Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/357 |
|
e-BinaAnak edisi 357 (14-11-2007)
|
|
______________________________e-BinaAnak______________________________ Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak ================================================== Daftar Isi: 357/November/2007 ---------- - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL 1 : Masalah Kata: Mengubah Perkataan - ARTIKEL 2 : Rintangan dalam Komunikasi - BAHAN MENGAJAR: Lidia - WARNET PENA : The Good News: Bible Stories for Kids - MUTIARA GURU o/ SALAM DARI REDAKSI o/ Salam kasih, Pembaca tentu pernah mendengar ungkapan "mulutmu harimaumu". Ungkapan ini tampaknya menjadi peringatan yang keras bagi kita supaya berhati-hati dalam bertutur kata. Entah dalam berkomunikasi dengan sesama orang dewasa maupun dengan anak-anak, kita harus bisa menjaga mulut kita. Jangan sampai kata-kata yang keluar dari mulut kita menyakiti orang lain, khususnya anak-anak. Tuturan memang dapat menjadi penghambat dalam berkomunikasi dengan anak. Mereka masih memiliki saringan yang lemah terhadap semua perkataan yang dia dengarkan. Inilah salah satu alasan mengapa komunikasi yang baik dan membangun anak justru tidak tercipta, yaitu ketika kita tidak memerhatikan tutur kata kita. Perkataan dan sikap seperti apa yang dapat menghambat komunikasi dengan anak? Bagaimana kita bisa menyingkirkan penghambat itu dan menciptakan komunikasi yang lebih baik dengan mereka? Silakan simak sajian minggu ini dan mari ciptakan komunikasi yang lebih berkualitas dengan anak-anak layan kita. Selamat membaca! Redaksi Tamu e-BinaAnak, Christiana Ratri Yuliani "Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu." (Amsal 29:17) <http://sabdaweb.sabda.org/?p=Amsal+29:17 > o/ ARTIKEL 1 o/ MASALAH KATA: MENGUBAH PERKATAAN ================================ Mengalihkan Hinaan Menjadi Sanjungan APA YANG DIMAKSUD HINAAN? Hinaan berarti sebuah pernyataan negatif yang membuat penerimanya merasa tidak bahagia dengan dirinya, merusak harga diri, serta kepercayaan diri dan kompetensinya. Hinaan adalah komentar yang mengungkapkan sesuatu yang menyakitkan atau mengkritik diri atau tentang apa yang dia lakukan. Oleh karena itu, hinaan mencakup segala pernyataan yang ditujukan untuk merendahkan personalitas atau kapabilitas seseorang. Hinaan berarti membuat seseorang malu, merendahkan martabat, merusak harga diri, membuat seseorang merasa kecil atau tidak penting, membuat seseorang merasa tidak berkompeten, merusak gelembung kepercayaan diri, dan membuat orang merasa sedih dengan dirinya. Penghinaan niscaya akan menciptakan jarak antara pemberi dan penerima karena orang yang menerima dipaksa menelan perasaan hina dan rendah dan karena orang yang mengemukakan komentar penghinaan membangun sebuah ruang yang menempatkan dirinya sebagai orang yang menghakimi orang lain. Oleh karena itu, penghinaan berarti juga "menepikan atau mengesampingkan". Ini adalah sebuah serangan verbal. Penghinaan bisa secara serius merusak relasi dan individu, khususnya jika itu sering dilakukan. Penghinaan bisa menyulut kemarahan dan menciptakan jarak dan resistensi. Kondisi citra diri yang buruk dan hilangnya kepercayaan diri pada seorang anak yang sedang tumbuh berkembang, bisa memengaruhi relasi pada masa selanjutnya. Seseorang yang banyak menghina orang lain, kecil kemungkinan bisa bergaul dengan orang lain secara santai, mereka tidak bisa berempati, merasakan sakit dan penderitaan orang lain, dan kemungkinan besar mereka akan menikmati fakta bahwa orang lain berada pada garis akhir sebuah perubahan. Namun, penghinaan tidak selalu disampaikan dengan maksud jahat. Kadang penghinaan terjadi secara spontan -- katakanlah tanpa berpikir lebih dahulu karena kita biasa mengemukakan segala hal dan jarang memikirkan akibatnya. Kata-kata kita bisa menjadi sesuatu yang telah jadi sebelumnya, seolah ia telah ditulis dalam sebuah permainan. Jika kita ingin membangun sebuah relasi yang sehat dan baik dengan anak-anak kita dan memperlihatkan kepada mereka bahwa kita mencintai mereka dan senang bersama mereka, jelas kita harus mengurangi jumlah perkataan yang dapat merendahkan mereka. Namun, dengan memutuskan untuk merubah tulisan dan menulisnya kembali bukan berarti bahwa kita sama sekali terbebas dari kemungkinan untuk menghina anak-anak kita. Bukan berarti bahwa kita akan selalu mengomentari perbuatan mereka dengan cara-cara yang tidak merusak harga diri dan membuat mereka ragu dengan komitmen kita terhadap mereka. MENGAPA ANAK SANGAT RENTAN DENGAN HINAAN? Anak-anak memiliki lebih sedikit kesempatan dibanding orang dewasa untuk bertemu dengan orang-orang di luar rumah yang akan memberi mereka respons balik independen tentang seberapa menarikkah diri mereka. Dengan demikian, apa yang dikatakan orang lain tentang dirinya di rumah, akan memiliki pengaruh signifikan, khususnya sesuatu yang dikatakan oleh orang-orang yang paling dia cintai di dunia ini. Paling tidak diperlukan tiga sanjungan untuk membatalkan kerusakan dari penghinaan yang serius. APA YANG DIMAKSUD DENGAN SANJUNGAN? Sanjungan adalah kebalikan dari hinaan. Sanjungan lebih berkenaan dengan komentar deskriptif atau afirmatif yang membangun pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri dan membuat mereka merasa bahagia dan bangga dengan dirinya dan apa yang mereka lakukan, daripada berkaitan dengan sesuatu yang merusak ego seseorang. Dengan sanjungan, akan terbuka kemungkinan ego seseorang sedikit meningkat, berbunga-bunga dengan kebanggaan, serta mendapat cahaya dukungan dan rasa berprestasi. Banyak orang tidak suka dengan gagasan untuk memberikan sedikit dorongan kepada ego anak-anak mereka. Ini bisa menjadi pujian yang berlebihan. Mereka menganggap sikap semacam ini bisa menyebabkan anak-anak besar kepala dan sombong. Namun, selama anak menyadari bahwa kemampuan-kemampuan yang dia miliki tidak membuatnya merasa menjadi pribadi yang "lebih baik" daripada orang lain yang berkemampuan lebih rendah, ada alasan yang kuat untuk membiarkan mereka tahu betapa dia adalah anak yang baik dan berprestasi. Rasa kesombongan yang tidak diinginkan ini bisa dihindari selama "baik" tidak disamakan dengan "lebih baik daripada" dalam semua hal, termasuk keahlian komparatif. Untuk menghindari munculnya kebanggaan yang tidak semestinya ketika kita mendorong munculnya kebanggaan "legitimate", kita bisa menerapkan perbedaan antara perbuatan dan pribadi yang telah dibahas pada bagian sebelumnya. - Hargai mereka atas siapa dirinya dan puji mereka atas apa yang mereka lakukan. - Pastikan bahwa kita menghargai keragaman keahlian atau keterampilan sehingga anak belajar toleransi. - Ajarkan bahwa baik itu artinya "berbeda dari" dan bukan "lebih baik dari ...." Dalam kerangka ini, anak akan mampu menghadapi lingkungan yang lebih kompetitif yang merangsang, memberi tantangan, dan menawarkan sebuah alasan untuk berprestasi dan meningkatkan diri. Berlawanan dengan keyakinan populer yang berkembang di masyarakat, tidak adanya tantangan dan kompetisi tidak niscaya akan membuat anak-anak merasa bahagia dan tidak terancam. Tidak adanya tantangan bisa merusak harga diri sama efektifnya ketika terlalu banyak jenis tantangan yang keliru. BAGAIMANA CARA MENGUBAH PERKATAAN KITA? Mengubah bagaimana Anda mengatakan sesuatu sangatlah tidak mudah. Namun, Anda akan sangat terbantu dengan melihatnya langkah demi langkah. Langkah pertama. Rasakan pengaruh dan akibat hinaan terhadap anak-anak dan orang lain. Coba Anda pikirkan kembali hinaan terakhir yang Anda terima. Apa yang Anda rasakan? Hinaan itu mungkin membuat Anda merasa menjadi orang yang lemah, kecil, marah, ingin bersembunyi, menangis, atau mungkin merasa rendah, membuat Anda ingin mengatakan bahwa Anda tidak peduli. Bagaimana bisa hinaan yang sama akan membuat anak Anda merasakan hal yang berbeda? Apa yang Anda inginkan sesudah mendengar hinaan itu? Apakah hinaan itu membuat Anda ingin menyakiti seseorang atau merusak sesuatu, katakanlah sesuatu yang dapat membalas sakit hati Anda? Bagaimana bisa hinaan yang sama akan membuat anak Anda ingin melakukan sesuatu yang berbeda? Apa yang benar-benar Anda lakukan? Mungkin Anda mengalihkan hinaan itu kepada orang lain, memboikot orang yang telah menghina Anda, mempertahankan diri secara verbal, menghina mereka kembali, atau memukul mereka. Mengapa anak Anda mesti melakukan sesuatu yang berbeda? Langkah kedua. Pahami tipe-tipe hinaan. Kritik adalah bentuk umum penghakiman. Seorang anak yang terus-menerus menjadi sasaran kritik akan mendapatkan pesan tidak hanya bahwa Anda kecewa dengannya, tetapi juga pesan bahwa Anda tidak senang dengan siapa dirinya (who he is) dan apa yang dia lakukan. Anda ingin agar dia menjadi orang yang berbeda. Anda ingin dia melakukan hal-hal sesuai dengan keinginan Anda. Dengan kata lain, Anda ingin dia menjadi seperti diri Anda. Jika Anda berusaha mengubah seseorang menjadi diri Anda, ini bisa berarti bahwa Anda sangat butuh mencintai diri Anda sendiri, tetapi Anda gagal melakukannya. Kritik adalah media untuk mengontrol. Anda tidak rela memberikan ruang atau waktu kepada seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan pilihannya sendiri. Anda merasa harus melakukan intervensi secara teratur untuk mempertahankan kontrol Anda dan mengamankan teritorial Anda. "Straitjacket" (baju pengekang) adalah istilah populer untuk menyebut orang yang memiliki kebiasaan mengunci orang lain ke dalam suatu peran dan personalitas tertentu ("Kamu harus ...."; "Kamu mirip dengan ...."; "Kamu tidak akan pernah ....") yang tidak memberi orang lain kesempatan untuk menjadi orang yang berbeda. Semua orang, dan khususnya anak-anak, berkembang dan berubah. Sangatlah tidak adil jika Anda merumuskan personalitas seseorang, lalu Anda tidak mau meninjaunya kembali ketika dihadapkan pada bukti yang sebaliknya. "Straitjacket" bisa mendorong anak-anak menjadi apa pun seperti gambaran yang diberikan kepada mereka tentang siapa dirinya. "Straitjacket" bisa menjelma dalam dua bentuk. Label-label yang mendeskripsikan siapa anak itu ("Kamu tidak berguna, idiot, malas, jorok, tolol.") dan label personalitas yang tidak menggambarkan dirinya ("Kamu tidak pernah bisa menjadi anak berprestasi di sekolah, olahraga, melukis ...."; "Mengapa kamu tidak pernah ... berkata jujur, lakukan apa yang saya perintahkan, selesaikan semuanya ...."). Membandingkan di mana anak diukur dengan orang lain, kakak atau adik ("Ahmad itu lebih pintar, rapi ... dibanding kamu."), seorang teman ("Mengapa kamu tidak mau jujur, seperti yang dilakukan Scott kepada ibunya?") atau orang tua ("Dengan sikapmu yang seperti itu, kamu akan menjadi seperti ayahmu."). Bahkan sekalipun perbandingan dengan orang tua itu menyenangkan, anak mungkin merasa tidak mampu menjadi seperti yang dia inginkan. Pertama dan yang terpenting, dia ingin menjadi dirinya sendiri dan memiliki orang tua yang meyakini hal-hal terbaik, bukan hal-hal terburuk tentang dirinya. Tindakan semena-mena yang diperlihatkan orang-orang dewasa terhadap anak-anak mengisyaratkan bahwa kebutuhan mereka tidak cukup dihargai. Unprediktabilitas adalah perangkat untuk membuat orang lain tegang dan gelisah, membuat mereka menduga-duga dan menunggu, memfokuskan energinya kepada karakter yang mudah berubah, dan berusaha mengantisipasi kemarahan. Sikap menyalahkan, sindiran kasar, dan ejekan adalah bentuk-bentuk kritik, karenanya komentar-komentar sebelumnya juga berlaku bagi tipe hinaan ini. Kemarahan dan bentakan dipandang sebagai hinaan karena keduanya mengisyaratkan bahwa orang dewasa itu benar dan anak salah. Keduanya adalah perangkat kekuasaan yang digunakan orang dewasa. Singkat kata, semua taktik yang digunakan sebagai perangkat kekuasaan dan kontrol bisa berkembang menjadi hinaan. Langkah ketiga. Pahami mengapa Anda menghina. Ketika kita merendahkan anak-anak, kita biasanya meyakini bahwa kita sedang bereaksi terhadap perilaku mereka. Karenanya dalam beberapa hal, kita membuat mereka sebagai pihak yang bertanggung jawab atas apa yang kita ucapkan. Jika kita mengatakan sesuatu yang kotor, itu karena mereka melakukan sesuatu yang buruk. Inilah cara yang kita sukai dalam memandang perbuatan kita. Ini akan memungkinkan kita menghindari tanggung jawab atas apa yang kita lakukan. Kita tidak harus berkata kotor. Kita, dan bukan mereka, yang bertanggung jawab atas apa yang kita ucapkan dan kata-kata apa yang kita pilih untuk mengekspresikan ketidaksetujuan kita. Sebenarnya, bagaimana kita memberi respons dalam situasi-situasi itu lebih dipengaruhi oleh bagaimana perasaan kita terhadap diri kita sendiri. Kita merendahkan atau menghina orang lain karena penghinaan itu akan membuat kita merasa lebih baik terhadap diri kita. Selanjutnya, kita mungkin merasa sangat bersalah, tetapi pada saat itu, penghinaan membuat kita merasakan hal-hal berikut. - Lebih kuat, superior, dan mengingatkan kita bahwa kita memiliki sejumlah kekuatan; dengan kata lain, kita dalam posisi untuk mendamprat dan menghakimi orang lain. - Secara komparatif merasa lebih baik karena kita berhasil membuat seseorang merasa lebih buruk. - Kita menyingkirkan rasa malu dan tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan seseorang. Perbuatan anak-anak biasanya dipandang sebagai ukuran seberapa baik dan berhasilnya kita sebagai orang tua. Kita tidak ingin terlihat menerima perilaku yang kita rasa menggambarkan diri kita secara buruk. Kita ingin mengatakan, "Jangan beranggapan saya ikut terlibat dalam masalah ini." Karenanya, kita memisahkan diri dari anak-anak dengan merendahkan dan menghina mereka. Kita lebih memikirkan apa yang dipikirkan orang lain tentang diri kita daripada apa yang dipikirkan anak tentang diri kita. Kadang kita menghina karena itulah kata-kata yang digunakan orang tua terhadap kita. Ada rasa kepuasan ketika kita kembali menggunakannya kepada anak-anak kita, betapapun saat kita mengalami dulu terasa tidak menyenangkan. "Bertanggung jawab" terhadap anak-anak kita, sering diinterpretasikan sebagai kondisi memegang kendali. Jika kita merasa kehilangan kendali terhadap anak-anak, kita mungkin akan merasa lebih mudah untuk menghina dan merendahkan anak-anak daripada menghadapi masalah yang lebih sulit, yakni menemukan kembali kepercayaan diri kita dan meneguhkan kembali tanggung jawab dan otoritas kita. Ketika kita memahami mengapa kita memiliki kebiasaan merendahkan orang lain, akan lebih mudah bagi kita untuk menghindarinya. Langkah keempat. Sadari kapan Anda mengucapkan sesuatu yang keliru. Tidak ada yang bisa diubah kecuali jika kita lebih dahulu menyadarinya. Langkah kelima. Dengarkan diri Anda ketika Anda mengatakannya. "Aku mendengar diriku sedang mengatakannya tetapi aku tidak bisa menghentikannya." Paling tidak, kesalahan itu disadari. Anda bisa selalu minta maaf atas apa yang telah Anda katakan dan menariknya kembali; misalnya, "Saya kira, saya mengatakan sesuatu yang terlalu berlebihan. Saya tidak bermaksud demikian." Langkah keenam. Hentikan diri Anda sebelum memulai, dan ganti dengan bentuk-bentuk kata yang lebih bisa diterima. Sekarang, ketika Anda telah berlatih menggunakan kata-kata alternatif, Anda tahu bahwa Anda bisa mengatakannya, dan akan lebih mudah untuk menyelipkannya. Mulanya mungkin terdengar aneh, tetapi ini tidak akan berlangsung lama sebelum Anda mencapai tahap akhir dan kemudian akan berlangsung secara natural. Langkah ketujuh. Terakhir, pemprograman kembali akan sempurna, kata-kata alternatif akan dipelajari dan akan berlangsung secara natural. Selamat! Anda telah melakukannya. Dan mungkin Anda merasa lebih baik dengan diri Anda karena telah melakukan perubahan dan oleh karena kebutuhan untuk merendahkan orang lain akan semakin berkurang. Setiap langkah yang diambil akan menjadi sesuatu yang membanggakan. Tidak niscaya proses ini akan berlangsung dengan nyaman. Seperti perubahan pada diri anak-anak, ada dua langkah ke depan dan satu langkah mundur, khususnya ketika Anda merasa tertekan atau tidak cukup percaya dengan diri Anda sendiri. Bersikaplah realistis, Anda tidak mungkin menghapus secara total frase-frase menyakitkan dari katalog pribadi Anda. Tetapi jika Anda berhasil menguranginya, pahami kapan Anda merasa tidak bahagia dan cobalah untuk mengubahnya, lalu gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan harga diri anak Anda. Anda akan memiliki cukup pengaruh dalam memulai sebuah lingkaran perbaikan perilaku yang terus menanjak pada kedua sisi. Beberapa bentuk penghinaan mengikuti cara-cara ekspresi perasaan yang netral. Kapan pun dimungkinkan, hinaan juga bisa dikemukakan dalam bentuk pertanyaan yang lebih menyakitkan, memaksa anak untuk setuju dan dalam posisi defensif. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Raising Happy Kids: Mencetak Generasi Cerdas, Kreatif dan Smart! Penulis : Elizabeth Hartley-Brewer Penerbit : Inspirasi Buku Utama, Yogyakarta 2005 Halaman : 244 -- 251 o/ ARTIKEL 2 o/ RINTANGAN DALAM KOMUNIKASI ========================== Komunikasi antara orang tua dan anak sering dirusak oleh sikap dan respons dari orang tua, seperti contoh berikut. A. Nada Perintah Contoh: Anak pulang dari sekolah diperbolehkan bermain sampai jam empat sore, setelah itu harus pulang untuk belajar, apabila anak bertanya, "Mengapa saya harus belajar?", orang tua menjawab, "Karena Ayah/Ibu sudah mengatakannya demikian, kamu harus menurut dan jangan banyak tanya!" Atau anak itu membantah, "Saya tidak mau belajar, saya tidak suka sekolah!" Dan orang tua pun membalas, "Sebagai anak, kau harus belajar, kecuali kalau Ayah/Ibu katakan tidak!" Jawaban yang bernada perintah semacam ini, kalau sering terjadi, dapat merusak komunikasi antara orang tua dan anak. B. Gertakan Secara tidak sadar, orang tua pun sering menggunakan gertakan. Ketika anak mengutarakan suatu masalah, orang tua memberi respons dengan nada gertakan dan tanpa memberi penjelasan atau petunjuk sedikit pun kepadanya. Tidak jarang orang tua berkata seperti berikut, "Kalau kamu tak mau lakukan, Ayah/Ibu akan mengunci kamu dalam kamar gelap!" atau "Ayah/Ibu tidak akan mengajak kamu piknik!" Padahal sebenarnya orang tua tidak akan melakukan hal tersebut, itu sekadar menakut-nakuti saja. Seringnya orang tua berlaku seperti itu akan membuat anak jengkel dan mereka tidak akan lagi menganggap perkataan orang tuanya berwibawa. Anak pun enggan mengutarakan isi hatinya kepada orang tua. C. Bertele-tele Keadaan yang sering merusak suasana komunikasi adalah sewaktu anak mulai mengutarakan sesuatu yang dipandang tidak terlalu cocok dengan pandangan orang tua, dan mulailah orang tua memberi kuliah panjang lebar. Anak merasa bahwa orang tua mereka berada di dunia yang berbeda dengan mereka, dan selanjutnya mereka tidak akan mengutarakan sesuatu lagi. Dan hal tersebut lambat-laun akan merusak komunikasi antara orang tua dan anaks atau antara guru dengan murid. D. Interogasi Adakalanya orang tua sering menanggapi anak dengan nada menghakimi, mengkritik, dan menyalahkan. Anak dituntut terlalu tinggi. Saat anak mengutarakan pendapat yang berbeda dengan orang tua, anak langsung ditegur dengan keras. Anak akan mengalami rasa rendah diri dan tidak punya keberanian untuk mengutarakan sesuatu dengan orang dewasa. Lebih baik menghindari cacian dan makian. E. Mau Tahu secara Terinci Ada orang tua yang terlalu ingin menguasai anaknya dan ingin mengetahui kehidupan si anak secara terinci, sampai si anak tidak memunyai kehidupan pribadi sendiri. Tidaklah menjadi masalah apabila hal itu dilakukan dalam suasana yang wajar dan dalam hubungan yang baik untuk mengenal kehidupan anak, namun bila dengan paksa ingin mengetahui segala sesuatunya, bisa jadi akan timbul kebencian dari si anak dan akan merusak hubungan. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku : Menerobos Dunia Anak Judul asli artikel: Kunci Komunikasi Penulis : Dr. Mary Go Setiawani Penerbit : Kalam Hidup, Bandung 1993 Halaman : 71 -- 72 o/ BAHAN MENGAJAR o/ LIDIA ===== Paulus dan Silas mengajak penginjil muda yang bernama Timotius untuk melakukan perjalanan bersama mereka. Ibu Timotius adalah seorang wanita Yahudi yang percaya kepada Yesus dan ayah Timotius adalah orang Yunani. Pada saat mereka melakukan perjalanan, Roh Kudus menuntun mereka dan memberitahu ke mana mereka harus pergi. Suatu malam, saat mereka di Troas, Paulus mendapat penglihatan. Seorang pria dari Makedonia meminta dia untuk singgah ke Makedonia guna menolong mereka. Roh Kudus kembali memimpin mereka. Mereka pun berangkat ke sana. Perjalanan panjang ini ditempuh dengan kapal dari Troas ke Makedonia. Mereka tiba di Filipi, yang merupakan koloni Roma dan salah satu dari kota terbesar di Makedonia. Mereka tinggal selama beberapa hari. Kemudian mereka mendengar bahwa sekelompok orang bertemu di tepi sungai untuk memuji Tuhan di hari Sabat, jadi mereka keluar gerbang menuju ke tempat pertemuan itu. Mereka duduk bersama dan mulai berbicara kepada para wanita yang berkumpul di sana untuk berdoa. Salah satu dari wanita itu bernama Lidia yang berasal dari kota Tiatira, yang berada di daerah timur Makedonia. Dia adalah pedagang kain ungu. Kain ungu itu harganya sangat mahal karena pembuatannya susah. Warna untuk kain ini berasal dari kerang. Getah dari kerang ini berwarna putih saat berada di dalam tubuh kerang, tetapi saat terkena sinar matahari, cairan ini berubah menjadi berwarna ungu cerah dan merah. Membutuhkan kerja keras untuk bisa menangkap kerang yang cukup untuk memarnai satu kain. Kain yang indah itu biasanya dipakai oleh anggota keluarga-keluarga terhormat dan senator Roma yang minta toga atau jubah mereka diberi warna ungu pada pinggirannya. Pada saat Paulus berkhotbah, Tuhan membuka hati Lidia untuk menerima kabar tentang Yesus. Lidia menjadi percaya pada firman-Nya dan menanggapi ajaran itu. Dia dan seluruh isi rumahnya akhirnya dibaptis. Kita tidak tahu apakah ia sudah menikah atau masih lajang atau janda. Dia mungkin memiliki pekerja untuk menjalankan bisnisnya karena ia adalah seorang pedagang. Lidia berkata kepada Paulus dan rekan-rekannya bahwa bila mereka mau menjadikan dia sebagai pengikut Tuhan, dia ingin mengundang mereka untuk datang dan tinggal di rumahnya. Lidia memang memiliki banyak ruangan untuk ditempati oleh Paulus, Silas, Timotius, dan Lukas yang juga ikut bersama mereka. Lidia terus membujuk mereka dan akhirnya mereka menerima undangan itu dan tinggal di rumahnya. Dalam perumpamaan tentang penabur, hati Lidia seperti tanah yang subur. Pada saat dia mendengar firman Allah, dia menerimanya dengan sukacita dan mematuhi firman yang disampaikan oleh rasul itu. APA YANG DAPAT KITA PELAJARI DARI CERITA INI? Lidia adalah orang yang rajin dalam bekerja sehingga dia sukses dalam usahanya. Selain itu, dia merupakan orang yang taat pada agama, rajin bersekutu dengan Allah, dan memiliki hati yang baik, juga terbuka untuk kebenaran. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda pemalas atau pekerja keras? Atau Anda mau bekerja keras untuk belajar supaya berhasil? Jika Anda adalah orang yang seperti ini, Anda akan mendapatkan hidup yang bahagia dan juga akan menjadi berkat bagi orang lain. AYAT HAFALAN Roma 12:13 PERTANYAAN 1. Siapakah penginjil muda yang ibunya adalah orang Yahudi dan ayahnya orang Yunani? (Timotius) 2. Bagaimana Paulus dan Silas tahu di mana mereka harus berkhotbah? (Roh Kudus mengarahkan mereka.) 3. Siapakah yang dilihat Paulus pada malam saat dia mendapatkan penglihatan? (Seorang pria dari Makedonia.) 4. Pesan apakah yang diberikan kepada Paulus? (Pergi ke Makedonia dan membantu mereka.) 5. Bagaimana Paulus dan teman-temannya sampai di sana? (Mereka berlayar dengan kapal.) 6. Ke kota mana mereka pergi? (Filipi) 7. Di mana orang-orang itu bertemu untuk berdoa di hari Sabat? (Di tepi sungai.) 8. Apakah pekerjaan Lidia? (Dia adalah pedagang kain ungu.) 9. Apa yang terjadi setelah mereka mendengarkan khotbah Paulus? (Lidia dan seluruh anggota keluarganya dibabtis.) 10. Apa yang diminta Lidia dari para pria itu? (Dia ingin mereka tinggal di rumahnya.) (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Nama situs : Garden of Praise Judul artikel asli: Lydia Penulis : Tidak dicantumkan Alamat URL : http://gardenofpraise.com/bibl62s.htm o/ WARNET PENA o/ THE GOOD NEWS: BIBLE STORIES FOR KIDS ===================================== http://www.essex1.com/people/paul/bible.html Bukan tugas yang mudah untuk mentransfer cerita dalam Kitab Suci agar dapat dipahami dengan mudah oleh anak layan Anda. Kreativitas kita diuji dalam hal menyampaikan kebenaran tersebut. Situs the Good News berisi cerita-cerita Alkitab bagi anak ini, dapat membantu Anda dalam mengasah kreativitas bercerita. Disediakan berbagai cerita seputar Perjanjian Lama, seperti cerita tentang Nuh, Abraham, dan cerita dalam Perjanjian Baru. Semua disajikan dengan grafik yang menarik dan bahasa Inggris yang sederhana. Di samping itu, ada beberapa menu menarik lain, seperti fasilitas mendapatkan "postcard" yang bisa Anda bagikan dengan teman-teman sepelayanan atau sahabat Anda. Segera kunjungi situs ini dan silakan pilih cerita apa saja yang ingin Anda bagikan perihal keagungan cinta kasih Allah atas hidup anak-anak layan Anda. Oleh: Kristina o/ MUTIARA GURU o/ Hari ini saya akan memelihara naluri bertanya di dalam diri saya sendiri dan murid-murid saya. ---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> ---------------------------------------------------------------------- Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana Redaksi Tamu: Christiana Ratri Yuliani Kontributor: Kristina Dwi Lestari Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA http://ylsa.sabda.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |