Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/354 |
|
e-BinaAnak edisi 354 (24-10-2007)
|
|
______________________________e-BinaAnak______________________________ Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak ================================================== Daftar Isi: 354/Oktober/2007 ---------- - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL (1) : Memahami Anak Pratama - Artikel (2) : Bagaimana Mengajar Anak Pratama - BAHAN MENGAJAR: Orang Kaya dan Lazarus yang Miskin - WARNET PENA : PEPAK: Kesaksian Guru - MUTIARA GURU o/ SALAM DARI REDAKSI o/ Salam dalam kasih Kristus, Bingung memang manakala harus menghadapi anak pratama yang usianya berkisar antara enam dan sembilan tahun. Diperlukan persiapan super ekstra untuk mengajar mereka. Karena usia tersebut merupakan masa di mana si anak mulai memperlihatkan kepandaiannya kepada teman sebayanya, menyukai kehidupan kelompok, bertindak kritis, penuh rasa ingin tahu yang tinggi, dan sifat menonjol lainnya. Para pelayan sekolah minggu atau para pelayan anak harus pandai-pandai dalam menyajikan cerita maupun kreativitas. Kalau tidak, siap-siap saja jika mereka langsung menyerang Anda dengan argumen bahwa mereka sudah mulai bosan dengan model cerita atau kreativitas yang itu-itu saja. Tentu Anda tidak ingin hal itu terjadi, bukan? Edisi pekan ini mengajak Anda untuk lebih memahami anak usia pratama, baik dari segi perkembangan, karakter, maupun hal-hal lainnya. Dengan mengenal karakter mereka, Anda akan terbantu untuk membuat strategi dalam menyampaikan firman Tuhan. Selamat menyimak sajian kami kali ini dan layanilah mereka dengan kesabaran dan kelembutan dari Tuhan. Redaksi Tamu e-BinaAnak, Kristina Dwi Lestari "... sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah." (Kolose 1:10) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Kolose+1:10 > o/ ARTIKEL (1) o/ MEMAHAMI ANAK PRATAMA ===================== Anak pada umur antara enam dan sembilan tahun boleh dikata merupakan saat-saat pengalamannya mulai meluas. Sebelum mencapai umur itu, ia masih ada di bawah asuhan orang tua. Teman-temannya kebanyakan berasal dari sekitar rumahnya atau dari keluarganya sendiri. Tetapi pada umur kurang lebih tujuh tahun, ia mulai mengenal lingkungan yang baru, yaitu sekolah. Sekarang anak itu bukan hanya menambah teman-teman baru, melainkan pengetahuan dan keterampilannya berkembang pula. Anak pratama sangat aktif, tetapi ia dapat menguasai diri lebih baik daripada seorang anak balita. Bermain adalah bagian yang penting dari kehidupannya. Ia suka berlari, melompat, memanjat, berkejar-kejaran, dan bermain bola. Anak umur ini memang sangat giat. Sering, anak pratama itu bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Dan juga kadang-kadang menentang perintah secara spontan, termasuk tugas yang diberikan kepadanya. Pancaindranya sedang berkembang. Oleh sebab itu, anak pratama senang melihat, mendengar, meraba, merasa, dan mencium. Walaupun perkembangan mental anak pratama itu pesat, orang dewasa perlu mengingat bahwa perbendaharaan kata-katanya masih terbatas. Ia sudah mengerti banyak hal, juga sedang belajar membaca, menghitung, dan menulis. Daya tahan untuk memerhatikan sesuatu atau konsentrasinya sudah berkembang, tetapi masih terbatas. Ia memunyai rasa ingin tahu dan sering bertanya: apa itu, untuk apa, bagaimana, mengapa, dan dari mana. Oleh karena rasa ingin tahu itulah, ia senang membongkar dan memasang kembali. Sehingga tidak heran bila permainannya cepat rusak. Meskipun anak pratama senang belajar tentang hal-ha1 yang nyata, ia pun senang mendengar cerita khayal. Tetapi untuk hal-hal yang abstrak, mereka sukar mengerti. Alam pikirannya masih berkisar pada keadaan sekarang dan pengalamannya sendiri. Walaupun masih berpusat kepada diri sendiri, anak pratama itu mulai mengerti kepentingan orang lain. Ia sudah mulai memilih kawan-kawan dari lingkungan sekolah dengan latar belakang yang lebih luas. Ia ingin disukai oleh teman-temannya, guru, serta orang tuanya, dan anak seumur ini mulai senang bermain dalam kelompok-kelompok kecil. Ia menghargai orang yang lebih tua, misalnya ayah, ibu, nenek, dan gurunya, bahkan anak pratama suka meniru tingkah laku mereka dan lekas percaya kepada mereka. Ia ingin disayangi, dicintai, dihargai oleh orang lain, dan ia mudah ditakut-takuti. Ia juga sudah mulai dapat membedakan antara yang benar dan yang salah. Jika ada tugas yang terlalu sukar atau rumit untuk dikerjakan, anak pratama itu cepat putus asa. Walaupun ia cepat menunjukkan emosi, ia pun cepat lupa keadaan yang menyebabkannya marah, sedih, dsb.. Anak pada umur ini dipenuhi rasa kagum dan dapat dibimbing untuk menghormati dan menyembah Tuhan Allah. Pengertian dan pengalamannya tentang sikap orang Kristen masih sedikit, oleh sebab itu ia perlu diajar bahwa Yesus adalah Teman yang baik, yang ingin menolongnya. Di kelas sekolah minggu, ia perlu diajar sikap dan sifat Kristen yang baik seperti: suka membantu, jujur, taat, penuh kasih, dsb.. Oleh karena ia mempercayai nilai doa, anak pratama dapat diajar berdoa secara sederhana dan sesuai dengan pengalamannya. Karena ia tertarik kepada buku yang dianggap penting oleh orang dewasa, ia pun dapat mulai mengerti bahwa Alkitab adalah buku yang istimewa, dan bahwa apa yang dikatakan oleh gurunya di sekolah minggu, tentu cerita yang terdapat di dalam Alkitab. Guru yang menunjukkan kasih sayang kepada anak pratama akan dengan lebih mudah dapat mengajar bahwa Allah pun mengasihi anak itu. CIRI-CIRI UMUM GURU PRATAMA Seorang guru harus memiliki ciri-ciri tertentu agar dapat mengajar dengan baik. Memang, tidak ada seorang pun yang dapat memenuhi semua syarat itu, tetapi seorang guru yang tulus akan berusaha mengembangkan kemampuannya untuk mengajar. Apakah ciri-ciri itu? 1. Mengasihi Allah --------------- Seorang guru sekolah minggu tentu berkeinginan agar Allah berkenan kepada pelayanannya. Untuk itu, ia perlu menyerahkan diri kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Hal ini akan sangat menolongnya bila merasa putus asa akan hasil pelayanannya. Justru penyerahannya kepada Allah itulah yang dapat memberi dorongan untuk tetap mengajar. 2. Mengasihi murid-muridnya ------------------------ Jika Anda tidak mengasihi anak-anak, bagaimana Anda akan mengajar mereka? Mungkin Anda masih kurang mampu mengajar, namun sebagian besar kekurangan itu akan dapat diatasi jika Anda sungguh mengasihi anak-anak. 3. Mengerti keberadaan anak-anak ----------------------------- Untuk mengajar dengan berhasil, seorang guru perlu mengerti ciri-ciri, minat, kemampuan, dan kebutuhan anak-anak layannya. 4. Mengasihi firman Tuhan ---------------------- Sebagai pengajar sekolah minggu, seorang guru selayaknya mengasihi firman Tuhan (Alkitab). Menyadari pentingnya arti mengasihi firman Tuhan, Anda perlu merenungkan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. a. Apakah Anda puas dengan membaca Alkitab hanya sepintas lalu saja ataukah mempelajarinya setiap hari? b. Apakah Anda berusaha menerapkan ajaran Alkitab dalam hidup Anda? c. Apakah Alkitab menjadi pedoman hidup Anda? 5. Kesediaan untuk bekerja keras ----------------------------- Jika seorang guru ingin berhasil, ia tidak akan menganggap cukup hanya sekadar menyampaikan pelajaran yang ada dalam buku saja. Melainkan, ia akan mengajarkan pelajaran kepada murid-muridnya sesuai dengan kebutuhan mereka. Untuk hal itu, ia harus mengenal mereka dan perlu mengunjungi, mendoakan mereka, mempelajari bahan-bahan pelajaran dengan seksama, mengatasi masalah disiplin di kelas, dsb.. Guru harus mempersiapkan pelajaran dengan sebaik-baiknya agar pelajaran itu dapat menarik perhatian murid-muridnya. 6. Kesediaan untuk menjadi teladan bagi murid-muridnya --------------------------------------------------- Apakah Anda mengharapkan murid-murid Anda menjadi orang yang menghargai ketepatan waktu? Jika demikian, Anda sendiri harus menjadi contoh; dengan tiba di kelas paling awal. Apakah Anda ingin supaya murid-murid Anda menjadi orang Kristen teladan? Anda sendiri harus menjadi contoh terlebih dahulu. Mereka akan memerhatikan hidup, perbuatan, dan percakapan Anda. Jika Anda ingin agar murid-murid Anda di kemudian hari akan menjadi anggota gereja yang setia, hendaknya Anda sendiri menjadi anggota gereja yang setia. Berusahalah untuk mendapat sarana yang akan menolong Anda mengajar dengan lebih baik. Ikutilah penataran, kursus, lokakarya, baik yang diadakan di gereja Anda ataupun sewilayah. Bacalah buku-buku dan lembaran-lembaran tentang cara mempelajari Alkitab, cara mengajar, ciri-ciri, atau ilmu jiwa anak-anak, dsb.. Adakan waktu untuk dapat bertukar pikiran dengan guru-guru sekolah di gereja Anda atau gereja lain. Anda dapat pula menambah pengetahuan dengan mengamat-amati guru yang sudah berpengalaman dan sedang mengajar dengan efektif. Bila gereja Anda telah menyediakan bahan pelajaran, pelajarilah dengan teliti bahan pelajaran yang telah dicetak sesuai dengan kurikulum gereja Anda itu. Pakailah saran-saran yang tercantum di dalamnya. Diambil dan diedit seperlunya dari: Judul buku: Bagaimana Mengajar Anak Pratama Penulis : Doris Blattner Penerbit : Lembaga Literatur Baptis, Bandung 1992 Halaman : 5 -- 10 o/ ARTIKEL (2) o/ BAGAIMANA MENGAJAR ANAK PRATAMA =============================== Saran-saran berikut ini secara langsung mengarah pada sifat-sifat anak pratama dan bagaimana sifat-sifat itu memengaruhi proses belajar-mengajar. Anak pratama lebih senang belajar dari apa yang dapat mereka alami secara konkrit dan fisik daripada secara lisan -- misalnya berbicara dengan mereka. Mereka sangat memerhatikan kepekaan fisik dan mereka menggunakannya untuk mendapatkan ide-ide dan informasi baru. Itulah sebabnya, mengapa penggunaan alat-alat peraga visual, kaset rekaman, tape, alih peran (role play), dan drama sangat penting bagi mereka. Seorang anak akan belajar lebih banyak dengan memainkan peran sebagai anak yang harus memilih daripada melaksanakan perintah dari gurunya yang mengatakan, "Kita semua harus memilih apa yang Tuhan ingin kita lakukan." Saat seorang anak melihat gambar tentang bangsa Israel yang berjalan di Laut Teberau, ia mendapatkan pelajaran yang lebih banyak daripada saat dijelaskan mengenai peristiwa tersebut. Anak-anak menyukai cerita! Sungguh bersyukur kita mendapatkan kesempatan untuk mengajarkan Alkitab yang memuat berbagai cerita terbaik! Bersikaplah yakin saat menekankan bahwa peristiwa-peristiwa itu benar-benar ada dalam Alkitab. Bila peristiwa itu tidak begitu dikenal, anak pandai akan bertanya, "Apakah cerita itu benar-benar ada di Alkitab?" Sangat baik untuk tidak menceritakan cerita imajinatif dengan menggunakan latar belakang Alkitab bila tidak dalam keadaan yang terdesak. Ada banyak legenda dan mitos Natal yang menarik bagi anak-anak yang lebih besar, tetapi cerita-cerita itu membingungkan anak pratama. Sebagai aturan umum, jangan gunakan objek pelajaran. Anak-anak ini berpikir secara konkrit, secara literal. Tidak mungkin bagi mereka untuk memahami bahwa menara bisa melambangkan Alkitab atau karang melambangkan dosa. Anak yang lebih dewasa memang tertarik pada simbol-simbol, tetapi tidak bagi anak pratama. Alkitab adalah sumber buku bagi keseluruhan pendidikan Kristen. Setiap pelajaran harus didasarkan pada Alkitab! Namun, jika Anda tidak sedang berencana untuk menyusun kurikulum -- ini bukanlah tugas yang mudah -- Anda disarankan untuk mengikuti materi yang telah disediakan untuk anak-anak ini. Penyusun kurikulum biasanya melakukan penelitian yang mendalam sebelum memutuskan pelajaran Alkitab apa yang sesuai untuk anak pratama. Mereka memilih bahan-bahan Alkitab yang mudah dipahami dan efektif bila dihubungkan dengan pengalaman anak. Hanya ada sedikit hal dari cerita janji Yefta yang bisa diterapkan pada anak karena situasi dari cerita itu adalah situasi orang dewasa dan tindakan konsekuensi dari tokoh utama secara emosional sangatlah membingungkan. Selain itu, karena seorang anak akan belajar banyak melalui cerita, penyusun kurikulum memilih peristiwa-peristiwa Alkitab yang memiliki cerita berkualitas. Prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Paulus dalam Perjanjian Baru secara umum sebaiknya diajarkan pada anak-anak yang lebih dewasa. Apa yang diperlukan anak pratama? Sama seperti anak lainnya, mereka memerlukan penyembahan, belajar, ekspresi, dan persekutuan Kristen. Anak-anak pratama siap untuk belajar semua dasar kebenaran dalam Alkitab bila prinsip-prinsip itu disampaikan sesuai dengan tingkatan anak dan dihubungkan dengan kehidupan mereka. Saat mereka merasa bersalah, kesepian, atau frustasi, mereka perlu memahami dan mengalami pertolongan Tuhan. Saat mereka bahagia, mereka perlu menghubungkan Tuhan dengan hal-hal baik yang ada di dunia ini. Apa yang sebaiknya kita ajarkan secara spesifik? Kita tidak bisa mengajarkan apa yang kita sendiri tidak pelajari kepada anak-anak. Ingatlah, "Agama lebih mudah ditangkap daripada diajarkan." Mungkin kebanyakan dari anak-anak ini berpikir bahwa Tuhan memiliki bentuk secara fisik. Pemahaman mereka tentang Tuhan dihubungkan dengan pengalaman mereka bersama orang dewasa. Mereka sudah bisa memberi respons terhadap pemikiran bahwa Tuhan adalah Pencipta, tetapi pemikiran Tuhan yang masih tetap bekerja dalam ciptaan-Nya masih sulit untuk mereka pahami. Jika pendidik Kristen menekankan atribut-atribut, misalnya Tuhan itu kasih, kemurahan hati, kebijakan, kesempurnaan, dan kebaikan, kedewasaan akan memberikan pemahaman yang sebenarnya bahwa Allah adalah Roh. Saat anak bertanya, "Seperti apakah Tuhan itu?", guru harus mengatakan, "Tuhan tidak membutuhkan tubuh seperti kita. Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa Ia mengasihi kita dan ingin kita juga mengasihi-Nya." Beberapa anak pratama biasanya sudah siap menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat. Pada usia ini, seorang anak mulai mengumpulkan dan menghubungkan cerita tentang kehidupan Yesus -- sejak dari bayi di palungan hingga bangkitnya Juru Selamat. Anak ini sudah bisa memahami bahwa dia memiliki tanggung jawab pribadi kepada Tuhan. Ia bisa merasa aman dalam kasih dan pengampunan Tuhan. Bagaimana sebaiknya kita mengajar anak-anak ini? Kita mengajar mereka melalui cara-cara di mana mereka bisa belajar dengan sebaik-baiknya. Kita menyampaikan cerita Alkitab karena mereka menyukai cerita dan mereka bisa dengan mudah mengikuti tindakan/perbuatan dalam cerita itu. Kita minta mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman mereka tentang bagaimana mereka menerapkan apa yang sudah mereka ketahui. Kita meminta mereka untuk mengekspresikan diri mereka sendiri melalui permainan alih peran (role play), tugas-tugas, kegiatan seni, dan menulis, karena kesan (impression) -- dari pengajaran kita -- harus selalu diikuti dengan tindakan (expression). Kegiatan-kegiatan pengekspresian diri membantu anak mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari. Melalui berbagai kegiatan ini, guru bisa mempelajari apa yang telah dipahami oleh seorang anak dan pengalaman apa yang diinginkan oleh anak ini. Berbagai jenis pengalaman adalah lebih penting daripada suatu jadwal yang kaku. Cerita, "filmstrips", dan menyanyi bisa dilakukan dalam kelompok besar -- hingga lima puluh anak. Namun drama singkat (atau drama-drama lainnya), kegiatan kreatif, misalnya menyusun lagu, menulis puisi, kerajinan tangan, atau diskusi, harus dilakukan dalam kelompok kecil antara lima sampai sepuluh anak. Ingatlah bahwa setiap anak memasuki pengalaman belajar sebagai pribadi yang seutuhnya. Beberapa kegiatan memerlukan penglihatan dan pendengarannya; tetapi kegiatan lain membutuhkan gerakan tubuh, berpikir kreatif, dan kontrol otot kecil. Anak-anak membutuhkan kegiatan yang berubah -- berbagai pengalaman belajar. Anak-anak jarang bisa menghabiskan waktu selama satu jam dengan satu kegiatan saja. Ukurlah minat anak-anak dan gantilah dengan kegiatan-kegiatan yang bisa memenuhi kebutuhan mereka. Kira-kira dua puluh menit sudah cukup lama bagi sebagian besar anak-anak dan kadang-kadang memang disarankan untuk melakukan kegiatan yang hanya membutuhkan waktu yang singkat. Beberapa anak akan lebih bisa belajar melalui alih peran (role play), sedangkan anak-anak lainnya dengan melihat "filmstrip". Buatlah metode pengajaran yang bervariasi supaya bisa menghasilkan berbagai gaya mengajar murid-murid Anda. Membaca buku tentang anak-anak tentu jauh lebih mudah daripada mengajar mereka. Namun, tinggal bersama anak laki-laki dan perempuan akan sangat membantu dan bermanfaat daripada hanya membaca. Jadikan bacaan Anda sebagai tuntunan dan sebagai alat untuk menyediakan informasi yang sebanyak mungkin. Tetapi ujian dalam mengajar adalah mengajar itu sendiri! Sama seperti anak-anak yang belajar melalui apa yang dikerjakannya, demikian pula dengan Anda. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Judul buku : Childhood Education in the Church Judul asli artikel: How to Teach First and Second Graders Penulis : Robert E. Clark, Joanne Brubaker, dan Roy B. Zuck Penerbit : Moody Press, Chicago 1986 Halaman : 130 -- 133 o/ BAHAN MENGAJAR o/ ORANG KAYA DAN LAZARUS YANG MISKIN ================================== Bahan Alkitab ------------- Lukas 16:19-31 Tujuan khusus ------------- Anak dapat: - menceritakan perbuatan orang kaya terhadap Lazarus; - membandingkan keadaan orang kaya dengan keadaan orang miskin; - memberikan contoh perbuatan yang harus dilakukan apabila ia berhadapan dengan orang seperti Lazarus. Ayat hafalan ------------ "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu perbuatlah demikian juga pada mereka" (Matius 7:12-14). Materi pelajaran ---------------- A. Untuk Guru Renungan Bagian ini berbeda sifatnya dari perumpamaan. Sebab suatu perumpamaan biasanya merupakan cerita dari kehidupan sehari-hari, yang intinya dapat menjadi nasihat di bidang kerohanian. Sedangkan cerita ini merupakan suatu lukisan yang menggambarkan suatu kejadian, untuk menjadi peringatan. Orang kaya dalam cerita ini adalah orang yang suka dengan kemewahan. Tapi bukan berarti bahwa kesenangannya itu menjadikannya seorang yang bersalah. Alkitab juga tidak mengatakan bahwa memiliki kekayaan itu adalah suatu kesalahan. Sebab kekayaan itu merupakan berkat Tuhan kepada orang yang rajin bekerja. Jadi, di manakah letak kesalahan orang kaya ini? Kesalahannya adalah pada sikap yang ia perlihatkan ketika berhadapan dengan Lazarus, seorang miskin yang membutuhkan belas kasihannya. Orang kaya ini tidak berbuat apa-apa justru ketika ia harusnya melakukan sesuatu. Ia tidak memerhatikan atau memedulikan orang lain. Yang dipentingkannya adalah kesenangannya diri. Orang kaya ini tidak mempergunakan kekayaannya dengan baik. Ia tidak membagikan berkat yang diterimanya dari Tuhan kepada orang yang memerlukan pertologannya. B. Untuk Anak 1. Cerita I "Aduh ... perutku pedih! Aku lapar sekali!" keluh Lazarus sambil memegang perutnya. "Ke mana aku harus mencari makan, ya? Ah ... seandainya saja aku sehat, aku akan bekerja sehingga tidak kelaparan seperti ini. Makin hari aku semakin lemah. Tapi daripada aku duduk diam di sini, lebih baik aku berjalan. Mudah-mudahan ada orang yang berbaik hati mau memberi aku makan," demikian pikir Lazarus. Pada siang hari yang terik, Lazarus lalu melangkah tertatih-tatih. Tubuhnya lemah karena sakit dan kelaparan. Selain itu, rasa nyeri luka-luka yang memenuhi tubuhnya begitu menyiksanya. Sebentar-sebentar ia duduk di tepi jalan untuk beristirahat. "Ke mana aku akan berjalan mencari makan, ya? Oh, aku ingat sekarang! Di sebelah sana ada rumah seorang kaya. Ia memunyai banyak makanan. Sebab itu tiap hari ia berpesta dengan kawan-kawannya. Ia pasti mau memberi sedikit makanannya padaku," begitu pikir Lazarus. Dengan agak bersemangat, Lazarus lalu berjalan menuju rumah orang kaya itu. Dari kejauhan terlihat orang kaya itu sedang berdiri menghadapi meja makan. Banyak hidangan tersedia di atas meja. Berbagai jenis makanan dilihat oleh Lazarus. Lazarus lalu berbaring di dekat pintu rumah si orang kaya dan mengharapkan orang kaya itu akan memberi dia makanan. Sementara itu, beberapa ekor anjing datang mendekat lalu menjilati luka-luka di tubuh Lazarus. Adik-adik, Lazarus menunggu dan terus menunggu. Tapi ternyata orang kaya itu sama sekali tidak memedulikan Lazarus yang kelaparan. Ia asyik makan bersama tamu-tamunya saja. 2. Tanya-Jawab Nah, adik-adik, apakah yang seharusnya dilakukan oleh orang kaya itu terhadap Lazarus? (Berikan waktu pada anak-anak untuk menjawab.) Dapatkah adik-adik menceritakan bagaimana perasaan adik-adik jika seandainya adik-adik menjadi seperti Lazarus? (Beri kesempatan lagi pada anak-anak untuk menjawab.) Kalau adik-adik menjadi orang kaya itu, apa yang adik-adik akan lakukan terhadap orang miskin seperti Lazarus itu? (Anak-anak menjawab.) 3. Cerita II Sekarang kita teruskan cerita kita. Apakah yang kemudian terjadi? Pada suatu hari, matilah Lazarus yang miskin itu. Begitu juga si orang kaya. Keduanya mati. Lalu, apakah yang terjadi dengan Lazarus setelah ia mati? Ia masuk ke surga dan disambut oleh Tuhan beserta malaikat-malaikat-Nya. Lazarus yang ketika masih hidup di dunia banyak menderita, sekarang boleh bersenang-senang. Bagaimana dengan si orang kaya itu? Ia dihukum Tuhan dan tidak boleh masuk surga. Waktu hidup di dunia, orang kaya itu bersenang-senang saja dan tidak memerhatikan orang yang menderita. Sekarang setelah mati orang kaya itu, dihukum dan harus menderita. Ia masuk neraka. 4. Aktivitas Sebagai aktivitas, ajaklah anak-anak untuk mendramatisasikan (memainkan drama) kisah ini. Tanyakan dulu pada anak-anak, apakah sebenarnya yang terjadi menurut kisah tadi. Bila mereka sudah mengetahui, mintalah seorang anak berperan menjadi Lazarus, dan seorang lagi menjadi orang kaya. Drama ini dilakukan tanpa suara (pantomim). Bila dua anak ini telah selesai berperan, mintalah dua orang anak lagi untuk memainkan drama yang sama. Jangan terlalu banyak anak yang melakukan permainan drama ini; cegahlah kebosanan. Diambil dan diedit seperlunya dari: Judul buku: Pedoman Sekolah Minggu Anak Kecil (Umur 7-9 Tahun) Tahun II Jilid I Penulis : Tidak dicantumkan Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta 1994 Halaman : 28 -- 32 o/ WARNET PENA o/ PEPAK: KESAKSIAN GURU ===================== http://pepak.sabda.org/topik/17/ Bersaksi merupakan satu bagian pengajaran penting dalam kelas sekolah minggu. Dengan bersaksi, kita dapat saling menguatkan dan melihat karya Tuhan dalam hidup kita. Situs PEPAK menyediakan wadah untuk hal tersebut dalam Topik Kesaksian Guru. Di dalamnya, kita dapat melihat para guru sekolah minggu membagikan pengalaman-pengalaman mereka dalam pelayanan. Melalui kesaksian tersebut pula kita semua dapat saling belajar dan menajamkan sehingga kualitas mengajar kita pun lebih terasah. Saat ini sudah ada lebih dari empat puluh kesaksian yang dapat kita nikmati bersama-sama. Apakah Anda ingin menambah daftar kesaksian tersebut? Tim situs PEPAK masih terus menerima kesaksian-kesaksian membangun dari para pelayan anak. Isi saja formulir untuk mengirim tulisan yang ada di halaman depan situs PEPAK <http://pepak.sabda.org> atau langsung kirim e-mail ke pepak(at)sabda.org. Selamat bersaksi! Oleh: Redaksi o/ MUTIARA GURU o/ Orang muda memang selalu dalam keadaan menyerupai mabuk; karena kemudaan mereka memang manis dan mereka sedang bertumbuh. - Aristoteles - ---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> ---------------------------------------------------------------------- Pemimpin redaksi: Davida Welni Dana Kontributor: Kristina Dwi Lestari Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA http://ylsa.sabda.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |