Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/355 |
|
e-BinaAnak edisi 355 (31-10-2007)
|
|
______________________________e-BinaAnak______________________________ Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak ================================================== Daftar Isi: 355/Oktober/2007 ---------- - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL : Anak Madya (Akhir Masa Anak-Anak) - TIPS : Pantomim Anak-Anak Madya - BAHAN MENGAJAR: Siapakah yang Bisa Berbicara dengan Tuhan? - WARNET PENA : Bahan Natal dari PEPAK - MUTIARA GURU o/ SALAM DARI REDAKSI o/ Salam dalam kasih Kristus, "Sekolah minggu kali ini tidak menyenangkan, Bu! Soalnya tadi digabung sama kelas kecil". Fenomena seperti ini mungkin pernah Anda temui. Hal semacam ini adalah kejadian nyata yang sering kita jumpai pada anak-anak madya yang lebih senang berinteraksi dengan teman-teman sebaya mereka. Hal ini jelas menegaskan pandangan Wright, seorang psikolog anak, bahwa anak usia 7 -- 11 tahun meluangkan lebih dari empat puluh persen waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Pemahaman mereka akan diri sendiri juga semakin berkembang dan lebih senang mempelajari keterampilan yang praktis. Edisi berikut akan menyibak perkembangan kehidupan anak madya dan metode mengajar yang dapat diterapkan bagi mereka. Selamat menyimak dan kiranya memberkati Anda. Redaksi Tamu e-BinaAnak, Kristina Dwi Lestari "... kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya." (Mazmur 78:4) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Mazmur+78:4 > o/ ARTIKEL o/ ANAK MADYA (AKHIR MASA ANAK-ANAK) ====================== Diringkas oleh: Davida Welni Dana Usia sepuluh tahun merupakan titik perubahan dalam kehidupan seorang anak; sebagai orang tua maupun pendidik, kita tidak boleh lagi menganggap mereka sebagai anak kecil. Sudah terlihat perbedaan yang nyata antara anak lelaki dan perempuan. Ciri-ciri umum untuk periode ini adalah kesehatannya rata-rata baik sekali; kegiatannya lebih banyak dan lebih beraneka ragam daripada sebelum maupun sesudah usia ini; tidak cepat lelah, pikirannya sangat tajam, lebih kebal terhadap udara dingin, bahaya, kecelakaan, maupun terhadap pencobaan. Sukar untuk menentukan dengan tepat kapan masa ini dimulai. Dr. Weigle menyatakan bahwa seorang anak yang normal dapat dikatakan memasuki akhir masa anak-anak apabila ia sudah mulai membaca dengan mudah. Bila seorang anak sudah dapat membaca buku-buku dan dapat mengerti isinya, maka kehidupannya memasuki lingkungan yang baru, lebih luas, dan menantang dia untuk melakukan penyelidikan dengan lebih giat. PERKEMBANGAN JASMANI Anak madya sudah mulai membedakan sikap di antara anak laki-laki dan perempuan. Perhatian dan kesenangan mereka berbeda. Mereka kurang merasa nyaman berteman dengan jenis kelamin yang berlainan. Fisik anak perempuan berkembang lebih cepat daripada anak laki-laki. Dalam masa ini, kesehatan mereka baik dan tenaga mereka tidak terbatas. PERKEMBANGAN MENURUT NALURI 1. Secara naluri, anak madya cenderung merasa diri sudah mandiri. Mereka mulai menjauhkan diri dari pengawasan dan suka mengambil keputusan sendiri. Mereka biasanya sudah menentang penindasan dan paksaan terhadap diri mereka. Dalam usia ini, sangat penting bagi para pendidik untuk mulai memerhatikan dan memahami mereka lebih dalam lagi. Mendengarkan pendapat anak madya tanpa serta-merta menentangnya, merupakan hal yang bijaksana untuk dapat bekerja sama dengan mereka. Dengan cara ini pula, pendidik memperoleh kesempatan mengarahkan anak madya untuk bertindak mandiri dan mengambil keputusan yang tepat bagi diri mereka. 2. Anak madya juga suka dengan dunia luar. Mereka memiliki naluri seorang petualang. Kegiatan seperti berburu, memancing, lintas alam, dan sebagainya, akan sangat menarik bagi mereka. 3. Naluri untuk memiliki barang atau koleksi pribadi, dimiliki anak di usia ini. Mereka juga suka membandingkan benda-benda koleksinya dengan kepunyaan anak-anak lain. 4. Anak madya memiliki naluri untuk bersaing. Keinginan untuk berbuat sesuatu bagi dirinya sendiri membangkitkan semangat bersaing dalam diri anak tersebut. Ia ingin memperoleh kemenangan bagi dirinya sendiri maupun kelompoknya. Naluri untuk bersaing ini dapat digunakan oleh guru untuk kegiatan-kegiatan yang dapat menyalurkan naluri tersebut dengan tepat dan bermanfaat. 5. Anak madya suka berkelompok. Hal ini biasanya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk bergaul dan untuk memajukan kepentingan mereka sendiri maupun kepentingan anak-anak yang lain. 6. Keinginan untuk berkelahi juga dimiliki anak madya. Biasanya timbul untuk membela diri. Yang menimbulkan perkelahian biasanya adalah naluri untuk membela diri, semangat bersaing, kegiatan yang berlebih-lebihan, prinsip, berebutan, terpaksa berkelahi demi mendapatkan keinginannya. Dalam hal ini, guru madya memegang kewajiban untuk menolong anak-anak ini menyelesaikan perselisihan-perselisihan pribadi mereka secara Kristen dan agar kecakapan dalam hal berkelahi itu akan mereka gunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang lebih tepat. PERKEMBANGAN MENTAL 1. Anak-anak madya cenderung haus akan bacaan. Usia ini merupakan saat yang tepat untuk mengembangkan minat baca mereka dengan memberikan berbagai jenis buku yang baik kepada mereka. Jangan memaksa mereka untuk membaca buku yang isinya terlalu berat dan tidak menarik. Bisa jadi, minat baca mereka malah akan hilang. Doronglah mereka untuk membaca buku-buku yang "sehat", yaitu bacaan yang akan memberikan semangat pada pikiran dan membakar angan-angan. Saat ini juga merupakan saat yang tepat untuk memberikan Alkitab pribadi kepada mereka. Jika mereka telah memilikinya, doronglah mereka untuk membacanya tiap hari. Di sekolah minggu, guru dapat menjelaskan lebih dalam mengenai Alkitab: tentang penggolongan buku-buku dalam Alkitab, perjuangan mereka yang menyusun dan mempertahankan Alkitab, dan lain-lain. Hal tersebut akan menambah penghargaan mereka terhadap Alkitab. 2. Anak-anak madya suka berkhayal. Hanya saja, daya khayalnya sekarang condong menjadi lebih realistis, bukan berupa fantasi belaka. Mereka ingin mendengar cerita-cerita yang sungguh-sungguh terjadi dan mendengarkan cerita-cerita baru. Periode di mana mereka ingin mendengar sebuah cerita berulang kali telah berlalu. Sebagai contoh, bila seorang guru berkata, "Anak-anak, saya akan menceritakan penolakan Daniel terhadap santapan baginda kepadamu." Maka akan disambut dengan, "Oh, kami sudah mengetahui cerita itu." Tentu saja sesungguhnya mereka tidak mengetahuinya sebab yang mereka maksudkan hanyalah bahwa mereka pernah mendengarnya. Sebaliknya, jika kita mulai bercerita dengan metode ini, "Anak-anak, saya akan menceritakan sebuah cerita tentang seorang pemuda yang menemukan suatu rahasia penting yang dapat menyebabkan tubuh menjadi kuat dan sehat." Dengan cara itu, kita dapat menggerakkan rasa ingin tahu mereka sehingga akhirnya akan memperoleh perhatian mereka. 3. Ingatan terbaik anak ada dalam masa ini. Pekerjaan menghafal sangat cocok untuk mereka. Misalnya, menghafalkan nama kitab-kitab dalam Alkitab, ayat-ayat Alkitab, dan apa saja yang dapat dimasukkan di dalam pikiran, kata demi kata. Akan tetapi, guru harus mengingat bahwa murid-murid mungkin menghafal tanpa memahami pokok persoalannya sehingga hal itu dapat menipu guru ke dalam pemikiran bahwa anak-anak telah mengerti pelajaran yang diberikan itu. 4. Anak madya waspada sekali. Tak ada suatu pun yang luput dari perhatiannya, bahkan meskipun saat mereka terlihat tidak memerhatikan kata-kata kita. Inilah saatnya untuk mengajar melalui bahan-bahan yang kelihatan. Penilaiannya juga sedang berkembang. Mereka dapat membedakan hal-hal yang menarik atau tidak bagi mereka. Dengan cepat mereka dapat mengetahui kurangnya persiapan seorang guru dan bisa jadi mereka meragukan pelajaran yang diajarkan jika hal itu berlawanan dengan kelakuan guru tersebut. 5. Anak madya mulai berpikir untuk diri sendiri. Tentu saja pemikiran mereka belum matang. Untuk itu, mereka harus didorong untuk memikirkan dan mempertimbangkan segala sesuatu. Guru-guru anak madya harus menyempurnakan diri mereka dengan metode mengajar melalui "tanya-jawab". PERKEMBANGAN SOSIAL 1. Pemisahan jenis kelamin Anak laki-laki pada usia ini memandang remeh anak perempuan. Anak perempuan menganggap laki-laki terlalu "kasar dan sombong". Anak laki-laki pada usia ini senantiasa mengganggu saudara perempuan maupun teman-temannya. Hal ini tidak boleh diartikan sebagai suatu kekejaman, tetapi hanyalah sebagai suatu sifat dari anak laki-laki pada usia ini. 2. Kerja sama Anak madya laki-laki tertarik akan permainan-permainan yang memberikan kesempatan kepadanya untuk bersaing dan untuk memperlihatkan kecakapannya. Mereka lebih menyukai permainan-permainan yang memungkinan dia bertindak demi kesuksesan regunya. "Saya" digantikan oleh "kami". 3. Perhatian untuk kelompok Naluri berkelompok membawa motif-motif baru dalam kehidupan seorang anak. Dia cenderung menaruh perhatian akan pendapat teman-temannya. Dia sangat menghargai pendapat "kelompok". "Pahlawan" dari kelompoknya menjadi contoh baginya dan undang-undang kelompok itu menjadi undang-undangnya. Satu alasan mengapa seorang anak laki-laki tidak ingin menjadi pemuda "yang patut dicontoh" adalah karena keadaan itu akan menjadikan dia berbeda dengan teman-temannya. PERKEMBANGAN WATAK 1. Anak madya mengembangkan rasa kesetiaan yang tajam dan kuat. Ia ingin berlaku "jujur" dan melakukan tugasnya. Kesetiaan ini menanamkan satu perasaan tentang apa yang mulia, adil, dan benar dalam hatinya. Tentu saja dalam beberapa hal, mungkin pengertiannya akan hal-hal tersebut belum sempurna, namun masih merupakan kebaikan juga. Dengan menghargai kesetiaannya dan memercayai dia, kita akan mendapat pintu masuk ke dalam hidupnya. 2. Usia anak madya merupakan masa "memuja pahlawan". Sifat ini tidak terbatas hanya sampai pada periode ini. Kakak-kakaknya mungkin lebih cenderung lagi kepada "memuja pahlawan" daripada dia. Tetapi, seorang anak madya memang sedang membentuk pendirian dan cita-citanya. Kekagumannya akan kekuatan, keberanian, kejantanan, dan kebenaran tentu saja akan menyebabkan dia mengagumi figur yang memiliki sifat-sifat ini. Sifat memuja pahlawan pada anak madya dapat menjadi dasar yang baik untuk mengenalkan Yesus. Kristus yang lembut, rendah hati, dan yang menderita akan menarik perhatiannya setelah melewati masa ini. Pada usia madya, Yesus harus ditunjukkan sebagai Juru Selamat yang besar, dan sebagai Pembuat pekerjaan-pekerjaan yang ajaib. Apabila anak-anak menghormati Dia karena perbuatan-perbuatan-Nya, mereka akan belajar mengasihi Dia karena kebaikan-Nya. 3. Masa ini disebut masa pembentukan kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan lebih mudah dibentuk sekarang daripada dalam waktu-waktu lain di dalam kehidupannya. Dalam periode ini, perkembangan istimewa dari sel-sel otaknya menjadikan anak itu mudah berubah dan mudah dipengaruhi. Oleh karena itu, waktu ini adalah saatnya untuk mementingkan kebiasaan-kebiasaan rohani, seperti pembacaan Alkitab setiap hari, berdoa setiap hari, menghadiri gereja dengan tetap, atau memberikan persembahan. Perangai seorang anak digambarkan oleh jumlah seluruh kebiasaan-kebiasaannya. "Seorang anak laki-laki yang baik" adalah seorang yang memunyai kebiasaan-kebiasaan yang baik. "Seorang anak laki-laki yang buruk" adalah seorang yang memunyai kebiasaan-kebiasaan yang buruk. PERKEMBANGAN ROHANI Dalam masa ini, seorang anak mudah berubah, sanggup memahami hal-hal yang serius dari kehidupan, dan mudah menerima Injil. Karena itu, masa ini adalah masa yang tepat untuk mempersiapkan anak menerima Kristus. Pengajaran apakah yang paling cocok untuk meningkatkan kemajuan rohani anak madya? Nona Addie Marie French menyarankan rancangan berikut ini. A. Mengajar dia tentang Allah sebagai: 1. Pencipta yang Mahakuasa, 2. Yang Mahabijaksana, 3. Bapa sekalian orang yang menerima Yesus sebagai Juruselamat, 4. Kasih, dan 5. Keadilan. B. Mengajar dia tentang Yesus sebagai: 1. Juru Selamat, 2. Sahabat, dan 3. Pahlawan terbesar yang pernah hidup. C. Mengajar dia tentang Roh Kudus sebagai: 1. Penolong (yang diam di dalam kita dan menolong kita untuk berbuat benar); 2. Pemimpin (yang menunjukkan apa yang kita harus kerjakan); dan 3. Yang menjalankan kehidupan Kristus di dalam kita. D. Membimbing dia untuk menghargai Alkitab sebagai: 1. firman Allah, 2. peraturan tingkah laku, dan 3. jawaban yang menentukan untuk setiap pertanyaan. E. Memimpin anak madya ke dalam pengalaman yang sungguh tentang Kristus sebagai Juru Selamat. Diringkas dari: Judul buku : Penyelidikan Anak Penulis : Myer Pearlman Penerbit : Gandum Mas, Malang 1986 Halaman : 40 -- 54 o/ TIPS o/ PANTOMIM ANAK-ANAK MADYA ======================== Anak-anak madya senang untuk melebih-lebihkan sesuatu dan mereka senang berbicara dengan memakai gerak tangan, mata, dan sebagainya. Guru dapat menanggapi kecenderungan ini dengan menggunakan drama sebagai alat mengajar. Permainan menebak kata atau ucapan dengan melakonkannya itu bisa efektif sekali. Sesudah serangkaian pelajaran tentang Perjanjian Lama, seorang guru madya membicarakan kemungkinan untuk mengulangi pelajaran-pelajaran itu dalam bentuk pantomim dengan murid-muridnya. "Mainan anak kecil!" kata Dani. Seluruh kelas tertawa terkekeh-kekeh. Sang guru tahu bahwa ia akan bertanggung jawab atas kesuksesan atau kegagalan rencananya. Ia membicarakan pokok itu dengan serius dan penuh semangat sebab ia yakin akan keefektifannya. Pertama-tama, ia membicarakan latar belakang komunikasi. Bagaimana orang-orang pada zaman Perjanjian Lama mengadakan komunikasi? Tulisan apa yang mereka pakai? Dapatkah semua orang membaca apa yang tertulis? Bagaimana orang-orang berbicara dengan orang yang bahasanya tidak mereka mengerti? "Isyarat dan gerak tangan," jawab murid-murid dengan serentak. Guru melanjutkan dengan bertanya apakah orang-orang zaman sekarang berbicara dengan isyarat? Apakah pantomim merupakan bahasa isyarat? Bagaimana harus berpantomim? Bagaimana bisa berkomunikasi tanpa bicara? Tanpa apa-apa di tangan? Ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, anak-anak menyimpulkan bahwa apabila bermain drama, seseorang dengan sendirinya "masuk ke dalam diri" orang lain dan melakukan apa yang akan dilakukan orang itu. Agar orang lain mengerti apa yang hendak disampaikan, kita berbicara dengan memakai gerak tangan. Tetapi kita juga harus menjiwai apa yang kita ucapkan. Apabila merasa sedih, kesedihan itu harus dicerminkan dengan seluruh tubuh maupun wajah. Apabila bergembira, angkatlah muka dan senyum. Apabila dalam suasana berdoa, tunjukkan dengan merentangkan lengan, menengadahkan muka, dan rupa muka yang penuh penyembahan. Tetapi yang terutama ialah kita harus menghayati penyembahan itu. Apabila seseorang sungguh-sungguh menjiwai peranannya, gerakan badan dan ekspresi wajah akan timbul dengan sendirinya. Tetapi kita juga harus melakonkannya sedemikian rupa sehingga orang lain seolah-olah melihat apa yang kita pegang dan apa yang sedang kita lihat. "Dapatkah kita mencoba memantomimkan cerita-cerita yang telah kita pelajari dan meminta anak-anak lain menerkanya?" tanya seorang gadis. "Ya! Ya!" seru anak-anak itu bersama. Maka murid-murid itu dibagi menjadi tiga kelompok. Setiap kelompok memilih satu cerita dan memberi tahu guru, cerita mana yang mereka pilih sehingga tidak simpang siur. Setiap kelompok harus memainkan pantomimnya di hadapan dua kelompok lainnya. Kelompok pertama memilih cerita "Ishak Dikorbankan". Inilah cara mereka berpantomim. a. Dua anak laki-laki masuk dari sebelah kanan. Mereka itu Abraham dan Ishak. Abraham berjalan ke tengah-tengah ruangan. Ishak tinggal berdiri di belakang. b. Abraham berhenti, menengadah seperti mendengarkan sesuatu. Ia mengangkat tangannya seperti memohon sesuatu. Ia mendengar, tangan tetap terangkat. Kemudian ia menurunkan tangannya dengan lemas dan kepalanya tertunduk penuh kesedihan. c. Abraham menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian mendekati Ishak, memegang tangan Ishak, dan membawanya ke tengah-tengah ruangan. Ishak gembira sekali. Abraham sedih. d. Abraham menelentangkan Ishak di lantai. Ia lalu mengacungkan tangannya seolah-olah akan menikamkan pisau ke Ishak. Tiba-tiba mereka berdua tersentak mendengarkan sesuatu. Abraham berdiri dengan tangan masih terangkat. e. Ishak melompat berdiri. Abraham menuntun seorang anak laki-laki yang merangkak (domba) dan dibawanya ke tempat Ishak tadi terlentang. f. Abraham merebahkan anak (domba) itu di lantai. Ia menengadah kepada Allah dan menunjuk kepada anak (domba) itu seolah-olah berkata, "Inilah pemberianku kepada-Mu." Guru lalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan anak-anak menerka ceritanya itu. Selanjutnya, kelompok dua membawakan cerita: "Istri Lot Berubah Menjadi Tiang Garam". a. Lot masuk, membuka pintu rumahnya dan duduk di lantai dekat pintu. b. Istri Lot dan dua anak perempuannya masuk. Istri Lot membuka pintu. Mereka masuk rumah dan berpura-pura memasak dan membersihkan rumah. c. Dua laki-laki masuk dan mengetuk pintu. Lot membukakan pintu dan bercakap-cakap dengan mereka. Dengan gerak-gerik tangan, kedua malaikat itu menunjukkan bahwa kota Sodom akan dimusnahkan. Lot harus segera meninggalkan kota itu bersama istri dan kedua anaknya. d. Lot menyampaikan pesan itu kepada istri dan anaknya. Mereka takut. Wanita-wanita itu membungkus makanan dengan kain dan masing-masing membawa bungkusan. e. Kedua malaikat mengisyaratkan bahwa mereka harus cepat-cepat pergi dan tidak boleh menoleh ke belakang. f. Lot berjalan paling depan dan ketiga perempuan itu mengikutinya. g. Kedua anak perempuan itu berjalan di belakang Lot sambil menatap ke depan. h. Istri Lot jalan pelan-pelan. Ia menoleh ke belakang, kemudian terhenti dengan kaku, tidak bergerak sama sekali. Sedangkan yang lain, termasuk kedua malaikat itu, berjalan terus. Kelompok ketiga hampir tidak sabar lagi untuk menebak cerita yang kedua supaya dapat memainkan ceritanya, yaitu "Musa Berada di Tengah-tengah Teberau". a. Ibu Musa berlari masuk ruangan sambil menangis tersedu-sedu. Ia menggendong bayinya. b. Miriam, anaknya, mengikutnya dengan membawa keranjang. c. Ibu meletakkan bayinya dalam keranjang. Diambilnya keranjang dari Miriam, lalu diletakkannya di tengah-tengah rerumputan yang tinggi, yang dikuakkan oleh Miriam. Dengan menangis, ibu pergi meninggalkan anaknya di situ. d. Miriam duduk bersembunyi di antara rumput-rumput itu untuk menjaga adiknya. Ia pura-pura mengintip bayi itu di sela-sela rumput. e. Putri Firaun masuk dengan dikawal dua hamba perempuannya. Ia memberi isyarat bahwa ia akan mandi di sungai. Kemudian ia mendengar suara tangis bayi. Ia berhenti. Ia menjenguk ke dalam keranjang. f. Sang Putri berisyarat kepada hambanya untuk membawakan keranjang itu. g. Hamba perempuan mengangkat keranjang itu dan menaruhnya di tanah di depan Putri. h. Putri mengangkat bayi itu dari dalam keranjang dengan rasa sayang. Ia berbicara kepada hambanya, sambil bertanya-tanya bayi siapa itu. Ia ingin memeliharanya. Ia berkata bahwa mereka harus mencarikan seorang pengasuh. i. Miriam mendengar. Ia menghadap Putri. Ia mengatakan bahwa ia akan membawakan pengasuh untuk bayi itu. j. Putri menganggukkan kepala. k. Miriam pergi dengan senang dan kembali lagi dengan menggandeng ibunya. 1. Putri menaruh bayi itu kembali di keranjang dengan kasih sayang. Ia memberikan keranjangnya itu kepada ibu bayi itu sendiri. Sesudah anak-anak itu menerka siapa bayi yang ada dalam keranjang, siapa nama kakak perempuan bayi itu, dan siapa ayah Putri itu, jam pelajaran diakhiri dengan rasa puas. Tak ada lagi lontaran kalimat: "Mainan anak kecil." Nyatanya Dani berkata, "Bagus sekali! Ulangan yang paling baik yang pernah kita terima!" Jika cerita-cerita ini akan Saudara gunakan di dalam kelas, mungkin Saudara ingin menggunakan lebih dari satu jam pelajaran. Atau mungkin anak-anak ingin memilih cerita lain dan memantomimkannya secara spontan. Diambil dan diedit seperlunya dari: Judul buku: Buku Pintar Sekolah Minggu, Jilid 2 Penulis : tidak dicantumkan Penerbit : Gandum Mas, Malang 1996 Halaman : 238 -- 240 o/ BAHAN MENGAJAR o/ SIAPAKAH YANG BISA BERBICARA DENGAN TUHAN? ========================================== Ayat bacaan: Ibrani 4:16 Cerita: Jika kamu berkunjung ke Jakarta dan ingin berbincang-bincang dengan presiden, apakah menurutmu kamu bisa bertemu dengannya hanya dengan datang ke Istana Negara kemudian berbincang-bincang dengannya? Tentu saja tidak. Kamu akan membutuhkan suatu undangan khusus karena presiden sangat sibuk dan tidak ada waktu untuk berbicara dengan semua orang yang ingin bertemu dengannya. Adalah suatu kehormatan besar bisa bertemu dan berbincang-bincang dengan presiden, dan hanya ada sedikit orang yang bisa melakukannya. Tuhan jauh lebih besar daripada presiden sehingga kita berpikiran bahwa tidak ada seorang pun yang bisa berbicara dengan-Nya. Namun, memang aneh, Tuhan akan senang bila kita datang kepada-Nya dan Ia selalu siap untuk memberi kita undangan kapan pun kita mau. Bukankah akan sangat menyenangkan bila kita bisa bertemu dengan Pribadi yang menciptakanmu? Tidakkah akan sangat indah bila bisa berbicara dengan Seseorang yang bisa mengatakan apa saja yang ingin kamu ketahui, dan menolongmu dengan berbagai cara? Saya yakin bahwa kamu akan sangat kagum bila kamu mendapat suatu undangan untuk berbincang-bincang dengan Seseorang yang demikian. Demikian pula dengan Tuhan. Ia adalah Pribadi yang telah menciptakan segala sesuatu; Ia telah menciptakan bintang di langit dan ingin membuat hidupmu indah dan berguna. Tetapi Ia tidak pernah terlalu sibuk untuk menerimamu. Kamu bisa mengalami pengalaman yang indah dan menyenangkan dengan berbicara kepada Tuhan! Bila kamu ingin mengunjungi-Nya, kamu bisa melakukannya sekarang. Tutup matamu dan tundukkan kepalamu, pikirkan betapa Tuhan mengasihimu. Kemudian berbicaralah kepada-Nya tentang apa saja. Pertama kamu bisa mengucap syukur karena Ia sangat baik kepadamu. Bersyukurlah karena Ia mengutus Tuhan Yesus untuk mati guna menebus dosa-dosamu. Bersyukurlah atas baju hangat, orang tua, dan keluarga. Bersyukurlah karena kamu memiliki kesempatan untuk bersekolah sementara anak-anak di tempat lain tidak bisa bersekolah. Dan mungkin kamu ingin meminta sesuatu kepada-Nya karena Ia senang bila kamu bertanya dan meminta sesuatu. Mintalah supaya Ia memberkati ayah dan ibu serta menjaga dan membantu para penginjil dalam bekerja. Apakah Tuhan akan mendengarkanmu? Tentu saja! Ia ada di sini dan Ia tahu semua yang kamu katakan. Ia juga tahu semua yang kamu pikirkan. Bahkan kamu tidak perlu mengatakannya keras-keras saat kamu berbicara kepada Tuhan karena Ia bisa mendengarkanmu saat kamu berbicara di dalam hati. Yesus senang bila anak-anak-Nya datang dan berbicara kepada-Nya. Ia adalah Bapamu dan Temanmu, jadi berbicaralah kepada-Nya dan katakan kepada-Nya semua kebutuhan dan masalahmu, dan berterimakasihlah karena Ia sangat baik kepadamu. Suatu hari, seorang anak bernama John kehilangan kacamatanya dan ia tidak bisa menemukannya di mana pun. Ia mencarinya di meja di kamarnya dan di bawah sofa di lantai bawah, tetapi kacamata itu tidak ada. Ia mencari di lemari di mana ia kadang-kadang menaruh barang-barangnya, dan ia juga mencari di laci yang penuh dengan kertas dan pensil dan mainannya, tetapi kacamata itu tidak ada. Katherin, kakaknya, berkata, "Aku tahu ada Seseorang yang tahu di mana kacamatamu John." "Siapa?" kata John ingin tahu. "Apakah kamu? Apakah kamu yang menyembunyikannya?" "Bukan," kata Katherin, "tetapi Tuhan tahu di mana kacamata itu. Ia melihat kacamata itu. Mungkin kamu bisa meminta Dia untuk memberitahumu sehingga kamu tahu di mana kacamata itu." "Ide bagus," kata John. "Apakah kamu mau membantu aku mengatakannya kepada Dia?" Lalu kedua anak ini berlutut dan berdoa. John berkata, "Tuhan Yesus, Engkau tahu di mana kacamataku sedangkan aku tidak tahu. Apakah Engkau mau menolongku untuk menemukannya?" Dan Katherin berkata, "Tuhan Yesus, saat ini Engkau sedang melihat kacamata John dan Engkau bisa mengatakannya kepada kami sehingga kami bisa melihatnya juga. Tolonglah kami supaya bisa menemukan kacamata John." Dua minggu berlalu dan kacamata itu belum juga ditemukan. "Aku pikir kita harus membeli kacamata yang baru," kata Ibu dengan sedih. "Ibu harap harganya tidak akan terlalu mahal." Sore itu, saat anak-anak sedang bermain di garasi, Katherin dan John memutuskan akan naik untuk duduk di sebuah lemari yang digantung di atas mobil yang diparkir ayah kemarin malam. Sangat sulit untuk bisa naik ke lamari itu sehingga mereka memutuskan untuk menggunakan tangga milik ayah. Mereka menempatkan tangga itu di tempatnya lalu mereka mulai naik, dan di sanalah kacamata John tergeletak -- di lemari yang berdebu. Ini adalah kisah nyata, kecuali nama anak-anaknya dan satu atau dua detail dari cerita. Bagaimana kacamata itu bisa berada di sana? Tak seorang pun tahu. Tetapi Tuhan tahu di mana kacamata itu dan Ia menunjukkannya kepada anak-anak itu. Doa: ---- Tuhan Yesus, kami bersyukur karena kami bisa datang kapan saja untuk mengatakan masalah-masalah kami kepada-Mu. Ajar kami untuk berdoa dan tolonglah kami supaya selalu ingat betapa besarnya Engkau dan betapa baiknya Engkau. Dalam nama Yesus kami mengucap syukur. Amin. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Judul buku : Devotions for the Children Hour Judul asli artikel: Who May Talk to God? Penulis : Kenneth N. Taylor Penerbit : Moody Press, Chicago 1977 Halaman : 165 -- 168 o/ WARNET PENA o/ BAHAN NATAL DARI PEPAK ====================== http://pepak.sabda.org/topik/12 Persiapan menuju perayaan Natal mungkin telah Anda dan rekan-rekan Anda lakukan. Untuk mencerahkan, cobalah Anda kunjungi situs PEPAK. Dapatkan berbagai bahan yang dapat Anda gunakan untuk persiapan Natal di sekolah minggu Anda melalui situs PEPAK. Tidak hanya artikel saja, drama Natal, cerita Natal, dan aktivitas Natal lainnya pun bisa Anda temukan di sana. Semua itu dapat Anda cari di topik Perayaan Hari Raya Kristen yang dapat diakses di alamat berikut. ==> http://pepak.sabda.org/topik/12/ Untuk lebih memudahkan, Anda dapat mengetikkan kata Natal di dalam kotak pencarian; seluruh tulisan yang berhubungan dengan Natal akan muncul. Oleh: Redaksi o/ MUTIARA GURU o/ Percakapan adalah laboratorium dan bengkel kerja bagi murid. - Ralph Waldo Emerson - ---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> ---------------------------------------------------------------------- Pemimpin redaksi: Davida Welni Dana Redaksi Tamu: Kristina Dwi Lestari Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |