Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/318 |
|
e-BinaAnak edisi 318 (21-2-2007)
|
|
______________________________e-BinaAnak______________________________ Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak ================================================== Daftar Isi: 318/Februari/2007 ---------- - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL : Pelayanan Anak di Rumah Sakit: Mengenal Kebutuhan-Kebutuhan Rohani - TIPS : Melakuan Kegiatan Pelayanan Anak di Rumah Sakit - BAHAN MENGAJAR: Seorang Gadis yang Hidup Kembali - WARNET PENA : Obor Berkat Indonesia - MUTIARA GURU o/ SALAM DARI REDAKSI o/ Salam kasih, Biasanya, rumah sakit yang bernaung di bawah suatu yayasan agama tertentu akan memberikan perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan rohani pasiennya. Dalam hal ini rumah sakit dapat menjadi mitra gereja untuk membantu pasien tetap bertumbuh dalam iman walaupun sedang mengalami sakit, termasuk pasien anak-anak. Di negara-negara seperti Amerika Serikat, beberapa rumah sakit bahkan memiliki sekolah minggu khusus bagi pasien anak lengkap dengan rohaniawan dan sarana rohani. Bagaimana dengan rumah sakit di Indonesia? Pelayanan anak di rumah sakit mungkin belum kelihatan. Pasien di rumah sakit Kristen/Katolik yang tidak hanya orang Kristen/Katolik tampaknya menjadi salah satu alasannya. Walaupun demikian, belum tentu para pekerja di rumah sakit tidak dapat melakukan pelayanan kepada pasien anak. Pelayanan secara pribadi dapat dilakukan. Artikel minggu ini memberikan wawasan, khususnya bagi para pekerja di rumah sakit tentang bagaimana kita dapat melayani pasien anak. Selain itu, pihak gereja dan sekolah minggu pun dapat melakukan pelayanan anak di rumah sakit. Bagaimana caranya? Silakan simak tips minggu ini. Satu hal yang perlu dipahami, pelayanan anak di rumah sakit bukan hanya dapat membawa anak tetap memiliki pengharapan untuk kesembuhan mereka, melainkan lebih dari itu, mereka dapat mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka. Selamat melayani! Pimpinan Redaksi, Davida Welni Dana Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit." (Matius 9:12) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Matius+9:12 > o/ ARTIKEL o/ PELAYANAN ANAK DI RUMAH SAKIT: MENGENAL KEBUTUHAN-KEBUTUHAN ROHANI =================================== Oleh: Dianne Stannard Yani berusia sepuluh tahun. Ia telah menjalani pembedahan tulang tengkorak dua hari yang lalu. Ada tumor berupa kista yang tumbuh kembali dan harus diangkat. Malam itu ia merasa sakit sekali. Kepalanya seperti akan pecah dan bahunya terasa nyeri. Saya mengobati Yani dengan Tylenol #3 setiap tiga sampai empat jam sebagaimana yang diperintahkan, namun pukul 10.00 malam ia masih resah dan tidak tenang. Ketika saya memasuki ruangan itu untuk memeriksa infusnya, ia sedang berteriak, "Tuhan, kasihanilah saya!" sambil menghempas-hempaskan tubuhnya di tempat tidur. Ibunya berusaha menghibur dia dengan mengusap-usap lehernya dan berbicara lembut-lembut kepadanya. Saya berkata, "Yani, saya merasa pasti bahwa Tuhan mengasihanimu dan akan menolongmu." Saya bertanya kepada ibunya apakah Yani biasa berdoa sebelum tidur dan ia menjawab, "Ya." Kemudian ibunya dan saya berdoa bagi Yani sementara saya mengusap-usap leher Yani. Dalam waktu lima menit Yani tertidur lelap. Sebagai perawat di bagian pediatri selama beberapa tahun, saya mempunyai banyak pengalaman bersama anak-anak yang menjadi pasien di situ serta keluarga mereka dalam menghadapi saat-saat krisis. Melalui pengalaman-pengalaman itu saya telah diyakinkan bahwa selama krisis, dalam sakitnya anak-anak tidak hanya mempunyai kebutuhan-kebutuhan fisik, emosi, dan psikososial, tetapi juga kebutuhan rohani yang amat nyata. Namun, sebelum dapat menafsirkan/memastikannya, harus jelas dulu jenis-jenis kebutuhan rohaninya itu. Dalam Korintus 13 kita membaca bahwa "yang tinggal ialah iman, pengharapan, kasih." Pada ketiga hal ini saya tambahkan pengampunan, suatu kebutuhan rohani yang telah saya ketahui dengan jelas. IMAN: RISIKO MEMERCAYAI Seseorang yang beriman kepada Allah mempunyai damai sejahtera dan mampu memercayai orang lain. Suatu perasaan bahwa "semua akan menjadi beres" akan meresap terus dalam dirinya. Tanpa iman seseorang akan takut dan khawatir. Hubungan seorang anak dengan orang tua dan orang-orang dewasa lain yang berwewenang merupakan dasar utama bagi perkembangan iman kepada Allah. Jika seorang anak belajar dari pengalamannya bahwa orang-orang dewasa yang dihargainya dapat dipercayai, kepercayaan akan kesetiaan Allah biasanya timbul secara wajar. Namun Peter, sepuluh tahun, mendapati bahwa kepercayaan merupakan suatu risiko. Ia harus ditransfusi untuk menambah darah sebagai bagian dari kemoterapi (pengobatan kimiawi). Ia tampak kaget dan berteriak, "Saya tidak mau darah orang lain!" Saya bertanya, "Apa sebabnya?" Dan ia menjawab, "Pokoknya saya tidak mau! Bagaimana kalau darah itu darah orang Jepang? Nanti mata saya akan kelihatan lucu!" Saya meyakinkan dia bahwa darah tidak akan mengubah wajah seseorang. Ia menjawab, "Bagaimana Suster tahu? Apakah Suster pernah ditransfusi?" Saya terpaksa mengakui bahwa saya tidak pernah. Namun, saya tambahkan bahwa saya telah melihat banyak anak yang menerimanya dan mereka sama sekali tidak kelihatan berubah sesudahnya. "Tetapi bagaimana nanti, kalau darah itu darah seorang perempuan? Saya tidak mau darah seorang perempuan!" Karena tidak tahu apa yang terjadi kalau ditransfusi, hal itu membuat dia semakin gelisah. Saya menjelaskan jenis-jenis golongan darah dan bagaimana darahnya disesuaikan dengan darah yang akan diterimanya. Saya mengatakan bahwa satu-satunya hal yang terjadi dengan penambahan darah ialah memberi dia lebih banyak sel darah untuk membuat dia lebih kuat, sampai tubuhnya sendiri dapat membuat lebih banyak sel darah. Ibu dari salah seorang teman sekamar Peter menceritakan bahwa ia pernah ditransfusi dan sehat sampai saat ini. Akhirnya, Peter mengizinkan saya untuk memulai transfusi. Selang 45 menit kemudian, ia tertidur. PENGHARAPAN: DORONGAN UNTUK MAJU TERUS Orang-orang yang mempunyai pengharapan bersikap positif dan optimis. Tanpa pengharapan, akan timbul pikiran yang negatif dan depresi. Kasus Jodi merupakan contoh yang baik. Jodi menderita penyakit Hirschsprung (gangguan pada usus yang menyebabkan tersumbatnya penyaluran tinja). Penyakit bawaan ini memerlukan banyak prosedur operasi untuk memperbaiki keadaannya. Pada usia sembilan tahun ia dibawa ke rumah sakit karena ususnya melekat dan perlu dioperasi lagi. Masalah yang terbesar ialah bahwa Jodi membenci selang (pipa karet/plastik) yang dimasukkan dari hidung ke lambung. Ia tahan menerima pemberian makanan yang disuntikkan melalui pembuluh darah (infus) dan tidak keberatan diambil darahnya. Namun, selang makanan yang dimasukkan dari hidung ke lambung merupakan suatu hal yang paling tidak bisa ditahannya. Pada hari kedua setelah operasi, selang itu biasanya dicabut. Tetapi Jodi masih belum buang angin sehingga selang itu harus tetap dipasang. Anak yang cerewet dan suka tersenyum ini mulai cemberut, tidak mau menjawab pertanyaan, bermuka masam, dan menangis. Beberapa hari telah berlalu, tetapi ia masih belum juga buang angin. Jodi sangat murung, namun demikian "selang jangan dicabut" merupakan satu-satunya pilihan dokter. Ibunya berusaha menghibur dia, memancing dia agar menjawab pertanyaan, membuat lelucon dan berkelakar -- tetapi tidak ada perubahan pada wajah Jodi. Pada hari ke enam, saya berkata kepadanya, "Jodi, kamu pasti sangat sedih dan marah karena selang di hidungmu itu. Saya sama sekali tidak menyalahkan kamu bila kamu tidak mau berbicara kepada siapa pun. Pasti kamu merasa tidak berdaya dan sangat sedih karena tidak tahu kapan akan dicabut." "Ya, memang." Itulah responsnya, ucapan pertama kali yang keluar dari mulutnya selama beberapa hari itu. "Para dokter juga merasa amat sedih," kata saya. "Mereka ingin mencabut selang itu secepat mungkin. Kami semua berharap dapat segera mencabutnya." Pada malam itu saya berbicara dengan ibu Jodi tentang perasaannya. Ibu itu menjadi tidak terlalu banyak menuntut. Malamnya Jodi ikut serta dalam pembacaan Alkitab dan berdoa yang mereka adakan setiap hari, hal yang belum pernah dilakukannya sejak dioperasi. KASIH: RASA MEMILIKI DAN DIMILIKI Kasih memberikan rasa harga diri dan martabat, suatu perasaan memiliki dan dimiliki. Seorang anak yang tidak merasa dikasihi cenderung merasa kesepian dan terasing. Suatu percakapan dengan Maria menunjukkan dengan jelas kepada saya bagaimana seorang anak yang dirawat di rumah sakit dapat merasa tersisih dan terasing. Pada suatu malam Maria, tiga belas tahun, seorang pasien yang menderita fibrosis sistik, bertanya apakah ia boleh berbicara dengan saya. Lantai kamarnya berantakan dan semua perawat sedang prihatin terhadap seorang gadis lain yang juga menderita fibrosis sistik. Susana, delapan tahun, menderita korpulmonale dan berada dalam keadaan kritis selama beberapa hari. Maria sering bercakap-cakap dengan Susana, namun saya tidak tahu apakah ia menyadari betapa kritisnya keadaan Susana. Sesudah pukul 23.30 barulah saya dapat menyediakan waktu untuk berbicara dengan Maria. "Coba bayangkan, setiap orang di sekitar sini tahu bahwa Susana akan meninggal, tetapi tidak seorang pun mau memberitahukannya kepada saya!" katanya. Saya merasa bersalah. Tentu saja ia berhak mengetahuinya. Sampai saat itu kami terus berusaha merahasiakannya demi melindungi dia. Padahal efeknya malah sebaliknya, kami telah menutup kesempatan bagi dia untuk membagikan perasaannya dengan kami, seolah-olah kami menyisihkan dia pada waktu ia sangat memerlukan seseorang untuk diajak berbicara. Saya telah menghindari Maria, membuat diri saya kelihatan sibuk bila berada di dalam ruangannya, dengan berharap bahwa ia tidak akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan berusaha untuk melupakan di antara kami berdua bahwa kematian Susana tak dapat dihindari lagi. Saya pura-pura tidak melihat usaha Maria untuk menghampiri saya dengan cara mondar-mandir di sekitar kantor para perawat, namun ia berbicara dengan keras untuk menarik perhatian; ia menunjukkan sikap diam dan wajah cemberut yang tidak biasa padanya. Kami berbicara lama sekali. Saya mengakui perasaan saya terhadap Maria dan membagikan kepadanya keyakinan saya bahwa Susana sudah berada bersama Tuhan, bahwa Tuhan mengasihi Susana jauh lebih daripada kami, dan bahwa sekalipun Susana meninggal saya akan bertemu kembali dengan dia kelak di surga. Kemudian kami menangis bersama, sambil saling berbagi kesedihan karena kehilangan seseorang. PENGAMPUNAN: MENGANGKAT BEBAN Tanpa pengampunan, seorang anak akan dibebani rasa bersalah, yang membuatnya bahkan lebih sukar untuk mengatasi sebuah krisis. Billy, delapan tahun, bersikap patuh selama tinggal di rumah sakit. Saya telah berusaha melibatkan dia dalam beberapa kegiatan, namun ia menarik diri dan berbicara pun hanya sedikit sekali. Suatu hari ia bertanya, "Mengapa saya mengalami fibrosis sistik? Apakah karena saya nakal?" Ibunya dan saya meyakinkan Billy bahwa dia sama sekali tidak bersalah; bahwa ia dilahirkan dengan mengidap penyakit itu sama halnya seperti beberapa anak lain yang sedang duduk-duduk di lantai, yang dilahirkan dengan kelainan jantung, dan pula bahwa Tuhan tidak memberikan penyakit kepada anak-anak itu sebagai hukuman. Sejak saat itu, Billy lebih bisa mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Iman, pengharapan, kasih, dan pengampunan -- anak-anak dan keluarga mereka cenderung mengalami salah satu atau semua dari empat kebutuhan rohani ini selama sakit. Kebutuhan-kebutuhan ini dinyatakan dengan kata-kata maupun tanpa kata-kata -- secara verbal maupun nonverbal; secara samar maupun blak-blakan. Dengan melihat petunjuk-petunjuk verbal dan nonverbal, kita mungkin dapat menjajaki kebutuhan-kebutuhan rohani. Melalui komunikasi dan penelitian yang lebih jauh, kita mungkin dapat memastikan diagnosa-diagnosanya dan menjadi lebih diperlengkapi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Bahan diambil dan diedit seperlunya dari sumber: Judul buku : Kebutuhan Rohani Anak: Pedoman untuk Para Orang Tua, Guru dan Perawat Penyusun : Judith Allen Shelly Penulis artikel: Dianne Stannard Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung Halaman : 88 -- 92 o/ TIPS o/ MELAKUKAN KEGIATAN PELAYANAN ANAK DI RUMAH SAKIT ================================================ Oleh: Davida Welni Dana Melakukan pelayanan anak di rumah sakit mungkin belum pernah atau jarang dilakukan oleh sekolah minggu. Sebenarnya, kita dapat memasukkan kegiatan pelayanan tersebut sebagai salah satu program sekolah minggu. Pelayanan tidak terbatas hanya kepada anak-anak sekolah minggu atau jemaat saja, tetapi juga kepada anak-anak lain yang sedang menderita sakit di rumah sakit. Seperti pelayanan-pelayanan di rumah sakit lainnya, pelayanan rumah sakit untuk anak pun sebaiknya hanya terbatas pada anak-anak yang beragama Kristen atau Katolik. Kita tidak dapat secara langsung melayani mereka yang belum percaya. Tetapi diharapkan dari kunjungan kita kepada anak-anak dari keluarga percaya, mereka yang belum percaya, yang mungkin satu ruangan dengan yang kita kunjungi dapat mendengar kabar kesukaan itu pula. Bagaimana kita melakukan kegiatan pelayanan anak di rumah sakit? PERSIAPAN 1. Sebelumnya, pelayanan ini harus dimasukkan dalam program sekolah minggu. Perlu diadakan pembicaraan khusus mengenai prosedur pelaksanaan acara ini. Harus jelas pula visi, misi, tujuan, kegiatan-kegiatan, waktu pelaksanaan, daftar rumah sakit, sasaran, dan lain-lain sebagai dasar sekolah minggu melakukan pelayanan ini. 2. Jika ingin mengajak anak-anak ikut dalam pelayanan ini, kita dapat memberikan pengertian terlebih dahulu kepada anak mengenai arti pelayanan rumah sakit dalam minggu-minggu sebelum pelaksanaan program, siapa saja yang akan di layani, bagaimana cara melayaninya, dan dasar Alkitab tentang memerhatikan orang sakit (misalnya, melalui kisah mengenai seorang perwira yang pembantunya sakit, dll.) 3. Segera hubungi pihak rumah sakit saat program ini disetujui sebagai program sekolah minggu dan siap untuk dilaksanakan. Jika baru pertama kali melakukan pelayanan ini, lebih baik menghubungi pihak rumah sakit Kristen atau Katolik dulu. Karena biasanya kita tidak akan menghadapi banyak kesulitan saat mengurus perizinan dari pihak rumah sakit untuk melakukan pelayanan di rumah sakit-rumah sakit tersebut. Berikut yang dapat dilakukan. a. Biasanya ada bagian pastoral di rumah sakit Kristen atau Katolik. Untuk izin pelayanan di rumah sakit, hubungi terlebih dahulu bagian tersebut dengan mengajukan permohonan kerja sama yang diketahui gereja. b. Kita dapat menunggu pihak rumah sakit menghubungi kembali atau jika memungkinkan secara proaktif kita menghubungi mereka dengan cara menelepon, datang langsung, dan lain sebagainya. c. Lakukanlah pertemuan dengan pihak rumah sakit atau bagian pastoral untuk membicarakan teknis pelaksanaan kunjungan. 4. Sebelum melakukan pelayanan secara pribadi dan berkelompok, adakan persekutuan doa untuk menggumuli kunjungan ke rumah sakit ini agar berkenan pada Tuhan dan menjadi berkat bagi anak dan keluarga yang dikunjungi. 5. Pastikan Anda telah membagi tim pengunjung ke dalam berbagai kelompok. Tugas masing-masing kelompok harus jelas. Kelompok-kelompok kunjungan bisa mengunjungi di hari yang sama atau di hari-hari lain, tergantung persetujuan dengan pihak rumah sakit, apakah boleh mengunjungi pasien sekaligus dengan banyak pelayan. PELAKSANAAN 1. Saat tiba di lokasi, jangan langsung menuju bangsal, tapi hubungi kembali pihak rumah sakit atau divisi pastoral. Pihak pastoral akan menghubungi bangsal anak, kemudian memberikan data nama dan ruangan seluruh pasien anak yang beragama Kristen atau Katolik. Daftar ini juga bisa diminta sehari sebelum hari kunjungan. Jika pada hari kunjungan ada anak yang sudah keluar, pihak rumah sakit akan memberitahukan kepada para pelayan saat tiba di rumah sakit. 2. Jika sudah mendapatkan daftar pasien anak, bagilah para pelayan sesuai kelompoknya dan berikan daftar anak yang harus dikunjungi. 3. Rombongan bisa diantar oleh staf atau bagian pastoral rumah sakit. Tetapi bisa juga pihak rumah sakit memberi kebebasan untuk mengunjungi sendiri. KEGIATAN 1. Berbicara Saat para pelayan tiba di ruangan yang dimaksud, sesuaikan daftar yang diberikan pihak rumah sakit dengan bangsal di mana anak yang ada dalam daftar ditempatkan. Silakan memulai pertemuan dengan memberi salam. Jelaskan maksud kedatangan. Kita dapat ngobrol-ngobrol ringan dan bertanya tentang keadaan atau kondisi pasien. Tawarkan kepada pasien apakah ingin didoakan dan apa pokok doa mereka. 2. Membaca firman Jika orang tua atau pasien bersedia didoakan, bacalah terlebih dahulu ayat firman Tuhan. Beri ulasan singkat dari firman tersebut. 3. Bernyanyi Setelah selesai membaca firman Tuhan, nyanyikan sebuah lagu. Jika pasien dan keluarga bisa bernyanyi bersama akan lebih baik. 4. Berdoa Setelah itu kita mulai berdoa. Doa dapat berisi permohonan kesembuhan bagi pasien, kecukupan biaya, kesabaran kepada keluarga yang menunggu, dan agar hati mereka penuh dengan sukacita di tengah-tengah kesulitan. Doakan pula pokok-pokok doa yang sudah disebutkan anak atau keluarga. 5. Memberi kenang-kenangan Sebagai tanda perhatian berikan kenang-kenangan kepada pasien. Tidak perlu mahal, yang penting berkesan. Misalnya, sekuntum bunga, kartu nama, pembatas buku, gantungan kunci, dan sebagainya. 6. Berpamitan sambil meminta alamat dan nomor telepon yang dapat dihubungi jika keluarga berkenan memberikan. Tujuannya untuk tindak lanjut dari kunjungan hari itu. TINDAK LANJUT 1. Kumpulkan semua daftar alamat dan nomor telepon yang didapatkan dari kunjungan tersebut. Satu atau dua minggu dari kunjungan, pasien dapat dihubungi kembali untuk mengetahui kondisi terakhir mereka. Jika pasien yang dikunjungi sudah sehat, doronglah mereka untuk menyaksikan cinta kasih Tuhan dalam hidup mereka. Jika masih sakit, tanyakan apakah ingin kembali dikunjungi dan didoakan. 2. Lakukan evaluasi bersama dari hasil pelayanan ini. Tiap kelompok melaporkan kegiatan mereka dan rencana tindak lanjutnya. Setelah itu, pengurus melaporkan ke pihak gereja. 3. Di program berikutnya, lakukan kerja sama dengan rumah sakit yang berbeda dari rumah sakit sebelumnya. Yang harus diperhatikan jika kita ingin mengikutsertakan anak dalam pelayanan ini adalah menanyakan ketentuan rumah sakit mengenai usia anak yang boleh masuk ke ruang pasien. Sebaiknya juga, hanya anak yang sudah berusia sebelas tahun ke atas yang diajak terlibat dalam pelayanan ini. Karena anak yang lebih kecil lebih rentan terhadap penularan penyakit. Selamat melakukan pelayanan di rumah sakit. Kontributor: Eunike Septiani Morib. o/ BAHAN MENGAJAR o/ SEORANG GADIS YANG HIDUP KEMBALI ================================ Yairus adalah seorang pemimpin Yahudi yang menyembah Tuhan dan mengajarkan firman Tuhan kepada orang lain. Suatu hari, suatu hal yang sangat buruk menimpa Yairus. Anak perempuan yang sangat dikasihinya, yang berusia dua belas tahun, jatuh sakit. Tak ada seorang pun yang dapat menyembuhkannya karena penyakit yang diderita gadis ini sangatlah parah. Yairus tahu bahwa anaknya akan mati. Hanya ada satu orang yang dapat menolong anak perempuannya. Yairus mencari Yesus dan mengajak Yesus ke rumahnya. Yairus mungkin tahu bahwa teman-temannya di gereja tidak menghendaki Yesus. Tetapi Yairus tidak memedulikannya. Dia harus segera meminta bantuan sebelum anaknya meninggal. Yairus menemukan Yesus di tengah-tengah kerumunan orang. Ia berlutut kepada Yesus. "Anak perempuanku akan mati," katanya dengan memelas dan putus asa. "Datanglah dan letakkan tangan-Mu kepadanya agar anakku sembuh dan tetap hidup." Yesus datang ke rumah Yairus. Tetapi mereka tidak bisa segera ke sana karena banyaknya orang yang berkerumun. Ada seorang wanita yang sudah dua belas tahun sakit. Dia telah pergi ke semua dokter (dan seluruh uangnya telah habis) tanpa mendapatkan hasil. Ia begitu ingin bertemu dengan Yesus! Apa yang bisa dilakukan oleh perempuan itu? "Jika aku bisa menyentuh jubah-Nya, aku akan sembuh," gumam perempuan itu. Ia mendekatkan dirinya kepada Yesus, lalu mengulurkan tangannya dan menyentuh jubah Yesus. Suatu mujizat terjadi! SUATU MUJIZAT TERJADI! Perempuan itu sembuh. Saat itu juga! Ia benar-benar sembuh! Ia tahu bahwa ia sudah sembuh dan sehat kembali seutuhnya. Tetapi kemudian ada yang berkata, "Siapa yang menyentuh Aku?" tanya Yesus. Kerumunan itu menyentuh-Nya. Tetapi perempuan yang disembuhkan itu tahu Ia ingin agar dirinya mengatakan apa yang baru saja terjadi kepada-Nya. Segera ia mengatakan apa yang baru saja terjadi kepada-Nya. Kemudian, para pelayan di rumah Yairus datang. Wajah mereka menunjukkan kabar buruk sebelum mereka mengatakannya. "Anak perempuanmu meninggal!" kata mereka kepada Yairus. Meninggal! Sudah terlambat. Mungkin, bila perempuan itu menunda keinginannya .... Ketika Yesus mendengar hal itu, Dia menjawab, "Jangan takut; percayalah, maka ia akan sembuh." Sesungguhnya, tidaklah sulit bagi Yairus untuk benar-benar percaya kepada Yesus, meskipun anak perempuannya telah meninggal. Di rumah Yairus, semua orang bersedih dan berduka karena kematian gadis itu. "Dia tidak meninggal, tetapi ia sedang tidur," kata Yesus kepada mereka. Orang-orang itu menertawakan-Nya. Mereka tahu bahwa gadis itu telah meninggal. Yesus menyuruh semua orang keluar dari rumah itu, Ia menarik tangan anak itu dan berkata, "Anak-Ku, bangunlah." Yairus ada di sana saat itu, demikian pula istrinya, dan tiga orang murid Yesus. Mereka semua mendengarkan kata-kata Yesus. Akankah gadis kecil yang sudah meninggal itu juga mendengarkan perkataan Yesus? Gadis yang sudah meninggal itu mendengarkan perintah Yesus! Rohnya kembali dan kemudian ia bangun. Yesus telah membangkitkannya dari kematian. Orang tua gadis itu benar-benar takjub. Yesus menyuruh mereka untuk memberi makan gadis itu. Betapa bahagianya mereka; betapa mulianya Yesus. Kasih dan kuasa-Nya yang indah membangkitkan kembali anak mereka. (Gadis yang dibangkitkan, suatu cerita dari firman Allah, yang terdapat di Alkitab, di Markus 5 dan Lukas 8) Bahan diambil dan diedit seperlunya dari: CD SABDA Versi 3.0, BibleLand No. 0201-0217 o/ WARNET PENA o/ OBOR BERKAT INDONESIA ===================== http://www.oborberkatindonesia.com/ Situs ini dirancang khusus untuk memperkenalkan pelayanan Obor Berkat Indonesia (OBI). Pelayanan ini dimulai atas dasar kasih dan kepedulian kepada sesama dengan menitikberatkan program pelayanan pada dua bidang, yaitu kesehatan dan pendidikan. OBI juga telah membentuk "Tim emergency" yang siap dikirimkan ke lokasi bencana alam setiap waktu. Secara keseluruhan pelayanan yang OBI lakukan secara gratis adalah: 1. pelayanan kesehatan umum dan gigi secara massal, 2. pelayanan operasi di rumah sakit: bibir sumbing, hernia, dll., 3. pelayanan beasiswa melalui kegiatan OBI Peduli Siswa, 4. pembagian paket, dan 5. penanggulangan bencana alam. Untuk melihat lebih jauh lagi pelayanan yang dilakukan OBI dan bagaimana kita dapat berpartisipasi di dalamnya, silakan langsung kunjungi profilnya lewat alamat di atas. Oleh: Redaksi o/ MUTIARA GURU o/ Allah juga bekerja di dalam diri anak-anak melalui rasa sakit, penderitaan, dan kehilangan yang mereka alami. ---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> ---------------------------------------------------------------------- Pemimpin redaksi: Davida Welni Dana Kontributor edisi ini: Eunike Septiani Morib Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |