Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/333 |
|
e-BinaAnak edisi 333 (6-6-2007)
|
|
______________________________e-BinaAnak______________________________ Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak ================================================== Daftar Isi: 333/Juni/2007 ---------- - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL : Mengajarkan Konsep Teologia kepada Anak - TIPS : Teologi untuk Anak-Anak - BAHAN MENGAJAR : Napas Tuhan - WARNET PENA : SOTeRI - MUTIARA GURU o/ SALAM DARI REDAKSI o/ Salam kasih, Pertumbuhan rohani anak sangat tergantung kepada keluarga dan juga pembimbing rohaninya dalam membawa mereka memiliki hidup yang dekat dengan Tuhan. Edisi Juni kali ini, akan membantu para pelayan anak dan orang tua untuk membawa anak kepada pertumbuhan rohani yang sehat di dalam Tuhan. Mulai pekan ini, topik-topik di bawah ini akan menyapa Anda secara berturut-turut. 1. Anak dan Teologia 2. Anak dan Alkitab 3. Anak dan Penginjilan 4. Anak dan Doa Seperti yang sudah disebutkan di atas, minggu ini kita akan membahas mengenai anak dan teologia. Topik ini sengaja diangkat karena penting sekali bagi anak untuk belajar tentang teologi sejak dini. Dalam mengajarkan hal-hal yang berhubungan dengan doktrin, terkadang para pelayan anak masih menemukan kesulitan untuk dapat menyampaikan konsep teologia atau pelajaran tentang doktrin dengan bahasa yang lebih sederhana, yang dapat dimengerti, dan tidak disalahpahami oleh anak. Karena itu, marilah kita bersama-sama belajar untuk mengajarkan konsep teologia kepada anak melalui artikel dan tips yang kami hadirkan. Kiranya, menjadi berkat bagi kita semua. Pimpinan Redaksi e-BinaAnak, Davida Welni Dana "Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu." (1Timotius 4:11) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=1Timotius+4:11 > o/ ARTIKEL o/ MENGAJARKAN KONSEP TEOLOGIA KEPADA ANAK ======================================= Sering kali, orang tua dan guru mengaitkan proses belajar dengan pengetahuan dasar sebelumnya. Seorang anak dikatakan sudah "mempelajari" sesuatu apabila dia bisa mengulang sesuatu yang sudah dipelajarinya. Tetapi, hal itu tidak dapat memenuhi kebutuhan anak dalam kehidupan sehari-hari. Mengulang sesuatu yang dipelajari adalah awal dari proses belajar, tetapi tentu saja tidak cukup sampai di situ. Ada empat langkah yang perlu dilakukan untuk dapat mengajarkan teologia dengan efektif kepada anak. Pengetahuan dasar adalah hal pertama yang perlu ditanamkan. Mengetahui adalah langkah yang diperlukan karena seseorang harus melihat dengan jelas apa itu kebenaran dan apa yang dikatakan Alkitab, sebelum seseorang bisa memahaminya. Langkah kedua adalah memahami atau melihat dengan jelas apa arti kebenaran Alkitab itu. Seorang pelajar tidak mungkin melangkah ke tahap belajar berikutnya, sebelum dia memahami apa yang akan dia tanamkan dalam hidupnya. Langkah ketiga adalah menerapkan. Dalam menerapkan kebenaran Alkitab, pelajar tahu benar apa arti kebenaran baginya. Pelajar tidak hanya memahami apa arti kebenaran saja, tetapi memahami apa arti kebenaran itu dalam hubungannya dengan hidupnya. Langkah keempat adalah melakukannya. Ketika seorang anak telah mempelajari apakah kebenaran itu, apa artinya, dan apa arti semua itu baginya, maka tibalah saatnya untuk mempraktikkannya. Ketika seseorang ingin menjadikan kebenaran Alkitab sebagai sesuatu yang penting bagi seorang anak, amatlah penting untuk membantu anak tersebut agar menyatukan kebenaran itu dalam hidupnya. Dengan demikian, keempat langkah dalam pembelajaran yang baik ini dapat tercapai. MENGENALI ANAK YANG AKAN ANDA BIMBING 1. Anak adalah seorang individu. Pemindai sidik jari, suara, dan alat pendeteksi lainnya menunjukkan apa yang telah kita ketahui sejak lama: tidak ada orang yang sama persis dengan anak Anda. Anak Anda adalah ciptaan yang unik. Tuhan menciptakan anak Anda berbeda dengan anak-anak yang lain, meskipun usianya sama. Oleh sebab itu, Anda perlu mengetahui karakteristik umum anak yang sebaya atau yang berada pada tingkat belajar yang sama dengan anak Anda. Sebab Anda tidak bisa memungkiri tanggung jawab Anda untuk mengenal anak Anda sebagai seorang individu. Berdiskusilah secara intim dengan mereka. Cobalah untuk memahami apa yang anak Anda pikirkan dan mengapa dia memikirkan hal tersebut. Anda akan mampu mengajarkan doktrin dengan lebih efektif kepada anak Anda, jika Anda memahami siapa dia dan bagaimana dia belajar. 2. Anak bukan orang dewasa yang masih kecil. Mengajar seorang anak tidak hanya sekadar menyampaikan konsep pemikiran orang dewasa. Mengajar seorang anak berarti "menyesuaikan" (customizing) konsep pemikiran itu dengan tingkat belajar anak. Guru yang berbicara seolah dia lebih pintar daripada si anak, justru tidak akan menarik perhatian anak. Seharusnya, guru tidak mengharapkan kedewasaan di luar proses perkembangan anak. Sering kali, kita mendengar orang tua atau guru berkata, "Saya tidak tahu mengapa dia sepertinya tidak tertarik untuk berdoa atau membaca Alkitabnya." Kadang-kadang, kita berharap anak-anak mempunyai suatu sikap dewasa yang alaminya akan diperoleh bertahun-tahun kemudian. Ingatlah bahwa mungkin anak Anda mengalami gangguan dalam belajar, gangguan yang tidak Anda rasakan sebagai orang dewasa. Suasana dan keamanan di rumah, hubungan dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya, suasana di sekolah dalam minggu itu, kesehatan, dan kebiasaan tidurnya -- semua itu memengaruhi minatnya dalam mempelajari kebenaran Alkitab. Hal ini tidak berarti bahwa anak tersebut tidak tertarik pada hal-hal rohani. Anak tersebut mungkin saja memiliki ketertarikan terhadap banyak hal. Anda tidak bisa mengetahui hal ini, sampai Anda tahu bahwa anak tersebut menjadi seorang yang dewasa. 3. Anak adalah seseorang yang utuh (total person). Anak Anda adalah campuran yang kompleks dari tubuh, jiwa, pikiran, keturunan, pengalaman, reaksi, sikap, ingatan, dan bentukan-bentukan dari hal-hal lainnya. Anda mengajar kepada seseorang yang utuh, bukan hanya ingatan atau jiwa saja. Beberapa campuran yang kompleks itu ada di luar kendali anak. Dia tidak memilih keluarga atau keturunan. Dia tidak memilih sendiri tubuh, jiwa, ataupun ingatannya. Beberapa pengalaman yang mereka dapatkan, direncanakan oleh orang-orang yang tinggal bersama mereka. Seorang anak yang begadang menonton teve pada Sabtu malam, bisa jadi tidak terlalu tertarik pada pengajaran Alkitab yang Anda berikan pada keesokan harinya (Minggu pagi). Seorang anak sekolah minggu yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis, mungkin tidak bisa dengan cepat memahami indahnya menjadi keluarga Allah. Sebuah doktrin akan lebih tepat untuk diajarkan bila menggunakan konteks kehidupan sehari-hari. Anda tidak bisa memisahkan diri Anda sendiri dari pengalaman, keturunan, kehidupan keluarga, dan faktor-faktor penentu lainnya yang dialami oleh anak. Anda juga tidak bisa mengharapkan keberhasilan dalam mengajarkan doktrin tersebut kepada anak. Kenali anak Anda, kenali anak tersebut sebagai pribadi yang utuh. Barulah Anda bisa mengajarkan doktrin yang bisa mengubah hidupnya. BEBERAPA METODE Mengajar seorang anak berarti menjelaskan kebenaran kepadanya, bukan mengendalikan ingatannya. Jika kita ingin membentuk anak sesuai dengan gambar diri kita, itu artinya kita sedang mempermainkan Allah. Tugas kita adalah menjelaskan kebenaran dan mengajak anak itu agar menjadi murid yang bahagia di dalam Allah dan mau memberikan hidupnya bagi Kristus -- mau membentuk hidupnya sesuai dengan gambar Allah. Hal ini memberi kita, orang tua dan guru, tanggung jawab yang kadang-kadang membuat kita takut. Namun, ketika kita menerima tanggung jawab ini sebagai rekan kerja Allah, tanggung jawab ini akan menjadi pengalaman yang berharga dan memperkaya kita. Sering kali di dalam pikiran kita, kata "mengajar" membentuk gambaran pengalihan pengetahuan secara langsung kepada seorang murid. "Berikut ini beberapa kebenaran yang harus kalian pelajari. Sekarang pelajari kebenaran-kebenaran ini dan lakukanlah." Ini adalah contoh pendekatan langsung atau pernyataan langsung. Sebagai orang tua dan guru, kita harus waspada terhadap apa yang diajarkan secara alkitabiah dan teologis kepada anak-anak kita, ketika mereka berpindah dari satu tingkat/level departemen ke program gereja lainnya. Bahkan, ketika kita memikirkan untuk memenuhi kebutuhan seseorang yang seutuhnya, kita perlu memikirkan pelayanan untuk anak-anak secara keseluruhan -- apa yang diajarkan kepada mereka pada saat sekolah minggu, di gereja, kelompok pelayanan, sekolah alkitab liburan, dan pelayanan-pelayanan lain yang menyentuh hidup mereka. Beberapa bagian dari teologi sangat tepat diajarkan atau ditekankan pada tingkat-tingkat usia tertentu pada masa kanak-kanak. Dasar kebenaran yang diajarkan pada masa awal kanak-kanak, diperluas dan diperkaya karena pada tahun-tahun ini anak-anak tumbuh dan berkembang. Pelayanan yang berbeda bisa menekankan berbagai aspek teologia sehingga anak-anak akan mendapatkan pengajaran yang utuh dan seimbang. Penelitian tentang apa yang diajarkan di semua level untuk anak-anak akan sangat menolong. Beberapa pengajaran teologia mungkin memerlukan penekanan yang lebih dalam, sedangkan ajaran yang lain bisa jadi tidak sesuai dengan level yang diajar. Sangat penting untuk mengajar secara literal dan konkret. Simbol-simbol, penyamarataan, dan gagasan yang abstrak sebaiknya tidak digunakan, khususnya untuk anak-anak level awal. Penjelasan yang cermat tentang kebenaran teologis, yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, harus menjadi bagian dari keseluruhan pengajaran. Suatu program pembelajaran Alkitab dan teologia yang konsisten dan jelas harus dibangun sejak awal masa kanak-kanak melalui level junior. Rencana harus dibuat untuk menjembatani mereka yang kurang memiliki latar belakang dalam pengajaran Alkitab melalui pembukaan kelas baru, membaca Alkitab di rumah, dan program-program untuk pribadi. Pertemuan antara guru dan orang tua yang memungkinkan terjadinya pertukaran informasi dan tetap terjalinnya komunikasi untuk bekerja sama akan sangat membantu. Gereja harus melengkapi pelatihan yang dilakukan di rumah tanpa mengambil alih tanggung jawab orang tua terhadap perkembangan rohani anak. Beberapa orang tua dan guru dapat merasakan efektivitas pendekatan secara langsung, baik dalam pendidikan umum, maupun dalam pendidikan Kristen. Namun, ada cara lain yang efektif dalam melakukan tugas ini. Pendekatan tidak langsung sangat membantu beberapa orang tua dan guru. Dalam pendekatan ini, pendidikan dicapai tidak melalui pernyataan, tetapi melalui motivasi. Seorang anak akan lebih banyak belajar pada saat dia ingin belajar. Apabila kebenaran diajarkan pada saat seperti ini, mereka akan tertarik dan senang untuk mempelajarinya. Dr. Seuss, "Sesame Street", dan Walt Disney telah menunjukkan efektivitas pendekatan ini dalam pembelajaran umum. Pendekatan ini belum begitu banyak digunakan dalam literatur Kristen untuk anak-anak. Berikut beberapa metode yang dapat berguna dalam pendekatan tidak langsung. 1. Contoh Keberadaan Anda sebagai orang tua atau guru mungkin lebih menonjol daripada apa yang Anda katakan. Jika Anda mengizinkan doktrin bekerja dalam hidup Anda sendiri, hal ini akan dilihat anak karena dia mencontoh Anda. Anda benar-benar seperti buku hidup. 2. Membaca Gladys Hunt telah menulis sebuah buku yang sangat bagus tentang hasil yang kita terima apabila kita membaca dengan baik bersama anak-anak dan belajar tentang nilai-nilai yang ada dalam bacaan itu. Beliau menunjukkan, kita tidak boleh membatasi diri dalam membaca buku-buku yang "alkitabiah" atau "rohani". Beberapa nilai yang membangun hidup kita, berasal dari buku-buku besar yang ada sekarang ini, yang dahulu sering kali mendukung beberapa doktrin penting yang kita ajarkan. 3. Membagikan pengalaman-pengalaman Menjelajah hutan, mengadakan perjalanan dengan mengendarai mobil, berjalan-jalan di sekitar tempat tinggal, atau pengalaman-pengalaman lain yang melibatkan murid dan guru, bisa menjadi sangat berharga. Dalam konteks pengalaman-pengalaman ini, ada banyak hal yang bisa diajarkan tentang Tuhan dan rencana-rencana-Nya bagi kita. Claudia Royal menunjukkan nilai-nilai dari menyatukan alam dengan Allah yang menciptakan semua yang ada di dalamnya. Pengalaman ada di mana-mana. Pengalaman-pengalaman itu menunggu setiap guru dan murid untuk berpartisipasi dan belajar di dalamnya. 4. Percakapan Sebuah percakapan akan menghubungkan pikiran dan hati Anda dengan pikiran dan hati anak Anda. Jelas percakapan dibutuhkan sehingga Anda lebih mengenal anak Anda. Tidak ada cara efektif lain untuk menemukan pikiran dan sikap yang terdalam. Berikan pertanyaan yang jawabannya lebih dari sekadar ya atau tidak. Bantulah anak untuk menunjukkan ide-ide dan pikiran mereka sendiri, untuk mengatakan mengapa dia berpikiran demikian. Percakapan bisa muncul dengan alami melalui pengalaman yang dibagikan oleh guru dan murid. Adakah yang lebih alami daripada percakapan tentang Allah, sang pencipta, ketika Anda berjalan-jalan bersama di hutan atau ketika Anda duduk didekat api unggun dan menatap bintang? 5. Musik dan menyanyi Lagu-lagu Kristen dipenuhi dengan konsep teologia yang penting bagi anak-anak. Pelajaran tentang doktrin bisa ada dalam lagu untuk anak-anak, himne-himne yang indah, lagu-lagu pujian. Ada sesuatu yang membuat konsep doktrin yang dilagukan itu terus melekat dalam ingatan dan merasuk ke dalam hati. Siapa yang tidak ingat lagu-lagu yang dipelajari ketika menjadi murid sekolah minggu? Lagu-lagu itu adalah teologi. Lagu-lagu itu menyentuh ingatan dan hati anak-anak. Hanya saja, karena lagu-lagu itu dinyanyikan, tentunya lebih mudah diingat. Ada suatu keindahan saat menyanyi sebagai satu keluarga. Menyanyi bersama-sama tidak hanya mengajar, tetapi juga membantu menyatukan seluruh keluarga. 6. Membaca gambar Sebelum anak mulai bisa membaca, dia belajar untuk "membaca" gambar. Guru atau orang tua bisa menunjukkan beberapa benda yang ada dalam gambar untuk memfokuskan perhatian anak pada kegiatan yang diadakan. Tetapi, anak akan menemukan lebih banyak gambar, daripada yang ditemukan oleh orang dewasa. Secara spontan, anak-anak akan menemukan benda-benda yang mungkin dilewatkan oleh orang dewasa. Kenneth A. Taylor menggunakan metode ini dalam "The Bible in Picture for Little Eyes". Dengan memberi pertanyaan yang memfokuskan perhatian pada hal-hal tertentu, orang tua dan guru membantu anak belajar berbagai kebenaran Alkitab yang penting. Buku-buku cerita Alkitab yang disertai dengan pertanyaan-pertanyaan di akhir cerita, misalnya "The Victor Family Story Bible", yang ditulis oleh V. Gilbert Beers dan Ronald A. Beers. Banyak cara lain yang bisa digunakan, tetapi metode-metode yang lebih jelas ini akan mendorong Anda untuk memikirkan metode lain. Guru dan orang tua yang kreatif akan membuat berbagai metode tidak langsung yang dapat membantu anak untuk mempelajari doktrin. Sangat penting bagi Anda untuk mencari kesempatan dalam kehidupan sehari-hari yang bisa menolong anak Anda untuk mempelajari kebenaran sejati dalam Alkitab. Ini merupakan bentuk pendidikan yang Allah perintahkan kepada umat-Nya untuk dilakukan pada zaman Musa, "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun" (Ulangan 6:6-7). (t/Dian dan Ratri) Bahan diterjemahkan dan diedit seperlunya dari: Judul buku : Childhood Education in the Church Judul asli artikel: Teaching Theological Concept to Children Penulis : Robert E. Clark, Joanne Brubaker, dan Roy B. Zuck Penerbit : Moody Press, Chicago 1986 Halaman : 367, 374 -- 378 o/ TIPS o/ TEOLOGI UNTUK ANAK-ANAK ======================= Bahasa doktrin yang berbelit-belit merupakan bahasa yang sulit dipahami anak-anak karena mereka masih memiliki kemampuan memahami melalui apa yang didengarnya. Contohnya, anak akan mengatakan bahwa Allah itu tidak dapat dilihat karena Allah berada di surga, bukan karena Allah adalah roh. Seorang anak yang mendengar bahwa Roh Kudus menampakkan diri sebagai merpati secara alamiah, akan berpikir bahwa Roh Kudus adalah burung. Seorang anak yang ingin tahu mengenai kedatangan Tuhan Yesus akan sulit memahaminya karena anak-anak ini hanya hidup pada masa saat ini saja. Bagaimana guru bisa membantu anak membangun dasar teologia yang benar, yang mendukung pembelajarannya di masa yang akan datang? Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan. 1. Bantulah anak mengenali kuasa Allah melalui pengenalan alam. Rancanglah kegiatan yang memberi pengalaman langsung kepada anak. Buatlah percakapan yang menimbulkan pujian secara spontan. Gunakan semua panca indera. "Rasakan kehalusan bulu anak-anak kucing. Allah memberi bulu pada anak-anak kucing ini supaya mereka tetap hangat." "Lihatlah bagaimana Allah menciptakan jari-jari tanganmu, sehingga kamu bisa memegang krayon. Mari kita mengucap syukur untuk jari-jari tangan ini." (Luruskan konsep yang salah bahwa Allah atau beberapa kuasa Allah ada pada beberapa ciptaan-Nya). 2. Yakinkan kembali anak-anak akan kasih Allah. Anak-anak membutuhkan keamanan. Ingatkan mereka tentang siklus musim yang terus berjalan yang Allah ciptakan dan Allah jaga terus setiap tahun. "Sekarang, Allah menurunkan hujan supaya tanaman bisa tumbuh di tanah. Kita akan melihat indahnya bunga, saat Allah menumbuhkan bunga-bunga itu di musim panas.", 3. Bantulah anak untuk memahami kehendak Allah. Ketika terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan bukan berarti itu adalah kehendak Allah, melainkan sering kali adalah karena kehendak manusia itu sendiri. "Kejahatan" manusia adalah satu alasan mengapa kita memerlukan kasih dan pengampunan Allah. Jika orang yang jahat tidak dihukum, itu karena Allah berkuasa memberikan hukuman dan ganjaran dan semua itu akan diberikan ketika Ia siap. 4. Bagi anak-anak, orang tua dan guru merupakan bentuk dari kemahakuasaan. Bila orang tua memberi contoh dengan menaati perintah Allah, anak-anak bisa melihat bahwa Allah adalah pemegang kuasa yang tertinggi. Doa anak-anak bisa saja berisi permintaan, tetapi tidak pernah berupa perintah ataupun tawaran. Bahkan anak-anak bisa memahami bahwa tidak seorang pun perlu mengatakan apa yang harus Allah lakukan. 5. Dalam pemahaman anak, gereja adalah suatu bangunan. Dengan menggunakan waktu dan tempat alternatif untuk bersekutu, guru bisa membantu anak untuk melihat betapa baiknya berada di suatu tempat khusus untuk bersekutu dan berdoa. Murid-murid yang lebih dewasa bisa dengan lebih mudah diperkenalkan bahwa "gereja" bisa juga berarti sebuah gedung atau komunitas orang- orang percaya dari seluruh dunia. 6. Bantulah anak dalam merespons kasih Allah. Ingatlah bahwa seorang anak harus memiliki suatu pemahaman moral sebelum dia bisa menyatakan perlunya pengampunan. Guru bisa menanamkan pemahaman akan keadilan dengan berlaku adil dan konsisten dalam mendisiplin. Bagi anak yang berasal dari keluarga yang kurang disiplin, konsekuensi dari perilaku yang salah bisa menjadi pengalaman baru bagi mereka. Bagi anak-anak yang belum pernah menerima teguran karena ketidaktaatan, mungkin akan sulit memahami pengorbanan Yesus. Guru harus menunjukkan kasih kepada murid-muridnya ketika harus menegur mereka. Jangan pernah memberi kesan bahwa mereka bisa dikasihi hanya pada saat mereka taat. 7. Sadari bahwa konsep anak mengenai Allah secara umum terbentuk melalui ayah mereka sendiri dan pria lain yang berkuasa di rumah. Seorang anak membentuk dan mengikat konsep yang abstrak sehingga konsep tersebut menjadi hal yang biasa baginya, menjadi contoh yang konkret. Berhati-hatilah dengan istilah "Bapa di surga" karena konsep ini mungkin memiliki arti yang negatif bagi anak-anak dari lingkungan keluarga tanpa ayah, atau yang ayahnya melakukan pelecehan. 8. Anak-anak selalu mempunyai pertanyaan tentang Allah. "Berapa tinggi-Nya?" "Jika kita berdoa pada saat yang bersamaan, siapakah yang akan Allah dengarkan?" "Apakah Dia berjenggot?" Kemahakuasaan Allah mungkin menakutkan atau menyeramkan. Kematian atau ketidakberadaan orang dewasa yang mereka percayai bisa menyebabkan anak meragukan sifat keabadian Allah. 9. Gunakan Alkitab untuk menjawab pertanyaan anak mengenai Allah: "Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah." (Amsal 90:2). "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran." (Yakobus 1:17). "Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia." (Kisah Para Rasul 17:24). 10. Doronglah usaha-usaha murid dalam berdoa. Ikutilah apa jawaban doa mereka, sehingga murid-murid tahu bahwa Tuhan merespons doa mereka, meskipun respons itu negatif. Pada saat anak sudah siap merespons keselamatan yang Tuhan tawarkan, mereka seharusnya sudah terbiasa bercakap-cakap (berdoa) dengan Tuhan. 11. Bantulah murid-murid dalam memahami janji-janji Allah tentang masa depan. Anak-anak yang masih kecil ini tidak memikirkan masa depan mereka, itulah sebabnya sulit bagi mereka untuk memikirkan apa saja yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kepekaan mereka dalam hal kronologi (urutan peristiwa) belum terbentuk, para orang tua bisa membuktikannya saat mengendarai mobil, orang tua akan terus mendengar anak-anak yang duduk di kursi belakang bertanya, "Apakah kita sudah sampai?", 12. Yakinkan murid-murid Anda bahwa Alkitab itu istimewa, pribadi, dan benar. Gunakan cara-cara yang mudah dipahami untuk menyampaikannya di kelas, ataupun untuk ayat hafalan. Ajarkan kepada anak perbedaan antara cerita Alkitab yang sesungguhnya dan cerita-cerita aplikasi yang mengajarkan konsep Alkitab. 12. Baptisan adalah suatu konsep yang sulit dimengerti oleh anak-anak. Mereka hanya akan memahaminya bila disampaikan melalui kata-kata yang paling mudah mereka pahami. Anak-anak ini harus sudah cukup dewasa untuk mengerti bahwa baptisan adalah suatu simbol perubahan dari dalam dan bukti dari perubahan perilaku. Beberapa anak mungkin takut dengan istilah "ciptaan baru" karena mereka mengartikannya dengan menjadi orang asing/aneh. 13. Anak-anak bisa memahami penerapan karunia rohani. Kunjungan dari para pekerja gereja, misalnya para guru, karyawan, dan pemimpin gereja bisa menggambarkan kemampuan yang Tuhan berikan kepada umat-Nya dan bagaimana mereka menggunakannya. Kedewasaan rohani anak-anak terbentuk pada tingkat yang tak dapat diperkirakan. Beberapa anak akan siap menerima Yesus sebagai Juru Selamat mereka sejak mereka masih kecil, sedangkan anak-anak yang lainnya akan terus bergumul dengan konsep dasar yang lebih banyak lagi. Guru memiliki tanggung jawab dalam pembentukan sikap dan meletakkan dasar utamanya. Guru yang lainnya bisa memimpin seorang anak yang sudah percaya Yesus menjadi keluarga Allah -- dengan membangun dasar utamanya itu sejak dini. (t/Ratri) Bahan diterjemahkan dan diedit seperlunya dari: Judul buku : The Complete Handbook for Children`s Ministry Judul asli artikel: Theology for Children Penulis : Robert J. Choun dan Michael S. Lawson Penerbit : Thomas Nelson Publishers, Nashville 1993 Halaman : 334 -- 337 o/ BAHAN MENGAJAR o/ NAPAS TUHAN =========== Alat peraga : Sebotol gelembung Ayat Alkitab: Kejadian 2:7 Tema : Nafas Tuhan ada di dalam kita Apakah kamu suka meniup gelembung? (Tiuplah beberapa gelembung sabun, kemudian beri kesempatan kepada anak-anak untuk menikmati gelembung-gelembung yang beterbangan itu.) Bermain gelembung sabun merupakan sesuatu yang amat menyenangkan. Saya pikir, setiap orang pasti suka gelembung. Kita suka tersenyum saat melihat orang meniup gelembung-gelembung sabun dan melihat gelembung-gelembung itu melayang-layang di udara. Ada beberapa cara meniup gelembung. Yang pertama, tiuplah gelembung dengan perlahan-lahan, perhatikan gelembung itu lepas dari kawatnya, lalu melayang. Cara kedua adalah meniup gelembung dari permen karet. Pernahkah kamu minum dengan sedotan? Kamu dapat meniupkan udara melalui sedotan itu dan melihat ada gelembung-gelembung muncul dalam air minumanmu. Semua cara meniup gelembung itu ada kesamaannya. Semua ditiup dengan napas kita. Semua gelembung dibuat orang dengan napas yang ditiupkan ke dalamnya. Cerita Alkitab yang kita dengar hari ini adalah tentang Tuhan yang membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalamnya, sehingga manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Tuhan memberi manusia itu napas hidup. Kita semua punya napas Tuhan di dalam kita. Cara Tuhan meniupkan napas hidup ke dalam kita, tidak sama dengan ketika Dia meniupkan napas hidup itu ke dalam manusia pertama, tetapi Tuhan memberi kita hidup dan hidup itu adalah bagian dari napas Tuhan. Tuhan tidak bernapas seperti kita. Tetapi, Tuhan memberi napas hidup yang artinya adalah Tuhan memberi kita hidup dan Dia ingin sekali agar kita semakin besar. Pada saat kita belajar cerita-cerita Alkitab, mendengarkan firman Tuhan di sekolah minggu dan kebaktian gereja kita, artinya kita memelihara napas Tuhan agar tetap hidup di dalam kita. Bukan saja badan Anda yang bertambah besar, tetapi rohani Anda juga dapat bertumbuh jika Anda selalu merenungkan dan belajar firman Tuhan. Doa: Ya Tuhan, terima kasih atas napas hidup-Mu. Tolong kami untuk terus bertumbuh. Amin. Diambil dan diedit seperlunya dari: Judul buku: Ceritakan untuk Anak-Anak Sekolah Minggu Buku Satu: Sebuah Sumber Ibadah Penulis : Donna McKee Rhodes Penerbit : Gospel Press, Batam Centre 2002 Halaman : 23 -- 24 o/ WARNET PENA o/ SOTERI ------ http://reformed.sabda.org/ Situs SOTeRI adalah situs yang memuat artikel-artikel bercorak teologi Reformed. Sebagian bahan dalam situs ini adalah arsip dari Publikasi e-Reformed (yang diterbitkan oleh YLSA). Artikel-artikel teologia dalam situs ini sudah dibagi ke dalam beberapa kategori untuk memudahkan pengunjungnya mencari artikel sesuai kebutuhan. Anda akan menemukan Teologia Biblika, Teologia Sistematika, Teologia Historika, dan Teologia Praktika sebagai kategori utama. Artikel juga dapat Anda cari melalui kategori lain, yaitu Artikel, Renungan, dan Buku. Harapannya, bahan-bahan yang terdapat dalam situs ini dapat memberikan wawasan tentang corak pemahaman teologia Reformed yang alkitabiah dan agar kita memiliki pengajaran Alkitab yang benar, hidup kerohanian kita juga semakin berbuah, dan memberikan kemuliaan hanya bagi Tuhan saja. Dari: Redaksi o/ MUTIARA GURU o/ Guru bisa memimpin seorang anak untuk menjadi keluarga Allah, dengan membangun dasar utamanya sejak dini. ---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> ---------------------------------------------------------------------- Pemimpin redaksi: Davida Welni Dana Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |