Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/313 |
|
e-BinaAnak edisi 313 (22-1-2007)
|
|
______________________________e-BinaAnak______________________________ Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak ================================================== Daftar Isi: 313/Januari/2007 ---------- - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL : Jadikan Buku Sahabat Anak - TIPS (1) : Meningkatkan Minat Baca Anak Sekolah Minggu - TIPS (2) : Menggunakan Buku Bersama-Sama - KARYA ANDA : Mengembangkan Minat Baca pada Anak - WARNET PENA : e-Artikel: Anak - DARI MEJA REDAKSI : Bergabung dengan e-Buku - MUTIARA GURU o/ SALAM DARI REDAKSI o/ Salam sukacita, Membaca merupakan salah satu cara paling baik untuk mengisi otak atau jiwa. Seorang anak yang senang dan banyak membaca akan lebih luas pengetahuannya dari anak yang sedikit membaca buku. Tetapi harus diingat, tidak sedikit pula buku yang tidak memiliki manfaat yang baik dan bahkan dapat menjerumuskan anak. Dalam edisi kali ini kita akan melihat bagaimana buku dapat menjadi sahabat anak. Dalam artikel ini Anda dapat juga membaca mengenai buku yang bermanfaat atau yang tidak bagi anak. Tentu saja guru sekolah minggu tidak dapat lepas tanggung jawab untuk menanamkan minat baca anak, khususnya untuk bacaan-bacaan rohani. Untuk itu, salah satu tips minggu ini berisi mengenai peranan sekolah minggu dalam meningkatkan minat baca anak. Jangan lewatkan artikel-artikel lainnya dan dapatkan berkat dengan membacanya. Selamat membaca! Redaksi e-BinaAnak Davida Welni Dana "Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar." (1Timotius 4:13) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=1Timotius+4:13 > o/ ARTIKEL o/ JADIKAN BUKU SAHABAT ANAK ========================= Oleh: T. Tjahjo Widyasmoro Bukan rahasia lagi kalau minat baca di negeri kita tergolong rendah. Entah mengapa, bangsa ini seolah-olah "jauh" dari yang namanya buku. Padahal persoalan membaca bukan semata soal ketiadaan waktu, mahalnya buku, atau jumlah buku yang terbatas. Lebih dari itu, membaca harus dipercaya dapat mengubah pola pikir seseorang dan menjadikannya maju. Kalau tidak, percuma! Berapa lama dalam sehari Anda menghabiskan waktu untuk membaca? Satu, dua, atau tiga jam? Lalu, bacaan apa saja yang biasa Anda lahap? Koran, majalah, atau buku? Pertanyaan-pertanyaan tadi bukan dalam rangka interogasi atau kuis yang harus dijawab lewat SMS. Namun, sekadar mengingatkan betapa pentingnya membaca. Kalaupun pada praktiknya sampai saat ini Anda tidak sempat membaca buku sama sekali, hal itu masih bisa dimaklumi. Hasil survei pada 2004, yang dimuat sejumlah media cetak berkaitan dengan Hari Buku Nasional Ke-3 di Bandung, menyebutkan daya baca orang Indonesia tergolong rendah, yaitu berada di urutan ke-39 dari 41 negara yang diteliti. Sayangnya, tidak dijelaskan lembaga apa yang meneliti. Urutan ketiga dari posisi bontot tentu bukan berita menggembirakan. Padahal buku itu salah satu sumber ilmu. Dari sanalah pemikiran seseorang dicerahkan, untuk akhirnya menuju ke arah lebih baik. Rasanya sulit membayangkan kalau negeri ini akan bisa terbebas dari belenggu keterbelakangan, kemiskinan, dan setumpuk masalah lain bila masyarakatnya enggan belajar seperti itu. Dengan nada pesimistis, Prof. Riris K. Toha Sarumpaet, Ph.D., pengajar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, malah tidak yakin daya baca (bisa dipersamakan dengan minat baca) kita ada di urutan ke-39. "Mungkin lebih di bawah lagi," ujarnya serius. "Orang Indonesia tidak membaca, tapi banyak berbicara dan mendengar." Menurut Riris, bangsa kita tidak punya kepercayaan bahwa membaca dapat membuat lebih bahagia, pandai, dan berwawasan. Jadi, ketika orang-orang punya kelebihan dana, yang utama dipikirkan bukanlah buku, melainkan pakaian mode terbaru, aksesori, atau bagaimana mengganti perabot rumah. MELIRIK HARRY POTTER Sejauh seseorang pernah bersekolah, dapat dipastikan ia juga bisa membaca. Kecuali dalam kasus-kasus tertentu, seperti fakta bahwa beberapa murid tamatan SMP di Flores yang diketahui tidak bisa membaca. Data terbaru dari Depdiknas menyebutkan, jumlah orang buta huruf di Indonesia 15,5 juta atau 9,07% dari total penduduk di atas 15 tahun. Diasumsikan, sisanya bisa membaca. Masalahnya, tidak semua orang yang melek huruf pasti aktif membaca buku. Banyak anak sekolah yang memegang buku sebatas mengikuti pelajaran atau mengerjakan tugas. "Mereka memang membaca, tapi apakah mereka pembaca?" tanya Riris. Di luar tugas sekolah, sedikit kegiatan anak yang berhubungan dengan bacaan. Lebih-lebih ada godaan dari televisi, film, atau games. Antara seseorang yang sekadar membaca dan yang berminat besar terhadap bacaan jelas berbeda. Sesempit apa pun waktu yang dimiliki, orang yang "gila baca" akan selalu menyempatkan diri melirik buku kesenangannya. Di saat sibuk belajar mempersiapkan tes hasil belajar, misalnya, seorang anak kutu buku akan menyempatkan diri melirik barang sejenak buku cerita fiksi Harry Potter favoritnya. Sejauh tidak mencuri seluruh perhatiannya, hal itu wajar saja. Pada usia dewasa, seseorang yang berminat baca besar terlihat dari kesehariannya yang tidak lepas dari buku. Di waktu-waktu senggang, seperti saat menunggu, di halte bus, atau dalam perjalanan, tak ada teman setia kecuali buku. Mereka juga menyediakan waktu yang lebih khusus untuk membaca seperti pada malam hari atau menjelang tidur. Gaya hidup seperti ini mencerminkan, ia tidak terpisahkan dari bacaan yang diminatinya. Menurut Riris, persoalan minat baca, bukan terletak pada berapa jam seseorang tahan membaca dalam sehari, "Tapi menyempatkan diri untuk selalu menyentuh bacaan yang disukai sudah cukup mewakili semangat membaca," paparnya. "Mungkin hanya beberapa menit, namun bisa memuaskan dahaganya pada bacaan bermutu." Di luar soal alokasi waktu, memahami bacaan itu sendiri lebih penting. "Dengan membaca, seseorang harus menjadi lebih baik karena bacaannya itu. Pola pikir dan perilakunya akan berubah seiring dengan kualitas bacaannya," kata Riris. Nah, persoalan ini rupanya yang banyak terabaikan. Bagi seorang pembaca sejati, bacaan akan menjadi referensi terhadap pemikiran dan tindakannya sehari-hari. Tutur kata dan tata bahasanya bisa menjadi baik. Bacaan juga dapat menjadi inspirasi seseorang untuk terus menjadi besar dan terus mewujudkan keinginannya itu. Kita bisa mengambil contoh Proklamator Kemerdekaan RI, Bung Karno, yang harus membaca puluhan buku untuk menyusun pledoinya, "Indonesia Menggugat", di hadapan pengadilan kolonial Belanda pada 1930. "Berkat bacaannya, seseorang juga semakin realistis, bahwa untuk menggapai sesuatu, tidak bisa ditempuh secara singkat seperti ajang pemilihan idol(a) di televisi. Mereka merasa harus berjuang untuk mendapatkannya," kata Riris. MERANGSANG IMAJINASI Menumbuhkan minat baca haruslah dimulai sejak dini, yaitu sejak masih anak-anak. "Kalau sudah dewasa, rasanya sulit," kata Riris yang juga dikenal sebagai pemerhati bacaan anak ini. Anak mudah terikat dengan buku yang menarik perhatian mereka, bisa buku cerita terjemahan, cerita rakyat, atau buku pengetahuan yang disajikan dengan ringan. Yang paling menarik bagi anak, tentu saja cerita fiksi. Sebenarnya, bukan hanya pada anak, menurut perempuan kelahiran Tarutung tahun 1950 ini, bacaan fiksi tetap menjadi pilihan bacaan menarik di semua golongan usia. Lewat fiksi, pembaca dapat mengikuti si tokoh dalam cerita dengan konflik-konfliknya. Dari sana pembaca bisa menemukan sesuatu, mengidentifikasi, meniru, atau bahkan mencemoohnya. Pembaca juga bisa mempelajari sesuatu dengan membandingkan dirinya dengan si tokoh. Melalui fiksi yang baik pula, kita akan mengerti apa dan mengapa sebuah peristiwa bisa terjadi. Bila suatu tokoh diceritakan jahat, misalnya, kita bisa tahu alasan-alasan berbuat kejahatan, apakah karena kemiskinan atau kebodohan. Inilah yang memperkaya pengetahuan sekaligus imajinasi. Namun, agar bisa beroleh manfaat, bukan berarti hanya didapat lewat bacaan yang berat. "Yang ringan atau remeh juga bisa," pesan Riris. Bacaan menarik dan ringan malah bisa membuat seseorang bersabar menuntaskan sebuah cerita dari awal sampai akhir. Jika sudah terbiasa, ia akan semakin cepat dan efektif saat membaca. Ujung-ujungnya, ia akan terus membaca. Namun Riris mengingatkan, tidak semua buku cerita fiksi berkualitas baik. Sebuah novel bisa menceritakan tokoh dan latar belakang secara lebih baik dibandingkan dengan cerita pendek (cerpen), misalnya. Dalam novel ada afirmasi dari pembaca itu sendiri yang bisa memperkaya batinnya dan membuat ia menyatu dengan bacaannya. "Beda dengan cerpen yang berkisah pada satu sisi cerita. Hanya sebuah pertemuan di ujung gang," kata Riris mengibaratkan. Maraknya buku-buku cerita remaja dan juga buku kumpulan cerpen yang menonjolkan erotisme juga dipertanyakan ibu tiga remaja putri ini. "Apakah buku-buku semacam ini bisa memperkaya?" Untuk membedakan bacaan yang baik dan bukan tidaklah terlalu sulit. Intinya, sebuah bacaan memengaruhi pemikiran dan dapat dijadikan referensi jika suatu saat diperlukan. Cara ini juga berlaku untuk menilai buku-buku nonfiksi. MEMBERI CONTOH Menumbuhkan minat baca untuk anggota keluarga, terutama anak, tentu harus dimulai di rumah. Orang tua harus rela kalau suasana rumah jadi sedikit "berantakan" oleh buku-buku. Dalam kondisi seperti itu, lambat laun seluruh anggota keluarga akan terbiasa dan penasaran untuk ikut membaca. Namun, yang penting adalah adanya contoh dari orang tua. Anak akan tertarik membaca jika mereka melihat orang tuanya juga suka membaca. Sejak anak masih balita, orang tua bisa memperkenalkan buku melalui bermacam cara. Anak yang belum bisa membaca bisa dimotivasi lewat orang tua yang mendongeng sambil menunjukkan buku-buku bergambar sehingga anak terbiasa melihatnya. Untuk anak yang lebih besar, bisa mulai membaca sendiri bahkan memilih bacaannya sendiri. Riris mengakui, upaya orang tua ini sering harus menghadapi kendala. Acara-acara televisi atau film video, misalnya, yang juga menyajikan pengetahuan atau cerita, bisa mengalihkan perhatian anak dari bacaan. "Seharusnya, acara-acara semacam itu tidak menggantikan buku, justru orang tua harus menjadikannya sebagai referensi untuk memilih buku yang tepat karena sudah mengetahui minat anaknya," tutur ibu dari Risa, Astrid, dan Thalia ini. Gangguan lain juga bisa berupa membanjirnya komik. Riris sendiri mengaku tidak antipati terhadap komik, bahkan sering kali membacanya. Komik-komik keagamaan, pewayangan, atau pengetahuan, juga baik dibaca anak. "Tapi jika anak hanya diberikan komik, mereka akan terampas dari pendalaman buku-buku yang benar-benar berisi. Sebab komik kurang mengembangkan imajinasi dibandingkan dengan buku bacaan," kata penyuka komik Asterix ini. Banyaknya buku yang ditawarkan di toko buku juga kadang menyulitkan orang tua. "Masalahnya, buku-buku itu cuma membanyak (jumlahnya), tapi bukan membaik kualitasnya," nilai Riris. Orang tua harus bisa memilih dengan tepat berdasarkan informasi dari pelbagai sumber, seperti resensi di media massa, internet, atau dari pengamatan mereka sendiri. Diakui Riris, ini tidak semudah di negara maju yang informasi perbukuannya sudah amat memadai. "Tapi orang tua harus aktif melakukan," tekannya. Satu lagi yang harus diperhatikan orang tua, yaitu alokasi waktu membaca. Minat baca yang tinggi bukan berarti lalu harus melupakan kegiatan anak yang lain seperti bermain dan bersosialisasi dengan lingkungan. "Jangan sampai membaca melupakan perkembangan fisiknya," pesan Riris. "Jadi, selain mengajak mereka berdiskusi tentang buku, anak-anak juga tetap harus didorong untuk melakukan kegiatan fisik." Artikel di atas diambil dan diedit seperlunya dari: Judul majalah : INTISARI Edisi Mei 2005 Judul artikel : Jadikan Buku Sahabat Anak Penulis : T. Tjahjo Widyasmoro Dipublikasikan di: Situs GUBUK http://www.sabda.org/gubuk/?q=jadikan_buku o/ TIPS (1) o/ MENINGKATKAN MINAT BACA ANAK SEKOLAH MINGGU =========================================== Oleh: Davida Dana Bacaan-bacaan umum semakin menjamur dan amat menarik perhatian anak. Tentunya sebagai guru sekolah minggu kita tidak ingin anak-anak layan kita lebih banyak mengonsumsi bacaan-bacaan tersebut, apalagi jika bacaan tersebut tidak memberikan manfaat yang maksimal bagi mereka. Tetapi kita juga tidak dapat membatasi minat baca anak hanya karena takut anak mendapatkan bacaan yang tidak baik. Tetap tumbuhkan minat baca mereka, tetapi arahkan untuk membaca hal-hal yang lebih positif, khususnya bacaan-bacaan rohani. Bagaimana sekolah minggu bisa mebangkitkan minat baca anak terhadap buku-buku rohani? 1. Sekecil apa pun sekolah minggu Anda, usahakan untuk memiliki perpustakaan. Keberadaan perpustakaan menjadi penting untuk memperlihatkan kepada anak kepedulian sekolah minggu atau gereja terhadap minat baca mereka dan untuk mengarahkan mereka kepada bacaan-bacaan rohani. Untuk membuka perpustakaan sekolah minggu, silakan akses artikel "Memulai Perpustakaan di SM" di situs PEPAK dengan alamat URL: ==> http://pepak.sabda.org/pustaka/050947/ 2. Buat program membaca di sekolah minggu Anda. Dalam program tersebut setiap bulan atau dua minggu sekali anak-anak diwajibkan membaca buku rohani apa saja (komik, cerpen, dongeng, buku renungan, dan lain-lain.) Pada tanggal yang telah ditentukan, minta mereka mengumpulkan laporan. Laporan bacaan dapat berisi data mengenai judul buku, pengarang, alasan mereka memilih buku tersebut, inti cerita, dan pelajaran rohani dari buku tersebut. 3. Anda dapat membagi anak-anak dalam beberapa kelompok kecil. Satu kelompok bisa terdiri dari tiga anak. Hasil dari laporan bacaan dapat juga dibagikan (sharing) kepada teman-teman mereka dalam kelompok. Kegiatan ini bisa dilakukan sebagai satu variasi mengajar. 4. Untuk anak kelas kecil yang belum bisa membaca, Anda dapat menumbuhkan minat baca anak terhadap buku rohani dengan cara sesekali membacakan sebuah cerita dari buku. Perlihatkan kepada mereka buku yang Anda pakai untuk bercerita. Tunjukkan pula gambar-gambar yang ada dalam buku tersebut. Pilih buku cerita yang tidak terlalu banyak kata-katanya dan memiliki gambar yang benar-benar melukiskan cerita yang sedang disampaikan. Dengan cara ini, Anda sekaligus menjadikan buku sebagai alat peraga dalam mengajar. 5. Bekerjasamalah dengan orang tua murid. Dalam pertemuan-pertemuan khusus, misalnya dalam kunjungan, Anda dapat menekankan pentingnya mengarahkan minat baca anak, tidak hanya untuk buku-buku umum, tetapi juga dalam hal bacaan rohani. Orang tua dapat mulai membimbing anak mereka membaca buku rohani dengan buku-buku renungan harian untuk anak. 6. Jika di sekolah minggu Anda ada pembagian hadiah untuk acara-acara tertentu, sebisa mungkin jadikan buku bacaan sebagai hadiah untuk anak-anak sekolah minggu Anda. 7. Para guru yang rindu memiliki murid-murid yang memiliki minat besar dalam membaca bacaan rohani harus juga memiliki ketertarikan yang besar untuk membaca buku-buku rohani. Sebelum kita meminta murid melakukan sesuatu yang baik, terlebih dahulu lakukanlah hal tersebut. Buku-buku umum amat menarik perhatian anak. Tetapi itu bukan alasan bagi para pelayan anak untuk patah semangat dalam meningkatkan minat baca anak terhadap buku rohani. Semangat dan teladan dari para pendidik dapat menjadi awal yang baik. Milikilah pula minat baca yang tinggi akan buku-buku rohani. Jika minat baca guru kurang, apalagi anak-anak yang dididiknya. o/ TIPS (2) o/ MENGGUNAKAN BUKU BERSAMA-SAMA ============================= Menyemangati anak-anak agar menjadi pembaca dapat dilakukan dengan melihat, membaca, dan menikmati buku bersama-sama mereka. Jika anak-anak menyaksikan buku sebagai sumber kesenangan, hiburan, dan informasi, mereka akan mempunyai dorongan yang kuat untuk belajar membaca. Ketika melihat buku, rasa senang akan muncul tidak hanya dari melihat gambar-gambar dan mendengarkan cerita. Perhatian individual yang Anda berikan kepadanya, kedekatan jasmaniah, perasaan hangat dan aman, semuanya akan menyumbangkan perasaannya mengenai buku. Sebaliknya, jangan pernah memaksakan buku pada anak-anak karena mereka akan memilih melakukan sesuatu yang lain. Sikap orang tua terhadap buku. ------------------------------ Sikap seorang anak terhadap buku juga akan dikondisikan oleh apa yang ia saksikan dari sikap orang tuanya terhadap buku itu. Jika ia melihat orang tuanya sendiri suka membaca buku dan mengacu buku untuk mencari informasi, ia akan cenderung menganggap buku sebagai sesuatu yang dapat dinikmati dan berguna. Belajar mengenai buku-buku dan kata-kata. ----------------------------------------- Seorang anak yang terbiasa menggunakan buku akan menyerap banyak informasi yang diperlukan sebelum ia belajar membaca. Ia akan memahami, misalnya, bahwa Anda selalu mulai dari depan dan bergerak ke belakang, dan bahwa Anda menangani tiap halaman dari atas ke bawah, dan tiap baris dari kiri ke kanan; bahwa gambar-gambar dapat membantu memahami kata-kata; bahwa kata-kata dipisahkan oleh spasi kosong; bahwa suatu cerita mempunyai awal, bagian tengah dan akhir dan sering mengikuti pola. MANFAAT LAIN Menggunakan buku bersama seorang anak juga merupakan cara yang sangat bagus untuk membantu mengembangkan daya pemahaman dan bicara, mendengarkan dan berkonsentrasi, serta pengamatannya; semuanya ini penting dalam proses belajar membaca. Ada banyak manfaat lain dari buku. Buku membentuk suatu ikatan di antara orang-orang yang bersama-sama menikmati buku. Buku juga dapat merangsang daya khayal dan mendorong pengembangan emosional karena anak itu mulai menghargai bagaimana perasaan orang lain. Selain itu, buku juga memperluas pengetahuan akan dunia dengan memperkenalkan kepadanya situasi-situasi baru dan memperdalam pemahamannya akan hal-hal yang telah dialaminya. Kapan memulai? -------------- Bayi kecil dapat menikmati gerakan halaman-halaman yang dibuka, bunyi kertas, dan bunyi suara Anda ketika berbicara atau membaca. Pada awalnya, mereka melihat gambar semata-mata sebagai warna-warna, bentuk, dan pola. Lambat laun bentuk-bentuk itu menjadi dikenal dan dapat dikenali dan mereka mulai menghubungkan bunyi-bunyi spesifik dengan setiap bentuk. Kemudian mereka belajar membuka halaman-halaman sendiri, menunjuk ke benda-benda (dalam buku) yang dikenalinya, menamai benda-benda itu. Mereka akan segera berbicara mengenai gambar-gambar yang dilihatnya dan kemudian mengikuti deretan gambar sepanjang sebuah buku dan mendengarkan kata-kata yang mengiringi gambar-gambar itu. Memandangi buku sendiri. ------------------------ Menikmati buku secara bersama-sama merupakan suatu bagian yang penting dari pengalaman dini, tetapi buku-buku dapat dinikmati bila dilihat sendiri dari usia dini. Berilah semangat kepada anak sejak awal untuk melihat sendiri buku-buku. Ia akan mulai semata-mata dengan memainkannya, namun sejenak kemudian dengan senang hati ia akan memandangi gambar-gambarnya. Ini mungkin akan terjadi bila ia menyaksikan orang-orang di sekitarnya memandangi buku-buku. Seberapa sering? ---------------- Gunakan buku bersama putra Anda sesering ia menginginkan dan sedapatnya Anda menyisihkan waktu. Dengan bayi, terutama dengan anak yang baru belajar berjalan, hal terbaik untuk dilakukan adalah melihat-lihat buku sebentar, tetapi sering sepanjang hari. Kemudian Anda dapat memperpanjang pertemuan tetapi mengurangi seringnya. Secara bertahap Anda dapat memperkenalkan waktu-waktu khusus dalam sehari untuk memandangi buku bersama-sama. Paling tidak usahakan selalu ada satu pertemuan buku dalam sehari. Jika Anda memilih suatu waktu yang khusus, hal ini akan segera menjadi kebiasaan. Meskipun demikian ingatlah, jika anak Anda terlalu capai, atau semata-mata sedang tidak berselera terhadap buku, jangan bersikeras. Tempat menyimpan buku. ---------------------- Carilah tempat yang khusus bagi anak-anak untuk menyimpan buku-buku mereka. Ada orang yang menyimpan beberapa dalam kamar yang berlainan sehingga selalu ada kumpulan yang mudah diraih. Rak rendah yang dapat diraih anak dengan mudah, atau kotak dihias khusus yang ditaruh di dekat tempat yang nyaman untuk duduk akan mendorong anak-anak kebiasaan memandangi buku sendiri. Usahakan agar tidak terlalu berhati-hati dengan buku, tetapi ajarilah anak-anak untuk tidak menyobek atau mencoret-coret buku itu. Anda dapat memberi sampul plastik buku-buku favorit agar lebih awet. Bahan diambil dan diedit seperlunya dari: Judul buku: Panduan Orang Tua Usborne: Membantu Putra Anda Belajar Membaca Penulis : Betty Root Penerbit : Periplus, Jakarta 2003 Halaman : 8 -- 9 o/ KARYA ANDA o/ MENGEMBANGKAN MINAT BACA PADA ANAK ================================== oleh: Tut Wuri Handayani Banyak orang mengatakan bahwa minat baca orang Indonesia sangat rendah dibandingkan dari negara-negara lain, bahkan diantara negara- negara di Asia. Hal ini tidak mengherankan karena sejak kecil kita tidak dididik orang tua kita untuk mencintai buku. Kalau sama-sama diberi uang saku maka anak Indonesia biasanya akan memakainya untuk membeli makanan jajanan. Itu sebabnya uang saku lebih sering dikenal dengan sebutan "uang jajan", karena memang tujuannya untuk membeli makanan. Jarang anak dididik untuk menggunakan uang sakunya untuk sesuatu yang lain, misalnya untuk menyewa buku atau membeli alat tulis atau buku. Hal-hal tersebut dianggap otomatis tugas orang tua untuk menyediakannya. Anak tidak diajar dari kecil untuk bertanggung jawab terhadap kebutuhannya sendiri. Para ahli meneliti bahwa cinta buku (minat baca) biasanya lahir dari rumah. Jika orang tuanya, atau orang dewasa yang tinggal serumah, cinta buku dan senang membaca maka hampir bisa dipastikan anak juga akan gampang tertular. Jika orang tua senang membaca, maka dengan mudah buku-buku akan dijumpai di berbagai tempat di rumah. Anak menjadi terbiasa melihat buku dan jika tidak ada yang dikerjakan maka anak yang sudah bisa membaca (mulai umur 5) akan lari ke buku sebagai tempat untuk menghibur diri. Anak kecil biasanya mulai memperhatikan buku hanya dengan melihat gambar-gambarnya saja. Jika ia sudah puas atau bosan, maka ia akan mulai membaca kata-katanya, khususnya dari hal-hal yang menarik perhatiannya atau yang memancing rasa ingin tahunya. Sebagai pemula, anak sebenarnya tidak perlu memiliki buku yang banyak. Cukup beberapa buku yang disukainya saja. Buku-buku tersebut biasanya akan dibacanya berulang-ulang, bahkan sampai hafal detail gambar dan isinya. Di sini peran orang dewasa cukup besar untuk mengembangkan minat baca anak-anak. Sering-seringlah tunjukkan ketertarikan Anda terhadap ketertarikannya pada buku yang dibacanya. Tanyakan siapa tokoh ceritanya, atau bagaimana akhir ceritanya. Tunjukkan buku lain yang membahas tentang hal yang sama untuk menambah informasi yang sudah didapatnya. Anak akan merasa mendapat angin kalau orang tuanya ikut memberi perhatian terhadap buku yang dibacanya. Inilah kunci untuk menolong anak memiliki kebiasaan membaca. Anak saya Jesica, pertama kali tertarik membaca isi buku (bukan hanya melihat gambarnya saja) adalah ketika ia sudah mulai bisa membaca sendiri sebelum umur 5 tahun. Buku yang menarik perhatiannya adalah buku Ensiklopedia Mini tentang mumi. Entah kenapa dia sangat penasaran kalau melihat gambar mumi. Dengan usahanya sendiri ia mencoba mengerti kata-kata yang menjelaskan tentang gambar mumi tersebut. Memang belum fasih membaca, namun jelas dia mengenali maksud kata-kata yang dilihat di buku tersebut karena dengan serius dia berkata, "Mommy, kalau besar nanti Jesica pengin jadi archeolog". Seaneh apa pun kedengarannya, jangan sekali-kali menertawakan keinginan anak kalau Anda tidak ingin memadamkan semangatnya membaca. Jesica sekarang sudah berumur 7 tahun dan selama 4 bulan terakhir ia telah membaca 6 buku seri Narnia dan saat ini ia sedang membaca seri terakhirnya, hampir selesai .... Bahan diambil dari: Nama situs : SABDA Space Penulis : Tut Wuri Handayani URL artikel: http://www.sabdaspace.org/mengembangkan_minat_baca_pada_anak o/ WARNET PENA o/ e-ARTIKEL: ANAK =============== http://artikel.sabda.org/?q=anak Sehubungan dengan baca-membaca, ada sebuah situs yang amat baik untuk Anda kunjungi, yaitu situs e-Artikel. Di dalamnya ada berbagai macam artikel yang dapat Anda baca untuk menambah wawasan dan memperkaya pemikiran Anda. Sebuah kolom khusus, kolom "Anak" disediakan bagi para pelayan anak yang ingin membaca hal-hal seputar pelayanan tersebut. Saat ini baru ada 13 artikel seputar pelayanan yang dapat Anda nikmati. Oleh karena itu situs e-Artikel membuka kesempatan bagi Anda yang ingin membagikan ide, gagasan, atau bahan seputar pelayanan anak untuk dipasang di situs ini. Mau membaca dan ikut aktif di dalamnya? Segera saja masuk ke situs ini. Oleh: Redaksi o/ DARI MEJA REDAKSI o/ BERGABUNG DENGAN e-BUKU ======================= Untuk mewujudkan anak yang gemar membaca buku memang diperlukan teladan dari Anda, para pelayan anak. Namun, apabila Anda sulit menemukan informasi buku-buku Kristen bermutu untuk dibaca, e-Buku akan hadir bagi Anda. Silakan mendaftarkan diri menjadi pelanggan e-Buku dengan mengirimkan e-mail kosong ke <subscribe-i-kan-buku(at)hub.xc.org>. Jika Anda dan teman Anda ingin didaftarkan, silakan kirim surat kepada redaksi e-Buku di alamat <staf-buku(at)sabda.org>. Maka, setiap bulannya Anda akan menerima edisi e-Buku yang berisi resensi-resensi, artikel, dan informasi seputar buku Kristen. Untuk arsip edisi-edisi yang sudah pernah diterbitkan, silakan simak di alamat http://www.sabda.org/publikasi/e-buku/arsip/. Atau kunjungi situs GUBUK Online di http://gubuk.sabda.org. Jadi tunggu apa lagi? Anda ingin memberi teladan dalam hal membaca? Selamat bergabung. o/ MUTIARA GURU o/ Membaca amat berguna dan bagus untuk anak. Dan orang tua pun tahu manfaat membaca untuk mendorong anak-anak membuka buku-buku agar lebih mengenal wawasan. ---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> ---------------------------------------------------------------------- Pemimpin redaksi: Davida Welni Dana Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |