Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/298 |
|
e-BinaAnak edisi 298 (21-9-2006)
|
|
______________________________e-BinaAnak______________________________ Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak ================================================== Daftar Isi: 298/September/2006 ---------- - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL : Bimbingan Pastoral untuk Anak Sekolah Minggu - TIPS : Membimbing Murid yang Mengalami Stres - BAHAN MENGAJAR : Yesus dan Anak-Anak - WARNET PENA : Awana.org - MUTIARA GURU ---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> ====================================================================== -=- SALAM DARI REDAKSI -=- Salam kasih, Anak-anak sangat membutuhkan bimbingan dari orang dewasa. Salah satunya melalui pelayanan bimbingan di sekolah minggu. Bagi para pelayan anak yang rindu melayani anak-anak yang membutuhkan bimbingan, tulisan-tulisan dalam edisi kali ini kami harap dapat menjelaskan lebih lanjut mengenai pelayanan bimbingan untuk anak dalam sekolah minggu maupun gereja. Sebagaimana kasih Kristus kepada anak-anak, begitu pulalah setiap pelayan anak hendaknya mengambil bagian untuk membimbing murid- murid yang Tuhan percayakan kepada kita. Bimbinglah sampai mereka mendapati bahwa tidak ada masalah yang melebihi besarnya kasih Tuhan pada mereka. Selamat membimbing! Redaksi e-BinaAnak, Davida "Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku." (Mazmur 31:3) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Mazmur+31:3 > -=- ARTIKEL -=- BIMBINGAN PASTORAL UNTUK ANAK SEKOLAH MINGGU ============================================ Mungkin kebanyakan gereja di Indonesia tidak memunyai pelayanan pastoral untuk anak-anak. Barangkali karena gereja memandang belum perlu, tidak pernah terpikir, tidak peduli, atau tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mungkin semua asumsi ini benar. Padahal, sama halnya dengan orang dewasa, anak-anak pun perlu mendapatkan bimbingan dan pelayanan pastoral. Pelayanan ini bisa dilakukan bekerja sama dengan sekolah minggu yang adalah bagian dari pelayanan gereja. KRISIS MASA ANAK-ANAK Sebagaimana orang dewasa, anak-anak pun dapat mengalami krisis ketika terjadi suatu peristiwa dalam hidupnya seperti: perceraian orang tua, kematian orang penting dalam hidupnya (misalnya, orang tua, saudara kandung, kakek, nenek, teman), sakit keras, masuk rumah sakit, terjadi kekerasan (seperti fisik, seksual, emosi), kecelakaan, dan trauma. Ketika anak-anak berada dalam krisis, kemampuan mereka ditantang. Seperti kebanyakan orang dewasa, anak-anak yang sedang menghadapi krisis, mungkin merasa tidak dapat mengendalikan diri, menjadi korban situasi, tidak siap, dan bingung. Banyak anak yang terlantar dan tidak pernah mendapatkan bimbingan/ konseling bukan karena ketidakmampuan atau keterbatasan waktu pendeta dan para pelayan anak, melainkan karena ketidakpedulian dan ketidaksadaran mereka akan masalah yang dihadapi anak-anak. Program konseling dalam gereja dibuat untuk jemaat dewasa, tetapi tidak menyadari akan kebutuhan rohani anak-anak. Yesus merupakan teladan dalam hal memperlakukan anak-anak, terutama dalam tindakan pelayanan yang setia dan efektif. Gereja dapat belajar dari Yesus tentang bagaimana memperlakukan anak-anak. Dia menempatkan pelayanan anak-anak dalam prioritas pelayanan-Nya. Yesus begitu memihak kepada anak-anak sehingga Ia berkata bahwa orang yang memerhatikan anak-anak sebenarnya mengindahkan-Nya, sebagaimana dicatat oleh Markus: "Lalu Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka, `Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku` (Mrk. 9:36-37)." Anak-anak yang sedang berada dalam krisis/masalah sangat membutuhkan intervensi karena cara mereka mengalami dan menafsirkan krisis akan memengaruhi setiap segi perkembangan dirinya kelak. Bila anak-anak yang sedang menghadapi krisis diintervensi, diharapkan mereka dapat mengatasi kekacauan di dalam dan di luar diri mereka dengan efektif. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap harga diri, kepercayaan, dan kemampuan mereka untuk mengatasi krisis di kemudian hari. BIMBINGAN DAN PELAYANAN PASTORAL Ketika anak-anak tidak mendapat bimbingan yang tepat, maka makna krisis mereka mungkin berubah. Emosi mereka tertekan dan dampaknya sangat serius terhadap perkembangan mental mereka. Bisa jadi mereka akan membuat kesimpulan yang salah tentang sifat dan cara Allah berhubungan dengan dunia. Mereka mungkin beranggapan bahwa Allah itu pemarah, jahat, atau tidak punya perhatian terhadap mereka. Hal ini akan terus mengganggu masa kanak-kanaknya hingga remaja, bahkan mungkin sampai dewasa. Banyak masalah emosi, relasi, dan rohani yang diderita orang dewasa diakibatkan oleh krisis masa kanak-kanak yang tidak terselesaikan dengan tuntas. Anak sebagai warga kelompoknya sering kali terhambat dalam krisis. Kebutuhan anak mungkin tidak pernah terpenuhi karena orang dewasa sibuk dengan kekhawatiran mereka sendiri sehingga anak-anak dikesampingkan. Dalam situasi seperti ini, gereja dan sekolah minggu dapat berperan dalam hal seperti: 1. membantu mereka memeroleh informasi yang benar, 2. berpartisipasi dengan mereka pada waktu mereka menginterpretasikan suatu masalah, 3. memberi penjelasan yang benar tentang suatu hal yang belum mereka ketahui, 4. membantu anak-anak mengembangkan rasa mampu mereka melalui berbagai program, misalnya keterampilan. Untuk melayani anak-anak dengan efektif, langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah mengasihi mereka, ikut merasakan perasaan mereka seperti sakit hati, takut, marah, cemas, khawatir, dan rasa kehilangan. Kita dapat berempati dengan mereka, tetap mendampingi mereka pada waktu mereka menghadapi krisis. Berikut ini beberapa prinsip dasar pelayanan pastoral terhadap anak- anak yang dapat dilakukan. 1. Pendeta secara rutin mengunjungi kelas-kelas sekolah minggu dan guru diharapkan selalu membuka kesempatan berdialog langsung dengan anak. 2. Mengadakan retret. 3. Berkunjung ke rumah murid-murid. 4. Menelepon. 5. Mengadakan pertemuan informal. Semua metode ini atau metode apa pun yang digunakan, tujuannya adalah untuk membangun relasi dan komunikasi dengan anak-anak sehingga mereka merasa dikasihi, memiliki teman serta tidak dikesampingkan. Dampaknya, mereka akan terbuka untuk diajak berdialog dan tidak merasa takut untuk mengemukakan masalahnya. BERMAIN, SENI, DAN BERCERITA Berbagai kegiatan dalam sekolah minggu dapat dipakai sebagai sarana untuk memberikan konseling bagi anak-anak yang membutuhkannya. Di antaranya adalah melalui kegiatan bermain, kegiatan seni, dan cerita-cerita yang disampaikan. Salah satu tempat paling wajar untuk berbicara dengan anak-anak adalah saat bermain. Ajaklah mereka bermain karena anak-anak paling suka bermain. Jika memungkinkan, siapkan satu ruang khusus untuk bermain di gereja. Ruangan bermain dapat menjadi tempat yang paling aman dan nyaman bagi mereka apalagi jika mereka sudah sangat akrab dengan ruangan tersebut. Bagi anak-anak, bermain sama seperti berbicara dan bekerja bagi orang dewasa. Oleh karena itu, untuk mendapatkan jalan pikiran dan perasaan anak yang paling komplit, seseorang harus masuk ke dalam dunia anak. Melalui bermain, banyak hal tentang diri mereka sendiri ditampakkan tanpa mereka sadari dan dapat memberikan pelayanan pastoral yang mereka butuhkan. Bermain adalah jalan terbaik menuju pengertian. Melalui bermain, tingkat spontanitas anak-anak dapat tercapai. Tidak semua anak dapat diajak berbicara secara normal. Banyak anak yang dalam situasi normal pun sulit diajak berbicara langsung dengan orang dewasa. Apalagi kalau mereka dalam keadaan cemas, takut, atau stres. Masalahnya akan menjadi lebih sulit. Selain itu, tidak mudah juga untuk mendekati anak-anak untuk diminta menceritakan persoalan mereka. Hambatan datang bukan saja dari anak tersebut yang tertutup atau sulit mengemukakan persoalannya, tetapi hambatan terbesar justru datang dari orang tua anak yang merasa diintervensi urusan keluarganya. Bimbingan pastoral terhadap anak-anak dapat juga dilakukan melalui kegiatan seni. Seni adalah pernyataan keinginan hati, harapan, ketakutan, ide, atau pengomunikasian kebutuhan emosi. Seni merupakan alat pernyataan diri yang sangat baik. Seni visual adalah alat yang paling banyak digunakan untuk melambangkan pengalaman manusia yang terdalam. Seni tidak tergantung pada kala-kata dan keterampilan verbal. Anak-anak akan merasa lebih bebas mengekspresikan diri mereka melalui karya seni, tanpa menyadari bahwa pikiran dan perasaan mereka dapat dimengerti dari karya seni yang mereka buat. Pemilihan warna sering kali menggambarkan situasi yang sedang mereka alami. Dengan demikian, mereka akan mengungkapkan hal-hal penting tentang diri mereka sendiri melalui apa yang mereka gambar atau lukis, ini akan memudahkan gereja dalam melakukan pelayanan pastoral terhadap mereka. Pendeta pun dapat mengomunikasikan fakta kepada anak-anak melalui seni. Seni juga dapat berfungsi sebagai alat untuk menyusun interviu atau alat evaluasi. Ketika seorang anak menolak untuk berbicara pada garis pikiran tertentu, seni dapat membantu memecahkan kebuntuan komunikasi. Metode lain yang dapat digunakan dalam membimbing anak-anak adalah bercerita. Cara utama yang digunakan umat manusia untuk menyatakan imajinasi mereka adalah cerita. Cerita selalu digunakan umat manusia untuk mempertahankan dan mengomunikasikan hal-hal dasar tentang norma-norma atau iman kepercayaannya. Mitos, dongeng, peribahasa, legenda adalah alat utama yang digunakan kelompok agama untuk meneruskan pusat kebenaran pengalaman rohani mereka kepada anak-anaknya. Contoh yang paling penting adalah makna pokok Injil yang terdapat dalam narasi Injil itu sendiri. Anak-anak yang sedang dalam krisis umumnya terbuka terhadap ajaran baru. Sering kali mereka memberi tafsiran religius terhadap kejadian dan peristiwa yang membuat krisis. Penyampaian cerita kepada anak- anak adalah metode yang memberi pandangan hidup baru kepada anak- anak. Tujuan ini dapat tercapai dengan menceritakan kisah Alkitab kepada mereka. Melalui cerita Alkitab tertentu, anak-anak memiliki kesempatan memikirkan krisis tertentu yang mereka alami. Misalnya, setelah anak-anak mendengar cerita tentang kesedihan Tuhan Yesus karena kematian Lazarus (Yoh. ll:1-44), mereka dapat berbicara tentang dukacita. Pada umumnya, anak-anak senang mendengarkan cerita dan juga bercerita. Pada waktu anak-anak bercerita, mereka mengungkapkan informasi penting tentang pikiran dan perasaan dalam hati mereka. Dunia emosi menurut pandangan anak-anak, seperti takut, marah, harapan, cemas, atau rasa bersalah terungkap melalui cerita. Misalnya, ketika anak-anak berusia antara lima sampai sembilan tahun bercerita, maka begitu banyak dari diri mereka sendiri yang masuk ke dalam cerita. Dengan demikian, teknik bercerita merupakan salah satu cara bimbingan pastoral yang sangat baik untuk kalangan anak-anak. Memang untuk anak-anak di atas usia sembilan tahun, kadang-kadang mereka malu bercerita, atau kalau pun mereka bercerita, ceritanya sudah mereka sensor terlebih dahulu. Mereka malu menceritakan diri mereka sendiri, oleh karena itu bisa juga dipakai cara menulis. Karenanya, banyak anak yang senang menulis puisi atau buku harian. Kerja sama sekolah minggu dengan gereja diharapkan dapat menjadikan bimbingan maupun pelayanan pastoral kepada anak dengan dasar kasih yang juga dimiliki Yesus kepada anak-anak. Bahan diedit dari sumber Judul majalah : Sahabat Gembala, Pebruari 2006 Penulis artikel: Elisa Penerbit : Kalam Hidup, Bandung 2006 Halaman : 36--40 -=- TIPS -=- Berikut ini salah satu konseling yang bisa dilakukan dalam pelayanan sekolah minggu untuk membimbing murid yang mengalami stres. Bagaimana stres bisa memengaruhi keadaan anak dan bagaimana guru sekolah minggu bisa membimbing mereka? Silakan simak tips berikut ini. MEMBIMBING MURID YANG MENGALAMI STRES ===================================== Banyak orang tua yang mengatur jadwal anak-anak mereka dalam satu minggu dengan pertemuan-pertemuan, pelajaran-pelajaran, kegiatan kelompok, dan klub. Dengan kegiatan yang padat ini, mereka berharap akan memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk belajar dan bertumbuh. Beberapa anak ada yang mengalami pekembangan pesat melalui kegiatan- kegiatan seperti ini. Namun, anak-anak lain justru menjadi kewalahan dan jenuh. Jika para orang tua, pelatih, dan guru menilai harga seorang anak hanya dari kemampuan/prestasi yang dicapainya, kegiatan-kegiatan yang seharusnya memberikan manfaat itu dapat menghilangkan semangat anak yang dianggap "biasa-biasa saja". Jadwal yang terlalu padat hanya merupakan satu dari berbagai sumber stres pada anak. Salah satu penyebab stres pada anak yang paling umum adalah anak yang berada dalam keluarga yang berantakan. Kehilangan orang tua karena kematian atau perceraian dapat menyebabkan anak suka merengek dan mengompol kembali. Bahkan dalam keluarga yang paling baik sekalipun, pindah ke suatu lingkungan tempat tinggal yang baru dapat mengakibatkan kemunduran emosional pada anak. Lahirnya saudara kandung atau saudara tiri sangat membutuhkan penyesuaian dalam emosi dan kestabilan sosial anak. Hidup dalam lingkungan atau sekolah yang rawan akan menimbulkan kecemasan, sementara stres pada anak dapat menjadi pertanda keluarga yang salah satu atau kedua orang tuanya adalah pecandu, peminum, atau berperilaku kejam. 1. Bagaimana seorang guru dapat mengetahui bahwa stres menimbulkan berbagai masalah pada anak? a. Bicarakan secara informal dengan anak. Tanyakan, namun jangan dengan nada menginterogasi. "Apa yang ingin kamu lakukan untuk bersenang-senang?"; "Permainan apa yang kamu mainkan dengan keluargamu?" Berikan perhatian pada gerak tubuh, ekspresi, dan suasana hati. Anak-anak yang masih kecil sangat cepat berubah suasana hatinya, namun seorang anak yang bermasalah akan terus- menerus sedih atau bersikap memusuhi. b. Waspadailah kondisi kehidupan anak di rumah. Apakah dia anak tunggal? Apakah hanya ada satu orang tua di rumah? Apakah orang tua memaksa anak untuk berprestasi? Pada saat orang tua bertanya, "Apakah Jack memenangkan lomba ayat? Kakaknya selalu menang pada saat seusia Jack"--guru dapat memahami bahwa Jack berada di bawah tekanan. c. Perhatikan anak yang tidak mau berpartisipasi pada kegiatan karena takut gagal. Anak yang seperti ini memiliki masalah gambar diri yang serius. Seorang anak yang tidak pernah puas dengan penampilannya sendiri telah dituntut oleh orang tuanya supaya selalu sempurna. Perhatikan gundukan kertas yang diremas-remas dan banyaknya hapusan. Perhatikan juga perilaku yang terlalu agresif atau keras kepala. Anak-anak mungkin melepaskan kecemasan mereka dengan menjadi dominan, berkelahi, atau menggunakan kata-kata kemarahan. 2. Bagaimana seorang guru dapat membimbing anak yang berada dalam tekanan? a. Kuatkan anak yang memiliki gambar diri yang rendah. Yakinkan anak tersebut bahwa setiap orang dapat melakukan kesalahan. Guru yang dapat mengakui dan menertawakan kesalahannya sendiri akan menjadi contoh yang sehat. Ingatkan anak bahwa Bapa di surga mengasihi mereka apa adanya. b. Kurangi ketegangan di dalam kelas. Seorang pendisiplin yang baik dapat memberlakukan peraturan dalam suasana yang rileks/ santai. Jangan terburu-buru hanya karena ingin menyelesaikan rencana pelajaran Anda--bersikaplah fleksibel. Tetapkan standar perilaku sesuai dengan kelompok usia mereka. c. Tanyakan pertanyaan terbuka yang dapat dijawab secara subjektif. Hindari untuk selalu memberikan pertanyaan yang jawabannya hanya ada satu yang benar. Anak-anak yang takut gagal akan memberikan respons negatif terhadap pertanyaan atau hafalan yang menjadikan mereka sebagai sasaran. d. Batasilah kompetisi dan persaingan. Anak-anak senang menjadi menang, namun mereka akan kecewa pada saat mereka kalah. Kompetisi biasanya menimbulkan satu pemenang dan yang lainnya kalah. Bagi anak yang sudah terlanjur merasa dirinya sebagai orang yang kalah, hal ini dapat berakibat serius. e. Jangan pernah membandingkan penampilan seorang anak dengan anak yang lain. Hal ini akan menimbulkan kekesalan dan perasaan pada anak bahwa dia diharuskan diukur sesuai standar orang lain. Berikan pujian untuk usaha-usaha yang dilakukan anak guna meningkatkan penampilannya. f. Ketahuilah tanda-tanda penting dari penganiayaan. Kecemasan dan depresi dapat disebabkan karena obat atau alkohol, dan anak-anak sekolah dasar bukannya tidak mungkin mengalami kecanduan. Penyebab utama kecanduan bisa saja berasal dari anggota keluarga. Para psikolog mengatakan bahwa 3/4 dari kira-kira delapan juta anak dan remaja yang mengalami masalah emosi tidak mendapatkan pertolongan. Kira-kira satu dari empat anak memerlukan konseling psikologis sebelum masuk ke kelas enam. Para guru harus menyediakan waktu untuk menjadi teman dan konselor bagi murid-murid mereka. Ketika suatu masalah serius muncul, bicarakanlah dengan anggota gereja yang dapat memberikan pendampingan atau tunjukkan keluarga- keluarga yang dapat memberikan bantuan. (t/ratri) Diterjemahkan dari: Judul buku : The Complete Handbook for Children Ministry Judul artikel: Stres in Children: Helping Youngsters Cope with It Penulis : Dr. Robert J. Choun dan Dr. Michael S. Lawson Penerbit : Thomas Nelson Publisher, Nashville, USA 1993 Halaman : 311--313 -=- BAHAN MENGAJAR -=- YESUS DAN ANAK-ANAK =================== Tujuan: ------- Mengajarkan bahwa Yesus mengasihi semua anak dan menghendaki setiap anak mengasihi Dia. Ayat Hafalan: ------------- Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku (Markus 10:14). Persiapan Guru: --------------- - Pembacaan Alkitab: Markus 10:13-16 Pada masa Tuhan Yesus, sudah menjadi kebiasaan orang tua untuk membawa anak-anak mereka ke rumah ibadat untuk mendapatkan berkat dari para tua-tua dan para guru agama. Tak mengherankan bila ibu- ibu itu hendak membawa anak-anak mereka kepada Yesus untuk mendapatkan berkat-Nya. - Alat peraga: gambar Yesus dan anak-anak. Waktu Mengajar: --------------- - Ibadah: menyanyi lagu tentang Yesus yang mengasihi anak-anak. Sementara itu, anak-anak masuk dan duduk dengan tenang di tempat duduk mereka. Ingatkan beberapa hal yang dilakukan Yesus untuk sahabat-sahabat-Nya ketika Ia hidup di dunia. - Doa: "Allah Bapa yang di surga, kami bersyukur kepada-Mu bahwa Engkau adalah Sahabat kami dan bahwa Engkau mengasihi setiap anak kecil. Tolonglah kami agar kami lebih mengasihi Engkau. Amin." Pendahuluan: ------------ Kamu ingat ketika Yesus hidup di dunia ini? Berapa banyak perbuatan baik yang telah dilakukan-Nya untuk sahabat-sahabat-Nya? Ia mengasihi mereka dan ingin membahagiakan mereka. (Beri kesempatan kepada anak untuk meyebutkan beberapa hal yang dilakukan Yesus untuk sahabat-sahabat-Nya.) Yesus mengasihi ayah, ibu, nenek, kakek, dan Ia juga mengasihi anak-anak. Ia sering berbicara tentang anak- anak kecil ketika Ia hidup di dunia ini. Pada suatu hari Ia berbicara dengan beberapa anak kecil yang datang kepada Dia bersama dengan ibu mereka. Cerita Alkitab: --------------- Saya akan menceritakan kepadamu tentang anak-anak kecil yang hidup di zaman Tuhan Yesus dan pada suatu hari mereka bercakap-cakap dengan Dia. Marilah kita namakan salah satu dari anak-anak itu Didi. Ibunya telah menceritakan kepada Dia tentang Yesus dan bagaimana Dia melakukan hal-hal yang baik kepada setiap orang. Ibunya mengatakan bahwa Yesus telah membangkitkan seorang anak perempuan. Ia menyembuhkan orang buta dan lumpuh. Ia menyembuhkan seorang anak laki-laki. Ibu juga telah menceritakan saat-saat ketika ia mendengarkan Yesus berbicara. Didi ingin sekali bertemu dengan Yesus! Kemudian pada suatu hari Yesus datang ke desa tempat tinggal Didi. Ibu berkata, "Didi, kita akan pergi dan bertemu dengan Yesus besok. Kita juga akan membawa adikmu yang perempuan dan yang masih bayi." Betapa senangnya Didi! Ia berlari dan memberitahukan semua sahabatnya yang juga hendak bertemu dengan Yesus. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali mereka berangkat ke bukit di dekat danau. Banyak ibu lainnya yang juga membawa anak-anak mereka untuk bertemu dengan Yesus. Tak lama kemudian mereka melihat serombongan orang di hadapan mereka. Mereka tahu itulah tempat Yesus berada. Semua orang berdesak-desakan. Mereka ingin sekali melihat Yesus. Mereka mulai mendorong dan menelusup di antara orang banyak supaya dapat mendekati Yesus. Ketika mereka sudah cukup dekat dengan Yesus, beberapa orang berkata kepada ibu-ibu itu, "Bawalah anak-anakmu pergi. Jangan mengganggu Yesus! Ia terlalu sibuk dan tak mempunyai waktu untuk bertemu dengan anak-anak!" Didi dan anak-anak lainnya merasa sangat sedih. Mereka ingin bertemu dengan Yesus dan mendengarkan suara-Nya yang penuh kasih. Ibu-ibu yang sudah lelah karena menggendong bayi mereka ke atas bukit juga merasa sedih. Tepat pada saat ibu-ibu dan anak-anaknya hendak berbalik pulang, mereka mendengar seeorang berbicara kepada orang-orang yang telah mengusir mereka. "Jangan menyuruh anak-anak itu pergi," kata suara itu lembut. "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku." Kemudian orang-orang itu mundur. Anak-anak serta ibu-ibu dengan bayi mereka datang mendekat untuk melihat siapa yang telah mengucapkan kata-kata yang lembut itu. Ia adalah Yesus! Ia tersenyum kepada mereka. Ia mau melihat anak-anak. Alangkah senangnya Didi dan kawan- kawannya. Anak-anak itu memberi Dia bunga-bunga yang mereka telah petik untuk Yesus di jalan. Mereka berbicara dengan Dia sama seperti mereka berbicara dengan ibu mereka. "Ini adik saya yang masih bayi," kata seorang anak perempuan kecil sambil menggendong seorang bayi. "Ibu telah menggendongnya sepanjang jalan ke mari untuk bertemu dengan Engkau." Yesus mengulurkan tangan-Nya kepada bayi itu. Bayi itu tertawa dan mengulurkan tangannya juga. Yesus memegang semua anak dan berbicara dengan setiap ibu. Yesus menaruh tangan-Nya pada kepala Didi. Betapa senangnya Didi! Ibu-ibu merasa senang karena mereka telah membawa anak-anak mereka untuk bertemu dengan Yesus. "Saya kira Yesus adalah orang yang paling baik yang pernah saya kenal!" kata Didi sementara mereka berjalan pulang ke rumah. "Saya mau menjadi salah seorang murid-Nya." "Saya juga mau," kata anak yang lain. Setelah berjalan jauh, ibu-ibu dan anak-anak tiba kembali di rumah. Tetapi anak-anak tidak pernah melupakan kebaikan Yesus kepada mereka. Mereka tahu bahwa ia mengasihi anak-anak kecil karena mereka telah mendengar Ia berkata dengan penuh kasih, "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku." Ulangan dan Percakapan: ----------------------- Tunjukkan gambar kepada anak-anak. Suruhlah seorang anak maju ke depan dan menunjuk gambar Yesus. Apakah yang dikatakan Yesus mengenai anak-anak ini? Saya akan bacakan hal ini kepadamu dari firman Allah, "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku" (Markus 10:14). Ajaklah anak-anak mengucapkan ayat ini beberapa kali. Jelaskan bahwa "anak-anak" berarti setiap anak, baik laki-laki maupun perempuan. Yesus mengasihi kamu satu per satu dan ia ingin kamu mengasihi Dia juga. Ia berkenan bila kamu mengatakan kepada Dia bahwa kamu mengasihi Dia, sama seperti dahulu ketika Ia masih hidup di dalam dunia. Salah satu cara kita untuk dapat menyatakan kasih kita kepada Yesus ialah pada waktu kita berdoa. Suruh anak-anak mengucapkan, "Saya mengasihi Engkau, Yesus." Saat mengajar kali ini adalah kesempatan untuk membimbing anak-anak dan meminta Tuhan mengampuni juga menyucikan mereka dari segala hal yang menyedihkan hati Yesus. Mungkin ada beberapa di kelas yang akan mengerti bahwa Yesus telah menebus dosa mereka dan bersedia menerima Dia sebagai Juru Selamat. Bahan diedit dari sumber: Judul buku: Cerita Alkitab yang Suka Kudengarkan Penerbit : Kalam Hidup, Bandung (tt) Halaman: : 205--208 -=- WARNET PENA -=- AWANA.ORG ========= http://www.awana.org/ Situs ini berisi informasi mengenai organisasi Awana yang bergerak dalam bidang pelayanan anak dengan motto "Because Your Kid Matter to God" (Karena Anak Anda Berarti Bagi Tuhan). Situs informasi pelayanan anak internasional ini menekankan program mereka pada penghafalan firman Tuhan. Di dalamnya kita dapat melihat pula bagaimana permainan dan penghargaan dalam pelayanan anak dikemas dalam sebuah program yang menarik. Program-program pelayanan anak dalam situs ini dapat digunakan dan dijalankan sebagai program penginjilan dan pemuridan anak dalam gereja. Jika ingin melihat apa saja di balik sebuah organisasi pelayanan anak dan mungkin ingin melakukan pelayanan yang serupa, situs ini bisa dipakai sebagai salah satu referensi. [Kiriman dari: Javalera <jv.king(a t)xxxx>] -=- MUTIARA GURU -=- Hari ini saya akan sadar secara khusus tentang mereka yang membutuhkan dorongan penuh kasih, tarikan lembut, atau tangan yang membimbing. ---------------------------------------------------------------------- Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2006 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(a t)xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(a t)xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |