Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/340 |
|
e-BinaAnak edisi 340 (23-7-2007)
|
|
______________________________e-BinaAnak______________________________ Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak ================================================== Daftar Isi: Edisi Khusus/Juli/2007 ---------- - SALAM DARI REDAKSI - BLOG (1) : Melatih Anak untuk Peka - BLOG (2) : Setiap Orang adalah Pencerita - BLOG (3) : Mata-Mata - BLOG (4) : Menyentuh Masa Depan - DARI MEJA REDAKSI: Berperan Melalui SABDA Space o/ SALAM DARI REDAKSI o/ Hari ini kita memperingati Hari Anak Nasional 2007. Untuk itu, e-BinaAnak hadir dalam kemasan khusus dengan mengangkat sejumlah tulisan yang berkaitan dengan pendidikan dan pelayanan anak. Adapun tulisan-tulisan dalam edisi khusus ini diambil dari situs Komunitas Blogger Kristen, SABDA Space (http://www.sabdaspace.org/). SABDA Space sendiri, sejak diluncurkan pada 31 Juli 2006 lalu, telah menampung 782 blogger (sampai saat editorial ini diturunkan). Dari jumlah tersebut, tercatat 112 blogger yang aktif dalam menulis maupun memberi komentar. Sementara kategori khusus yang menampung tulisan seputar pendidikan dan pelayanan anak ialah Pengajaran/Guru. Selain itu, Anda juga dapat menelusuri artikel sejenis dengan kata kunci Anak dan Sekolah Minggu. Dalam edisi kali ini, kita akan melihat empat tulisan yang berkisar pada pendidikan dan pelayanan anak yang diambil dari SABDA Space. Harapan kami, melalui tulisan-tulisan tersebut, kita dapat tergugah untuk memberikan sumbangsih melalui tulisan kita demi generasi masa depan yang Tuhan percayakan untuk kita didik dan asuh. Selamat hari Anak Nasional 2007! Pimpinan redaksi e-BinaAnak, Davida Welni Dana "Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu." (Amsal 29:17) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Amsal+29:17 > o/ BLOG (1) o/ MELATIH ANAK UNTUK PEKA ======================= Oleh: Tut Wuri Handayani Salah satu cara untuk melatih anak peka dan kritis terhadap sekeliling adalah dengan medorong anak untuk tanggap terhadap apa yang dilihat, yang dibaca, yang didengar, yang dirasakan dan yang dialami, sejak usia semuda mungkin. Tapi, sayang sekali orang tua (orang dewasa), khususnya di Indonesia, tidak melihat ini sebagai kesempatan emas yang harus dipergunakan dengan baik. Ketika masih kecil anak terlalu dibiarkan bertumbuh sendiri dan tidak dibimbing untuk diajar dengan tujuan dan dengan sengaja (intentional). Saya banyak mendengar orang tua yang beralasan, "ah, anak masih kecil, kasihan, jangan terlalu banyak diajarin logika, nanti anak jadi stres. Nanti kalau udah besar `kan akan tahu sendiri." Tapi orang tua tidak sadar bahwa ada masa-masa dimana anak lebih mudah diajar dibanding kalau sudah besar, karena mungkin sudah tidak sepeka dan seantusias ketika masih kecil. Selain itu, jika sejak usia muda diajar dasar-dasar logika, maka tahun-tahun berikutnya akan menjadi semakin mahir menggunakannya dan semakin mudah mengembangkannya. Selain itu juga lebih menguntungkan dia karena menolongnya untuk belajar apa pun dengan lebih mudah. Memang anak bisa stres jika belajar dalam keadaan tertekan. Tapi sebenarnya hal itu tergantung dari pendekatan orang tua dan cara mengajarnya. Jika hubungan orang tua dan anak baik, dan anak mendapat perhatian dan kasih sayang yang cukup, maka diajar sesulit apa pun tidak akan membuat anak stres. Anak stres sering disebabkan karena hubungan anak dan orang tua (keluarga) yang tidak harmonis. Cara mengajar anak kecil untuk kritis tidak harus dengan teori-teori yang ilmiah. Cukup menggunakan situasi kehidupan sehari-hari yang ada di rumah. Berikut ini salah satu cara yang saya pakai mengajar Jesica, anak saya yang berusia tujuh tahun. Suatu hari saya dan Jesica pergi ke supermarket membeli 5 macam kerupuk mentah (yang belum digoreng), masing-masing setengah ons banyaknya. Sesampainya di rumah, saya goreng semua krupuk tersebut dan saya biarkan Jesica mengamati apa yang saya lakukan dan membantu bilamana perlu. Sebagaimana layaknya anak, dia sudah tidak sabar lagi mengicipi hasil gorengan bersama ini. Tapi saya tahan keinginannya dan saya katakan kalau dia sabar kita akan membuat permainan dengan kerupuk-kerupuk ini. Wah ... tentu dia dengan rela hati menunggu karena ia lebih suka mendapat permainannya. Saya katakan pada Jesica bahwa untuk melakukan permainan ini dia harus duduk di meja makan dengan mata yang ditutup dengan sapu tangan yang sudah saya persiapkan sebelumnya. Setelah mata ditutup, saya taruh 5 piring yang berisi masing-masing gorengan krupuk tersebut di hadapannya. Lalu saya minta dia mengambil krupuk di salah satu piring dan meminta dia memakannya dan merasakan rasa krupuk tersebut. Lalu dengan hati-hati saya minta dia menjelaskan ke saya bagaimana rasa krupuk tersebut. Pertama kali melakukannya Jesica agak bingung dan tidak bisa menjelaskan, tapi dengan bimbingan pertanyaan dia mulai menemukan kata-kata yang ia cari. Misalnya, apakah rasanya manis, asin, asam atau pahit; apakah ada rasa atau bau tertentu yang dia kenal. Pada akhir permainan, Jesica sudah mencoba semua macam kerupuk dan mengetahui perbedaan rasa masing-masing krupuk dan ia juga membuka matanya untuk melihat bentuk, warna dan nama dari masing-masing krupuk tersebut (udang, ikan, bawang, kentang, dan pedas). Untuk menambah meriah, saya tutup lagi matanya dan kali ini saya acak krupuk-krupuk itu dan dia harus menebak krupuk apa yang dia makan dan namanya. Bahkan kadang saya sengaja mengecoh dengan memberikan nama krupuk yang berbeda dengan krupuk yang dimakannya, karena saya ingin dia bisa belajar membedakan dan memprotes jika saya sengaja salah menyebutkan. Apakah saya sedang mengajar anak saya untuk memprotes saya? Tidak. Saya sedang mengajar dia untuk peka dan berpikir kritis serta berani mengatakan mana yang benar dan mana yang salah berdasarkan informasi yang sudah dia pelajari. Saya ingin dia memiliki rasa percaya diri yang positif untuk mengatakan kebenaran. Bahkan kalau saya salah, saya ingin dia berani mengatakan bahwa saya salah. Simpel tapi dampaknya bisa luas sekali, bukan? Anda bisa lakukan latihan lain, misalnya dengan membedakan bau dari bermacam-macam parfum (bunga), fiber dari bermacam-macam kain, suara dari macam-macam alat musik, dll. URL: http://www.sabdaspace.org/melatih_anak_untuk_peka o/ BLOG (2) o/ SETIAP ORANG ADALAH PENCERITA ============================= Oleh: Purnawan Kristanto Anda berdiri di depan kelas. Seluruh mata anak-anak menatap wajah Anda dengan antusias. Mereka berharap sebentar lagi akan mendengar sebuah cerita yang menarik dari Anda. Pada mulanya, mereka memberi perhatian kepada cerita Anda. Namun, ini tidak bisa bertahan lama. Jika mereka mendapatkan sesuatu yang lebih menarik, maka perhatian mereka bisa teralih ke tempat lain. Inilah tantangan terbesar pembawa cerita, yaitu supaya bisa tetap `menyandera` perhatian khalayak (anak-anak) hingga cerita tersebut berakhir. Tidak itu saja, tugas pembawa cerita yang tidak kalah pentingnya adalah menabur benih nilai-nilai kehidupan yang terselip di balik cerita itu. Nilai-nilai itu disebut sebagai moral cerita. Jika Anda bisa melakukan kedua hal ini, maka Anda layak disebut sebagai pembawa cerita yang menarik dan efektif. Banyak orang yang ragu-ragu ketika diberi kesempatan untuk menyampaikan cerita. Mereka sebenarnya mempunyai kerinduan untuk menyampaikan kabar baik ini kepada anak-anak, tapi sayangnya sering terkendala oleh ketiadaan percaya diri. Banyak orang yang menganggap bahwa bercerita di hadapan anak-anak itu membutuhkan bakat khusus. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Memang, ada orang-orang tertentu yang secara alami sudah memiliki kemampuan bercerita secara efektif dan menarik. Akan tetapi, kemampuan seperti ini sesungguhnya bisa dipelajari dan dikuasai dengan mempraktikannya berulang-ulang. Sebagian besar tukang kayu pasti mampu membuat meja makan. Namun, ada sekelompok tukang kayu yang mampu membuat meja makan yang tampak unik, menarik, tetapi tetap fungsional. Kemampuan seperti ini tidak didapatkan sejak dari lahir, tetapi diperoleh melalui penguasaan ketrampilan dan "jam kerja" yang tinggi. Hal yang sama berlaku juga pada seorang pembawa cerita. Anda bisa menguasai kemampuan bercerita yang menarik dan efektif. Kemampuan seperti ini tidak sulit untuk dipelajari karena sesungguhnya kita sudah terbiasa bercerita dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari kita bercakap-cakap dengan orang lain. Kegiatan bercerita tidak jauh berbeda dengan percakapan sehari-hari. Jadi, jika Anda terbiasa bercakap-cakap atau mengobrol dengan orang lain, maka sebenarnya Anda bisa menjadi seorang pembawa cerita. Langkah paling awal untuk menguasai kemampuan ini adalah lebih dulu memahami proses komunikasi. Di dalam ilmu komunikasi, kegiatan bercerita termasuk di dalam jenis komunikasi lisan. Pada saat kita menyampaikan cerita, sesungguhnya kita melakukan proses komunikasi. Kata "komunikasi" berasal dari bahasa Latin "communicatio" yang berarti "berbagi atau menjadi milik bersama." Ketika kita menyampaikan cerita, kita menyampaikan sesuatu atau membagikan sesuatu kepada anak-anak. Dengan kata lain, kita sedang berkomunikasi dengan anak-anak. Setiap hari kita melakukan komunikasi. Bahkan sebagian besar kegiatan dalam kehidupan kita adalah untuk berkomunikasi. Apa pun yang Anda sampaikan--entah itu cerita lucu, kisah sedih, atau paparan teori Fisika yang rumit,--yang paling terutama pesan Anda itu harus bisa dimengerti oleh orang lain. Kalau pesan itu tidak bisa dimengerti maka kegiatan itu tidak bisa disebut sebagai komunikasi. Secara sederhana, komunikasi dapat didefinisikan sebagai sebuah tindakan mengirimkan pesan yang dapat dipahami kepada orang lain. URL: http://www.sabdaspace.org/setiap_orang_adalah_pencerita o/ BLOG (3) o/ MATA-MATA ========= Oleh: Love "Mari kita berdoa!" rekanku mengucapkan kata itu dengan lantangnya di depan murid-muridku yang sudah siap sedia mengikuti ibadah di kelas sekolah minggunya yang mungil. Aku sudah siap-siap menutup mata pula saat aku terpancing dengan gerakan cepat seorang bocah kecil yang langsung menutup seluruh wajahnya dengan tangan mungilnya. Jari-jarinya tidak rapat dan kulihat bola matanya bergulir ke sana kemari dari sela-sela jemarinya. Aku berdiri agak jauh dari mereka dan leluasa mengawasi mereka. Ada lagi yang terang-terangan mendongakkan kepalanya ke atas, dengan mata terbuka, seolah-olah di langit-langit kelas yang hanya tergantung satu alat penerang itu ada banyak benda yang menarik. Wah lebih parah lagi, ada anak yang saling berpandangan dari balik jemarinya dan saling menuding, seolah berkata, "Ayo, kamu gak berdoa ya ...!" Melihat polah mereka di luar ajaranku mengenai sikap doa yang benar aku bersiap-siap menghampiri mereka. Aku ingin melakukan kebiasaanku dan rekan-rekanku yang lain saat melihat anak-anak itu bersikap tidak benar dalam berdoa. Ya, aku ingin mencolek mereka, dan berbisik untuk meminta mereka berdoa dengan benar. Atau mungkin bisa saja aku memelototi mereka yang tidak berdoa itu. Saat akan melangkah, ada suara kecil, "Hei, ngapain kamu? Kamu mau mengatakan pada anak-anak itu bahwa kamu juga tidak berdoa dengan sikap yang benar? Kamu mau jadi hakim bagi mereka untuk kesalahan yang juga kamu lakukan?" Aku tidak jadi melangkah. Iya ... ya ... aku kok malah jadi mata-mata ya .... Seharusnya aku bisa mengajarkan lebih baik lagi dengan memberikan contoh sikap doa yang benar dalam setiap acara doa di kelasku. Bukan hanya dengan kata-kata dan perintah kepada mereka. Aku sendiri harus memberi contoh buat mereka. Jangankan jadi contoh, lihat aja aku sekarang sedang tidak berdoa, tapi malah terang-terangan membuka mata, tidak ada tundukan kepala, dan tangan ku tidak aku lipat. Padahal sekarang ini lagi acara doa. "Amin!" rekanku mengakhiri doanya dan melanjutkan acara. Aku masih memikirkan diriku yang tadi hampir jadi hakim. Satu imajinasi lucu muncul di kepalaku. Seandainya tadi aku memutuskan untuk mencolek atau menegur mereka dan menyuruh mereka berdoa dengan benar, bisa saja mereka berbisik kepadaku dan berkata, "Aku kan bantuin Kakak liatin temen-temen yang gak berdoa." Andaikan itu bukan imajinasi, tapi kenyataan, wuaahhh ... mungkin aku mau minta cuti dulu jadi guru sekolah minggu. Sepertinya ini saat dimana aku harus putuskan berhenti jadi mata-mata acara doa nih. Aku tidak mau berdiri jauh-jauh lagi dari mereka, tetapi berdiri dekat mereka. Aku mau saat mata kecil mereka mengembara sendiri saat acara doa sedang berlangsung, dia bisa melihat guru-gurunya melakukan sikap doa yang benar. Aku mau dengan contoh nyata, pengajaran yang kami berikan lewat bibir kami tidak sia-sia dan mereka dapat semakin mengerti apa yang kami ajarkan. Anak-anak menangkap hanya 30% dari apa yang mereka dengar dan 70% dari apa yang mereka lihat. Jadi kalau hari ini di kelas masih ada anak yang suka curi-curi pandang waktu berdoa, mungkin itu berarti masih ada guru yang berprofesi ganda sebagai mata-mata saat acara doa. Jadi, siapa yang menyusul saya untuk pensiun jadi mata-mata? Solo, 7 Agustus 2006 URL: http://www.sabdaspace.org/mata_mata o/ BLOG (4) o/ MENYENTUH MASA DEPAN ==================== Oleh: clara_anita Touch the future. I teach. Begitu cukilan dari Christa McAuliffe seorang astronot dan pendidik asal negeri paman Sam. Hari ini, penggalan ini sangat menginspirasi saya untuk lebih menghargai profesi saya saat ini sebagai seorang pengajar kalau belum boleh disebut pendidik. Kalau buat sebagian besar profesi lain masa depan itu masih sangat kabur untuk dapat dilihat, tapi sungguh tidaklah sulit bagi profesi saya. Setiap hari saya bergelut dengan makhluk-makhluk termanis di muka bumi yang disebut anak-anak. Lewat merekalah saya benar-benar merasa menyentuh masa depan. Bagaimana tidak? Mereka adalah generasi-generasi yang akan menggantikan kita. Mereka bukan sekadar anak-anak, tetapi dokter, ilmuwan, politisi, pemuka agama, aristek ... (dst) masa depan. Mereka mungkin dapat membawa dunia ke arah yang lebih baik ataupun sebaliknya .... Sebagai guru, saya berpandangan bahwa mendidik mereka (dalam artian tidak sekadar mentransfer aspek kognitif tetapi juga aspek-aspek moral dan afektif) sama dengan membentuk masa depan. Dari kelas-kelas di sekolah dasar yang bagi sebagian orang bukanlah suatu profesi yang bergengsi, kita guru-guru SD, membentuk peradaban. Sadar atau tidak, dari sudut-sudut sekolah dasar yang mungkin terlupakan kita sebenarnya telah mengubah masa depan dunia. Maka bahagialah saya karena boleh turut berkarya mengubah dunia lewat malaikat-malaikat kecil saya yang pastinya akan menggantikan generasi kita kelak. Singkatnya, bagi seorang guru sekolah dasar masa depan bukanlah suatu yang maya dan jauh dari jangkauan. Setiap hari kami menyentuhnya ... dan bukan hanya menyentuh, kami membentuk masa depan itu. URL: http://www.sabdaspace.org/menyentuh_masa_depan o/ DARI MEJA REDAKSI o/ BERPERAN MELALUI SABDA Space ============================ Generasi masa depan tentu saja tidak tercetak begitu saja. Harus ada usaha yang giat untuk membentuk anak-anak yang telah Tuhan percayakan untuk kita asuh dan didik sehingga mereka dapat menjadi generasi masa depan yang bersinar bagi Tuhan. Pendidikan melalui keluarga, gereja, sekolah, dan masyarakat merupakan salah satu usaha yang dilakukan para pembentuk generasi masa depan, baik itu orang tua maupun para guru. Tentu saja diperlukan bekal dan juga perlengkapan yang cukup untuk mendidik mereka, sehingga pendidikan yang kita berikan bukanlah pendidikan yang biasa saja, tetapi pendidikan yang maksimal untuk generasi yang gemilang pula. Bekal dan perlengkapan yang diperlukan para pendidik bisa didapatkan melalui banyak cara. Bisa dengan mengikuti berbagai seminar pendidikan, membaca buku-buku, diskusi, berbagi pengalaman, dan lain sebagainya. Hal tersebut juga bisa didapatkan melalui teknologi yang saat ini sangat populer -- internet. Melalui internet, kita bisa melihat berbagai macam bahan dan tawaran fasilitas-fasilitas menarik dari berbagai situs untuk lebih memudahkan dan memerkaya kita dalam hal pendidikan dan pelayanan anak. Salah satu yang sering digunakan saat ini adalah fasilitas blog. Dalam blog, kita tidak hanya sekadar membaca informasi yang sudah ada saja, tetapi kita juga bisa berpartisipasi aktif mengirimkan gagasan-gagasan seputar pendidikan dan pelayanan anak, saling memberikan masukan, mengungkapkan ide, melontarkan pendapat maupun komentar, sehingga para blogger bisa terus saling melengkapi dan memerkaya diri untuk mendidik dan melayani anak-anak yang Tuhan percayakan pada kita. Situs Blogger Kristiani SABDA Space <http://www.sabdaspace.org/> memberikan tempat bagi Anda, para pendidik Kristen dan pelayan anak, untuk menuangkan ide, berbagi pengalaman, dan saling bertukar pikiran mengenai dunia anak. Diharapkan setiap ide yang ada dapat semakin diperkaya dan makin aplikatif untuk diterapkan dalam dunia nyata pendidikan dan pelayanan anak. Sehingga melalui SABDA Space, kita dapat menjadi pembentuk generasi masa depan yang bersinar bagi Tuhan. Jika Anda belum pernah mengunjungi situs SABDA Space, paling tidak untuk memulai secara khusus, Anda dapat membaca atau menulis dengan masuk ke dalam kategori: - Pengajaran/Guru < http://www.sabdaspace.org/pengajaran_guru > - Ayah Bunda < http://www.sabdaspace.org/ayah_bunda > Tetapi untuk dapat menulis tentu saja harus mendaftar menjadi anggota terlebih dahulu. Selain tulisan-tulisan dalam edisi ini, Anda dapat melihat beberapa tulisan lain seputar anak, antara lain: - If I had my child to raise all over again ==> http://www.sabdaspace.org/If_I_had_my_child_to_raise_all_over_again - Televisi dan Bimbingan Orang Tua ==> http://www.sabdaspace.org/televisi_dan_bimbingan_orang_tua - Mengasuh Anak adalah Pelayanan Terpenting ==> http://www.sabdaspace.org/mengasuh_anak_adalah_pelayanan_terpenting - Petrus Tidak Masuk Lagi! ==> http://www.sabdaspace.org/petrus_tidak_masuk_lagi Bagaimana? Apakah Anda tertantang untuk tidak hanya menjadi penonton saja dan mau berperan aktif dalam membentuk generasi masa depan? Kami ajak Anda untuk bergabung dalam SABDA Space. Kiranya kita semua dapat berpartisipasi. Mari meriahkan hari Anak Nasional 2007 dengan menyumbangkan semua aspirasi Anda mengenai pendidikan dan pelayanan anak melalui SABDA Space. Tuhan memberkati! ---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> ---------------------------------------------------------------------- Pimpinan redaksi: Davida Welni Dana Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |