Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/305 |
|
e-BinaAnak edisi 305 (15-11-2006)
|
|
______________________________e-BinaAnak______________________________ Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak ================================================== Daftar Isi: 305/November/2006 ---------- - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL : Masalah Pendengaran - TIPS : Mengajar Anak yang Memiliki Kelemahan pada Pendengaran - BAHAN MENGAJAR: Orang yang Tuli dan Gagap Disembuhkan - WARNET PENA : Situs e-BinaGuru - MUTIARA GURU ---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> ====================================================================== -=- SALAM DARI REDAKSI -=- Salam kasih, Sangat penting bagi guru SM untuk mengetahui hal-hal di belakang keadaan khusus seorang anak. Dengan mengetahuinya, guru SM dapat menetapkan metode mengajar yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak tersebut sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan semaksimal mungkin. Nah, untuk menolong guru-guru SM, sajian kami minggu ini akan berkisar seputar bagaimana mengajar anak yang mengalami kelemahan pendengaran dan metode apa yang sesuai dipakai untuk menolong mereka. Kiranya sajian kami ini memberikan pencerahan baru untuk membantu pelayanan Anda di SM. Selamat melayani! Redaksi e-BinaAnak, Davida "Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar" (Roma 12:7) <http://sabdaweb.sabda.org/?p=Roma+12:7> -=- ARTIKEL -=- MASALAH PENDENGARAN =================== DEFINISINYA Biasanya dokter memakai ukuran desimal untuk menentukan ketajaman pendengaran seseorang. Angka ",0" berarti normal, angka ",25" ke bawah menunjukan kurangnya ketajaman pendengaran. Bila angka desibel menunjukkan angka yang lebih besar lagi, berarti orang tersebut mempunyai masalah pendengaran yang cukup serius. Seorang yang tuli mencapai angka tujuh puluh desibel sehingga sekalipun ia dibantu dengan alat bantu dengar, keadaan itu tidak akan banyak menolong. Namun, bila angka desibel mencapai antara 35 — 69, ia masih dapat dibantu dengan alat bantu dengar. Masalah sakit tuli ada dua jenis, yaitu tuli sebelum berbahasa dan tuli sesudah berbahasa. Tuli sebelum berbahasa adalah tuli sejak lahir atau tuli sebelum belajar bicara, sedangkan tuli sesudah berbahasa terjadi setelah perkembangan berbicara. Orang yang menderita tuli sebelum berbahasa akan jauh lebih sulit dalam belajar. DIAGNOSISNYA Proses diagnosis pendengaran anak sangat rumit sebab ada kemiripan dengan anak yang memiliki masalah intelek atau mental. Dari hasil observasi, Stepens, Blackhurt, dan Magliocca mengusulkan pertanyaan berikut. 1. Apakah ada kekurangan dalam telinganya? Adakah keluhan anak tentang telinganya yang sakit atau merasa kurang enak dalam telinganya, seolah-olah mendengar desisan atau bisikan? Perhatikan apakah ada cairan yang keluar dari telinganya ataukah ada terlalu banyak kotoran di telinganya. Sering mengalami flu dan tenggorokan sakit bisa menandakan anak diserang virus penyakit telinga. 2. Jelaskah bunyi ucapan anak dalam berbahasa? Kemungkinan anak mengalami masalah dalam pendengarannya bila fonetik bahasanya kurang tepat. Biasanya anak tidak sanggup mendengar nada suara yang tinggi. 3. Apakah ketika mendengar radio atau televisi, volume suaranya perlu dibesarkan? Masalahnya berbeda bila anak memang suka mendengarkan musik dengan suara keras. Guru dapat menyelidiki hal ini dengan memerhatikan apakah anak mendengar suara tape atau suara video dengan jelas. 4. Apakah anak harus melihat kepada si pembicara setiap kali diajak bicara? Kadangkala hal ini ditambah lagi dengan gerakan menaruh tangan di belakang telinga, sekadar mengusahakan suara agar masuk ke dalam telinganya. Guru atau orang tua sering tidak tanggap dan mengira anak hanya ingin mengetahui persoalan orang lain. 5. Apakah anak sering meminta guru atau orang tua mengulangi perkataannya? Bila tindakan demikian sering dilakukan anak, sebaiknya guru atau orang tua menyelidiki keadaan anak secara mendalam. 6. Dengan volume suara yang normal, apakah anak sering tidak menunjukkan reaksi? Biasanya anak yang tidak memerhatikan perkataan guru atau kurang patuh dalam kelas sering dianggap anak yang bermasalah, lalu dihukum. Padahal anak memang tidak jelas dalam mendengar dan informasi yang diterimanya terputus-putus. 7. Apakah anak sering menolak suatu kegiatan yang ada hubungan dengan berbicara? Ada kemungkinan seorang anak bersifat pemalu karena kurang percaya diri sehingga ia menolak untuk berbicara karena takut salah. Tetapi bisa juga hal itu terjadi karena kurangnya pendengaran sehingga anak berusaha untuk menghindari kegiatan yang berhubungan dengan berbicara. JENISNYA Karena bentuk telinga amat rumit, masalah pendengaran pun menjadi berbeda-beda. Masalah ini umumnya terbagi menjadi dua macam, yaitu pengiriman pendengaran yang kurang normal atau syaraf pendengaran yang kurang normal. 1. Pengiriman pendengaran yang kurang normal Hal ini berarti suara yang disampaikan ke dalam telinga menjadi lemah. Suara mulai diterima oleh telinga luar, lalu getaran masuk melalui tulang-tulang yang ada di telinga tengah untuk mendapat penguatan, kemudian disampaikan ke telinga dalam. Penyampaian getaran mungkin terhambat di salah satu alirannya. Tuli konduksi adalah tuli yang disebabkan oleh kotoran penyumbat telinga. Kemungkinan tulang martil atau tulang sanggurdi pecah sehingga kehilangan daya getar dan menyebabkan telinga tengah tidak berfungsi. Akibat getaran untuk masuk sampai ke telinga dalam terhalang, timbullah kerusakan pendengaran, tetapi tidak sampai kepada gejala tuli. 2. Syaraf pendengaran yang kurang normal Hal ini disebabkan adanya kerusakan di bagian telinga dalam, di mana terdapat alat keseimbangan tubuh yang berhubungan dengan syaraf pendengaran dalam otak. Kerusakan itu mungkin kecil, tetapi mungkin juga cukup serius. Kerusakan yang terjadi dalam syaraf pendengaran ini biasanya tidak dapat dibantu, sekalipun dengan alat pendengar. PENYEBAB MASALAH Menurut Moores (1982) ada enam unsur yang dapat menjadi penyebab tulinya seorang anak. 1. Unsur keturunan — gejala kelainan Gejala-gejala kelainan yang disebabkan unsur keturunan akan mengakibatkan tuli pendengaran. Diperkirakan kurang lebih 30—60% anak tuli disebabkan karena turunan. 2. Unsur penyakit — campak dari ibu Bila wanita yang sedang mengandung tiga bulan terserang penyakit campak atau cacar air, kemungkinan besar hal tersebut akan berdampak pada bayinya. Cacat yang ditimbulkan oleh penyakit campak kepada anak adalah 50% penyakit telinga, 20% penyakit mata, dan 35% penyakit jantung. Campak adalah penyakit yang umum terjadi pada setiap orang. 3. Unsur kelahiran — lahir prematur Belum terbukti bahwa lahir prematur pasti mengakibatkan pendengaran yang tidak normal. Penyakit campak juga dapat menjadi penyebab kelahiran prematur. Namun, kelahiran prematur bila disebabkan oleh kekurangan oksigen, selain otak akan mengalami luka, pendengaran pun akan mengalami kerusakan. Dalam kondisi demikian, dapat disimpulkan bahwa kelahiran prematur lebih mengakibatkan timbulnya penyakit telinga daripada penyakit lain. 4. Unsur darah — jenis darah berbeda Jenis darah Rh-Positif tidak dapat berpadu dengan jenis Rh-Negatif. Bila jenis darah ibu adalah Rh-Negatif, sedangkan bayinya memiliki jenis darah Rh-Positif, tubuh si ibu akan menghasilkan antibiotik yang masuk, menyerang, dan merusak sel darah Rh-Negatif sang bayi. Hal ini dapat mengancam nyawa si bayi; seandainya ia hidup, ia mungkin mengalami kelainan dalam daya pendengarannya. 5. Unsur syaraf — penyakit pada otak Menurut pendapat Vernon, 8,1% anak yang menjadi tuli setelah lahir disebabkan oleh penyakit otak. Di antara unsur yang mengakibatkan tuli, penyakit otak merupakan masalah yang paling serius. Akan tetapi, penyembuhan melalui pengobatan kimia semakin maju sehingga masalah tuli yang disebabkan oleh penyakit otak sudah banyak berkurang. 6. Unsur infeksi — infeksi telinga tengah Diperkirakan bahwa di antara delapan anak, ada satu yang akan mengalami infeksi telinga sebelum usia 6 tahun. Mengingat kondisi ini, seorang anak sebaiknya cepat memperoleh perawatan dan jangan diabaikan. GEJALA MASALAH Ada tiga gejala yang menunjukkan anak sedang mengalami kesulitan dalam pendengarannya. 1. Gejala pertumbuhan Perhatikan apakah anak mampu mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya melalui perkataan. Ada dua pendapat yang berbeda mengenai hal ini. Furth (1966) mengutarakan bahwa proses pemikiran intelek tidak membutuhkan sistem tanda bahasa; bahasa bergantung pada inteligensi seseorang. Whorf (1956) berpendapat bahwa intelek anak ditentukan oleh pengalaman berbahasa. Penyelidikan lain dilakukan oleh Schlesinger Meadow (1972). Anak tuli yang teknik berbahasanya tinggi akan lebih berhasil dalam ekspresinya, sedangkan anak tuli yang mengalami hambatan dalam berbahasa lebih menunjukkan kelemahan atau hambatan dalam berpikir. Pada masa ini, banyak ahli pendidikan mengakui bahwa tanpa sistem bahasa, anak yang tuli pun dapat berpikir secara logis. Tentunya penguasaan berbicara akan banyak menolong dalam menyelesaikan masalah. 2. Gejala hasil belajar Dapat dimengerti bahwa karena kesulitan dalam kemampuan berbahasa, anak yang tuli banyak menemui kesulitan dalam belajar. Jensema (1975), yang menggunakan hasil ujian Stanford, menganalisis hasil laporan dari 6.873 anak tuli yang berusia 6 — 19 tahun. Ia menemukan bahwa untuk anak usia tersebut yang kehilangan daya mendengar, tingkat kurangnya pendengaran sangat memengaruhi angka belajarnya. Anak yang kehilangan pendengaran pada usia tiga tahun akan lebih berhasil dalam keterampilan membaca daripada anak yang kehilangan daya pendengaran di usia bayi. Bila derajat kehilangan lebih ringan, umumnya hasil belajar akan lebih baik. 3. Gejala penyesuaian pergaulan Masalah pendengaran sering memengaruhi pergaulan anak. Meski tidak menghalangi pergaulan atau pertumbuhan karakternya, tetapi masalah pendengaran mudah menimbulkan masalah. Sebagai contoh, saat bermain bersama, anak yang tuli tak dapat mengatakan, "Sekarang giliran saya!" Yang dapat dilakukannya hanya mendorong anak yang lain. Akibatnya, ia dianggap sebagai anak yang suka berkelahi dan tidak bisa bergaul dengan anak lain. Bila kejadian seperti itu terus terulang, akan menimbulkan masalah dalam penyesuaian pergaulan. PENYELESAIAN MASALAH 1. Memakai alat pendengaran Alat pendengar merupakan penemuan besar bagi mereka yang bermasalah dalam pendengarannya, meskipun alat ini juga dapat mudah rusak atau hasilnya tidak begitu memuaskan. Alat ini akan menolong mengatasi kurangnya tingkat pendengaran dan mengurangi kadar kesulitan dalam penerimaan suara. 2. Memakai cara pergaulan yang sesuai Sekarang ini ada cara dalam pergaulan yang dapat digunakan oleh penderita cacat pendengaran, yaitu sebagai berikut: a. Cara Oral-Aural Melalui alat pengeras suara untuk mendapatkan sedikit pendengaran, kemudian memerhatikan ucapan pada bibir dan meningkatkan teknik komunikasi. Cara ini tidak menganjurkan penggunaan isyarat tangan atau isyarat jari sebab dikhawatirkan masyarakat tidak dapat menyesuaikan diri dengan isyarat tangan. b. Cara Rochester Cara ini ditemukan oleh sebuah sekolah tuna rungu di New York pada tahun 1878, yaitu dengan menggabungkan ucapan bibir dan isyarat tangan. Jadi, berita diterima dan disampaikan dengan cara yang sama. c. Cara Auditory Cara yang menekankan perkembangan teknik mendengar dan dikhususkan bagi mereka yang masih dapat dilatih melalui pendengarannya. Cara ini dipakai secara luas untuk anak yang hanya sedikit mengalami gangguan pendengaran. d. Cara komunikasi seutuhnya Cara ini menuntut anak dengan serentak menggunakan isyarat tangan/jari, membaca ucapan bibir, berbicara melalui pengeras suara. Cara ini paling umum dan banyak digunakan pada kelas yang lebih tinggi. 3. Melatih keterampilan mendengar Selain cara berkomunikasi, anak yang mengalami hambatan pendengaran membutuhkan teknik lain. a. Membaca ucapan Membaca ucapan merupakan teknik penting untuk anak yang tuli atau yang menderita kerusakan pendengaran yang berat. Mereka menerima berita dengan membaca berita yang diterima. Teknik ini bermaksud untuk membangun jembatan komunikasi dengan dunia umum, seperti isyarat tangan yang perlu dipelajari secara khusus. b. Metode pendengaran Mendidik anak tuli untuk mampu mendengarkan suara yang berbeda-beda, kemudian membedakan suara itu. Dokter spesialis pendengaran berpendapat bahwa menurut kebutuhannya, selain anak tuli tersebut dilatih untuk meningkatkan pendengarannya, orang tua, anggota keluarga, atau guru juga perlu dilatih untuk menolong si penderita. 4. Memupuk suasana belajar Kita mengetahui bahwa semakin parah penyakit tuli seorang anak, semakin sulit ia menjalani proses belajarnya. Bagi yang sudah parah, ada lembaga pendidikan tuna rungu, di mana ada para ahli yang menolong. Namun, bila telah diketahui anak menderita ketulian, yang terpenting ialah agar sedini mungkin pendidikan diberikan. Bayi dapat belajar melalui ayunan, pelukan, mimik muka, dan gerakan si ibu. Gelengkan kepala untuk mengatakan "tidak" atau "jangan" dan dengan anggukan kepala untuk menyatakan, "ya". Bayi dapat mempelajari gerakan bibir yang disertai dengan gerakan wajah dan sikap. Dengan gerakan-gerakan itu, orang tua berkomunikasi dengan anak, meskipun pada mulanya tidak dimengerti, tetapi sudah memberi kesan mendidik. Peranan orang tua dalam mengatur suasana belajar anak sangat penting. 5. Memakai pertolongan komputer Dewasa ini pendidikan melalui komputer sudah sangat canggih, dimana ketajaman mata menjadi unsur utama dalam menerima atau menyampaikan berita. Pendidikan ini menuntut murid terlibat dengan aktif, selain meminta pertanggungjawaban murid untuk belajar dengan aktif. Diharapkan akan lebih banyak lagi program khusus untuk menolong anak yang rusak pendengarannya supaya mereka pun dapat menerima pendidikan yang sepadan. Pendidikan Kristen sebaiknya juga berusaha untuk mengembangkan program komputer untuk pendidikan agama. Bahan disunting dari sumber: Judul buku: Menerobos Dunia Anak Penulis : Dr. Mary Go Setiawani Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 2000 Halaman : 82 — 88 -=- TIPS -=- MENGAJAR ANAK YANG MEMILIKI KELEMAHAN PADA PENDENGARAN ====================================================== Berikut ini beberapa saran dan informasi yang dapat dipakai sebagai arahan saat mengajar anak yang memiliki kelemahan pada pendengarannya. 1. Kemampuan Berkomunikasi Kemampuan ini meliputi kemampuan oral (kemampuan berbicara, membaca gerakan bibir, dan mendengarkan dengan memakai alat bantu), manual (bahasa isyarat dan gerakan jari), atau komunikasi total (kemampuan oral dan manual). Bicarakanlah dengan orang tua mengenai kosakata oral atau manual yang saat ini dikuasai oleh anak mereka. Hal ini akan membantu Anda memutuskan tingkat bahasa yang sesuai digunakan ketika mengajar anak tersebut. Adakan pertemuan dengan orang tua di awal atau di tengah-tengah pembahasan pelajaran yang baru. Pertemuan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada orang tua mengenai konsep dan kosakata yang akan Anda gunakan dalam mengajar. Berikan dorongan kepada orang tua agar selama minggu itu dapat belajar bersama anak-anak mereka dengan memakai kosa kata baru yang akan digunakan pada pelajaran berikutnya. 2. Bahasa Isyarat Jika isyarat adalah alat utama anak dalam berkomunikasi, mintalah bantuan dari orang tua anak untuk mengajari Anda beberapa dasar bahasa isyarat yang dapat digunakan, misalnya isyarat nama anak, kata kunci untuk tiap bagian pelajaran (misalnya Yesus, mati, hidup), arahan sederhana (misalnya "duduklah", "kemari", "berhenti"), dan beberapa isyarat persahabatan (misalnya, "terima kasih", "saya senang bertemu denganmu lagi", "kamu sangat membantu"). Doronglah anak-anak yang lain untuk belajar beberapa isyarat tersebut. Anda dapat meminjam buku bahasa isyarat dari orang tua anak. 3. Alat-Alat Bantu Pendengaran Mintalah orang tua anak menunjukkan kepada Anda cara kerja alat bantu pendengaran yang digunakan anak-anak mereka. Anda akan perlu mengetahui bagaimana cara mengatur alat bantu tersebut dengan volume yang sesuai. Anak-anak yang masih kecil sering menyesuaikan volume alat bantu mereka ini dengan memasangnya terlalu tinggi atau terlalu rendah, bahkan malah dimatikan. Adanya alat bantu di telinga anak yang memiliki kelemahan pada pendengarannya dapat menimbulkan keingintahuan anak-anak lain. Katakanlah kepada mereka bahwa alat bantu tersebut digunakan untuk menolong orang mendengar, seperti kacamata, dipakai untuk membantu orang melihat. Ini mungkin bukan perbandingan yang benar-benar akurat, namun paling tidak dapat membantu anak-anak memahami tujuan penggunaan alat bantu pendengaran tersebut. Karena alat bantu ini memperjelas segala suara, ingatlah bahwa anak yang memiliki kelemahan pendengaran akan mengalami kesulitan dalam memahami pembicaraan dalam lingkungan yang gaduh/ramai. 4. Berbicara Berbicaralah secara alami dengan volume suara secukupnya. Berikan penekanan pada kata kunci. Berbicara dengan suara keras tidak akan memperjelas kalimat Anda, namun justru dapat mengubah artinya. Melakukan gerakan mulut atau ekspresi wajah yang terlalu berlebihan dapat mengakibatkan kalimat yang diucapkan sulit untuk dipahami. a. Bibir Anda harus terlihat. Pastikan anak yang memiliki kelemahan pada pendengarannya telah melihat Anda sebelum Anda mulai berbicara. Jika Anda menunjukkan sesuatu kepada anggota kelas selama kegiatan berlangsung, tunjukkan bendanya terlebih dahulu. Tunggu sampai anak tersebut melihat Anda, baru kemudian Anda dapat berbicara mengenai benda tersebut. b. Jangan terlalu banyak bergerak pada saat berbicara, kecuali gerakan itu adalah isyarat tertentu yang dipahami oleh anak-anak. c. Jangan segan untuk berbicara kepada anak yang memiliki kelemahan pada pendengarannya mengenai kata-kata yang diucapkannya. Mungkin ada saat-saat di mana anak tersebut perlu diminta untuk berbicara lebih keras atau lebih pelan lagi. d. Jangan berpura-pura memahami apa yang dikatakan anak tersebut jika memang Anda tidak paham akan apa yang dikatakannya. Sebaliknya, mintalah anak tersebut mengulangi perkataannya. Jika memungkinkan, mintalah ia menunjukkan atau melakukan apa yang dikatakannya. Jika Anda masih belum memahami juga, katakan kepadanya, "Saya tidak mengerti yang kamu katakan. Kami akan bertanya kepada ayah dan ibumu agar dapat membantu kami." (Atau Anda bisa meminta pertolongan kepada anak-anak yang lain. Anak-anak sering lebih memahami anak-anak lainnya daripada orang dewasa.) 5. Bahasa Gunakan bahasa yang setingkat dengan kemampuan bahasa yang menurut Anda akan mudah dipahami oleh anak. Jangan seperti berbicara dengan bayi atau berbicara seperti `merendahkan` anak . a. Berbicaralah dengan menggunakan kalimat yang lengkap atau pendek. b. Setelah Anda memberikan pengarahan khusus untuk sebuah kegiatan, mintalah anak yang memiliki kelemahan pada pendengarannya untuk mengulangi apa yang dia pahami dari keterangan yang Anda berikan. (mis: "Devon, tolong ulangi apa yang saya katakan tadi.") Biarkan murid menjawab dan jangan berikan respon negatif jika murid tersebut memberikan jawaban yang salah. Pemahaman yang dimiliki anak sebagian didasarkan pada apa yang didengar dan sebagian lagi dari informasi yang dipahami. c. Mengulang dan menyatakan kembali informasi yang Anda katakan akan sangat membantu anak-anak yang memiliki kelemahan pendengaran. d. Terimalah selalu apa yang dikatakan oleh anak yang lemah pendengarannya jika ide yang dikemukakannya benar, walaupun tata bahasanya salah. Meskipun demikian, Anda harus tetap memberikan contoh tata bahasa yang tepat kepada mereka. Misalnya, jika anak berkata, "Aku Yesus cinta," balaslah dengan mengatakan, "Bagus, aku cinta Yesus juga.", 6. Kegiatan-kegiatan Anak yang memiliki kelemahan pendengaran dapat berpartisipasi dalam semua kegiatan belajar. Oleh karena itu, jangan merendahkan kemampuan mereka. Selama acara puji-pujian, di mana anak-anak diminta untuk melakukan beberapa gerakan, doronglah anak yang memiliki kelemahan pada pendengarannya untuk memberikan ide dengan membuat gerakan pantomim. Anak-anak yang memiliki kelemahan pendengaran, bahkan yang benar-benar tuli sekalipun, bisa juga menikmati musik. 7. Kasih Semua anak memberikan respons positif terhadap kasih. Kasih adalah salah satu cara terbaik yang Tuhan berikan kepada kita untuk berkomunikasi dengan sesama. Ekspresikan kasih ini dengan kata-kata ("Tuhan mengasihi kamu. Dan saya juga mengasihi kamu."), dengan ekspresi wajah (senyuman ramah), dan dengan sentuhan (memegang tangan, memeluk, atau tepukan di pundak). (t/ratri) Bahan disunting dan diterjemahkan dari: Judul buku : Sunday School Smart Pages Judul artikel: Hearing Impairment Penyunting : Wes dan Sheryl Haystead Penerbit : Gospel Light, Ventura, California 1992 Halaman : 81 — 82 -=- BAHAN MENGAJAR -=- ORANG YANG TULI DAN GAGAP DISEMBUHKAN ===================================== Bahan bacaan: ------------- Markus 7:31—37 Tujuan mengajar: ---------------- Pelajaran kali ini akan membantu murid-murid dalam hal di bawah ini. 1. Mengetahui bahwa Yesus mengerti kebutuhan mereka. 2. Merasakan kasih dan perhatian Yesus kepada mereka. 3. Percaya bahwa Yesus berkuasa memberikan kesembuhan kepada mereka yang percaya. Cerita Alkitab: --------------- Coba tutup kedua telingamu dengan tangan sekuat-kuatnya. Sekarang coba dengarkan saya berbicara, apakah kalian dapat mendengarkan suara saya dengan jelas? (Biarkan anak-anak menjawab) Ya, benar walaupun kalian masih dapat mendengar suara saya, tetapi tidak jelas bukan? Sekarang kalian boleh melepaskan tangan dari telingamu. Nah, sekarang apakah suara saya bisa terdengar dengan jelas? Mana yang lebih terasa menyenangkan, mendengar suara saya saat telinga kalian ditutup atau pada saat telinga kalian tidak ditutup? (Beri kesempatan kepada anak-anak untuk menjawab) Jika saat ini kalian dapat mendengar dan berbicara dengan jelas, tidak demikian dengan seorang yang ada dalam cerita Alkitab hari ini. Yesus baru saja menempuh perjalanan yang sangat jauh. Saat ini Dia telah tiba di daerah Dekapolis. Jika kalian baru saja bepergian ke tempat yang jauh, kalian pasti merasa lelah dan ingin beristirahat. Mungkin itu pula yang dirasakan Yesus dan murid-murid-Nya. Mereka pun beristirahat sejenak untuk melepaskan lelahnya. Tetapi baru saja akan beristirahat, orang banyak sudah mengikuti Dia. Ya, memang banyak orang sudah mendengar mujizat-mujizat dan pengajaran-pengajaran Yesus. Hal itu membuat mereka ingin sekali bertemu dengan Yesus atau sekadar melihat siapakah Yesus itu. Di tengah-tengah kerumunan itu ada orang yang memiliki saudara yang tuli dan gagap. "Seandainya saudaraku itu aku bawa kepada Yesus, pasti dia bisa mendengar dan berbicara kembali." Dengan segera orang itu menjemput saudaranya dan membawanya ke tempat Yesus berada. Dia sangat percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkan saudaranya itu. "Yesus, tolonglah saudaraku ini. Dia tuli dan gagap. Jika Engkau meletakkan tangan atasnya, pastilah dia sembuh," mohon orang itu. Yesus lalu memandang orang yang tuli dan gagap itu. Dituntunnya tangannya dan dibawanya ke tempat yang sepi sehingga hanya tinggal mereka berdua saja. Menurut kalian, apa yang Yesus lakukan? Apakah Dia menyembuhkan orang yang tuli dan gagap itu? (Minta satu anak lelaki dan perempuan memberikan tanggapan mereka) Ya, Yesus mengerti kebutuhan orang yang tuli dan gagap itu. Dia bersedia menyembuhkan orang tersebut. Bagaimana caranya? Coba kalian baca Markus 7:33—34. (Minta seorang anak membacakan ayat-ayat tersebut.) Ternyata Yesus tidak hanya meletakkan tangan atas orang itu, tetapi menyentuh bagian yang sakit dari orang itu. Yesus menyatakan kasih dan perhatian yang amat besar melalui sentuhan-Nya. Dan, orang itu sembuh. Dia dapat mendengar dan berbicara dengan jelas lagi. Yesus tidak hanya mengerti kebutuhan orang yang tuli dan gagap itu. Dia juga amat mengerti kebutuhan kalian. Seperti orang yang percaya Yesus dapat menyembuhkan saudaranya, kalian juga harus percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkan sakitmu, mengerti kebutuhanmu, dan mendengar doamu. Doa: ---- Sebelum berdoa mulailah dengan pertanyaan, "Apakah ada keluarga, teman, atau mungkin kalian sendiri yang sakit dan ingin didoakan?" Setelah beberapa anak memberikan jawaban mereka, mulailah berdoa dan meminta Tuhan menolong anak-anak atau keluarganya yang sedang menderita sakit. Oleh: Davida Dana -=- WARNET PENA -=- SITUS e-BINAGURU ================ http://www.geocities.com/bina_guru/ Situs e-BinaGuru ini berawal dari milis diskusi e-BinaGuru. Karena banyak anggota dalam milis tersebut yang memiliki ide dan kreasi dalam mengajar, maka dibentuklah tim kreatif yang bertugas membuat situs untuk mewadahi ide-ide dan kreasi para pelayan anak tersebut. Sesuai dengan tujuannnya, yaitu meningkatkan talenta untuk dapat dibagikan dan digunakan oleh orang lain yang membutuhkan, situs ini menyediakan kolom-kolom khusus untuk memudahkan mencari bahan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan anak, yaitu kolom Aktivitas, Bahan Mengajar, Peraga, Seputar Natal, Seputar Paskah, dan SAL (Sekolah Alkitab Liburan). Jadi, jika Anda mempunyai atau membutuhkan ide, langsung saja bertandang ke situs ini. Kiranya menjadi berkat. [Kiriman dari: Welni <welni2004(at)xxxx>] -=- MUTIARA GURU -=- Anak-anak adalah pribadi yang istimewa, mereka juga sama seperti orang dewasa yang ingin memahami dan dipahami. ---------------------------------------------------------------------- Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2006 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |