Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/349 |
|
e-BinaAnak edisi 349 (19-9-2007)
|
|
______________________________e-BinaAnak______________________________ Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak ================================================== Daftar Isi: 349/September/2007 ---------- - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL : Mengajar Cerita Alkitab - TIPS : Bagaimana Memulai Bercerita? - BAHAN MENGAJAR : Jangan Pakai Topeng - WARNET PENA : Sunday Software - MUTIARA GURU o/ SALAM DARI REDAKSI o/ Salam dalam kasih Kristus, Salah satu metode penyampaian firman Tuhan yang digunakan di sekolah minggu adalah melalui cerita. Setiap anak akan betah mendengarkan cerita bila cerita itu disampaikan dengan metode yang kreatif dan menarik. Sebaliknya, betapa membosankannya mendengarkan cerita yang disampaikan dengan asal-asalan. Karena cerita bisa dijadikan cara untuk menanamkan kebenaran firman Tuhan dalam diri anak, maka penting bagi setiap guru sekolah minggu untuk melakukan persiapan-persiapan yang matang sebelum menyampaikan cerita. Persiapan yang dibutuhkan tidak hanya persiapan materi saja karena ada banyak hal yang bisa digunakan untuk mendukung kegiatan ini. Dalam edisi ketiga bulan September ini, e-BinaAnak secara khusus menyajikan persiapan-persiapan apa saja yang harus dilakukan oleh para GSM sebelum menyampaikan cerita kepada anak-anak layan mereka. Silakan simak, semoga menjadi bekal dalam pelayanan Anda. Selamat melayani, Tuhan memberkati! Redaksi tamu e-BinaAnak, Christiana Ratri Yuliani Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. (2 Timotius 2:15) <http://sabdaweb.sabda.org/?p=2Tomotius+2:15 > o/ ARTIKEL o/ MENGAJAR CERITA ALKITAB ======================= Diringkas oleh: Kristina Dwi Lestari Mengajar cerita Alkitab merupakan suatu usaha untuk menyampaikan berita sukacita Tuhan kepada anak-anak. Karena kemampuan anak untuk memahami dan berkonsentrasi belum sebaik orang dewasa, pengajar harus dapat menyampaikan cerita secara menarik. Itu sebabnya, pelayanan terhadap anak menuntut kreativitas yang lebih besar daripada pelayanan terhadap orang dewasa. Secara garis besar, ada dua tahap utama dalam mengajar cerita Alkitab, yaitu persiapan dan penyampaian. Keberhasilan pengajaran sangat bergantung pada penguasaan pengajar terhadap materi yang disampaikan dan pada persiapan yang matang. Persiapan --------- Banyak orang mungkin menganggap remeh masa persiapan. Padahal untuk dapat menyampaikan cerita Alkitab dengan efektif, persiapan merupakan langkah yang mutlak diperlukan. Pentingnya sebuah persiapan ditujukkan oleh slogan 5p, "proper preparation prevent poor performance", yang berarti persiapan yang baik mencegah penampilan yang buruk. Berikut adalah tiga jenis persiapan bercerita yang harus dilakukan oleh seorang pelayan anak. 1. Persiapan dasar, meliputi: analisis acara dan analisis calon pendengar. 2. Persiapan materi, meliputi: perumusan tujuan, penyusunan outline/struktur presentasi, pengumpulan bahan, dan penyusunan cerita. 3. Persiapan alat bantu, meliputi: pemilihan alat bantu, pembuatan alat bantu, dan latihan menggunakannya. 1. Persiapan Dasar ------------------ Penyusunan cerita memang harus dipersiapkan dengap cermat, tetapi setiap pengajar perlu tahu hal-hal di sekitar cerita dan kepada siapa cerita itu akan disampaikan. Tahapan selanjutnya akan sangat bergantung pada hasil analisis tahap ini. Misalnya, menyampaikan cerita kepada anak sekolah minggu di kelas kecil atau batita tentu akan berbeda dengan di kelas besar. Langkah awal atau dasar yang bisa dilakukan yaitu dengan membuat analisis acara dan analisis siapa calon pendengar, yang dapat dilakukan dengan memerhatikan pertanyaan berikut. - Mengapa cerita ini disampaikan? Dengan kata lain, hasil apa yang diharapkan dari cerita tersebut? - Bagaimana cerita ini akan disampaikan? Apakah dengan cara yang biasa, dengan panggung boneka, ataukah dengan kombinasi bentuk lain. - Tentukan jadwal dan alokasi waktu yang dibutuhkan karena hal itu akan menentukan kuantitas dan kualitas dari materi yang akan disampaikan serta alat bantunya. Langkah selanjutnya adalah menganalisa calon pendengar Anda. Ini merupakan langkah yang paling dominan dalam persiapan dasar karena merekalah yang harus menjadi pusat perhatian dalam menyiapkan dan menyampaikan bahan. Terlebih jika kita bercerita ke gereja lain, hal ini sangat penting. Beberapa pertanyaan, seperti siapa pendengarnya, berapa jumlahnya, dan sebagainya, perlu Anda buat analisanya. 2. Persiapan Materi ------------------- Dalam persiapan materi, beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah perumusan tujuan, penyusunan outline/struktur, pengumpulan bahan, dan penyusunan cerita. Tahap pertama atau penyusunan tujuan biasanya sudah ditetapkan oleh pihak individu atau gereja seperti yang tertulis dalam buku panduan. Tahap kedua, yaitu dengan menyusun struktur cerita yang terdiri dari tahap permulaan cerita, inti pembicaraan, dan kesimpulan cerita. Pendahuluan cerita sangat penting sebagai pengantar ke dalam inti cerita dan memengaruhi sikap pendengar apakah serius untuk menyimak cerita selanjutnya atau tidak. Kemudian lanjutkan dengan mengemukakan inti atau isi cerita yang dapat Anda bagi menjadi beberapa bagian kecil jika waktu yang diberikan panjang. Tahap terakhir adalah penutup atau kesimpulan cerita yang digunakan untuk menekankan apa yang ingin dicapai atau pelajaran apa yang diperoleh dari cerita tersebut. Tahap yang ketiga, guru atau pengajar sekolah minggu harus mengumpulkan atau menyelidiki materi. Penyelidikan ini akan menjadi kisi-kisi cerita. Kumpulkan perlengkapan yang diperlukan, seperti Alkitab, buku panduan (kurikulum), konkordansi, alat tulis, dan lainnya. Berikut ini adalah beberapa hal yang terkait dengan penyiapan bahan ini. - Menyediakan waktu persiapan untuk menyelidiki materi yang akan disampaikan. - Membaca untuk mendapatkan pengertian yang lebih lengkap. Baca juga teks sebelum dan sesudahnya, karena biasanya suatu perikop dalam Alkitab memunyai kaitan dengan bagian sesudah atau sebelumnya. - Perhatikan tokoh yang terkait dalam cerita, seperti jenis kelamin, rupa, bentuk badan, kedudukan, watak, hubungan dengan orang lain, maupun persoalan yang dihadapi. - Sampaikan lokasi atau tempat berlangsungnya peristiwa agar nuansa cerita dapat ditangkap oleh pendengar. - Perhatikan waktu terjadinya cerita itu. Tempat dan waktu yang disampaikan dengan jelas akan membantu pendengar atau anak-anak memahami situasi, keadaan, serta kesulitan yang berkaitan dengan peristiwa atau kejadian yang dihadapi oleh tokoh dalam cerita itu. - Perhatikan peristiwa, tentukan pemeran utama, dan jangan lupa perhatikan kata-kata sulit yang perlu Anda perhatikan sesuai dengan tingkat pemahaman anak-anak. Sebisa mungkin, pakailah kata-kata yang sederhana. Bila tidak ada padanan dari kata-kata yang sulit itu, berikan arti kata itu sehingga anak-anak dapat mengerti. Setelah bahan atau materi cerita telah siap, sekarang waktunya untuk menyusun cerita. Tentunya cerita yang akan disusun mengikuti struktur yang telah dipilih pada tahap sebelumnya, yakni pendahuluan atau permulaan cerita, isi cerita, dan kesimpulan atau penutup. - Pendahuluan Bagian ini bisa diisi dengan menceritakan apa yang akan disampaikan, menanyakan, atau mengulang sebentar cerita yang lalu, atau memberi awal pada cerita yang baru. Permulaan harus pendek, dibuat menarik, dan bervariasi (tidak selalu sama setiap minggu). Beberapa contoh permulaan cerita adalah penyampaian persoalan/kesulitan (misalnya, Zakheus yang pendek mengalami kesulitan di antara orang banyak), penjelasan istilah baru (arti pemungut cukai, orang Farisi, paskah, dll.), peragaan alat/benda (misalnya bunga). - Isi cerita Isi cerita perlu dibuat atau ditulis dengan alur yang jelas dan sederhana untuk mempermudah pemahaman anak-anak terhadap kisah yang disampaikan. Dalam penyusunan ini, konsentrasi yang dimiliki anak-anak perlu diperhatikan juga. - Kesimpulan/penutup Kesimpulan harus mencakup setidaknya dua hal penting, yaitu rangkuman dari inti pembicaraan dan rangsangan untuk melakukan tindakan seperti tujuan cerita. Misalnya: "Adik-adik, perempuan itu pulang dengan sukacita. Dosanya telah diampuni dan ia memulai hidup yang baru. Siapa di antara adik-adik yang mau diampuni dosanya oleh Yesus? Siapa yang mau hidup benar di hadapan Tuhan? Mari kita berdoa ....", 3. Persiapan Alat Bantu ----------------------- Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penyampaian informasi yang paling efektif adalah melalui media audiovisual (pendengaran dan penglihatan). Oleh karena itu, penggunaan alat bantu pada saat menyampaikan cerita sangat bermanfaat. Persiapan alat bantu baru dapat dilakukan setelah persiapan dasar dan persiapan materi selesai. Tiga langkah yang terkait dengan persiapan ini adalah pemilihan, pembuatan, dan latihan penggunaan alat bantu. Pemilihan jenis alat bantu sangat ditentukan oleh persiapan dasar. Sedangkan materi yang akan ditampilkan melalui alat bantu ini mengacu pada persiapan materi. Pembuatan alat bantu membutuhkan keahlian, waktu, dan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, pemilihannya harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan. Penggunaan alat bantu yang telah tersedia dengan atau tanpa modifikasi, dapat menghemat waktu dan biaya. Setelah alat bantu tersedia, guru atau pengajar perlu melakukan latihan menggunakan alat bantu ini. Kesiapan bercerita amat menentukan berhasil tidaknya cerita tersebut disampaikan kepada anak layan kita. Penyampaian firman Tuhan perlu dilakukan dengan sebaik mungkin agar pesan dapat diterima anak-anak. Yang terpenting, firman tersebut dapat menjadi tuntunan mereka untuk turut dalam kebenaran Allah. Oleh sebab itu, mari sampaikan kebenaran akan firman Allah dengan sebaik mungkin. Diringkas dari: Judul buku : Menciptakan Sekolah Minggu Yang Menyenangkan Judul artikel: Mengajar Cerita Alkitab Penulis : Helena Erika dan Sudi Ariyanto Penerbit : Gloria Graffa, Yogyakarta 2003 Halaman : 90 -- 101 o/ TIPS o/ BAGAIMANA MEMULAI BERCERITA? ============================ 1. Membaca berbagai cerita. Saat membaca, perhatikan bagaimana beberapa penulis bercerita tentang telinga (ini adalah cerita-cerita yang Anda inginkan), sedangkan penulis lainnya bercerita tentang mata. Beberapa cerita modern pada umumnya bersifat literal -- lebih menekankan gaya daripada plot/alur ceritanya -- sedangkan penulis seperti Elie Wiesel dan Leo Tolstoy menulis seperti cara kita berbicara. Hampir semua cerita Alkitab memiliki suatu "oral voice" (suara yang dikeluarkan oleh mulut) yang memudahkan cerita itu untuk dituturkan. Perhatikan cerita tentang Yunus atau perumpamaan dalam Perjanjian Baru tentang orang Samaria yang baik hati. Kebanyakan cerita Alkitab menimbulkan imajinasi yang kuat dan jelas bagi pendengar modernnya. 2. Dari cerita yang Anda baca, pilihlah suatu cerita yang sederhana. Untuk tantangan pertama ini, cerita yang disampaikan seharusnya tidak lebih dari 3 atau 4 menit. Bacalah cerita itu 10 atau 15 kali, sampai Anda benar-benar memahaminya. 3. Persiapkan cerita itu dengan membacanya secara bersuara. Meskipun Anda merasa seperti orang bodoh yang berbicara dengan tembok, tidak ada jalan lain untuk bisa mengetahui bagaimana cerita itu bila tidak dikatakan atau kata-kata mana yang harus Anda pilih. Acara yang berupa kegiatan oral (oral event) memerlukan persiapan oral pula. 4. Pada umumnya, akan sangat baik bagi Anda untuk mengingat setiap kejadian yang ada dalam cerita Anda daripada setiap kata yang ada. Hal ini untuk menghindari cerita menjadi kaku dan canggung. Setelah membaca cerita itu selama lima belas kali, Anda bisa merasakan bahwa Anda tidak perlu mengingatnya. Pengecualian dari peraturan ini termasuk metode literal dalam menuturkan cerita Alkitab dan ungkapan-ungkapan penting yang memerlukan bahasa yang tepat. 5. Jangan terlalu banyak menggunakan kata-kata. Kebanyakan cerita, baik yang diceritakan secara formal maupun secara informal, gagal disampaikan karena kita terlalu banyak menggunakan kata-kata. Contoh cerita yang bisa digunakan adalah perumpamaan-perumpamaan yang digunakan oleh Yesus yang tidak banyak menggunakan kata-kata. 6. Carilah pendengarnya dan mulailah. Saya terberkati dengan hadirnya dua anak yang menyukai cerita dan secara alami menjadi pendengarnya. Bila Anda tidak punya anak, mintalah bantuan beberapa anak. 7. Gunakan suara yang alami. Hindari suara pendeta atau suara aktor yang dibuat-buat. Duduk akrab membentuk lingkaran bersama dengan pendengar atau dengan mendekati pendengar dapat membantu menjaga suara kita tetap terdengar alami. Meskipun beberapa orang yang memiliki nada suara tinggi perlu menurunkan suara mereka, kebanyakan orang harus dapat berbicara seolah-seolah mereka sedang bercakap-cakap dengan teman-teman mereka. 8. Anda diharapkan membuat rekaman cerita pertama yang Anda sampaikan. Kritik yang sangat jelas bisa membantu Anda menghindari ucapan yang sedikit berlebihan, misalnya kata-kata "ehm" dan "em" yang muncul ketika pencerita menyampaikan ceritanya. Apa yang harus dihindari saat bercerita? ---------------------------------------- Seperti kebanyakan tugas lainnya, kepekaan umum dan intuisi akan menyebabkan pencerita lebih mudah menyampaikan ceritanya dengan lebih meyakinkan daripada serangkaian peraturan. Mungkin saya telah mempersempit batasannya, tetapi bila Anda masih ragu-ragu, berikut beberapa tips tambahan dalam bentuk negatif. 1. Jangan terburu-buru. Tempo merupakan hal yang penting dalam menciptakan cerita yang bagus seperti halnya dalam menciptakan lagu yang baik. Kecenderungan untuk terburu-buru sering terjadi pada awal bercerita, ini disebabkan oleh rasa takut yang mendorong kita untuk terburu-terburu, misalnya saat mengatakan, "Mari segera kita selesaikan kegiatan ini." Berikan jeda supaya cerita Anda terdengar alami/natural. Seperti rancangan sebuah iklan yang baik, jarak antarhuruf sering kali sama pentingnya dengan kata-kata itu sendiri. Jeda menimbulkan rasa ketertarikan untuk membangun dan membuat imajinasi pendengar melayang. 2. Hindari penggunaan alat-alat yang justru merusak cerita. Penggunaan alat peraga yang terlalu banyak justru tidak membantu dalam membuat cerita menjadi menarik, tetapi malah menghalangi komunikasi yang alami antara pencerita dengan pendengarnya. Salah satu alat peraga yang sering digunakan, yaitu peraga dari kain flanel, sangat tidak efektif untuk digunakan. Ketika pencerita menempatkan peraganya di papan, maka hilanglah kontak mata dengan pendengarnya. Saya biasa menggunakan rompi dari flanel bila mendapat kesempatan untuk menyampaikan cerita. Dengan menggunakan rompi ini, saya bisa menempelkan peraga di rompi saya sambil memandang pendengar sehingga saya tidak kehilangan kontak mata dengan mereka. Meskipun rompi bisa memberi nilai lebih pada penampilan, sering kali saya merasa rompi bisa menjadi cara untuk menjalin kontak antara pencerita dan pendengar. Bila Anda menggunakan sebuah gambar, lebih baik Anda menggunakan gambar abstrak supaya menimbulkan rangkaian imajinasi. Meskipun saya enggan menggunakan gambar, namun saya pernah harus menunjukkan foto Martin Luther pada hari Minggu Reformasi. Saya melihat anak-anak menganggap saya sedang bercerita tentang tokoh besar pembela hak asasi itu. Sejak saat itu, saya hanya menunjukkan gambar sesaat sebelum saya mulai bercerita, kemudian saya simpan gambar itu ketika saya menyampaikan cerita. 3. Hindari menggurui atau menempatkan ajaran-ajaran moral dalam cerita Anda. Tidak ada yang bisa dengan cepat membuyarkan cerita Anda selain menyertakan ajaran moral itu beserta penjelasannya. Bila Anda menghormati pendengar Anda, cukup sampaikan cerita itu kepada mereka. Hormati mereka dengan membiarkan mereka menggambarkan sendiri kesimpulannya. "Mereka yang memunyai telinga, biarkanlah mendengar." Bila suatu diskusi bisa membantu mengembangkan cerita, menurut pendapat saya, pencerita diizinkan untuk membuat diskusi, tetapi tidak lagi memunyai kekuasaan untuk mengarahkan interpretasi orang lain. Tidak seperti seorang guru yang menyampaikan pelajarannya, cerita memunyai keberadaannya sendiri. 4. Jangan membuat ilustrasi cerita yang membingungkan. Ilustrasi-ilustrasi saja tidaklah cukup; ilustrasi itu menunjukkan makna yang lebih besar. Cerita memiliki arti tersendiri. Dengan luar biasa, Yesus "menjelaskan" perumpamaan-perumpaman-Nya dan dalam beberapa saat kemudian Ia hanya memberikan suatu permintaan. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Judul buku : Speaking in Stories Judul asli artikel: The Appeal of Storytelling; Resources for Christian Storytellers Penulis : William R. White Penerbit : Augsburg Publishing House, Minneapolis, 1982 Halaman : 17 -- 20 o/ BAHAN MENGAJAR o/ JANGAN PAKAI TOPENG =================== Alat peraga ----------- Bermacam-macam topeng Ayat Alkitab ------------ Yakobus 5:13-16 Tema ---- Kita Tidak Perlu Menutupi Perasaan Kita pada Saat Kita Berdoa Pagi ini saya membawa sesuatu. Mari kita lihat benda apa ini. Saya punya sebuah topeng hitam, topeng monyet, dan topeng burung yang besar. Pada hari Halloween atau pada acara pesta-pesta tertentu, orang memakai topeng atau melukis wajah mereka untuk berpura-pura menjadi orang lain. Pada waktu-waktu yang lain, walaupun kita tidak memakai topeng, kita tetap tidak mau membiarkan orang lain mengetahui perasaan kita yang sebenarnya. Itu seperti memakai topeng. Kita mungkin tidak dapat memberi tahu orang lain bagaimana perasaan kita yang sebenarnya. Mungkin kita menyimpan banyak perasaan dalam hati. Tetapi, kita tidak boleh memakai topeng apapun yang menutupi perasaan kita pada saat kita berbicara kepada Tuhan dalam doa. Karena Tuhan sangat mengenal setiap kita. Tuhan ingin tahu, apakah kita sedang merasa sedih, atau marah, atau bahagia. Kamu tidak harus selalu berdoa dengan suara yang keras. Kamu dapat berdoa dalam hati sehingga hanya Tuhan saja yang mendengarnya. Kamu dapat berdoa sambil duduk, berdiri, berlutut, dengan tangan dilipat, atau tidak dilipat. Saya pernah mendengar bahwa Tuhan memandang hati, bukan posisi kita ketika sedang berdoa. Kamu dapat berdoa sebelum tidur atau sebelum makan, atau di gereja, atau di sekolah, atau kapan saja kamu merasa perlu bicara dengan Tuhan. Kamu bukan hanya dapat mendoakan dirimu sendiri, melainkan orang lain juga. Tuhan mendengarkan dan memerhatikan segala hal yang kamu katakan dalam doamu. Pada saat kamu mengembangkan hubunganmu dengan Tuhan dalam doa, jangan pakai topeng yang menutupi perasaanmu. Mari kita berdoa ---------------- Ya Tuhan, kami bersyukur atas hak istimewa kami sehingga kami dapat mengatakan segalanya kepada-Mu dalam doa. Kami tahu bahwa Engkau memedulikan kami semua. Amin. o/ WARNET PENA o/ SUNDAY SOFTWARE =============== http://sundaysoftware.com/ Perkembangan teknologi dewasa ini dapat dimanfaatkan oleh para pelayan sekolah minggu untuk memberikan variasi metode mengajar di dalam kelas agar semakin menarik dan pastinya akan menambah semangat anak layan Anda. Di situs ini terdapat berbagai macam CD dan perangkat lunak (software) tentang cerita-cerita Alkitab untuk anak-anak, juga berbagai macam game yang diambil dari cerita Alkitab yang menarik dan asyik. Situs Sunday Software bisa menjadi satu pilihan menarik bagi Anda untuk mengenalkan Alkitab dengan cara yang berbeda. Situs Sunday Software tidak hanya menyediakan berbagai macam perangkat lunak saja, tapi juga berbagai macam artikel, tips yang mengangkat tentang topik seputar perangkat lunak yang menarik dan pastinya akan menambah pengetahuan Anda. Akan tetapi, untuk mendapatkan CD-CD tersebut Anda harus mengeluarkan kocek Anda untuk mendapatkannya. Untuk melihat lebih lanjut tentang isi situs ini, silakan Anda kunjungi alamat tersebut. Selamat melayani. Oleh: Kristina o/ MUTIARA GURU o/ Pada saat kita memberitakan firman Tuhan, Firman itu memberikan hidup juga bagi kita. ---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> ---------------------------------------------------------------------- Pimpinan redaksi: Davida Welni Dana Redaksi tamu: Christiana Ratri Yuliani Kontributor edisi ini: Kristina Dwi Lestari Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |