Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/328 |
|
![]() |
|
e-BinaAnak edisi 328 (2-5-2007)
|
|
______________________________e-BinaAnak______________________________ Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak ================================================== Daftar Isi: 328/Mei/2007 ---------- - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL (1) : Yang Yesus Ajarkan tentang Kasih: Kasih adalah Prinsip Utama dari Semua Hukum - ARTIKEL (2) : Mengasihi Murid seperti Teladan Yesus - BAHAN MENGAJAR : Kasih itu Sabar - WARNET PENA : Free Bible Study Resources: The Love Chapter - DARI ANDA UNTUK ANDA: Ucapan Syukur - MUTIARA GURU o/ SALAM DARI REDAKSI o/ Salam dalam kasih Kristus, Kata "kasih" merupakan sebuah kata yang kompleks. Kompleksitasnya tidak hanya dalam tatanan makna, tapi juga dalam praktik. Kasih harus melampaui perkataan dan menjelma dalam perbuatan. Dan Tuhan kita, Yesus Kristus telah meninggalkan teladan yang sangat baik. Hanya saja, ketika kita hendak mengajarkan kasih pada anak-anak layan kita, satu hal yang perlu kita renungkan ialah seperti apa kita mempraktikkannya. Jelas kita tidak bisa sekadar menyampaikan teori tanpa kita sendiri dapat menunjukkannya, kepada sesama rekan pelayan, terlebih kepada anak-anak. Sebagai pelayan Tuhan, kita harus terlebih dahulu meneladani kasih Kristus yang telah terlebih dahulu dinyatakan-Nya kepada kita. Di edisi awal bulan Mei ini, kita akan bersama-sama belajar pengajaran kasih dari Yesus dan juga bagaimana kita dapat mengasihi anak-anak layan kita, seperti Yesus mengasihi murid-murid-Nya. Untuk bulan Mei, e-BinaAnak mengusung tema Mengikuti Teladan Kristus. Selain Mengikuti Teladan Kristus dalam Mengasihi, tema-tema berikut akan disuguhkan kepada Anda. - Mengikuti Teladan Kristus dalam Melayani - Mengikuti Teladan Kristus dalam Mengajar - Mengikuti Teladan Kristus dalam Memimpin - Mengikuti Teladan Kristus dalam Disiplin Nah, selamat menyimak edisi kali ini. Mari mempraktikkan kasih itu dan mengajarkannya kasih itu pada anak-anak layan Anda. Penyunting, Raka Sukma Kurnia "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah." (1Yohanes 4:7) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=1Yohanes+4:7 > o/ ARTIKEL (1) o/ YANG YESUS AJARKAN TENTANG KASIH: KASIH ADALAH PRINSIP UTAMA DARI SEMUA HUKUM =========================================== Injil menuliskan empat keadaan di mana Yesus mengajarkan bahwa kasih merupakan prinsip utama dari semua hukum. Dalam Khotbah di Bukit kita mendapatkan contoh pertamanya. Seperti yang telah ditunjukkan bahwa hukum yang berkaitan dengan kutuk, perzinahan, dan penganiayaan kepada orang lain tidak hanya sekadar kata-kata saja dan harus dihargai lebih daripada itu. Dia berkata, "Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Mat. 5:43,44). Ayat yang diambil-Nya dari Perjanjian Lama, Imamat 19:18, menyatakan, kasihilah musuhmu. Ini menunjukkan bahwa Yesus benar-benar memberikan interpretasi umum pada ayat ini, suatu interpretasi yang muncul dari konsep "sesama". Bagi orang Yahudi, "sesama" adalah orang yang tinggal di sekitar kita. Pada kenyataannya, bahasa Yunani untuk "sesama" berarti orang yang di dekat kita. Orang Yahudi jumlahnya sangat banyak sehingga yang dimaksud "sesama" hanyalah orang Yahudi. Dan karena hampir setiap orang lain menjadi musuh, mereka memberi celah permusuhan kepada orang lain. Yesus memerintahkan, "Kasihilah musuhmu." Pada waktu itu seseorang hampir tidak mungkin berpikir hal-hal yang lebih mengejutkan dan tidak masuk akal. Yesus menegaskan hal ini untuk kedua kalinya ketika ada seorang muda yang kaya datang kepada-Nya. Pengikut muda ini menyebut Yesus, "Guru yang baik", dan bertanya bagaimana bisa mendapatkan hidup yang kekal. Yesus mengatakan kepadanya supaya mematuhi perintah Allah. Ketika dia bertanya perintah yang mana yang dimaksud Yesus, Tuhan berkata, "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat. 19:18,19). Perhatikan bahwa Yesus menghubungkan hukum kasih dengan tugas setiap orang. Untuk ketiga kalinya Yesus menggunakan hukum ini sebagai acuan untuk menjawab pertanyaan ahli Taurat (Luk. 10:25-29). Orang ini menanyai Yesus hanya untuk mencobai-Nya. Pertanyaan itu diajukan oleh seorang ahli Taurat, "Guru, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis di dalam hukum Taurat? Apa yang kau baca di sana?" Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Yesus membenarkan jawaban orang itu tentang kedua perintah ini. Tetapi ahli Taurat ini mencoba membenarkan dirinya sendiri, ingin tahu, "Siapakah sesamaku manusia itu?" Untuk hal ini Yesus menceritakan kepadanya tentang orang Samaria yang baik hati (Luk. 10:30-35). Pada kali yang keempat, Yesus menekankan hukum kasih ini di sepanjang minggu terakhir keberadan-Nya di Yerusalem. Pada saat ini juga, seorang ahli Taurat menanyai Dia untuk mendapatkan jawaban yang benar. Ahli Taurat itu menanyakan perintah apa yang terutama. Yesus menjawab bahwa perintah yang pertama adalah mengasihi Allah dan perintah kedua adalah mengasihi sesama (Mat. 22: 35-39). Yesus memberi kesimpulan pada ayat 40 dengan mengatakan, "Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Dengan demikian, kita bisa melihat bahwa Dia menjadikan hukum kasih sebagai pusat dari seluruh hukum. Mengapa? Karena jika kita benar-benar mengasihi Allah dan sesama kita, dengan sendirinya kita akan memenuhi hukum-hukum lainnya. Kita tidak bisa mengasihi seseorang, namun kita mencuri atau iri hati terhadap apa yang dimilikinya. Kita tidak bisa mengasihi Allah dan mengkhianati-Nya atau menyembah berhala. Kasih Yesus tidak mengajarkan rasa sentimentil, tetapi kemampuan untuk berbuat baik. Karena kasih adalah prinsip utama dari semua hukum. Prinsip ini Yesus gunakan untuk menyatakan bahwa murid-murid-Nya harus saling mengasihi sama seperti Ia yang juga mengasihi mereka. Yesus menyebut ini sebagai "hukum yang baru". Yesus juga menyatakan bahwa kasih kepada-Nya akan tampak dalam ketaatan kepada-Nya (Yoh. 15:12-17, 14:15-23). Yesus mengatakan, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku" (Yoh. 14:15). Kasih kita kepada Allah diukur berdasarkan ketaatan kita kepada-Nya dan dari kasih kita kepada sesama kita. KASIH MERUPAKAN SIFAT ALLAH Rasul Yohanes mengatakan kepada kita, "Allah adalah kasih" (1Yoh. 4:8). Meskipun pernyataan ini tidak dinyatakan langsung oleh Yesus kepada kita, tetapi kita bisa melihat kebenarannya melalui kebangkitan dan pelayanan-Nya. Kedatangan-Nya dijelaskan hanya dengan dasar kasih Allah dan perhatian untuk manusia. Yohanes menyederhanakannya dan menyatakannya demikian, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal" (Yoh. 3:16). Apa lagi yang masih kita perlukan untuk membuktikan kasih Allah? Ajaran Yesus tentang pemeliharaan Allah sudah menjadi bukti dari kasih-Nya. Dalam Khotbah di Bukit, Yesus mengajarkan kepada kita agar tidak khawatir karena kita dapat bergantung kepada Bapa. Yesus menunjukkan kepada kita bahwa Bapa memelihara burung-burung, mendandani rumput di padang, dan memberi keindahan kepada bunga-bunga yang bermekaran, dan begitu juga Dia akan memelihara kita (Mat. 6:25-33). Tindakan Yesus yang berbelas kasih itu sendiri menunjukkan betapa Allah itu kasih. Ia yang menyembuhkan orang sakit, menghidupkan kembali orang yang sudah mati, memberi makan orang banyak, dan melindungi murid-murid-Nya menunjukkan bahwa kasih adalah sifat Allah. Ia mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa setiap orang yang telah melihat Dia telah melihat Bapa (Yoh. 14:9). Tindakan Yesus yang menunjukkan kasih selama Ia hidup menjadi bukti yang paling nyata bahwa Allah itu kasih. Dengan demikian, kita bisa menyimpulkan bahwa Ia mengajarkan bahwa kasih merupakan sifat Allah. Ajaran-ajaran Yesus yang menggunakan perumpamaan juga menunjukkan hal ini. Kasih yang dimiliki seorang ayah dalam cerita anak yang hilang menggambarkan kasih Bapa di surga. Ketentuan untuk para pekerja juga merupakan ketentuan dari kasih, bukan dari kebaikan mereka. Dan pengorbanan dari seorang gembala yang baik juga merupakan kepedulian terhadap mereka yang dikasihi. Petrus mengatakan kepada kita bahwa kehidupan Tuhan kita merupakan suatu "contoh" atau sebagai seperti yang disebut dalam bahasa Yunani "tupos", (atau dalam bahasa Inggris "type"). Dia meninggalkan "teladan" bagi kita, kata Petrus, "supaya kamu mengikuti jejak-Nya" (1Ptr. 2:21). Inti dari contoh ini adalah kasih. Bagaimana kita bisa mengasihi seperti Ia mengasihi? Hanya dengan mengenal bahwa kuasa dari kasih itu adalah kuasa-Nya. Dia adalah pokok anggur dan kita adalah ranting-rantingnya. Bila kita tinggal di dalam pokok anggur itu, kekuatan dari pokok anggur itu memberi kita hidup, dan sifat dari anggur (kasih) ditunjukkan dalam buahnya (Yoh. 15:1-13). (t/Ratri) Bahan diterjemahkan dari sumber: Judul buku : What Jesus Taught Judul asli artikel: Love is the Central Principle of All Law Penulis : George Alder Penerbit : Standard Publishing, Ohio, USA Halaman : 96 -- 99 o/ ARTIKEL (2) o/ MENGASIHI MURID SEPERTI TELADAN YESUS ===================================== Oleh: Davida Welni Dana Selama Yesus melakukan pelayanan-Nya di dunia, banyak pelajaran kasih yang Dia berikan kepada kita. Kasih kepada Tuhan, sesama, saudara, murid-murid, anak-anak, dan lain sebagainya. Banyak hal dari tindakan kasih Yesus kepada anak-anak maupun murid-murid-Nya yang dapat kita terapkan dalam pelayanan. Berikut ini beberapa di antaranya. Membiarkan anak-anak datang kepada-Nya -------------------------------------- Kasih Yesus kepada anak-anak sungguh besar. Dia tidak menghalang-halangi anak-anak datang kepada Dia. Pengajaran, berkat, dan kasih-Nya bukan hanya untuk orang-orang dewasa saja, tetapi juga untuk anak-anak kecil. Dalam Markus 10:13-16 kita dapat melihat Yesus memeluk anak-anak itu dan memberkati mereka. Sebelumnya, Dia menegur murid-murid-Nya yang menghalang-halangi anak itu datang kepada Dia. Yesus rindu setiap anak merasakan kasih dan mendapatkan berkat karena mengenal Dia. Melalui kisah di atas, Yesus mengajarkan agar kita membawa anak-anak datang kepada-Nya, tidak hanya secara fisik, tetapi agar mereka juga dapat bertumbuh dalam pengenalan akan Allah. Janganlah kita menjadi seperti para murid yang menghalangi anak-anak datang kepada Dia dengan tidak sepenuh hati melakukan pelayanan kita dan menganggap pelayanan anak tidaklah penting. Teladanilah kasih Yesus yang membiarkan anak-anak merasakan kasih dan mendapatkan berkat-Nya. Memerhatikan keadaan dan kebutuhan murid-murid ---------------------------------------------- Firman Tuhan juga mencatat beberapa peristiwa yang menunjukkan bahwa Yesus amat memerhatikan keadaan dan kebutuhan murid-murid-Nya. Dalam Matius 8:14-17 kita dapat melihat Yesus datang ke rumah Petrus dan menyembuhkan ibu mertuanya yang sedang sakit keras. Dalam Lukas 5:1-11 Yesus tahu bahwa seharian Petrus dan juga teman-temannya tidak mendapatkan hasil tangkapan ikan, lalu Dia meminta Petrus untuk pergi ke tengah dan menebarkan jala. Dan ada mujizat! Ikan yang sangat banyak ditangkap oleh Petrus dan teman-temannya. Hasil tangkapan itu tentu saja bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dalam Yohanes 14:15-31 Yesus mengatakan bahwa tidak lama lagi Dia tidak akan bersama murid-murid-Nya. Dia tahu perkataan itu akan sangat menyedihkan bagi mereka dan mungkin membuat gentar, oleh karena itu Dia berjanji memberikan Penolong yang lain sehingga mereka tidak akan sendirian dalam melanjutkan pekerjaan-Nya di bumi. Memerhatikan keadaan dan kebutuhan anak-anak layan kita juga merupakan salah satu bukti bahwa kita mengikuti teladan Yesus dalam hal mengasihi. Perhatian tidak hanya kita tunjukan ketika berhadapan dengan anak di dalam kelas, tetapi mengenal mereka lebih pribadi lagi. Misalnya, mengenal keadaan keluarga, menjadi sahabat bagi anak yang membutuhkan bimbingan khusus, memerhatikan anak-anak dengan kebutuhan khusus, menjenguk dan mendoakan mereka di kala sakit atau berduka, dan lain sebagainya. Program visitasi bisa menjadi salah satu aksi untuk menyentuh keadaan anak secara lebih pribadi lagi. Mendoakan murid-murid. ---------------------- Dalam Yohanes 17:1-26 ditulis bagaimana Yesus mendoakan murid-murid-Nya. Rasa kasih yang begitu dalam kepada mereka membawa Ia menyebutkan murid-murid-Nya tersebut di hadapan Bapa. Dalam doa-Nya, Dia bersyukur atas murid-murid-Nya yang percaya dan tahu benar bahwa Yesus adalah Anak Allah, Mesias yang dijanjikan itu. Dalam doa-Nya, Dia juga memohon kepada Bapa agar Bapa memelihara mereka saat Dia sudah tidak bersama dengan mereka lagi di dunia. Mendoakan anak-anak layan merupakan hal yang harus dijalankan para pelayan anak dengan kasih yang tulus. Ucapan syukur atas setiap murid yang Tuhan percayakan untuk kita layani merupakan teladan yang dapat kita contoh dari doa Yesus untuk murid-murid-Nya. Kita boleh menyebutkan nama anak satu persatu di hadapan Bapa. Begitu pula dengan memohon agar Anda diberi hikmat untuk membawa mereka lebih dewasa terhadap pengenalan akan Juru Selamat sejati. Membawa murid-murid menerima keselamatan kekal ---------------------------------------------- Tujuan utama Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal adalah agar setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Setiap orang yang menerima dan mengaku Yesus adalah Mesias yang dijanjikan, akan menerima anugerah keselamatan kekal dari Allah. Melalui setiap peristiwa dan pengalaman selama pelayanan Yesus di dunia, murid-murid terus dibawa kepada kebenaran iman ini. Dan mereka percaya bahwa Yesuslah Mesias. Dalam doa Yesus, kita dapat melihat betapa Yesus bersyukur karena murid-murid-Nya mengenal Bapa melalui Dia. Yesus juga bersyukur karena bukan hanya percaya, murid-murid-Nya juga membawa banyak orang mempercayai bahwa Yesus adalah Sang Mesias. Dalam Matius 16:13-20 kita juga dapat melihat Petrus dengan iman mengatakan, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Ya, Yesus membawa murid-murid-Nya menerima anugerah keselamatan kekal dari Allah. Kasih terbesar Allah kepada manusia tersebut hendaknya menjadi dasar bagi kita saat melayani Tuhan melalui anak-anak. Mengajar dan mendidik anak-anak layan kita mengenai keselamatan, kemudian membawa mereka menerima anugerah keselamatan itu harus menjadi inti pelayanan kita. Sejak bereksistensi, anak sudah berdosa dan tidak memiliki keselamatan. Oleh karena itu, tanggung jawab kitalah untuk membimbing mereka, sehingga mereka pun mendengar Berita Anugerah dan menerima anugerah kekal itu. Selalu memberikan nasihat ------------------------- Dalam firman Tuhan kita bisa melihat Yesus selalu memberikan nasihat kepada murid-murid-Nya. Nasihat yang Dia berikan bertujuan agar murid-murid hidup dalam kebenaran dan mengikuti kehendak Bapa. Yesus selalu memberikan nasihat dan didikan melalui setiap peristiwa yang terjadi selama pelayanan bersama murid-murid-Nya. Salah satu nasihat yang Dia berikan bisa dilihat di Lukas 17:1-7. Mengikuti teladan Yesus, maka berikanlah nasihat kepada anak-anak Anda sesuai dengan firman Tuhan. Jika mereka dalam kesulitan atau sedang mengalami peristiwa tertentu, baik menyenangkan, maupun menyedihkan bagi mereka, gunakanlah kesempatan itu untuk memberikan nasihat dan pelajaran hidup kepada mereka. Kita pasti dapat melakukannya karena Yesus telah terlebih dahulu melakukannya. Tidak membeda-bedakan --------------------- Dalam mengajar Yesus tidak pernah membeda-bedakan. Kita dapat melihat murid-murid-Nya memiliki latar belakang yang berbeda. Semua mendapatkan kasih, didikan, perlakuan, nasihat, dan ajaran yang sama. Dia memiliki murid berlatar belakang seorang nelayan, pekerjaan yang dianggap rendah; pemungut cukai yang dianggap amat licik, dan profesi lainnya. Semuanya sama di hadapan Sang Guru Agung. Mengasihi murid tanpa membeda-bedakan latar belakang dan kondisi anak merupakan salah satu syarat utama pula bagi para pelayan anak. Semua anak sama di mata Tuhan. Semua dikasihi-Nya. Untuk itu, kita juga harus menyatakan kasih Tuhan tersebut melalui kasih tulus kita kepada mereka. Jangan ada pilih kasih, apalagi membedakan anak yang memiliki kelemahan. Menegur murid jika melakukan kesalahan -------------------------------------- Mengasihi bukan berarti tidak menegur mereka yang bersalah. Yesus kerap kali menegur murid-murid-Nya ketika melakukan kesalahan. Tetapi teguran yang Dia berikan bukanlah teguran tanpa tujuan. Teguran-Nya bertujuan mengajar, memperbaiki kelakuan, mendidik, dan agar murid mengetahui kehendak Bapa di surga. Saat Petrus tenggelam ketika mencoba berjalan di atas air, Yesus menegur Dia karena kurang percaya. Walaupun begitu, Yesus tidak membiarkannya terjatuh, tetapi memegang tangan Petrus dan membimbingnya kembali ke perahu. Jangan ragu untuk menegur anak-anak jika mereka melakukan kesalahan, apalagi jika kesalahan itu bisa berakibat fatal bagi mereka. Yang harus diperhatikan adalah hendaknya teguran yang diberikan bersifat mendidik dan tidak menyakiti hati anak. Jika kita menggali Alkitab lebih dalam lagi, pasti masih banyak teladan-teladan kasih Yesus kepada murid-murid-Nya yang dapat kita contoh sebagai pedoman kita dalam mengasihi murid-murid kita. Mari berkomitmen untuk menjadi alat-Nya agar melalui kita anak-anak dapat melihat kasih Yesus. Selamat mengajar! o/ BAHAN MENGAJAR o/ KASIH ITU SABAR =============== Uraian pelajaran: ----------------- Banyak terjemahan modern menyertakan ayat ini, "Kasih itu sabar ...." Secara teknis, hal itu benar. Sayangnya, banyak orang modern tidak memiliki pandangan yang sama tentang kesabaran seperti orang-orang zaman dulu. Kita mengartikan sabar itu seperti mengantri selama lima menit tanpa meneriaki orang lain. Namun, tidak demikian dengan makna kata sabar dalam bahasa Yunani. Sabar bukan berarti kemampuan untuk menunggu sesuatu terjadi. Kata sabar dalam bahasa Yunani adalah "makrothumia" yang secara harafiah berarti `panjang/lama` (makro), dan `menderita` (thumia). Jadi, kesabaran berarti memikul penderitaan dalam jangka waktu yang lama dan bertahan menghadapi kelakuan orang lain yang mungkin bertentangan dengan kita. Jika kita ingin mengasihi dengan kasih Tuhan, kita harus memulainya dengan kesabaran. Ada dua bagian dalam kesabaran tersebut. Bersabar terhadap penderitaan yang disebabkan oleh orang lain dan bersabar dalam menanggung penderitaan bersama orang lain. Banyak orang, termasuk orang Kristen, sepertinya bangga jika mereka mudah marah. Terdapat beberapa kalimat dalam masyarakat seperti, "Aku tidak mau dikritik", "Hei, seseorang mengkritikku, tapi itu semua hanyalah masa lalu", "Aku tidak marah, aku akan membalasnya". Bahkan banyak orang Kristen tertawa dan berkata, "Aku rasa aku berhasil melukainya." Semua itu bukanlah sifat Guru kita yang dikenal sebagai Penebus dosa. Dia sabar saat dikritik, dihina, dipukul, dicambuk, disalib, bahkan di masa-masa terakhirnya pun masih berkata, "Bapa ampuni mereka." Itu adalah penderitaan yang panjang. "Tentu saja," kata Anda, "Karena Dia Yesus, Anak Allah." Jika kita adalah orang Kristen, kita seharusnya menjadi anak-anak Allah. Tapi mari kita lewatkan hal itu dulu. Mari kita lihat Stefanus yang meminta Allah mengampuni orang-orang yang melemparinya dengan batu. Lihat juga Paulus, dia dipukuli, dilempari batu, dicambuk seperti Yesus, dan dijebloskan ke penjara. Di penjara, dia menulis kata-kata yang sedang kita pelajari ini. Apakah Tuhan mengindahkan seseorang? Jika Dia mampu memberi Stefanus dan Paulus kasih yang cukup untuk memikul hinaan, siksa, dan kematian, tidak bisakah Dia membantu kita mengasihi rekan kerja yang mencoba menjelek-jelekkan kita di depan atasan? Tapi ada makna lain di balik penderitaan panjang yang baru saja saya pelajari dari Tuhan. Kita tidak hanya bersabar terhadap derita yang diakibatkan oleh orang lain, tapi kasih juga memanggil kita untuk menderita bersama orang lain. Pikirkan keluarga Anda. Saat anak atau pasangan, saudara, ayah atau ibu Anda sedang sakit atau dalam kesulitan, apakah Anda tidak merasakan penderitaan yang mereka alami itu seolah-olah adalah penderitaan Anda sendiri? Jadi, kita harus ikut merasakan penderitaan keluarga gereja dan orang-orang yang dekat dengan kita. Seberapa sering kita mendengar rekan kerja atau teman gereja berkata seperti, "Saya ada janji bertemu dokter besok dan saya sangat khawatir." Apakah kita menanggapinya dengan berkata, "Sayang sekali. Aku akan mendoakanmu"? Apa kita benar-benar berdoa? Saat kita berdoa, apakah kita merasakan sesuatu? Apakah kita menawarkan bantuan seperti mengantar ke dokter, berbelanja, atau membawakan makanan? Kita memiliki banyak alasan untuk tidak melakukan semua itu. "Aku benar-benar tidak mempunyai waktu. Aku harus bekerja, mengurus keluarga ...." Tapi apakah kita punya waktu untuk menonton acara favorit kita di TV? Apakah kita mempunyai cukup waktu untuk komunitas, olahraga, atau hobi kita? Semuanya itu baik, tapi jika kita mempunyai waktu untuk semua itu, mengapa kita tidak mempunyai waktu bagi orang yang membutuhkan? Mengapa? Itu karena kita tidak merasakan penderitaan mereka. Kasih itu adalah perbuatan. Perbuatan itu bisa dalam bentuk penderitaan panjang, memaafkan, dan memberikan bantuan. Jika semua itu belum dilakukan, kita harus terus berjuang mendapatkan kesabaran sejati. Pertanyaan: ----------- 1. 1 Korintus 12:31 a. Apakah cara yang lebih luar biasa yang dikatakan oleh Paulus? b. Mengapa cara itu lebih luar biasa daripada karunia Roh? 2. 1 Korintus 13:1-3 a. Seberapa pentingkah karunia Roh Kudus dibandingkan dengan kasih? b. Apa yang akan terjadi jika seseorang hidup dalam karunia Roh, tapi dia tidak mempunyai kasih? 3. 3 Yohanes 4:7-8 a. Bagaimana kita tahu kita "lahir dari Allah"? b. Bagaimana jika kita tidak mempunyai kasih? Apa yang dikatakan ayat ini tentang kekristenan kita? 4. Efesus 4:1-3 a. Apakah "pekerjaan" atau "panggilan" yang diberikan kepada kita? (Yohanes 13:34-36) b. Apakah arti "saling sabar satu sama lain dalam kasih"? c. Bagaimana penderitaan panjang bisa menghasilkan "kesatuan roh"? 5. Ibrani 5:7-9 a. Bagaimana Kristus belajar taat? b. Apakah hasil dari ketaatan itu? 6. Galatia 6:2 a. Bagaimana kita memenuhi hukum Kristus? b. Apakah pernah ada seseorang yang membantu memikul beban hidup Anda? Ceritakan. (t/Dian) Bahan diterjemahkan dari sumber: Nama situs : Free Bible Study Resources URL artikel: http://www.biblestudycentral.net/long.htm o/ WARNET PENA o/ FREE BIBLE STUDY RESOURCES: THE LOVE CHAPTER ============================================ http://www.biblestudycentral.net/ Para pelayan anak tentunya harus selalu memiliki waktu dan juga banyak bahan untuk mempelajari Alkitab. Salah satu sumber bahan yang dapat dimanfaatkan adalah situs internet. Free Bible Study Resources, sebuah situs berbahasa Inggris dengan desain yang sederhana menawarkan berbagai bahan studi Alkitab dengan beragam topik bisa Anda dapatkan secara cuma-cuma. Salah satu bahan studi Alkitab yang bisa Anda gali adalah tentang ajaran terbesar Yesus, yaitu kasih. Dapatkan sebelas artikel seputar kasih dengan mengarahkan penjelajah Anda ke menu "Bible Study Series" yang ada di halaman utama dan pilihlah menu "The Love Chapter". Setiap pelajaran mengenai kasih dalam menu tersebut dilengkapi dengan ayat-ayat Alkitab dan beberapa pertanyaan yang akan membantu Anda dalam merenungkan dan memahami maksud ayat tersebut. Tunggu apalagi? Segera pergi ke tautan di atas dan dapatkan "kasih Tuhan" untuk diteruskan kepada sesama kita. Kiriman dari: Lanny Kusumawati o/ DARI ANDA UNTUK ANDA o/ Dari: zanny irayati aunalal <zanny_ira(at)xxxx> >Terima kasih, ini sangat membantu saya dalam pelayanan untuk anak >sekolah minggu. Tuhan berkati.. Redaksi: Puji Tuhan! Kiranya kita semua juga dapat membagikan setiap berkat yang kita dapatkan kepada rekan-rekan lain. Rekan-rekan dapat mengambil bahan dari e-BinaAnak untuk dibagikan kepada teman sepelayanan. Atau mendiskusikan metode dan artikel tertentu, agar wawasan semakin bertambah dan kita semakin diperlengkapi dalam pelayanan anak yang Tuhan percayakan kepada kita saat ini. Selamat melayani! o/ MUTIARA GURU o/ Karena cinta seorang guru akan mengajarkan apa yang benar, melayani anak-anak dengan lebih sungguh, dan mampu melihat kebutuhan anak yang dididiknya. ---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> ---------------------------------------------------------------------- Pemimpin redaksi: Davida Welni Dana Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |