang melimpah bisa memenuhi hati ini ketika mengingat Yesus berkata kepada Bapa: "Ya Bapaku jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Karena bagaimana jadinya kita, manusia yang berdosa ini, kalau Yesus tidak taat kepada Bapa-Nya? Tidak akan mungkin dosa-dosa kita dihapuskan karena Yesus tidak pernah berkorban di atas kayu salib. Ketaatan Kristus adalah teladan bagi kita sebagai orang tua Kristen untuk mengajarkan kepada anak-anak sejak usia dini, bahkan selagi mereka dalam kandungan, untuk mengenal siapa Tuhan yang mereka sembah. Sekarang saya baru merasakan betapa bangganya saya kepada guru-guru sekolah minggu yang dulu kelewat rajin itu. Karena berkat merekalah, saya mengenal Yesus secara dekat. Dan saya juga bangga terhadap guru-guru sekolah minggu anak saya yang benar-benar tanpa pamrih melakukan yang terbaik pada anak-anak untuk memperkenalkan Tuhan Yesus yang penuh ketaatan kepada Bapa-Nya. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: Renungan Hidup Kristen Penulis : Michaelson Alamat URL: http://renungan-kristen.blogspot.com/2007/10/ketaatan.html o/ WARNET PENA o/ MENOLONG ANAK BERMISI LEWAT KIDZ PLACE ====================================== http://kidzplace.org/ Anak-anak layan Anda bisa juga diajak untuk bermisi. Jangan terlalu pusing memikirkan strategi, sebagaimana yang dilakukan orang dewasa. Karena anak-anak sebenarnya punya cara yang sederhana dan tidak jarang lebih menyentuh. Ingin tahu? Silakan tengok situs Kidz Place ini. Kidz Place memberikan sejumlah ide untuk bermisi, misalnya "Neighborhood Door Hangers", undangan berupa gantungan pintu. Ide ini bisa dilaksanakan untuk mengundang teman-teman anak layan Anda yang belum atau malas ke gereja. Atau ide "Free Refreshment Stand". Anda bisa membantu anak-anak layan Anda untuk menyediakan stan minuman segar gratis bagi setiap orang. Kalau ada yang bertanya mengapa gratis, anak-anak dapat mengatakan kalau mereka melakukannya untuk menunjukkan kasih Yesus. Semua itu bisa Anda temukan melalui menu Try This! Anda juga bisa membantu anak-anak layan Anda memahami di mana ladang misi itu bagi mereka lewat menu Out There! Masih banyak hal menarik lain yang bisa Anda temukan di situs ini bagi anak-anak layan Anda. Cobalah kunjungi situs ini. Dan kalau ada pengalaman iman dari anak layan Anda yang menarik, Anda bisa membantu mereka membagikannya di situs ini. Kiriman dari: Raka S.K. < francolingua(at)xxxx > o/ MUTIARA GURU o/ Dari penghayatan akan kasih dan pengorbanan Kristus itulah motivasi rohani berakar, bertumbuh, dan mewujud dalam ungkapan syukur ---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org> ---------------------------------------------------------------------- Pemimpin redaksi: Davida Welni Dana Staf redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Christiana Ratri Yuliani Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2008 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |