Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/319 |
|
e-BinaAnak edisi 319 (1-3-2007)
|
|
______________________________e-BinaAnak______________________________ Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak ================================================== Daftar Isi: 319/Februari/2007 ---------- - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL : Anak Jalanan, Masalah Apa? - KESAKSIAN : Pelayanan Anak Jalanan: Mereka Juga Ingin Punya Masa Depan - BAHAN MENGAJAR: Kemiskinan: Bahkan Remah-Remah Pun Tidak - WARNET PENA : Agape Bible Fellowship: Street Children Ministry - MUTIARA GURU o/ SALAM DARI REDAKSI o/ Salam kasih, Anak-anak ternyata tidak lepas pula dari dampak krisis ekonomi yang sedang dialami bangsa kita. Mereka yang seharusnya bersekolah malah menjadi pengemis karena tekanan ekonomi dan tuntutan untuk bertahan hidup. Mereka terpaksa hidup di jalanan. Mengingat kemampuan mereka yang minim, jalananlah yang dapat menerima mereka untuk mengais nafkah. Tidak jarang mereka menjadi frustrasi karena tidak adanya jaminan masa depan, akhirnya mereka terjerumus ke dalam kejahatan. Tentu saja kita tidak bisa hanya mengelus dada melihat keadaan anak-anak ini. Harus ada yang membawa mereka keluar dari kelamnya bayangan masa depan mereka. Meskipun pemerintah bertanggung jawab, anak-anak Tuhan tentunya tidak bisa berpangku tangan, terutama jika kita bisa membawa mereka mengenal Terang Kehidupan mereka. Seluruh sajian minggu ini kami harapkan dapat menggugah kita semua untuk ambil bagian dalam pelayanan anak-anak jalanan. Karena kita semua sama di hadapan Tuhan, kita pun harus peduli kepada mereka yang membutuhkan pertolongan. Selamat melayani! Staf Redaksi, Davida Welni Dana "belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!" (Yesaya 1:17) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Yesaya+1:17 > o/ ARTIKEL o/ ANAK JALANAN, MASALAH APA? ========================= Oleh Drs. Wilson Nadeak, M.A. Dengan menggunakan buluh ayam, anak kecil itu mencoba menghapus debu mobil yang berhenti di stopan. Supir menggelengkan kepala sambil memberi isyarat dengan tangannya pertanda menolak mobilnya dibersihkan dari debu dan sang anak menghindar dengan menggerutu dalam hati. Seorang gadis cilik menadahkan telapak tangannya kepada supir yang membuka jendela dan menyodorkan uang recehan seratus rupiah. Pemandangan yang nyaris tampak di seluruh kota-kota besar Pulau Jawa. Ratusan ribu anak jalanan setiap hari mengerubungi kendaraan yang lewat dan berhenti di lampu stopan kala merah menyala. Barangkali jutaan. Gejala apa ini? Jauh hari, dalam beberapa dekade sebelumnya, kaum gelandanganlah yang menguasai jalanan, dengan rombongan pengemis usia tua, cacat, dan mengenaskan bentuk tubuhnya. Tetapi satu dekade belakangan ini, muncul fenomena baru, anak-anak usia di bawah sepuluh tahun dan usia belasan tahun, sekonyong-konyong bersaing dengan pendahulu mereka dan "merajai" jalan. Berkali-kali dinas sosial memungut para pengemis dan menempatkan mereka di pusat-pusat rehabilitasi sosial, berkali-kali pula mereka kembali ke "habitat" mereka. Sampai akhirnya gejala baru ini muncul, orang dewasa yang "memperalat" anak-anak usia belasan tahun! TRAGEDI KOTA? Kalau ditilik dari sudut sosiologi, pertumbuhan dan perkembangan desa dan kota tentu berbeda. Umumnya, di daerah pedesaan dinamika masyarakat bersifat statis. Anak-anak lahir dalam keluarga, sementara lahan untuk mata pencaharian tidak pernah bertambah. Ladang dibentuk dari hutan, semakin jauh ke dalam, hanya sekadar untuk mempertahankan hidup. Tetapi hal itu pun tidak menolong banyak. Akibatnya, hutan semakin berkurang dan bencana alam pun turut merusak "alam" yang dijajah manusia dan menuntut "balas" kepada manusia yang merusak lingkungan. Di perkotaan, tumbuhnya industri telah menyedot banyak tenaga kerja bagaikan magnet bagi penduduk desa. Terjadilah arus urbanisasi. Walaupun begitu, tidak semua mereka ini dapat memberi hidup kepada anak-anak di dalam keluarganya sehingga terjadilah dampak yang tidak diharapkan. Anak menjadi peminta-minta di jalan dan berusaha "memeras" rasa belas kasihan orang yang lewat. Uang recehan akan bermunculan dari balik jendela depan! Sangat mudah mendapatkan uang. Hal ini menarik lebih banyak lagi orang desa datang ke kota dan memanfaatkan anak mereka yang mudah dikasihani. Siapa yang salah? Keadaan masyarakat ataukah keluarga anak-anak itu sendiri? Pertanyaan ini tidak dapat dijawab secara sederhana. Manusia telah memperumit situasi hidupnya sendiri. Orang dewasa "merampas" hak anak-anak untuk bermain, bersekolah, dan hidup sebagaimana lazimnya anak-anak. Mereka dipaksa orang tua untuk merasakan getirnya kehidupan. Dari keluarga miskin di desa, mampir ke kota menjadi pengemis! Sebuah tragedi zaman ini. NASIB ANAK JALANAN Pada suatu ketika, jalan-jalan di kota sepi dan "bersih" dari anak jalanan yang mengemis. Di mana mereka? Ditangkapi polisi! Dibawa ke mana? Ke rumah tahanan sementara! Sayangnya, rumah tahanan sementara itu kerapkali menjadi bagian dari penjara yang dihuni oleh kriminal amatir dan kawakan (kambuhan). Ruang tahanan yang sudah padat itu kemudian disesaki oleh anak-anak kecil yang "dipungut" dari jalan. Menurut beberapa penelitian, di Amerika Latin dan Afrika, anak-anak jalanan ditangkapi oleh polisi dan dititipkan di penjara orang dewasa. Di sini mereka mengalami sesuatu yang tidak pernah dipikirkan oleh anak-anak itu sebelumnya. Mereka menjadi korban penyalahgunaan seks orang dewasa dan di sini pula mereka belajar mengenali pelbagai corak kejahatan. Sekeluarnya mereka dari "tahanan sementara" ini, mereka menjadi terdidik dan "terlatih" sebagai calon penjahat. Berdasarkan penelitian di Brasilia, Sao Paulo, 80% penghuni penjara adalah bekas anak jalanan. Di tengah-tengah keluarga, mereka kurang dihargai, disuruh mencari nafkah sendiri, hak-hak mereka diperkosa, jasmani mereka juga diperkosa. Masyarakat luar pun banyak yang tidak menaruh simpati kepada mereka, membuat dunia anak jalanan ini semakin runyam. Mereka tidak memikirkan masa depan. Mereka mencari sesuap nasi untuk hari ini kemudian meletakkan tubuhnya, jika letih dan tidur pada malam hari, di mana saja. Dinginnya malam menjadi bagian hidupnya, teriknya siang menjadi sahabat mereka. Kebijakan pemerintah dengan menangkapi mereka, mungkin karena faktor wisata bahwa kehadiran mereka sebagai pengemis amat merusak "wajah" kota, demi kepentingan pariwisata itu, tidak membantu mengurangi "penyakit" masyarakat ini. Tentu saja pemerintah tidak akan mampu memulihkan situasi anak-anak jalanan ini. Bagaimana dengan orang tua yang melahirkan mereka? PEKERJA ANAK? Anak-anak yang "beruntung" tidak terpental ke jalanan, ada yang ditampung di perusahaan industri. Tetapi pengharapan kepada buruh anak-anak ini tidaklah memadai sebab pada umumnya mereka dihargai jauh di bawah upah orang dewasa walaupun kadang-kadang jam kerja mereka melebihi jam kerja orang dewasa! Ada ayah yang kehilangan pekerjaan justru mendorong anaknya untuk bekerja. Banyak anak menjadi pemulung karena dorongan keluarga atau orang tua mereka, atau mereka yang ditinggalkan oleh orang tua mereka begitu saja. Anak-anak yang ditampung di rumah penampungan, jika kemudian dapat menyesuaikan diri, beruntung karena mereka memiliki "keluarga besar" yang sebaya dengan mereka, dididik dan dibesarkan di lingkungan anak-anak sepermainan mereka. PETAKA LAIN Bencana alam, seperti yang dialami Aceh waktu gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 lalu, telah membuat nasib anak-anak tidak menentu, khususnya mereka yang kehilangan sanak keluarga dan orang tua. Bencana alam ini telah memupus masa depan mereka. Jika simpati dan empati tidak diberikan kepada mereka, melalui pertolongan orang tua asuh, kemungkinan besar mereka yang luput dari bencana itu akan terlempar ke tepi jalan dan menjadi anak jalanan. Bencana alam telah memupus masa depan anak-anak yang kehilangan kerabat dan orang tua mereka. Oleh karena itu, kepedulian sosial sangat mereka butuhkan. "Organisasi" anak jalanan, yang menghimpun dan "mengekalkan" mereka di dalam kondisi seperti itu, dapatlah dianggap sebagai anak jalanan yang malang. Mereka terperangkap dalam situasi buruk yang dikondisikan, demi kepentingan orang dewasa yang mengorganisasi mereka. Petaka seperti ini patut diwaspadai oleh pihak yang berwenang. APA KATA ALKITAB MENGENAI ANAK-ANAK? Banyak orang mengatakan bahwa anak jalanan yang sudah "terbiasa" dengan kehidupan sebagai pengemis, sulit ditarik dari tempatnya. Kalaupun mereka "diambil" dari tempat itu dan kemudian diasuh atau dipekerjakan di rumah secara baik-baik, mereka toh akan kembali dan lebih suka dengan kehidupan itu. Sebenarnya, hal ini tidak perlu membuat putus asa. Perlu ada kesadaran seperti yang dimiliki oleh warga kota Esteli. Kesadaran merupakan sesuatu yang harus digugah. Bagaimanakah sebenarnya hakikat anak-anak menurut Alkitab? Kita perlu kembali kepada filsafat Alkitab setiap kali memikirkan anak jalanan di negeri kita ini. Usaha-usaha sosial yang tidak dilandasi oleh filsafat religius yang utuh. Padahal aspek rohani harus dibangun seiring dengan aspek jasmani mereka. Konon, satu dari 13 bersaudara keluarga Yakub (12 lelaki, 1 orang perempuan), yaitu Yehuda, sangat bersimpati kepada Benjamin, adik bungsunya yang lelaki itu. Ada dua pihak yang saling berkaitan dan sulit dipisahkan dalam suasana keluarga yang dicerminkan dalam ayat berikut. "Sebab masakan aku pulang kepada ayahku, apabila anak itu tidak bersama-sama dengan aku? Aku tidak akan sanggup melihat nasib celaka yang akan menimpa ayahku" (Kejadian 44:34). Ada kepedulian atas nasib adiknya, Benjamin, dan juga tanggung jawab atas orang tua yang amat mengasihi adiknya itu. Kasih sayang adalah unsur yang merekatkan anggota keluarga dan saling memikirkan nasib sesama. Hal lain yang membuat anak-anak terpelanting ke jalan raya dan hidup bagai burung (siang beratapkan langit yang terik, malam beratapkan embun yang dingin) ialah pendidikan. Pendidikan anak sama halnya dengan disiplin. Orang tua bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka, bekal masa depan mereka. Bekal itu bukan bertumpu pada uang atau warisan yang besar. Pendidikan adalah modal utama yang akan mendisiplin anak demi masa depan mereka. Perhatikanlah nasihat Raja Salomo berikut ini. "Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya" (Amsal 19:18). Barangkali maksudnya, ketika anak-anak itu "dihajar", janganlah dengan nafsu amarah yang tidak terkendali yang cenderung membuat anak itu kesakitan dan mengakibatkan ia berteriak, "Bunuhlah aku. Lebih baik mati daripada disiksa begini!" Melainkan: "Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu" (Amsa129:17). Hasil akhir sebuah pendidikan adalah "ketenteraman jiwa" dan "mendatangkan sukacita". Ada tanggung jawab luhur yang dipikul oleh orang tua yang melahirkan anak ke dunia ini. Tanggung jawab yang sejati, yang penuh dengan rasa syukur, rasa hormat yang timbal-balik, yakni memberi kesempatan kepada anak-anak untuk memperoleh pendidikan yang sepadan dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Akhirnya, Yesus Kristus berkata seperti berikut. "Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: `Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku`" (Markus 9:36,37). Memulihkan anak jalanan adalah sebuah usaha yang luhur karena sesungguhnya anak-anak itu harus diberi peluang untuk hidup sebagaimana diri mereka sendiri dan mereka pun adalah anak-anak calon penghuni kerajaan surga! Bahan diambil dan disunting seperlunya dari sumber: Judul majalah : Kalam Hidup November 2005 Tahun ke-75 No. 715 Penulis artikel: Drs. Wilson Nadeak, M.A. Penerbit : Kalam Hidup, Bandung 2005 Halaman : 4 -- 9 o/ KESAKSIAN o/ PELAYANAN ANAK JALANAN: MEREKA JUGA INGIN PUNYA MASA DEPAN ================================== Oleh: Linda Belum banyak jemaat yang tahu kalau GKJMB memiliki pelayanan di bidang yang satu ini. Kalaupun ada yang tahu, umumnya menganggap bagian dari Komisi Pemuda. Padahal pelayanan ini berada di bawah naungan Tim Misi. Artinya, terbuka bagi siapa saja. SEJARAH TERBENTUKNYA Pelayanan Anak Jalanan memang berawal dari Komisi Pemuda. Pada bulan Desember 1998, krisis moneter yang melanda bangsa Indonesia ternyata memengaruhi pola pikir Panitia Natal Pemuda Rayon III untuk tidak merayakan Natal secara jor-joran. Keputusan untuk ikut peduli terhadap situasi yang melanda akhirnya diambil. Dana konsumsi tidak akan digunakan, melainkan dialokasikan untuk kegiatan sosial. Panitia Natal juga membentuk Tim Aksi Sosial Khusus di luar Panitia Natal. Hanya saja, saat itu belum diputuskan kegiatan sosial macam apa yang akan dilakukan. Mengunjungi panti asuhan, panti jompo, atau membagi-bagikan sembako. Informasi yang didapat akhirnya menggiring tim aksos untuk menjatuhkan pilihannya pada penampungan anak jalanan di Jl. Kebon Sirih milik sebuah yayasan Kristen yang berada di bawah naungan Kampus Diakonia Modern (KDM) pimpinan Bapak Lumy. Di tempat penampungan ini, anak-anak yang tadinya hidup di jalan diajak untuk hidup secara normal. Makan tiga kali sehari, mandi dan berganti pakaian, punya tempat untuk berlindung dari panas, hujan, dan juga kehidupan keras jalanan yang kerap membahayakan keselamatan diri mereka. Tepat tanggal 25 Desember 1998, acara kunjungan dilaksanakan. Anak-anak yang hadir jumlahnya jauh lebih banyak dari kondisi normal. Rupanya rencana kedatangan kami dengan cepat disebar ke teman-teman mereka di jalan. Acara demi acara pun disuguhkan. Menyanyi bersama, panggung boneka, permainan, dan pembagian bingkisan. Tidak akan pernah terhapus dalam ingatan kami bagaimana mata bulat polos mereka dengan tidak berkedip memandang acara panggung boneka, suatu hal yang sangat langka dalam kehidupan mereka. (Acara ini sempat diliput oleh harian "Kompas", yang kemudian menjadi salah satu berita halaman pertama media tersebut keesokan harinya.) Perayaan Natal di Kebon Sirih ini tidak saja berjalan lancar, tapi juga meninggalkan suatu beban pelayanan baru bagi Tim Aksos. Mereka merasa tidak mungkin hanya datang dan lihat untuk pergi selamanya. Harus ada suatu tindak lanjut yang dilakukan bagi anak-anak jalanan tersebut. Harus ada yang menyampaikan Kabar Baik kepada mereka. Jangan sampai kehidupan menyedihkan selama di dunia terus mengikuti mereka hingga "kehidupan baru" kelak. Syukur kepada Tuhan karena Dia membuat Tim Aksos tidak saja tergerak, tapi juga bergerak. Pihak KDM segera dihubungi. Setelah berembuk, Tim Aksos akhirnya kebagian peran di bidang rohani. Dan sesuai dengan kebutuhan, Tim Aksos kemudian melayani di tempat penampungan mereka di kawasan Cileungsi. KONDISI PELAYANAN Pelayanan anak jalanan ternyata sangat unik. Tidak seperti pelayanan-pelayanan lainnya di dalam gereja yang sudah baku. Pelayanan anak jalanan merupakan suatu bentuk pelayanan yang tak dapat ditentukan secara pasti (unpredictable). Selain karena Tim Aksos kekurangan SDM dan masih mencari bentuk dan format yang tepat, anak-anak yang dilayani juga sangat beragam. Mulai dari usia, tingkat pendidikan, latar belakang, dan juga masalah yang mereka hadapi. Masing-masing anak memerlukan penanganan yang khusus dan berbeda-beda. Sebut saja Eko, 14 tahun, sudah beberapa tahun malang-melintang di jalan. Untuk bisa tetap makan, biasanya dia ngamen di lampu-lampu merah ataupun di kendaraan umum. Tampaknya tidak ada yang berbahaya dalam diri anak ini. Tapi, ternyata Eko sudah pernah beberapa kali menjadi korban perlakuan seksual orang dewasa selama menjalani kehidupannya. Akibatnya, di tempat penampungan dia tidak dapat melepaskan diri dari kebiasaan ini sehingga temannya pun menjadi korban. Atau Rahmat, asal Banten. Sebelum ke Jakarta dia sudah dibekali bermacam-macam ilmu hitam. Selain pernah berniat menurunkan ilmunya itu ke teman-temannya, sering ke kuburan sendirian pada waktu malam merupakan kegiatan yang dikerjakannya selama berada di tempat penampungan Cileungsi. Masih banyak lagi kisah anak-anak malang yang dilayani Tim Aksos yang terlalu banyak untuk diceritakan di sini. Mereka memang anak-anak yang malang, sementara anak-anak normal di belahan bumi ini menikmati hangatnya kasih sayang dan perhatian orang tua, anak-anak ini sudah harus merasakan kerasnya kehidupan di jalanan. Kehidupan yang keras di rumah, hidup bersama dengan ayah/ibu tiri yang tidak ramah, kemiskinan, merupakan salah satu dari sekian banyak alasan kenapa akhirnya anak-anak itu lebih senang hidup luntang-lantung di jalanan. Sekolah dan kehidupan normal ditinggalkan untuk menikmati alam kebebasan yang tampaknya sangat menjanjikan. Tapi nyatanya, kehidupan di jalan jauh lebih keras daripada yang mereka bayangkan sebelumnya. Untuk bisa diterima di komunitas jalanan, tidak jarang mereka harus diplonco terlebih dahulu. Dan sekadar untuk mempertahankan hidup, mereka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Ngoyen (makan makanan sisa), nguping (melepas kaca spion mobil), ngebola (mencuri dengan cara oper-operan di atas kendaraan umum), ngaibon (menghirup hawa lem yang bisa membuat mereka melupakan sejenak masalah mereka) adalah hal-hal yang lazim mereka lakukan. Saat ini jumlah anak jalanan yang ditampung di Cileungsi hanya tinggal 15, dari 30 orang anak yang mula-mula berhasil ditampung. Dengan kondisi demikian Tim Aksos merasa sulit untuk menembus benteng yang mereka pasang untuk Injil, apalagi tanpa dukungan daya dan doa dari segenap jemaat. Kiranya tulisan ini mampu mengetuk hati nurani jemaat agar kita tidak lagi melihat mereka sebagai makhluk pengganggu yang menjijikkan di lampu-lampu merah (yang kemudian membuat kita deg-degan dan cepat-cepat menyiapkan duit receh). Tapi marilah kita melihat mereka sebagai orang-orang yang patut kita jaring dan kasihi. Kalau Yesus saja mengasihi kita, mengapa kita tak mau mengasihi mereka? Kesaksian diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs : Gereja Kristus Yesus Penulis artikel: Linda URL artikel : http://www.gky.or.id/buletin10/anakjalanan.html o/ BAHAN MENGAJAR o/ KEMISKINAN: BAHKAN REMAH-REMAH PUN TIDAK ======================================== REFLEKSI UNTUK ORANG TUA/GURU Dalam sepuluh tahun terakhir ini, dengan adanya jaringan media global, kita dapat menjadi saksi mata atas kemiskinan yang mengerikan. Sebagian orang yang miskin dan tersisih terpaksa mengaduk-aduk tempat sampah, sementara yang lain menderita dan sekarat, bahkan tanpa ada yang sempat mereka pungut dari tempat sampah. Setiap hari kita melihat mereka saat kita keluar untuk makan malam atau berangkat kerja. Kita pun dapat menyaksikan mereka setiap malam melalui televisi dan melihat foto mereka melalui majalah-majalah. Namun, kemiskinan mereka tak berarti bila dibandingkan kemiskinan rohani yang sangat mengerikan, yang dialami oleh mereka yang tidak mau memberi dan memerhatikan orang-orang miskin karena prinsip-prinsip politik dan ketamakan. Sikap masa bodoh terhadap kebutuhan dasar dari mereka yang diciptakan menurut gambar Allah sama dengan masa bodoh terhadap Allah. Namun, sukar dimengerti dari mana kita harus mulai mengatasi masalah sehingga sering kali kita tidak berbuat apa-apa. Banyak orang yang memberikan uang, namun hanya ada sedikit orang yang mau memberikan waktu mereka, apalagi yang mau memberikan diri mereka. Bacaan Alkitab minggu ini mengambil tema yang kerap disuarakan, yaitu tanggung jawab kita terhadap saudara-saudara kita. Allah mengharapkan kita memerhatikan orang lain. Tentu saja tidak dalam bidang yang sama. Kita dipanggil untuk berkarya dalam berbagai bidang sesuai dengan kreativitas masing-masing demi kepentingan orang lain yang membutuhkan. Tetapi kita tidak boleh menjadi penonton. Jika kita mengabaikan kebutuhan orang lain, kita masuk dalam bilangan orang-orang yang miskin secara rohani. Kemiskinan kita berasal dari kurangnya belas kasihan, kemurahan, dan keadilan yang merupakan panggilan Sang Pencipta bagi kita. REFLEKSI UNTUK SELURUH ANGGOTA KELUARGA/KELAS Hal pertama yang saya lakukan setiap kali bangun pagi adalah turun ke bawah dan menyiapkan makan siang yang akan dibawa Sarah dan Matthew ke sekolah. Mereka sudah berpesan agar dibawakan roti dengan selai buah, bukan kue keju dan biskuit. Dan saat sarapan mereka bertanya, "Bolehkah hari ini saya minta kuenya dua potong?" Saya senang anak-anak saya dapat menikmati hal-hal semacam ini. Saya senang mereka dapat ke sekolah dengan perut kenyang dan juga bekal makan siang. Tetapi saya juga tahu bahwa tidak setiap anak di dunia ini dapat menikmati hal yang demikian. Saya sering bertanya-tanya bagaimana seandainya anak-anak saya berangkat ke sekolah tanpa sarapan dan bekal makan siang? Bagaimana perasaan saya jika cuaca dingin dan mereka tidak memakai baju hangat dan sepatu? Bagaimana perasaan mereka? Bagaimana perasaan Anda? Allah menghendaki kita bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Itu berarti kita diminta saling memerhatikan dan peka akan kebutuhan orang lain. Apa yang dapat Anda lakukan berkenaan dengan hal ini? Minggu ini adalah saat yang tepat untuk mulai merenungkan pertanyaan ini. PELAJARAN Hari 1: Memberikan Persepuluhan dan Memerhatikan Orang Miskin Ulangan 14:28-29, 15:7-11 1. Apa yang harus diberikan kepada orang miskin dan orang yang membutuhkan? 2. Menurutmu, apakah lima hal terpenting yang harus dipunyai setiap orang agar dapat hidup layak? Hari 2: Tanggung Jawab Terhadap Orang Miskin Ulangan 24:14-22 1. Apa yang harus diberikan kepada orang asing, anak yatim, dan para janda? 2. Apa yang gereja Anda lakukan untuk membantu orang miskin? Bagaimana Anda dapat berbuat lebih banyak? Hari 3: Seorang Janda dan Nabi Elia 1 Raja-Raja 17:8-24 1. Janda itu sudah berputus asa. Apa yang hendak dilakukannya ketika Nabi Elia menjumpainya? 2. Tahukah kamu suatu tempat di mana terdapat orang-orang yang mengalami kelaparan dan persoalan? Apa yang dapat kamu lakukan? Hari 4: Doa Mohon Berkat Allah untuk Raja Mazmur 72 1. Bagaimana kamu dapat menggambarkan tentang raja ini? 2. Adakah kamu mengetahui seorang tokoh dunia yang berjuang keras dalam menolong orang miskin dan mereka yang membutuhkan? Apa yang ia lakukan? Hari 5: Orang Kaya dan Lazarus Lukas 16:19-31 1. Mengapa Lazarus tidak diizinkan memperingatkan keluarga orang kaya itu? 2. Mungkin di antara orang-orang yang kamu jumpai setiap hari ada seseorang yang membutuhkan pertolongan. Bagaimana kamu dapat membantu orang itu, baik secara langsung maupun tidak langsung? Hari 6: Iman dan Perbuatan Yakobus 2:1-17 1. Kapan iman disebut mati? 2. Adakah anggapan-anggapan tertentu yang tidak benar tentang orang miskin di kota Anda? Bagaimana Anda dapat mengetahui lebih banyak tentang keadaan mereka yang sebenarnya? AKTIVITAS KHUSUS: KELAPARAN Pada suatu kesempatan makan malam atau makan bersama dalam kelas, hidangkanlah sebuah menu kejutan, yaitu semangkuk nasi untuk seluruh kelas dan segelas air untuk setiap orang. Anda tak perlu berkata apa-apa; dengarkan bagaimana setiap peserta berkomentar mengenai menu tersebut. Adakah yang menggerutu? Adakah yang terkejut? Jelaskan pada mereka bahwa ada banyak orang di dunia yang pergi tidur malam itu hanya dengan makanan seperti yang mereka hadapi saat itu. Bicarakanlah perbedaan antara menu tersebut dengan menu yang biasa dinikmati keluarga Anda. Kemudian, jika Anda menghendaki, hidangkanlah makanan dengan menu lengkap. Namun, pakailah pengalaman yang mengejutkan ini untuk memotivasi agar keluarga Anda turut memikirkan tentang masalah kelaparan. Tentukan jadwal untuk pergi ke toko makanan dan membeli makanan kaleng untuk disumbangkan ke organisasi atau gereja yang menangani kelaparan di daerah Anda. Jika memungkinkan, bantulah menyediakan makanan bagi para tunawisma. Bahan diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Belajar Bersama Penulis : Janice Y. Cook Penerbit : Yayasan Gloria, Yogyakarta 1999 Halaman : 153 -- 155 o/ WARNET PENA o/ AGAPE BIBLE FELLOWSHIP: STREET CHILDREN MINISTRY ================================================ http://www.agapeindia.com/street_children_challenge.htm Street Children Ministry merupakan salah satu pelayanan dan juga bagian dari situs Agape Bible Fellowship. Halaman ini membawa kita melihat bagaimana pelayanan anak jalanan dapat dilakukan. Jika Anda klik bagian "Why we have taken up this challenge?", Anda dapat memahami mengapa pelayanan anak jalanan sangat penting untuk dilakukan. Hal ini juga dapat membawa kita untuk mulai memikirkan pelayanan yang mulia ini. Situs ini banyak pula menampilkan foto-foto seputar anak jalanan yang dapat semakin menggugah Anda untuk turut ambil bagian dalam pelayanan ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi halaman ini. Oleh: Redaksi o/ MUTIARA GURU o/ Memulihkan anak jalanan adalah sebuah usaha yang luhur. Mereka pun adalah anak-anak calon penghuni kerajaan surga. - Drs. Wilson Nadeak, M.A. - ---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> ---------------------------------------------------------------------- Pemimpin redaksi: Davida Welni Dana Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |