Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/342 |
|
e-BinaAnak edisi 342 (1-8-2007)
|
|
______________________________e-BinaAnak______________________________ Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak ================================================== Daftar Isi: 342/Agustus/2007 ---------- - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL : Mengenalkan Allah kepada Anak-Anak - TIPS : Pertanyaan dan Jawaban tentang Allah - BAHAN MENGAJAR : Siapakah Allah Itu? - WARNET PENA : Bible-Stories.Net: Bahasa Indonesia - DARI MEJA REDAKSI: Kirim Kesaksian Anda - MUTIARA GURU o/ SALAM DARI REDAKSI o/ Mengenalkan doktrin Kristen kepada anak memang bukan hal yang bisa dikatakan mudah. Butuh kesiapan khusus dan pengenalan yang baik akan pengajaran Kristen dari para guru. Memang tidak harus menjadi seorang pakar teologia atau pendeta untuk bisa mengajarkan hal tersebut, tetapi paling tidak kita tetap harus memperlengkapi diri kita. Bulan ini, bersama-sama kita semua akan belajar mengenai cara mengenalkan ajaran Kristen kepada anak. Lima topik berikut akan dibahas sepanjang Agustus ini: 1. Allah, 2. Alkitab, 3. Dosa, 4. Roh Kudus, dan 5. Keselamatan. Sebagai pembuka, kita akan melihat bagaimana kita bisa mengenalkan dan menjelaskan pribadi Allah kepada anak. Melalui artikel, tips, dan bahan mengajar, kami harap kita semua dapat melengkapi dan menambah pengetahuan kita mengenai cara yang tepat untuk mengajarkan hal tersebut. Tetapi jangan lupa, kita sendiri harus terus belajar mengenai Allah dan mengenal Dia lebih dalam lagi agar apa yang kita ajarkan benar-benar menjadi berkat rohani bagi anak-anak layan kita. Selamat melayani! Pimpinan redaksi e-BinaAnak, Davida Welni Dana "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." (1Yohanes 4:16) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=1Yohanes+4:16 > o/ ARTIKEL o/ MENGENALKAN ALLAH KEPADA ANAK-ANAK ================================== Banyak orang tua yang mengerahkan seluruh energi anak-anaknya untuk mengikuti kelas/kursus musik dan komputer, tetapi mereka mengabaikan ajaran keagamaan/iman. "Allah mengasihi kita semua, apa pun warna kulit kita," kata seorang ibu di kota New York. Anak-anak mungkin menanyakan banyak pertanyaan tentang Allah. "Apa warna rambut Allah?" "Bila Allah ada di sini bersama kita, mana Dia?" Orang tua dan anak-anak mereka mengenal Allah, menikmati doa, dan ketentuan/standar benar dan salah. Tetapi bagaimana kita bisa menolong anak-anak ini memahami konsep tentang Tuhan bila konsep itu didasarkan pada kepercayaan -- dan bukan pada bukti ilmiah? Bahkan bila orang tua bisa dengan mudahnya berdiskusi dengan anak-anak mereka tentang sekolah atau topik-topik lain, orang tua bisa saja tidak bisa berbuat apa-apa bila mendiskusikan sesuatu yang seabstrak Tuhan. Meskipun demikian, berdiskusi tentang Tuhan bisa menjadi cara yang terbaik untuk memenuhi beberapa kebutuhan terbesar dari anak. "Adalah penting untuk mengenalkan Tuhan sebagai cara untuk menjelaskan hal-hal yang ada di dunia ini" -- keindahan alam, kelahiran seorang bayi, kematian seorang teman. Dengan penjelasan yang demikian, timbullah suatu kerinduan yang sangat dalam pada jiwa anak. Kekaguman dan misteri. Mengenalkan Allah juga bisa membantu membuat anak merasa aman. "Karena Allah selalu ada dan tidak pernah berubah, Ia bisa memberi anak-anak suatu "jangkar", suatu arah moral, di dunia di mana segala sesuatunya selalu berubah." Bagi beberapa anak, yang menjadi masalah adalah bahwa orang tua mereka mengerahkan seluruh energi mereka untuk segala hal, mulai dari kelas musik hingga kursus komputer, tetapi mengabaikan pelajaran iman. Orang tua yang seperti ini lupa bahwa apa yang mereka katakan dan yang mereka lakukan -- atau yang tidak mereka katakan dan lakukan -- memberi dampak yang terus-menerus pada anak-anak mereka. Cara terbaik untuk membangun kehidupan rohani adalah dengan mengenalkan Allah secara terbuka dan senyaman mungkin. Beberapa ahli setuju bahwa aturan umumnya adalah membiarkan anak-anak memimpin percakapan, kemudian ikuti dengan pertanyaan, pandangan, dan ide-ide Anda sendiri. Ada seorang anak yang bertanya mengapa ia tidak bisa melihat Allah. Lalu ibunya mengatakan, "Karena Allah itu seperti angin. Kita tidak bisa melihat-Nya, tetapi kita bisa merasakannya. Allah ada dalam hati kita bila kita saling mengasihi." Dengan mengetahui terlebih dahulu apa yang Anda harapkan dari anak-anak saat mereka membangun suatu pemahaman tentang Tuhan, mungkin akan membantu Anda membangun rasa percaya diri untuk mengenalkan Tuhan kepada mereka. Berikut tahap-tahap pertumbuhan rohani seorang anak dan beberapa tips bagaimana mengenalkan Allah kepada mereka. 1. Anak usia 1 -- 3 tahun. Meskipun anak-anak batita jelas masih terlalu muda untuk menangkap konsep spiritual yang abstrak, mereka tidak terlalu muda untuk meminta persiapan untuk mengenal Tuhan di masa yang akan datang. "Yang penting adalah mulai menambah kosa kata," kata Pendeta David Wolpe, penulis buku "Teaching Your Children About God". Mengajarkan kata-kata seperti "Alkitab", "Taurat", "Allah", "Yesus", "Kudus", dan "Suci" tergantung pada iman Anda. "Jika Anda tidak bisa membuat anak-anak merasa nyaman dengan kata-kata ini, Anda tidak memiliki dasar untuk membangun konsep yang lebih besar di masa yang akan datang." Anda juga harus meletakkan dasar untuk kasih dan pemeliharaan Allah, yang menurut Anne Weatherholt merupakan hal yang terpenting untuk menyampaikan konsep tentang Allah kepada anak-anak seusia ini. Saat kedua anak laki-lakinya berusia batita, Weatherholt menunjukkan kepada mereka jendela kaca berwarna di gerejanya dan menunjuk gambar Yesus yang memegang seekor domba. "Allah mengasihimu sama seperti Ia mengasihi domba itu," katanya kepada anak-anaknya. Pada tingkat sederhana ini, ia berharap jendela itu menjadi gambar yang bagi anak-anaknya mampu menunjukkan kedekatan dan perhatian Allah kepada mereka. 2. Anak usia 3 -- 5 tahun. Dimulai dari anak-anak usia prasekolah (dan dilanjutkan sampai anak-anak Anda bertumbuh), Kushner mengatakan bahwa pertanyaan salah yang ditanyakan adalah: "Bagaimana saya meyakinkan anak-anak saya supaya mereka mau percaya kepada Allah?" Pertanyaan yang tepat adalah: "Bagaimana saya bisa menunjukkan kepada mereka bahwa Allah ada dalam hidup mereka?" Anda bisa melakukan ini dengan mengenalkan Allah saat anak-anak berada dalam kondisi yang terdekat dengan konsep ini, saat mereka tiba-tiba merasakan sukacita, saat mereka kagum, atau saat mereka mengkhawatirkan sesuatu. Segera setelah kakeknya meninggal, seorang anak yang berusia lima tahun mendatangi Weatherholt saat mengikuti sekolah minggu dan bertanya pada kakeknya, "Apakah ia sekarang sedang mengendarai mobil menuju ke surga? Apakah ia juga merawat Fluffy (anjing dari kakeknya itu juga meninggal setahun sebelumnya)?" Menyadari bahwa anak-anak pada umumnya perlu diyakinkan, Weatherholt bertanya, "Menurutmu bagaimana?" Anak-anak memunyai gambaran bahwa Allah telah memberi sebuah mobil untuk kakeknya, yang sedang membawa kakeknya berjalan-jalan di awan-awan dengan Fluffy. Weatherholt menyetujui hal itu. Anak-anak usia 3 -- 5 tahun menggambarkan Allah sebagai seseorang yang memberi mobil, yang memunyai binatang peliharaan, yang bisa bermain piano, dan melihat semuanya -- seseorang antara orang tua yang ada di surga dan Sinterklas. Persepsi seperti ini membawa pada pertanyaan: Apakah Allah tidur? Ke mana Dia pergi berlibur? Kendaraan apa yang ditumpangi oleh Allah? Menjawab pertanyaan seperti itu akan mendorong rasa keingintahuan dan imajinasi anak usia prasekolah -- berikan jawaban yang jujur, misalnya "entahlah", lalu berikan pertanyaan balik untuk mendorong percakapan berikutnya. Pada saat yang sama, saat anak-anak ini membayangkan Allah sedang mengendarai sepeda, mereka menerima apa yang Anda katakan tentang Allah secara apa adanya. Jika Anda katakan Allah akan marah kepada mereka bila mereka nakal, mereka pun membayangkan orang tua yang sedang marah dan siap menghukum mereka karena melakukan pelanggaran. "Anak-anak yang masih kecil tidak bisa berpikir kritis atau mengevaluasi pesan yang Anda sampaikan!" Pada saat berbicara tentang Allah dengan anak-anak usia prasekolah, Anda menjadi seorang ahli. Jadi berhati-hatilah, jangan mengatakan hal-hal yang nantinya membuat Anda menyesal. 3. Untuk anak usia 6 -- 10 tahun. Anak-anak usia awal sekolah ini mulai berpikir secara logis tentang Tuhan, ide-ide untuk mengujinya adalah dengan menanyakan hal-hal berikut. Apakah Allah yang membuat kematian? Apakah Allah tahu apa saja yang aku kerjakan? Orang tua harus berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, "membantu anak untuk percaya dan berpaling kepada Tuhan adalah hal yang penting". Itulah tujuan Jane Anne Ferguson, pendiri sekolah gereja dan direktur Church of Christ di Yale University, saat ia mencoba membantu Colin, anaknya yang berusia enam tahun, yang saat itu cemas karena ia akan mulai masuk sekolah untuk pertama kalinya. Setelah hari ketiga, Ferguson mendapatinya di halaman sekolah dan kemudian berjalan pulang dengannya. Anak itu berkata, "Aku kesepian dan takut." "Allah ada di sana, bersamamu di sekolah," katanya. "Apakah ibu sudah bilang pada Tuhan?" tanya Colin. Malam itu Colin mengatakan hal ini kepada ayahnya dan ayahnya menyarankan supaya Colin menyerahkan ketakutannya kepada Allah, "membuangnya di tempat sampah Allah". Bagi Colin, dua percakapan itu adalah suatu titik balik: tampaknya ia memahami bahwa untuk menghadapi rasa takutnya, ia hanya perlu mengenal Tuhan. Keesokan harinya, ia bilang kepada ibunya bahwa ia akan menuruti nasihat ayahnya saat di sekolah. "Saya menyerahkan rasa takut kepada Tuhan untuk dibuang-Nya." Cara lain untuk mengajar anak-anak kecil tentang hubungan pribadi mereka dengan Tuhan adalah dengan membacakan kisah-kisah Alkitab pada mereka. Anak-anak dapat menerapkan prinsip-prinsip dari kisah-kisah itu dalam kehidupan mereka, terutama jika Anda mengajak mereka berdialog dan bertanya kepada mereka. "Pilih kisah-kisah Alkitab yang menyiratkan bahwa Tuhan ada bersama kita di sepanjang kehidupan kita," saran Ferguson. "Anda ingin mengatakan kepada anak-anak bahwa Tuhan selalu hadir saat kita mencari atau dalam kesusahan." Kisah Yunus dan ikan besar, misalnya, mengandung pesan seperti itu. Anda dapat berbicara dengan anak umur 6 -- 10 tahun tentang hubungan mereka dengan Tuhan dengan membawa mereka ke gereja ketika tidak ada orang lain dalam gereja itu. Jendela, mimbar, dan altar dapat menciptakan kesan keagungan dan kesucian yang dapat membangkitkan sebuah percakapan. 5. Masa praremaja. Saat mereka meninggalkan masa kanak-kanak, remaja mengalami perubahan yang dramatis -- baik pada tubuh dan pikiran mereka -- dan menjadi lebih mandiri. Jadi dalam berbicara, Anda harus membantu mereka untuk memperoleh pemahaman mereka sendiri tentang Tuhan seraya mereka belajar berpikir sendiri. Ketika mereka mulai menangkap simbol-simbol, seperti penyaliban, diskusikan makna yang sebenarnya dan kesungguhan dari simbol-simbol ini. Ketika mereka mulai memahami Tuhan, kata Kushner, mereka juga akan mengerti bahwa Tuhan adalah yang paling berkuasa di dunia. Terlebih lagi, mereka ingin memahami andil Tuhan, tidak hanya dalam kebaikan, tapi juga dalam penderitaan dan ketidakadilan yang mereka lihat di sekitar mereka. Ketika Anda mendiskusikan Tuhan dengan anak-anak praremaja, Anda dapat berkata bahwa "Tuhan tidak memberikan bencana. Tuhan memberi kita kekuatan untuk mengatasinya dan mengirim orang lain untuk membantu kita". Apa pun penjelasan Anda, mereka akan mengerti apakah Anda benar-benar percaya terhadap apa yang Anda katakan. Jadi, yakinlah bahwa Anda mengatakan tentang diri Anda sendiri dan perjuangan iman Anda," saran Weatherholt. Intinya adalah membiarkan anak menyaksikan perasaan Anda yang sesungguhya, tanpa pura-pura, tentang Tuhan. Mengenalkan Allah ibarat mengajari anak mengendarai sepeda, kata Lawrence Cunningham, seorang profesor bidang teologia dari University of Notre Dame. "Anda melatih mengayuh roda. Lalu Anda memegangi anak yang duduk di atas sepeda untuk mulai mengayuh pedal. Akhirnya, Anda harus membiarkan mereka berjalan sendiri, tanpa dibantu." Yang harus Anda lakukan adalah memulai lebih awal, tekankan kepercayaan Anda sendiri, buatlah contoh dan letakkan iman Anda pada setiap kebutuhan anak untuk tahu dan memahami Allah. Akhirnya, Anda akan menyediakan suatu kompas/penunjuk moral dan spiritual yang akan terus ada selamanya. [Artikel ini sebagian besar diambil dari sebuah majalah yang sudah lama.] (t/Ratri dan Dian) Diterjemahkan dari: Nama situs: Cross.org Penulis : Tidak dicantumkan Alamat URL: http://www.ourcross.org/Learning_Apologetics/children/Teaching_children.htm o/ TIPS o/ PERTANYAAN DAN JAWABAN TENTANG ALLAH ==================================== Apa yang Anda katakan kepada seorang anak yang bertanya tentang Allah? Agar jawaban itu bermakna, jawabannya harus cocok dengan tingkat pemahaman anak pada saat itu. Misalnya, orang dewasa yang dingin dan cenderung mengambil jarak dengan anaknya akan kurang berhasil dalam menjelaskan bahwa Allah mengasihi seorang anak. Orang dewasa yang penuh kasih dan pengertian mungkin mengucapkan kata-kata yang sama, tetapi pengaruh jawabannya pada anak akan amat berbeda. Sikap orang dewasalah yang membuat perbedaan itu. 1. Akui jika Anda tidak tahu jawabannya. Jawaban apa pun bagi pertanyaan anak tentang Allah harus masuk akal bagi orang dewasa, bukan sekadar usaha untuk membeo apa yang dianggap jawaban yang "benar". Memberi jawaban yang tidak benar-benar dipercayai orang dewasa hanya akan menjadikan diskusi tentang Allah bersifat munafik. Anak pasti akan mengetahui ketidaksesuaian itu cepat atau lambat. Lebih baik berkata, "Saya tidak tahu. Ada banyak hal tentang Allah yang tak seorang pun benar-benar mengetahuinya." Seorang ayah menanggapi pertanyaan yang rumit dengan cara seperti ini: "Papa tidak tahu bagaimana menjawabnya. Itu pertanyaan yang bagus, tetapi Papa perlu berpikir tentang hal ini selama beberapa hari. Papa mungkin akan bertanya kepada orang lain. Papa berjanji akan melakukan yang terbaik untuk menemukan jawaban itu bagimu.", 2. Hindari jawaban yang terlalu sederhana atau muluk-muluk. Beri jawaban yang paling singkat dan akurat terhadap sebuah pertanyaan, kemudian tanyakan, "Apakah penjelasan ini menjawab pertanyaanmu?" Anak tersebut akan memberitahu Anda apakah ia ingin tahu lebih lanjut atau tidak. Berikut beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan anak-anak. 1. Seperti apakah Allah itu? Seorang guru menjawab demikian, "Tak seorang pun yang pernah melihat Allah, jadi kita tidak tahu seperti apa Dia. Alkitab memang kadang-kadang menggambarkan Dia seperti manusia untuk menolong kita memahami-Nya.", 2. Di mana Allah tinggal? Sebuah jawaban yang bisa diberikan adalah: "Allah ada di mana-mana pada saat yang bersamaan. Tak seorang pun mengerti bagaimana Dia melakukan hal itu, tetapi kita tahu bahwa hal itu memang benar." Jawaban ini mungkin tidak sepenuhnya memuaskan anak, tetapi lebih baik daripada mengatakan bahwa Allah ada di "surga" yang jauh. Juga, membiarkan anak tinggal dalam realitas misteri memberikan sarana untuk menghindari jawaban yang disederhanakan yang terkunci di benak anak saat ia bertumbuh makin dewasa. 3. Di mana surga? Mirip dengan pertanyaan sebelumnya. Anak mendengar istilah itu digunakan dalam kalimat sebagai suatu nama tempat dan beranggapan bahwa tempat itu merupakan lokasi fisik. Karena anak kecil tidak dapat memahami hal yang bersifat nonfisik, pertanyaan ini mendorong orang tua untuk mencari bantuan dari "pakar", atau berlindung di balik jawaban sederhana, "Surga ada di langit, di atas sana." Namun, jawaban ini justru menimbulkan masalah ketika anak naik pesawat terbang atau melihat peluncuran roket di layar televisi. Ada orang tua yang lebih suka menjawab begini, "Surga itu nyata, tetapi tak seorang pun di dunia yang pernah melihatnya. Alkitab mengatakan bahwa surga itu luar biasa indahnya. Tetapi surga begitu berbeda dengan segala tempat yang kita ketahui sehingga amat sukar untuk kita pahami." Jawaban ini tidak membebaskan anak dari pemahaman tentang surga dari sudut pandang yang bersifat fisik, tetapi paling tidak jawaban ini memalingkan pengertian bahwa surga adalah jalan untuk dilalui pesawat, jet. 4. Kapan saya akan ke surga? Seorang guru hanya menjawab, "Saya tidak tahu. Saya kira saatnya belum tiba.", 5. Bagaimana Allah memelihara saya? Pertanyaan ini merupakan pokok dari beraneka ragam pertanyaan yang tidak terbatas tentang peranan Allah dalam kehidupan anak. Jawaban terbaik adalah memusatkan perhatian anak pada pemeliharaan khusus Allah bagi kelangsungan hidup manusia. "Allah menciptakan seluruh dunia dengan tanaman dan binatang yang berguna untuk kita. Dan Allah merencanakan agar manusia memiliki tubuh yang kuat sehingga dapat menggunakan ciptaan-ciptaan Allah yang diperuntukkan bagi kita. Dan Dia merencanakan agar kita memiliki keluarga dan teman sehingga kita dapat saling menolong." Jawaban ini menolong anak menghargai kemampuannya sebagai pemberian Allah dan bersyukur atas orang-orang yang merupakan bagian dari hidupnya. Hal ini juga menghindari pandangan yang muluk-muluk bahwa Allah melindungi dengan cara ajaib dan mengabaikan tanggung jawab tiap individu. 6. Apakah Allah suka marah? Merupakan jenis pertanyaan untuk mengetahui tanggapan Allah atas tindakan anak. Interpretasi anak tentang kemarahan amat tergantung pada ekspresi kemarahan yang dialaminya ketika berinteraksi dengan orang lain. Salah satu jawaban yang paling baik diberikan oleh nenek Andrea: "Allah begitu mengasihimu, Andrea sehingga Dia selalu ingin kamu melakukan yang terbaik sehingga kamu dan orang lain akan bahagia. Jika kamu melakukan yang tidak baik, Allah sedih karena Dia tahu bahwa kamu tidak sungguh-sunggah merasa bahagia." Diambil dan diedit seperlunya dari: Judul buku: Mengenalkan Allah kepada Anak Penulis : Wes Haystead Penerbit : Yayasan Gloria, Yogyakarta 1996 Halaman : 145 -- 147 o/ BAHAN MENGAJAR o/ SIAPAKAH ALLAH ITU? =================== Bacaan Alkitab -------------- Yesaya 6:1-8 Penyampaian cerita ------------------ Banyak sekali hal yang harus kita ketahui. Kita perlu mengetahui bagaimana caranya membaca dan menulis; kita perlu tahu mengenai matematika dan pelajaran sosial. Tetapi ada satu hal yang lebih penting daripada membaca, menulis, matematika, dan pelajaran sosial. Dapatkah kamu memikirkan hal apa itu? Saya akan menceritakannya kepada kalian. Hal tersebut adalah mengenai mengenal Allah. Hal ini sangat penting karena Allah yang menciptakanmu, dan jika kamu tidak mengetahui apa pun tentang Allah, kamu tidak akan tahu apa yang Dia kehendaki dalam hidupmu. Siapakah Allah itu? Allah adalah Pribadi yang berada di sebuah tempat yang indah, surga. Kita tidak tahu ada di mana surga itu, kita berpikir bahwa itu adalah tempat yang jauh di atas bintang-bintang. Surga adalah sebuah tempat di mana kita semua akan senang berada di sana, dan jika kita mengenal dan mengasihi Allah, kita akan pergi ke sana bersama Allah dan juga malaikat-malaikat saat kita meninggal nanti. Hal ini adalah satu alasan lain betapa pentingnya kita mengetahui tentang Allah. Apakah kamu ingin saya mengatakan lebih banyak hal lagi mengenai Allah? Apakah kamu tahu bahwa Allah itu adalah Roh? Artinya sebuah Pribadi tanpa tubuh jasmani. Kamu dan saya memiliki tubuh dengan roh atau nyawa di dalamnya, tetapi Allah tidak memerlukan tubuh. Allah adalah benar-benar seorang Pribadi yang luar biasa. Dia adalah raja dan amat baik. Dia tidak pernah berbuat dosa. Dan Dia Mahabesar sehingga dapat melakukan apa pun yang Dia inginkan. Dia menciptakan dunia, tumbuh-tumbuhan, langit, matahari, bulan, dan bintang-bintang. Dia menciptakan malaikat-malaikat dan Dia membuat kamu dan saya juga. Dia menciptakan segalanya. Dia mengirimkan guntur, kilat, dan hujan. Ketika sedang musim semi, dunia ini indah dengan bunga-bunga dan langit yang amat biru. Dialah yang membuat semuanya itu. Di manakah Allah itu? Kita telah belajar bahwa Allah berada di sebuah tempat yang indah -- surga, tetapi Allah juga berada di sini, di dalam ruangan ini mendengarkan kita. Dia ada di balik pintu juga. Bukankah aneh bahwa Allah dapat berada di dalam rumah kita dan pada saat yang bersamaan Dia juga berada di balik pintu? Ya, Dia memang ada di mana-mana! Dia ada bersama para penginjil di berbagai negara dan juga ada bersama-sama dengan di dalam sebuah kapal di tengah lautan. Kita hanya dapat berada di satu tempat dalam satu waktu, tetapi Allah dapat berada di semua tempat pada saat bersamaan. Satu hal penting yang harus kita ingat adalah Allah yang Mahabesar itu selalu mengasihi kita dan selalu memerhatikan apa pun yang kita lakukan. Hal itu tentu saja membuat kita senang dan membuat kita harus selalu berhati-hati akan setiap tindakan kita. Kita tidak akan memiliki keinginan untuk melakukan apa yang tidak Allah sukai. Kita tahu bahwa Allah kita yang Mahabesar itu selalu memerhatikan dan menolong kita untuk melakukan hal yang benar. Suatu hari seseorang ingin mencuri beberapa buah melon dari sebuah kebun. Ia membawa seorang anak laki-laki yang berusia delapan tahun bersamanya. Ayahnya berkata kepadanya untuk berdiri tidak jauh dari pagar dan mengawasi apakah ada orang yang melihat mereka atau tidak. Ketika ayahnya sedang berada di dalam kebun dan mengambil beberapa buah melon, anak laki-laki itu tiba-tiba bereriak, "Ayah, seseorang melihatmu!" Ayahnya langsung lari ke arah anaknya. "Mana?" tanya ayahnya. "Siapa yang melihat? Di mana Dia?" "Ayah," kata anak laki-laki itu, "ketika Ayah melihat tidak ada seorang pun yang melihat Ayah, Ayah lupa untuk melihat ke atas langit. Tuhan sedang memandang kita dan melihat Ayah." Ayah anak laki-laki itu tidak pernah berpikir mengenai hal tersebut dan memutuskan untuk tidak mencuri melon-melon orang lagi. Anak laki-laki itu telah menjadi penolong yang baik bagi ayahnya karena ia mengingatkan ayahnya mengenai Allah. Pertanyaan ---------- 1. Apakah Allah memiliki tubuh seperti kita? 2. Dapatkah kamu memikirkan tempat, paling tidak dua, di mana Allah sedang berada saat ini? 3. Dapatkah Allah melihat kita saat sedang gelap? Doa --- Allah yang di surga, Allah yang Kudus, ampunilah segala dosa yang yang sering kami lakukan. Kami mengucap syukur kepada-Mu yang telah mengampuni kami melalui Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin. (t/Davida) Diterjemahkan dari: Judul buku : Devotions for the Children`s Hour Judul asli artikel: Who is God? Penulis : Kenneth N. Taylor Penerbit : Moody Press, Chicago 1977 Halaman : 14 -- 16 o/ WARNET PENA o/ BIBLE-STORIES.NET: BAHASA INDONESIA =================================== http://www.bible-stories.net/Bible stories indo ver/index.php Mengenalkan Allah kepada anak dapat kita lakukan dengan mengisahkan cerita Alkitab kepada mereka. Situs bible-stories.net ini menawarkan 26 cerita dari Perjanjian Lama dan 23 cerita dari Perjanjian Baru yang dapat diceritakan kepada anak-anak sekolah minggu. Semua itu dapat Anda temui dalam kategori Cerita Alkitab Perjanjian Lama dan Cerita Alkitab Perjanjian Baru. Dalam kategori Sekolah Minggu, kita juga bisa mendapatkan bahan pelajaran (sesuai tanggal) yang dapat kita gunakan untuk ibadah sekolah minggu di gereja kita. Situs ini juga menyediakan fasilitas web hosting gratis bagi siapa pun yang memerlukannya. Selain dalam bahasa Indonesia, Anda juga dapat menikmati situs bible-stories.net dalam bahasa Inggris melalui alamat http://www.bible-stories.net/index.php. Oleh: Redaksi o/ DARI MEJA REDAKSI o/ KIRIM KESAKSIAN ANDA ==================== Apakah Anda memiliki pengalaman seputar mengenalkan doktrin kepada anak? Rindukah Anda membagikannya agar kita semua dapat saling diperlengkapi dalam hal tersebut? Redaksi membuka selebar-lebarnya kesempatan untuk mengirimkan kesaksian, pengalaman, atau bahan lain seputar topik-topik yang akan dibahas bulan ini, yaitu: 1. Allah, 2. Alkitab, 3. Dosa, 4. Roh Kudus, dan 5. Keselamatan Silakan kirim kepada redaksi di alamat: binaanak(at)sabda.org. Kami tunggu! Tuhan memberkati. o/ MUTIARA GURU o/ Pengajaran yang hidup adalah ketika anak-anak dapat melihat dan merasakan kasih Allah melalui orang-orang yang Dia pakai untuk melayani anak-anak tersebut. ---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> ---------------------------------------------------------------------- Pemimpin redaksi: Davida Welni Dana Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |