Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/306 |
|
e-BinaAnak edisi 306 (24-11-2006)
|
|
______________________________e-BinaAnak______________________________ Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak ================================================== Daftar Isi: 306/November/2006 ---------- - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL : Masalah Penglihatan - TIPS (1) : Kelemahan pada Penglihatan - TIPS (2) : Mengajar Anak yang Mengalami Gangguan Penglihatan - WARNET PENA : The Sunday School Teacher - DARI ANDA UNTUK ANDA: Puisi Natal - MUTIARA GURU ---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> ====================================================================== -=- SALAM DARI REDAKSI -=- Salam kasih, Masalah kelemahan pada penglihatan mungkin dialami oleh satu atau dua anak saja di kelas. Jika mengetahuinya, sering kali guru cenderung mengistimewakan dan memperlakukan mereka berbeda dengan anak yang lain. Walaupun tidak disadari, perlakuan seperti itu justru dapat membuat mereka merasa tidak nyaman di kelasnya. Bagaimana sebaiknya guru menghadapi anak-anak yang memiliki masalah penglihatan? Hal mendasar yang diperlukan guru adalah mengetahui penyebab, masalah, dan ciri-ciri anak yang mengalami gangguan pada penglihatannya. Setelah itu, guru perlu belajar menyesuaikan metode mengajar dengan cerdik, agar suasana kelas menjadi tidak nyaman karenanya. Nah, silakan simak sajian kami minggu ini agar wawasan Anda semakin terbuka untuk menolong anak-anak didik Anda yang bermasalah dalam pengelihatan. Selamat belajar! Redaksi e-BinaAnak, Davida Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." (Yohanes 20:29) < http://sabdaweb.sabda.org/?pYohanes=20+29: > -=- ARTIKEL -=- MASALAH PENGLIHATAN =================== DEFINISINYA Ada dua jenis hambatan penglihatan pada anak, yaitu buta dan lemah penglihatan. Anak yang buta harus menggunakan huruf braille, sedangkan yang lemah penglihatannya tetap dapat memakai huruf biasa. Di Amerika Serikat, apabila setelah diperiksa, ternyata penglihatan anak berada pada derajat 20 ke bawah, ia dimasukkan dalam kategori "anak yang buta". Sedangkan bila derajatnya mencapai 20 -- 200, ia masuk ke dalam kategori "anak yang lemah penglihatan". DIAGNOSISNYA Untuk mengatasi anak yang memiliki masalah dalam penglihatannya, sebagian sekolah biasanya memercayakannya kepada dokter mata. Pengamatan yang cermat di dalam kelas akan mempermudah menemukan anak yang bermasalah dalam penglihatannya. Apakah anak dapat melihat dengan jelas tulisan di papan tulis dari tempat duduknya? Ataukah mereka harus selalu maju ke depan? Apakah anak mengernyitkan mata setiap kali membaca? Apakah anak menonton televisi dengan jarak yang terlalu dekat? Dapatkah mereka melihat pemandangan yang terbentang di luar jendela? PENYEBAB MASALAH Kita perlu mengetahui bagaimana cara kerja mata secara normal. Fungsi mata manusia bagaikan kamera bagi otak. Bola mata merupakan lubang lensa pada kamera. Sementara itu, lapisan dinding bola mata atau retina merupakan penerima rangsangan warna maupun cahaya. Cahaya yang diterima melalui bola mata dapat dibiaskannya. Di belakang selaput pelangi terdapat "humor vitreous", yaitu suatu cairan yang mengisi ruangan di antara lensa mata dan selaput jala, yang juga berfungsi untuk merefleksikan sinar ke dalam jaringan serabut mata. Jaringan serabut ini berada di belakang bola mata sehingga memungkinkan kita untuk dapat melihat. Kebutaan dapat disebabkan oleh virus, kecelakaan, keracunan, atau tumor, dan dapat juga diakibatkan oleh penyakit seperti kencing manis, sifilis, dan radang mata. Lingkungan yang bersih juga merupakan syarat bagi kesehatan mata. JENIS PENYAKIT MATA 1. Rabun jauh Penyakit ini merupakan kelainan mata di mana bayangan berkas-berkas sinar jatuh di belakang selaput jala (retina) sehingga mengakibatkan penglihatan menjadi kabur. Jenis penyakit ini dapat diperbaiki dengan memakai kacamata berlensa cembung. 2. Rabun dekat Kebalikan dari yang di atas, kelainan ini merupakan kelainan di mana bayangan berkas-berkas sinar jatuh di depan retina. Jarak kemampuan untuk melihat benda hanya pada kira-kira dua puluh meter. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan memakai kacamata berlensa cekung. 3. Silinder Silinder terjadi karena adanya kelengkungan pada permukaan kornea mata sehingga cahaya tidak berpusat pada retina, tetapi pada dua titik yang berbeda. Setelah diperiksa penyakit ini dapat diatasi dengan memakai kacamata silindris. 4. Kehilangan fokus/juling Penyebab kelainan ini ialah gangguan pada sel-sel saraf sehingga letak hitam mata tidak tepat berada di tengah pada waktu melihat benda. Keadaan ini dapat terjadi sewaktu-waktu atau seumur hidup. 5. Biji mata menggetar Hal ini disebabkan adanya kerusakan pada otot penggerak biji mata sehingga fokus penglihatan tidak normal. 6. Buta warna Biasanya kelainan ini merupakan bawaan yang diturunkan, yang dimungkinkan oleh adanya anggota keluarga yang kekurangan lapisan pigmen pada kulit, rambut, atau mata. Buta warna disebabkan oleh kurangnya kepekaan retina terhadap cahaya sehingga tidak memiliki rasa melihat warna. 7. Katarak Kekeruhan yang terjadi pada lensa mata atau lapisan lensa mata yang menyebabkan daya melihat menjadi lemah serta dapat menjurus kepada kebutaan. Dalam ilmu kedokteran, keadaan ini dapat disembuhkan melalui pembedahan. CIRI-CIRINYA Gangguan pada mata dapat memengaruhi kestabilan tubuh, pergaulan, jiwa, dan pendidikan seseorang, atau paling tidak akan memengaruhi beberapa hal yang dikemukakan berikut ini. 1. Kompensasi Para ahli berpendapat bahwa bila terjadi kerusakan fungsi pada satu indra, misalnya pada indra penglihatan, daya fungsi indra lain akan meningkat. Sebagai contoh, orang yang buta lebih peka pendengarannya atau lebih tajam ingatannya, mungkin disebabkan penggunaan indra lain yang lebih banyak. Menurut Gottesman (1971), indra peraba dari anak yang buta tidak berhubungan dengan kerusakan yang terjadi pada indra mata. Bahkan tidak ditemukan adanya perbedaan fungsi indra peraba itu dengan anak yang normal. Sedangkan Chess (1974) berpendapat lain, bila ada satu indra dalam tubuh yang mengalami luka, hal ini kemungkinan memengaruhi daya guna indra lainnya. Kekurangan dalam satu bagian akan menghambat kesempurnaan perkembangan bagian lainnya. 2. Tingkat intelek Sebelumnya, penyelidikan menyatakan bahwa cacat penglihatan tidak mempengaruhi intelektualitas penderitanya, tetapi kini diduga ada pengaruhnya. Reynell (1978) menyelidiki seratus sembilan anak yang cacat hanya pada penglihatan dan didapatkan analisa bahwa dalam upaya menyesuaikan diri dengan masyarakat, dalam pernyataan gerak-geriknya, dalam memahami lingkungan, istilah atau penyampaian bahasa, ternyata mereka lebih lemah dibanding dengan anak yang normal. Mereka juga kurang dewasa dalam pergaulan dan pemahaman. 3. Perkembangan berbahasa Bateman (1963) menggunakan bahasa psikologis untuk mengadakan pengujian di Illinois, Amerika Serikat terhadap perkembangan bahasa dari 131 anak buta. Dari tes tersebut diperoleh kesimpulan bahwa untuk kemampuan mendengar, diperoleh angka rata-rata, tetapi untuk daya kemampuan persepsi, asosiasi, dan memori, hasilnya di bawah angka rata-rata. Ada juga yang menemukan bahwa kemampuan penggunaan istilah bagi anak yang buta lebih lemah dibanding dengan anak yang normal matanya, namun pendapat ini belum cukup membuktikan apakah penyebabnya berasal dari pemikiran yang berbeda atau fungsinya yang bermasalah. 4. Kemampuan belajar Birch (1966) telah menyelidiki 903 anak kelas 5 dan 6 yang lemah penglihatannya. Ia menyimpulkan bahwa angka pelajarannya lebih rendah ketimbang anak yang lain. Berbeda dengan Lowenfeld, Abel dan Hatlin (1967) yang menyelidiki anak yang buta pada kelas 4 SD dan kelas 2 SMP menyimpulkan bahwa daya pengertian anak buta dalam membaca sama dengan anak yang normal matanya. Hanya saja waktu yang dibutuhkan lebih lama satu atau dua kali daripada anak yang normal. 5. Bakat musik Pada umumnya orang buta dianggap lebih berminat dan berbakat dalam bidang musik daripada orang biasa. Meskipun sering ditekankan pentingnya pendidikan musik bagi orang buta, bahkan sampai ada tokoh-tokoh musik yang adalah seorang buta dalam sejarah musik, tetapi belum ada cukup bukti bahwa mereka lebih unggul dalam musik. Seperti apa yang dikatakan oleh Napier (1973), "Anak-anak buta dididik sejak di Taman Kanak-Kanak untuk mengenal dan mencintai musik, ... padahal sebenarnya siapa pun yang diberi kesempatan belajar musik mungkin juga bisa mengembangkan bakat musiknya.", 6. Pergaulan sosial Cacat penglihatan tidak selalu berakibat pada timbulnya masalah dalam sifat dan pergaulan seseorang. Hambatan itu memang telah membatasi ruang geraknya sehingga ia menjadi kurang berpengalaman dalam bergaul dan menjadikannya pasif. Tentu saja anak yang buta tidak dapat menghayati kegiatannya sebab ia tidak dapat melihat akibatnya. Tentang anak yang lemah penglihatannya, Myerson (1971) mengatakan bahwa mereka memiliki kesulitan untuk menyesuaikan diri mereka karena mereka bukannya buta total, meskipun penglihatannya juga tidak normal. Mereka lebih sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya daripada anak yang buta atau yang normal sehingga perlu diberi perhatian khusus, baik dari orang tua maupun guru. PENYELESAIAN MASALAH Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menolong anak yang cacat dalam penglihatannya supaya dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan dan pelajaran sehari-hari adalah sebagai berikut. 1. Perhatian awal Seorang anak akan memperoleh banyak pengalaman kehidupan dari keluarganya. Oleh sebab itu, sebaiknya perhatian lebih khusus diberikan kepada anak yang kurang daya penglihatannya. Mereka akan banyak belajar dari pengalaman indra peraba dan pendengaran. Gantungkanlah mainan di tempat tidur, agar anak dapat merabanya. Dari benda-benda itu anak akan terangsang untuk lebih menggunakan daya perabaan dan pendengarannya. Jauh lebih baik lagi bila orang tua mencari bantuan para ahli. 2. Pengajaran konkrit Karena mereka belajar melalui pendengaran dan perabaan, guru atau orang tua harus merelakan diri dan bersedia untuk diraba. Dengan demikian, anak akan belajar mengenal bentuk-bentuk tertentu: besar dan kecil, berat dan ringan, atau keras dan lembut melalui pengalaman yang konkrit yang melibatkan mereka ke dalam pengalaman yang sebenarnya. 3. Lingkungan belajar Amatlah baik untuk mempersiapkan suatu lingkungan belajar khusus bagi anak yang cacat penglihatannya. Pelajaran yang diberikan dapat berupa perangsangan indra, pengenalan bentuk, keterampilan olahraga, dan latihan daya indra. Pertumbuhan anak juga harus mendapat perhatian. Karena membutuhkan bimbingan dan perawatan khusus, mereka perlu dipersiapkan oleh seorang guru yang khusus, baik di sekolah maupun di sekolah minggu. Sebaiknya, gereja menyediakan kelas khusus dengan pendidik khusus untuk memenuhi kebutuhan anak yang buta. Sedangkan bagi kelas untuk mereka yang penglihatannya lemah, dianjurkan agar sedapat mungkin mengurangi metode pelajaran yang tergantung pada penggunaan mata, dan lebih banyak menggunakan telinga. Harus ada sinar yang cukup dalam ruang kelas dan atur posisi duduk anak agar tidak melawan sinar matahari. Oleh sebab itu, guru jangan berdiri di samping jendela. Warnai dinding kelas dengan warna yang lembut, serta gunakan gorden untuk menyerap sinar dari luar. Huruf yang ditulis di papan tulis harus cukup besar dan murid harus menggunakan pensil atau bolpoin yang warnanya hitam. 4. Mengembangkan teknik khusus Dibutuhkan teknik tertentu untuk mengacu pengalaman pergaulan anak yang lemah penglihatannya atau anak yang buta. Mempelajari huruf braille akan memperluas pengetahuannya akan dunia luar. Pemahaman terhadap lingkungan akan membuat mereka mandiri dalam kehidupan bermasyarakat kelak di kemudian hari. Latihlah mereka untuk menggunakan kepekaan indra lain supaya lebih mengenal lingkungannya. 5. Bimbinglah emosinya Anak yang lemah atau cacat penglihatan, sering mengasingkan diri dari kegiatan-kegiatan yang ada. Para pendidik menyadari sekali pentingnya kehidupan emosi anak sejak dini. Mewakili umum, Barraga (1976) memberikan usulan bahwa dalam berhubungan dengan anak yang cacat mata, sebaiknya lebih banyak digunakan isyarat tubuh daripada isyarat mata, supaya secara langsung anak dapat merasakan kasih sayang ibu. Dengan demikian, rasa percaya diri berkembang pada diri anak. Sebab itu, sang ibu harus banyak memeluk, menimang, mengelus, dan mengayun bayinya. Setelah bertumbuh semakin besar, pandangan terhadap dirinya akan meningkat dan membantu mereka menerima dirinya dan menghadapi kenyataan yang kejam ini. 6. Kebutuhan orang tua Orang tua dari anak yang cacat ini juga perlu memperoleh perhatian sebab mereka harus terlibat dengan pendidikan anaknya sejak awal atau pada masa prasekolah. Sekolah dan gereja harus menyediakan para spesialis untuk dapat memberi bantuan dan bimbingan yang sesuai kepada orang tua supaya anggota keluarga dapat menyelami kebutuhan anak yang cacat matanya itu. 7. Penerangan kebenaran Banyak dari anak yang cacat ini, setelah dewasa dan mengerti keadaannya, tidak mau menerima kenyataan, meremehkan diri sendiri, mengasingkan diri, bersungut-sungut, mencela Allah serta orang lain, dan memberontak. Didiklah mereka untuk menerima kenyataan kehendak Tuhan. "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (Rm. 8:28). Ajarkan mereka dengan iman untuk menerima kenyataan yang tidak dapat diubah lagi, dengan iman percaya bahwa, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" (2Kor. 12:9). Pada saat mereka bisa dengan sukacita menerima kenyataan dirinya, di saat itulah mereka dapat mengembangkan bakat yang ada serta dapat mendalami pengalaman Paulus, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Flp. 4:13). Sebab "Bagi Dialah yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita" (Ef. 3:20). Bahan disunting dari sumber: Judul buku: Menerobos Dunia Anak Penulis : Mary Go Setiawan Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1993 Halaman : 88 - 94 -=- TIPS (1) -=- KELEMAHAN PADA PENGLIHATAN ========================== Saran-saran dalam artikel ini dirancang untuk membantu para pengajar yang memiliki murid dengan gangguan mata sebelah atau yang buta. Selain bagi para pengajar, saran-saran di bawah ini juga dapat membantu murid-murid agar lebih nyaman berada dalam kelas. PENERIMAAN Sebaiknya guru memperlakukan anak yang memiliki kelemahan pada penglihatannya sama seperti memperlakukan anak-anak lain dalam kelas. Libatkan mereka dalam semua kegiatan dan terapkan peraturan yang sama dengan anak-anak lain. Menerima anak tersebut dengan penuh kehangatan dapat menjadi contoh yang baik bagi seluruh kelas. Ada baiknya pula memberi kebebasan untuk melakukan apa saja yang bisa dilakukan anak yang memiliki gangguan pada penglihatannya itu. 1. Bagi anak yang tidak buta total, doronglah mereka untuk menggunakan penglihatan mereka dengan maksimal. Daya penglihatan akan semakin melemah jika tidak digunakan dengan baik. 2. Ketika anak lain bertanya tentang kelemahan penglihatan anak ini, doronglah ia untuk menjawabnya. Sering kali jawaban yang sederhana dan jujur dari seorang anak akan memuaskan rasa ingin tahu teman-temannya. Jika anak tersebut pemalu dan segan untuk menjawab, guru bisa membantunya dengan berkata, "Setiap orang melihat dengan cara yang berbeda. Joshua tidak melihat dengan cara kita melihat." Jika pertanyaan itu terus berkepanjangan, mintalah saran dari orang tua. 3. Guru dapat berbicara kepada anak tersebut sama seperti guru berbicara dengan anak-anak yang lain. Tidak perlu menghindari penggunaan kata-kata tertentu, seperti kata "melihat" dan "lihatlah". Banyak anak yang memiliki kelemahan pada penglihatan dapat melihat benda dengan memandangnya dari dekat. Beberapa anak dengan kasus kelemahan pada penglihatannya menggunakan kata "melihat" atau "memandang" ketika mereka menyentuh sebuah benda untuk merasakan bagaimana bentuk benda tersebut. KOMUNIKASI Berbicaralah dengan nada suara yang wajar. Ketika berbicara, khususnya dengan anak yang memiliki kelemahan pada penglihatan, sebutlah namanya dan katakan kepadanya siapa Anda, "Hai, Michael. Saya Kak Robbin." Pertolongan terbaik yang dapat diberikan guru untuk membiasakan anak dengan suasana kelas ialah dengan menuntunnya menjelajahi ruangan kelas. Saat mengelilingi ruangan, jangan pernah tinggalkan anak tersebut. Sebaliknya, peganglah tangannya dengan lembut kemudian ajaklah dia untuk menyentuh perabot-perabot dan benda-benda yang ada untuk melihat di mana benda-benda itu diletakkan. Tempatkan selalu perabot dan peralatan di tempat yang sama dari minggu ke minggu. Jelaskan kegiatan apa yang terjadi di setiap daerah dalam ruangan kelas. KEGIATAN-KEGIATAN Posisikan anak yang memiliki kelemahan pada penglihatan tidak jauh dari alat peraga, tetapi harus tetap berada dalam kelompok anak-anak yang lain. Biarkan anak berada sedekat mungkin dengan benda-benda yang diingininya (atau, jika memungkinkan, dekatkan alat-alat tersebut kepadanya). Biarkan ia mengenali benda-benda itu melalui sentuhan. Selama kegiatan berlangsung, perintah yang diberikan sering kali berdasarkan penglihatan, misalnya, "Lipatlah kertas kalian seperti yang Kakak lakukan." Dalam hal ini, guru dapat memberikan kebebasan kepada anak yang memiliki kelemahan pada penglihatannya untuk menyentuh tangan guru atau kertas tersebut. Tujuannya agar ia dapat mempelajari cara melipat kertas tersebut. Guru juga dapat membuat isyarat secara verbal dengan menjelaskan gambar, kegiatan, membahas tingkah laku yang guru amati di ruang kelas, dan lain-lain. KASIH Kepekaan pada sentuhan merupakan hal yang sangat penting bagi anak yang memiliki kelemahan pada penglihatannya. Ekspresikanlah kasih dan kepedulian terhadapnya dengan sentuhan dan pelukan yang lembut. (t/Ratri) Bahan disunting dan diterjemahkan dari: Judul buku : Sunday School Smart Pages Judul artikel: Visual Handicap Penyunting : Wes dan Sheryl Haystead Penerbit : Gospel Light, Ventura, California, USA 1992 Halaman : 85 -=- TIPS (2) -=- MENGAJAR ANAK YANG MENGALAMI GANGGUAN PENGLIHATAN ================================================= Menghadirkan konsep rohani yang nyata dengan cara-cara yang konkrit merupakan hal yang perlu diperhatikan ketika mengajar anak yang mengalami gangguan penglihatan. Dengan adaptasi yang minim terhadap penggunaan bahan mengajar, ditambah dengan guru yang berkomitmen untuk memberikan perintah-perintah yang Alkitabiah, anak-anak tersebut tidak hanya dapat melihat kebenaran rohaniah melalui firman Tuhan saja, namun juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari. Berikut metode yang dapat kita gunakan untuk mengajar anak dengan kelemahan pada penglihatan. 1. Karena anak-anak yang buta tidak dapat menangkap informasi melalui penglihatan mereka, guru harus menggunakan indra pendengar, peraba, pengecap, dan pembau saat menyampaikan pelajaran. Guru harus semaksimal mungkin menggunakan kesempatan mengajar melalui indera-indera tersebut. Janganlah membatasi perintah atau keterangan dengan satu cara tertentu saja, tetapi gunakanlah kombinasi dari indra-indra tersebut. 2. Guru sebaiknya mengingat bahwa humor dan intonasi suara merupakan hal yang penting ketika mengajar anak yang memiliki kelemahan pada penglihatan ini. 3. Penjelasan verbal yang diberikan guru harus jelas dan tidak berbelit-belit. Guru harus spesifik dalam memberikan perintah atau meminta tanggapan. Hindarilah penjelasan atau pertanyaan yang tidak jelas. 4. Karena beberapa anak yang memiliki kelemahan dalam penglihatan menggunakan braille, harus disediakan Alkitab, kurikulum, dan bahan-bahan lain dalam bentuk braille. 5. Guru harus menggunakan musik untuk membantu anak yang buta agar terdorong membagikan pengalaman atau bersaksi. Dorong mereka untuk bernyanyi di depan kelas. Musik dapat memberikan rasa aman, merangsang pikiran, dan membantu murid yang buta untuk membangun suatu pengertian tentang firman Allah dan pesan yang disampaikan. Musik juga dapat memberikan kesempatan pertumbuhan mental, spiritual, dan sosial. 6. Krayon, kertas, pensil, tanah liat, dan cat air semuanya dapat membantu anak yang memiliki kelemahan pada penglihatan untuk mengekspresikan emosi mereka. Ekspresi emosi ini dapat membantu anak menunjukkan dan mengutarakan kepribadian mereka. Sering kali anak tidak dapat mengutarakan maksud mereka secara verbal. Bantulah mereka untuk mengekspresikannya melalui seni dan keterampilan. Meskipun untuk melakukannya mereka membutuhkan bimbingan yang lebih daripada anak-anak lain, cara ini akan memberi kesempatan kepada anak yang memiliki kelemahan penglihatan untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan talentanya melalui cara-cara yang mungkin tidak dapat diekspresikan oleh anak yang dapat melihat dengan baik. Keterampilan ini harus menarik bagi anak dan menjadi langkah untuk mempelajari Allah dan kehidupan secara menyeluruh. 7. Main sandiwara ("role play") dapat membantu anak menjadi terbiasa dan mengingat peristiwa, ide-ide, dan situasi kisah-kisah dalam Alkitab. Kegiatan ini juga dapat membantu mereka mengingat kejadian-kejadian di rumah mereka dan situasi lainnya. Berbagai pengalaman dapat diperagakan, bahkan pengalaman-pengalaman dari situasi nyata yang dialami oleh anak sepanjang minggu itu. Anak-anak yang memiliki kelemahan pada penglihatan juga sangat memerlukan Yesus Kristus dan gereja, sama seperti anak-anak yang memiliki penglihatan sempurna. Melalui partisipasi dalam penyembahan dan perintah-perintah dalam gereja, anak-anak yang memiliki kelemahan pada penglihatan ini bisa mengerti dan mengasihi Tuhan Yesus sehingga hidup mereka dapat diperkaya.(t/Ratri) Bahan diterjemahkan dari sumber: Judul buku : Childhood Education in the Church Judul artikel: Teaching Exceptional Children: Visually Handicapped Children Penulis : Robert E. Clark, Joanne Brubaker, dan Roy B. Zuck Penerbit : Moody Press, Chicago, USA 1986 Halaman : 173 - 174 -=- WARNET PENA -=- GRACEGEMS - THE SUNDAY SCHOOL TEACHER ===================================== http://www.gracegems.org/25/sunday_school_teacher.htm Mirip dengan halaman depan situsnya, tampilan dari halaman menu Sunday School Teacher ini juga sangat praktis dan sederhana, hanya berisi sejumlah tautan (links) untuk masuk ke dalam enam artikel. Meski demikian, sajian artikel yang ada membahas cukup mendalam tentang hal-hal tentang mengajar yang penting untuk diketahui guru sekolah minggu. Artikel-artikel ditulis dalam bahasa Inggris, tetapi cukup mudah untuk dipahami. Judul-judul utamanya adalah "The Ultimate Object Of Teaching", "Qualifications For Teaching", "Manner of Teaching", "Duties of Teachers to Each Other", "Temptations of Teachers", "Discouragements of Teachers", "The Teacher`s Zeal", dan "Motives to Diligence". Dikirim oleh: Davida <evie(at)xxxx> -=- DARI ANDA UNTUK ANDA -=- Dari: "Titus, Franky (KPC)" <Franky.Titus(at)xxxx> >Shalom Team Pembina Anak, >Dalam rangka menyambut perayaan natal 2006, nampaknya sudah mulai >ada kegiatan persiapan sepanjang bulan November ini. Untuk itu kami >membutuhkan beberapa puisi untuk mengisi acara perayaan natal >sekolah minggu. Mohon jika ada artikel puisi bernuansa natal mohon >reply. >Terima kasih >TY memberkati. >franky Redaksi: Anda dapat melihat bahan-bahan seputar Natal di situs PEPAK pada menu Hari Raya Kristen <http://pepak.sabda.org/topik/12/>. Khusus untuk puisi-puisi Natal, silakan akses alamat-alamat: 1. http://pepak.sabda.org/pustaka/030345/ 2. http://pepak.sabda.org/pustaka/040646/ 3. http://pepak.sabda.org/pustaka/050983/ -=- MUTIARA GURU -=- Perlakuan yang wajar disertai pertolongan dan segudang kasih lebih berarti dari pada perlakuan istimewa yang dapat membuat anak dengan kondisi khusus merasa dibedakan dengan anak yang lain. ---------------------------------------------------------------------- Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2006 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Alamat berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |