Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/347

e-BinaAnak edisi 347 (5-9-2007)

Cara Yesus Bercerita

 

______________________________e-BinaAnak______________________________
        Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak
        ==================================================

Daftar Isi:                                         347/September/2007
----------
  - SALAM DARI REDAKSI
  - ARTIKEL             : Mengasah Kemampuan Bercerita Seperti
                          Yesus Bercerita
  - TIPS                : Bagaimana Mengajar Seperti Yesus
  - BAHAN MENGAJAR      : Perumpamaan Tentang Talenta
  - WARNET PENA         : Christians Unite -- Kids: Bible Stories
  - MUTIARA GURU


                      o/ SALAM DARI REDAKSI o/

  Salam dalam kasih Kristus,

  Salah satu kegemaran anak-anak adalah mendengarkan cerita. Setiap
  anak pasti akan senang bila ada seseorang yang mau membacakan atau
  menceritakan sebuah dongeng baginya. Oleh sebab itu, tidak heran
  bila banyak orang tua selalu menyempatkan diri menyediakan waktu
  untuk membacakan dongeng bagi anak-anak saat mereka akan tidur.

  Baik mendongeng, maupun menyampaikan cerita-cerita lain yang
  digemari anak-anak bisa menjadi salah satu cara untuk mengajarkan
  kebenaran kepada anak-anak. Tuhan Yesus juga menggunakan cara ini
  untuk mengajar. Karena itu, sesi bercerita di sekolah minggu tentu
  menjadi saat yang paling dinantikan oleh anak-anak. Maka selama
  bulan September ini, Redaksi akan mengangkat tema Metode Bercerita
  dengan mengangkat topik-topik berikut tiap minggu.

    1. Cara Yesus Bercerita
    2. Pentingnya Bercerita
    3. Persiapan Bercerita
    4. Menuturkan Cerita

  Kiranya sajian pada awal September berikut ini bisa menjadi bekal
  bagi para pelayan anak maupun orang tua dalam melayani anak.

  Selamat melayani!

  Redaksi tamu e-BinaAnak,
  Christiana Ratri Yuliani


            Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan
      perkataan-Ku serta melakukannya--Aku akan menyatakan kepadamu
                  dengan siapa ia dapat disamakan--,
             <http://sabdaweb.sabda.org/?p=Lukas+6:47 >


                           o/ ARTIKEL o/

          MENGASAH KEMAMPUAN BERCERITA SEPERTI YESUS BERCERITA
                 Diringkas oleh: Kristina Dwi Lestari

  Seorang penutur cerita yang baik tentu terlihat dari seni yang
  mereka miliki dalam berbicara. Sebagai penutur cerita, Yesus
  menunjukkan hal tersebut. Berdasarkan cerita yang terdapat dalam
  Injil, kapan pun Yesus bercerita, ada banyak orang yang mendengarkan
  dengan saksama dan berbondong-bondong mengikuti Dia hanya untuk
  mendengarkan cerita-Nya. Seni bercerita-Nya yang menarik terlihat
  dari bakat-Nya sejak kecil. Dia terus mengasah kemampuan dengan
  sering mengamati orang dengan teliti dan saksama secara luar-dalam,
  terlebih dalam komunitas masyarakat Yahudi yang kebudayaannya kaya
  dan subur.

  Melalui cerita-cerita-Nya, Yesus juga menunjukkan betapa ia memahami
  perasaan orang pada saat mereka bergelut mengatasi suka duka hidup
  setiap hari. Cerita-cerita-Nya di satu pihak sering membuat senang
  orang kebanyakan, tetapi di lain pihak membuat sakit hati mereka
  yang mencoba mencari penghormatan atas diri mereka sendiri. Dengan
  kata lain, Yesus dapat menciptakan gambaran di dalam pikiran para
  pendengar-Nya. Dia mampu berpikir cepat dan menjawab berbagai
  pertanyaan, baik secara humor maupun secara kritis.

  CARA YESUS BERCERITA

  1. Yesus menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan inti
     pewartaan-Nya.

  Yesus sering menggunakan perumpamaan-perumpamaan yang menyiratkan
  makna lain dalam cerita-Nya. Terkadang maksud-Nya sangat jelas bagi
  pendengar, namun sering juga membuat orang tidak paham dengan
  maksud-Nya. Hal ini dilakukan karena Dia tidak mau ditangkap sebelum
  menyelesaikan tugas pengutusan-Nya. Selain itu, Dia juga tahu bahwa
  masyarakat belum siap menerima seluruh kebenaran yang
  diwartakan-Nya.

    "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau
    dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal
    Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang
    biji itu yang paling kecil daripada segala jenis benih yang ada di
    bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih
    besar daripada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan
    cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat
    bersarang dalam naungannya." Dalam banyak perumpamaan semacam itu
    Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian
    mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka,
    tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara
    tersendiri (Mrk. 4:30-34).

  Maksud Yesus adalah bahwa kerajaan Allah yang diwartakan-Nya itu
  kelihatan sangat kecil, tidak berarti, dan ditolak oleh mereka yang
  ingin mencari hal-hal yang besar. Tetapi dalam benih yang kecil ini
  Kerajaan Allah akan tumbuh dan berkembang dengan segala kebesaran
  dan kekuasaannya.

  2. Yesus menggunakan objek yang sederhana, konkret, dan umum untuk
     menjelaskan maksud pewartaan-Nya.

  Yesus juga sering menggunakan objek konkret dan situasi yang sudah
  biasa untuk memperjelas inti pewartaan-Nya. Yesus mengisahkan tiga
  cerita dengan menggunakan objek situasi yang sudah umum untuk
  membandingkan kasih Allah yang tidak terbatas dengan orang Farisi
  yang ingin menjadi kelompok eksklusif.

  a. Seorang gembala yang baik.
     Seorang gembala yang baik akan mengutamakan keselamatan dombanya
     yang tersesat. Dia akan meninggalkan domba-domba yang lain dan
     pergi mencari yang tersesat tadi sampai menemukannya. Setelah
     kembali, dia akan mengadakan pesta bersama teman-temannya untuk
     merayakan ditemukannya kembali dombanya yang hilang tadi. Secara
     tajam Yesus memperlihatkan hal ini, "Aku berkata kepadamu:
     Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang
     berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan
     puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan"
     (Luk. 15:7).

  b. Seorang wanita kehilangan sebuah dirham.
     Para pendengar pada zaman Yesus tahu bahwa dirham itu sangat
     berharga. Situasi ini sudah biasa bagi mereka. Kebanyakan rumah
     mereka yang tidak berjendela dan tidak berlantai semen membuat
     mereka kesulitan untuk menemukan dirham yang begitu kecil. Ketika
     wanita itu menemukan dirham yang hilang tersebut, ia lalu
     mengadakan pesta. Yesus mengatakan pikiran--Nya sebagai berikut,
     "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada
     malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat"
     (Luk 15:10).

  c. Pembagian harta warisan orang tua.
     Setiap orang tahu hukum harta warisan terdapat dalam Ulangan
     21:17 dan hal itu sering menyebabkan perselisihan dalam keluarga
     (Luk. 12:13). Hukum yang ada menyatakan bahwa dalam kondisi
     tertentu ketika ayah masih hidup, dia bisa memberikan dua pertiga
     bagian warisan kepada putranya yang sulung dengan catatan anak
     itu harus menghidupi ayahnya tersebut sampai akhir hayatnya.
     Sebaliknya, jika putra bungsu meminta bagian warisannya sebelum
     si ayah meninggal dunia, maka hal itu tidak akan dikabulkan.
     Ketika Yesus menyelesaikan cerita-Nya yang ketiga, Dia tidak
     perlu mengatakan pikiran-Nya. Para pendengar kiranya sudah paham
     akan maksud yang ada di balik cerita tersebut.

  Dalam bercerita, kita perlu menggunakan objek yang sudah lazim di
  kalangan anak-anak, termasuk mempergunakan latar belakang budaya
  kita agar anak-anak lebih terbantu untuk memahami kebenaran.
  Misalnya tentang:
   - menjadi bagian keluarga;
   - kehidupan rumah tangga;
   - relasi dengan orang lain;
   - binatang kesayangan dan hewan-hewan yang lain;
   - peristiwa yang terjadi setiap hari;
   - kegiatan rutin;
   - perasaan-perasaan cinta, benci, takut, dan cemburu;
   - kemarahan, kesedihan, kabaikan, penghianatan;
   - lingkungan sekitar rumah;
   - lingkungan sekolah;
   - kejadian-kejadian lucu;
   - waktu-waktu khusus dan perayaan-perayaan.

  3. Yesus biasanya hanya berfokus pada satu pokok pikiran saja.

  Yesus tidak merumitkan cerita-Nya dengan tiga atau lebih pokok
  pikiran. Satu pokok pikiran sudah cukup bagi pendengar agar mereka
  mudah mengingatnya, seperti terlihat dalam cerita tentang orang yang
  bijaksana dan orang yang bodoh.

  Pikiran utama Yesus adalah orang yang mendengar kata-kata Yesus dan
  melaksanakannya ibarat membangun hidupnya di atas wadah yang kokoh
  dan orang yang tidak mendengarkan dan melaksanakan kata-kata Yesus
  ibarat membangun hidupnya di atas pasir, dengan konsekuensi yang
  sudah diketahui pendengar-Nya.

  4. Yesus mengetahui dan memenuhi kerinduan para pendengar-Nya.

  Yesus menceritakan perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut
  cukai dalam kisah (Luk. 18:9-14) dan mengecap orang Farisi sebagai
  orang yang menganggap diri sendiri benar dan memandang rendah orang
  lain. Yesus tahu kerinduan hati umat untuk mendengar bahwa siapa
  yang datang kepada Tuhan dengan hati yang bertobat akan memperoleh
  belas kasihan dan pengampunan, sedangkan mereka yang hanya mencari
  popularitas diri tidak akan dipedulikan Tuhan.

  5. Yesus tidak menjelaskan setiap detail cerita.

  Dalam sebuah perumpamaan, Yesus menyampaikan cerita tentang seorang
  yang dirampok oleh para penyamun ketika sedang dalam perjalanan dari
  Yerusalem menuju Yerikho (Luk. 10:30-37). Di sana, Yesus tidak
  menjelaskan mengapa orang itu berjalan sendirian, atau apa urusannya
  di Yerikho. Dia juga tidak merinci luka-luka orang tersebut dan apa
  yang dilakukan orang Samaria di jalan tersebut.

  Saat bercerita dengan anak, jangan terlalu detail bercerita karena
  akan mengaburkan tujuan yang sedang kita rumuskan dan membuat anak
  kehilangan minat dan semangat sebelum cerita selesai.

  6. Yesus menggunakan seminim mungkin kata-kata untuk memberikan
     dampak yang maksimal.

  Sesudah mendengarkan pertengkaran di antara para murid tentang siapa
  yang terbesar di antara mereka, Yesus mengumpulkan mereka dan
  menjernihkan pemahaman mereka (Mrk. 10:42-45.)

  Karena itu, sadarilah banyaknya kata yang Anda gunakan. Gunakanlah
  bahasa yang semenarik mungkin dalam bercerita dan bersikaplah
  selektif dalam pemilihan kata-kata.

  7. Yesus melibatkan pendengar-Nya dalam cerita.

  Seorang ahli Taurat yang ditanyai Yesus (Luk. 10:25-37) menjadi
  begitu terlibat dalam cerita tentang seorang yang dirampok oleh para
  penyamun. Dia menjadi begitu terpesona dengan pertolongan yang
  diberikan oleh seorang yang baik hati, tanpa menyadari bahwa dialah
  yang dimaksudkan sebagai seorang musuh. Tanpa kehilangan waktu,
  tiba-tiba Yesus masuk dengan pertanyaan yang mematikan, "Siapa di
  antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia
  dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Kata-kata Yesus ini
  bisa saja membuat orang marah karena merasa bahwa dirinya dibodohi,
  disindir, atau diolok-olok dengan tajam. Tetapi Yesus tidak
  melakukan hal itu. Yang Dia lakukan adalah mengatakan poin yang
  utama (pikiran-Nya) dengan cerita yang paling efisien terhadap
  seseorang yang benar-benar buta akan kebenaran. Seperti Yesus, kita
  bisa membuat cerita kita menjadi menarik dan memikat sehingga
  anak-anak menjadi terlibat dan berhubungan dengan tokoh cerita. Dan
  ini akan membantu mereka untuk mengakui kebenaran yang ingin kita
  sampaikan.

  8. Yesus selalu mengundang pendengar untuk menangkap inti
     pengajaran-Nya.

  Setelah menyatakan diri-Nya sebagai Cahaya Dunia, Yesus mengundang
  para pendengar untuk memberikan respons. Markus 4:21-23 mengatakan,
  "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau
  di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian.
  Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan,
  dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap.
  Barangsiapa memunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia
  mendengar!"

  Memang Yesus tidak selalu meminta respons dari pendengar-Nya dan
  demikian juga kita. Tetapi sesekali, dalam waktu-waktu tertentu,
  anak-anak perlu diminta untuk memberikan respons agar kesetiaan dan
  pemahaman mereka dapat berkembang.

  Diringkas dari:
  Judul buku   : Gaya Bercerita yang Efektif
  Judul artikel: Yesus Pencerita Ulung
  Penulis      : Ruth Alliston
  Penerbit     : Prestasi Pustaka Kasih, Jakarta 2005
  Halaman      : 21 -- 38


                           o/ TIPS o/

                   BAGAIMANA MENGAJAR SEPERTI YESUS

  Anda tidak perlu memunyai pendidikan yang tinggi atau kemampuan
  khusus untuk bisa mengajar seperti Yesus. Yesus mengajar hanya
  dengan berbicara kepada orang lain, bercerita, dan menggunakan
  contoh-contoh yang diambil dari kehidupan sehari-hari yang sudah
  dipahami oleh orang-orang. Sekarang ini, Anda juga bisa melakukan
  hal yang sama di kelas SM Anda atau saat Anda mengajar pada
  kesempatan-kesempatan lain.

  Langkah-langkah bercerita bisa dijabarkan seperti berikut ini.

  1. Pikatlah pendengar Anda dan berbincang-bincanglah dengan mereka.
     Yesus lebih dari sekadar orang yang pandai bercerita dan Anda
     juga harus demikian.

  2. Berceritalah. Sebagai contoh, Anda bisa menggunakan cerita yang
     Yesus ceritakan dalam bentuk perumpamaan. Anda bisa menggunakan
     cerita-cerita Alkitab atau cerita-cerita dari kehidupan Anda
     sendiri atau dari bahan-bahan yang sudah Anda pelajari.
     Cerita-cerita Anda harus mencerminkan pola dan berhubungan dengan
     kehidupan sehari-hari yang kita pahami.

  3. Gunakan simbol. Yesus menggunakan simbol-simbol keagamaan seperti
     "roti hidup" yang sudah biasa didengar oleh pendengar-Nya.
     Simbol-simbol yang bisa Anda gunakan misalnya adalah  salib
     Kristus atau Perjamuan Kudus.

  4. Mengajarlah sesuai dengan tingkat pendengar Anda. Pelajaran bagi
     anak kelas empat sangatlah berbeda dengan pelajaran bagi orang
     dewasa yang berpendidikan universitas. Yesus menyesuaikan pesan
     yang disampaikan-Nya dengan apa yang sudah dipahami oleh
     pendengar-Nya.

  5. Bangunlah apa yang sudah dipercayai oleh pendengar Anda. Yesus
     tidak pernah menyerang orang lain karena kepercayaan mereka.
     Yesus menggunakan kepercayaan mereka itu sebagai dasar untuk
     membantu mereka memahami kebenaran yang sedang diajarkan-Nya.

  6. Ungkapkan lagi pesan yang ingin Anda sampaikan kapan saja bila
     Anda merasa perlu. Yesus bersabar saat Ia mengajar. Ia mengulangi
     apa yang Ia ajarkan atau menggunakan cerita lain untuk memastikan
     ajaran-Nya dipahami.

  7. Perhatikan murid-murid Anda. Untuk bisa mengajar seperti Yesus
     mengajar, Anda memerlukan kasih yang tulus bagi murid-murid Anda.
     Yesus menginginkan pendengar-Nya memahami, belajar, dan mengikuti
     Dia. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Nama situs        : eHow
  Judul asli artikel: How to Teach like Jesus
  Penulis           : Tidak dicantumkan
  Alamat URL        : http://www.ehow.com/how_2053639_teach-like-jesus.html


                        o/ BAHAN MENGAJAR o/

                     PERUMPAMAAN TENTANG TALENTA

  Yesus sering menggunakan cerita untuk menyampaikan ajaran-Nya.
  Dengarkan cerita tentang talenta berikut ini. Hamba yang pertama
  diberi uang lima talenta oleh tuannya. (Talenta bukanlah suatu koin,
  melainkan suatu logam berharga, misalnya perak dan satu talenta
  nilainya lebih dari seribu dolar. Jadi, hamba ini menerima uang
  sebesar lebih dari lima ribu dolar.)

  Hamba ini langsung bekerja dengan menggunakan uangnya sampai dia
  mendapatkan hasil dua kali lipat. Sekarang dia memunyai sepuluh
  talenta, tidak lagi lima talenta. Tuan itu juga memberikan dua
  talenta kepada hambanya yang lain. Mungkin tuan itu berpikir bahwa
  hambanya itu juga mampu mengatur sejumlah uang itu. Hamba yang kedua
  ini juga berhasil dan ia mendapatkan uang dua kali lipat. Hamba ini
  mulai dengan lebih dari dua ribu dolar dan sekarang dia memunyai dua
  kali lipatnya.

  Hamba yang ketiga tidak secakap dua hamba lainnya, tetapi tuannya
  tetap memberikan satu talenta dengan harapan hamba yang ketiga ini
  juga mampu mengatur uangnya. Hamba yang ketiga ini sebenarnya bisa
  melipatgandakan uangnya, tetapi yang ia kerjakan adalah menggali
  lubang dan mengubur uangnya ke lubang itu.

  Setelah beberapa lama, tuannya itu kembali dari perjalanannya.
  (Beberapa orang berpikiran bahwa perjalanan yang dilakukan oleh tuan
  itu merupakan penggambaran Yesus yang kembali ke surga dan
  perjalanan kembali itu merupakan penghakiman atas manusia.) Majikan
  ini siap mendengarkan laporan dari para hambanya.

  Hamba yang menerima lima talenta membawa uangnya dan menunjukkan
  kepada tuannya bahwa dia berhasil menggandakannya. Dengan bangga, ia
  menunjukkan hasilnya itu kepada tuannya. Tuannya merasa sangat
  senang. Tuannya itu berkata, "Bagus, kamu adalah hamba yang baik dan
  dapat dipercaya! Kamu sudah setia terhadap hal-hal kecil; aku akan
  memercayakan banyak hal kepadamu. Mari, ikutlah dalam kebahagiaan
  tuanmu!"

  Hamba yang diberi dua talenta menunjukkan kepada tuannya bahwa dia
  juga bisa menggandakan uangnya. Dia menerima pujian yang sama dengan
  hamba yang pertama yang menerima lima talenta.

  Hamba yang menerima satu talenta menggali talenta yang dikuburnya
  dan membawanya kepada tuannya. Dia mengaku kepada tuannya bahwa dia
  telah bekerja keras, dia takut kehilangan uang itu, jadi dia
  menguburkan uang yang diberikan itu. Dia mengembalikan uang itu
  kepada tuannya dengan berkata, "Lihat, ini uang yang tuan berikan."

  Tuan itu sangat marah kepadanya dan menyebut dia sebagai hamba yang
  licik, malas. Hamba itu berkata kepada tuannya bahwa sebaiknya ia
  menyimpan uangnya di bank dan menerima bunga dari uang itu.
  (Sekarang orang-orang Yahudi tidak bisa mengambil atau menerima
  bunga dari sesama orang Yahudi, tetapi mereka bisa mengambil bunga
  dari orang lain yang bukan orang Yahudi.)

  Apa yang bisa kita pelajari dari cerita ini? Kita harus menggunakan
  apa pun "talenta" yang telah Tuhan berikan kepada kita. "Talenta"
  itu bisa berupa uang ataupun kemampuan. Bila kita menggunakannya
  dengan bijaksana, Ia akan menambahnya sehingga hidup kita akan
  memuliakan Dia.

  Pelajaran apa yang bisa kita peroleh dari cerita ini?
  -----------------------------------------------------

  Perumpamaan Yesus ini mengajar kita supaya menggunakan talenta yang
  telah Tuhan berikan kepada kita. Kita melakukan beberapa hal yang
  benar-benar bisa kita lakukan. Buatlah daftar tentang hal-hal yang
  bisa kamu lakukan dengan baik. Gunakan talenta-talenta yang telah
  Tuhan berikan itu. Anda bisa merasakan bahwa Tuhan telah memberimu
  talenta yang baru; talenta yang tidak pernah kamu sangka sebelumnya.
  Kemudian carilah cara untuk menggunakan talenta itu bagi Dia!

  Ayat hafalan
  ------------

  "Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga
  ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga
  yang ada padanya akan diambil dari padanya" (Mat. 25:29).

  Pertanyaan
  ----------
  1. Mengapa sang tuan memanggil para hambanya?
  2. Apa yang diberikan tuan itu kepada hambanya yang pertama?
  3. Apa yang diberikan tuan itu kepada hambanya yang kedua?
  4. Apa yang diterima oleh hamba yang ketiga?
  5. Apa yang dilakukan hamba yang pertama atas uangnya?
  6. Apa yang dilakukan hamba yang kedua?
  7. Apa yang dilakukan hamba yang ketiga?
  8. Hamba yang mana yang menyenangkan tuannya?
  9. Mengapa sang tuan tidak senang dengan hamba yang ketiga?

  Anda bisa membaca perumpamaan tentang talenta ini di Alkitab dalam
  Matius 25:14-30. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Nama situs        : Garden of Praise
  Judul asli artikel: Parable of the Talents
  Penulis           : Tidak dicantumkan
  Alamat URL        : http://gardenofpraise.com/bibl52s.htm


                        o/ WARNET PENA o/

               CHRISTIANS UNITE -- KIDS: BIBLE STORIES
               =======================================
          http://kids.christiansunite.com/biblestories.shtml

  Jika ingin mendapatkan kumpulan cerita dari Alkitab yang ingin
  disampaikan di kelas sekolah minggu atau untuk anak-anak Anda, situs
  Christian Unite -- Kids, tepatnya menu Bible Stories, perlu Anda
  kunjungi. Cerita-cerita tersebut sudah dikategorikan ke dalam empat
  kelompok, jadi memudahkan Anda untuk menggunakannya berdasarkan
  cerita yang ingin disampaikan. Kalau Anda ingin menyampaikan cerita
  Alkitab dari Perjanjian Lama, silakan klik Bible Stories from the
  Old Testament. Untuk cerita-cerita tentang Yesus, buka saja Bible
  Stories about Jesus. Sementara kisah pelayanan para rasul tersedia
  di Bible Stories about the Apostles. Bagi anak-anak yang lebih
  kecil, situs ini juga menyediakan Bible Stories for YoungerKids.
  Selain dapat dibaca secara tersambung, fasilitas untuk mencetak
  setiap cerita yang ada pun disediakan. Meski tersedia dalam bahasa
  Inggris, situs ini tetap bagus untuk dikunjungi para pelayan anak
  sebagai referensi pendukung dalam melakukan pekerjaan memberitakan
  firman Tuhan.

  Kiriman dari: Puji Arya Yanti


                         o/ MUTIARA GURU o/
                         
              Ceritakanlah kabar sukacita dan kebenaran
            akan Allah kepada anak-anak yang Anda layani.


----------------------------------------------------------------------
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
----------------------------------------------------------------------
                  Pemimpin redaksi: Davida Welni Dana
                Redaksi tamu: Christiana Ratri Yuliani
   Kontributor edisi ini: Kristina Dwi Lestari dan Puji Arya Yanti
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat Berhenti     : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://pepak.sabda.org/
------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org