Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/293 |
|
e-BinaAnak edisi 293 (17-8-2006)
|
|
---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> ====================================================================== -=- SALAM DARI REDAKSI -=- Salam kasih, Menyambung edisi-edisi sebelumnya mengenai tema `Hukum Mengajar`, e-BinaAnak minggu ini membahas tentang hukum bahasa. Aspek berbahasa merupakan hal yang harus diperhatikan oleh para guru. Ketika menghadapi anak-anak yang relatif masih miskin kosa kata, setiap guru diwajibkan untuk lebih bijaksana dalam memilih kata. Apalagi ketika mereka hendak menyampaikan kebenaran firman Tuhan yang sebagian besar berisi konsep-konsep yang abstrak. Pemilihan kata yang salah dan tidak jelas (tidak kongkrit untuk anak) bisa menimbulkan kesalahpahaman dalam menerima kebenaran tersebut. Masalah bahasa turut menjadi perhatian John Milton Gregory. Itulah yang menyebabkan ia turut mengangkat hukum bahasa sebagai salah satu dari hukum mengajar yang dicetuskannya. Artikel dan dua tips yang disajikan kali ini tentunya akan membuka wawasan Anda, para guru, untuk lebih memikirkan aspek penguasaan berbahasa Anda dan bagaimana memakainya dengan baik untuk melayani anak-anak. Selamat melayani! Penyunting, RS Kurnia "Tetapi jika aku tidak mengetahui arti bahasa itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang mempergunakannya dan dia orang asing bagiku." (1 Korintus 14:11) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=1Korintus+14:11 > -=- ARTIKEL -=- HUKUM BAHASA ============ Hukum Bahasa ini meliputi fakta-fakta pikiran manusia yang sedalam- dalamnya dan mencakup hubungan pikiran yang paling luas dengan kehidupan dan dengan dunia luar di mana kita hidup. Kekuatan berpikir bertumpu hampir sepenuhnya pada struktur bahasa. Dalam bentuknya yang paling sederhana, bahasa merupakan suatu sistem tanda buatan (pikiran manusia). Kata-kata atau tanda-tanda itu kalau terpisah satu dari yang lain mungkin sama sekali tidak mempunyai persamaan dengan apa yang digambarkannya, dan juga tidak mempunyai arti lain kecuali makna yang kita beri kepadanya. Sebuah kata merupakan tanda suatu gagasan hanya bagi si empunya gagasan serta yang telah mempelajari kata tadi sebagai sebuah tanda atau simbol gagasan itu. Tanpa suatu gambar atau gagasan yang timbul dalam pikiran, maka kata itu hanya terdengar oleh telinga sebagai sebuah bunyi yang tak ada artinya. Bahasa seseorang tidak mungkin melebihi apa yang pernah dipelajarinya. Perbendaharaan kata seorang guru mungkin lebih besar daripada perbendaharaan kata seorang murid, tetapi gagasan-gagasan anak itu digambarkan oleh perbendaharaan katanya sendiri. Oleh karena itu, agar pelajarannya dapat dimengerti, guru harus menggunakan kata-kata yang termasuk dalam kemampuan bahasa anak itu. Di luar batas-batas ini, bahasa guru itu tidak akan bermakna apa-apa atau malah menimbulkan pengertian yang salah jika kata-kata yang asing melebihi kata-kata yang sudah dikenal. Banyak kata dalam bahasa kita mengandung lebih dari satu makna. Misalnya, kita ambil ungkapan-ungkapan seperti "hati", "hati-hati", "baik hati", "sakit hati", "besar hati", "perhatian", .... Kata yang sama dapat mengandung berbagai makna. Variasi makna-makna ini dapat menambah kekayaan bahasa seorang ahli pidato atau seorang penyair, tetapi bagi seorang yang baru belajar hal itu hanya akan menimbulkan kesulitan. Sesudah mulai mengenal sebuah kata tertentu sebagai tanda yang menggambarkan gagasan tertentu, tiba-tiba anak itu berhadapan dengan kata yang sama tetapi dengan makna lain yang belum diketahuinya. Mungkin ia belajar mengirim surat lewat pos, tetapi tiba-tiba ia mendengar kalimat yang aneh, "Catat pengeluaran uang itu pada pos bulan depan," atau ia mendengar perintah, "Harus melapor di pos militer." Guru mengetahui semua arti kata itu dan berdasarkan konteksnya memilih makna yang tepat dari gagasannya. Lalu ia meneruskan pembacaan atau pembicaraannya, sangkanya bahwa bahasanya kaya dengan variasi. Tetapi mungkin murid-muridnya mulai bingung tidak mengerti, seperti ada sesuatu yang terlompati oleh karena mereka hanya mengenal kata itu dengan satu makna saja. Maka mereka hanya mendengar bunyi sebuah kata tanpa mengerti maksudnya. Kadang-kadang kita akan tertawa geli setelah mengetahui pikiran yang terlintas pada anak-anak kecil yang mendengar kata-kata yang kita ucapkan. Contohnya adalah anak kecil yang minta dibelikan buku yang ada di pohon bambu karena mendengar kakaknya menghafal pelajaran tentang "buku pada pohon bambu". Atau yang lain itu yang mau melihat `ulat yang rajin belajar` karena ia salah mengerti ketika mendengar orang tuanya menasihati abangnya untuk "ulet dan rajin belajar di sekolah". PELANGGARAN DAN KESALAHAN Hukum mengajar yang berhubungan dengan bahasa ini lebih sering dilanggar di luar kesadaran guru-guru terbaik sekalipun. 1. Guru sering terperdaya melihat pandangan mata murid-muridnya yang begitu berminat sehingga ia berpikir bahwa bahasanya cukup dimengerti. Bahkan lebih celaka lagi, kadang-kadang murid itu sendiri terperdaya dan mengira ia sudah mengerti, padahal ia hanya mengerti sebagian kecil saja. 2. Anak-anak sering terbawa oleh cara dan gaya si pengajar sehingga tampak seolah-olah memerhatikan kata-katanya, padahal perhatian mereka lebih tertuju kepada mata, mulut, dan gerak-gerik gurunya. Demikian juga, mereka kadang-kadang mengatakan sudah mengerti, sekedar untuk menyenangkan guru dan agar mendapat pujian daripadanya. 3. Penyalahgunaan bahasa merupakan salah satu kesalahan umum dalam mengajar. Kita tidak perlu menyebut guru-guru yang mencoba menutupi ketidaktahuan atau sikap masa bodoh mereka dengan banjir kata-kata yang mereka tahu pasti tidak dimengerti oleh para siswanya. Begitu juga, kita tidak perlu menyebut guru-guru yang lebih suka memamerkan kepandaiannya sendiri, bukan untuk mendidik para muridnya. Namun ada banyak guru jujur yang berusaha untuk menjelaskan pelajaran, lalu mengira bahwa tugas mereka hanya berhenti sampai di situ. Mereka secara tulus berpendapat bahwa jika anak-anak itu belum juga mengerti pelajarannya, itu tak lain karena mereka kurang memerhatikan pelajaran atau karena anak itu sendiri kurang cerdas dan sulit untuk diperbaiki. Sama sekali tidak terpikir oleh guru-guru ini bahwa ada kemungkinan mereka telah memakai kata-kata yang tidak dimengerti oleh para muridnya, atau kata-kata yang justru disalahartikan oleh mereka. 4. Kadang-kadang jalur cerita seorang guru terputus oleh karena ia mengucapkan sebuah kata yang asing dan kurang dimengerti oleh muridnya, tetapi tidak terpikir olehnya untuk meneliti kembali di mana jalur ceritanya terputus, kemudian menyambung kembali seluruh uraian penjelasannya. Anak-anak itu tidak selalu bertanya meminta penjelasan karena kadang-kadang mereka tidak berani bertanya sebab takut terhadap guru atau malu karena ketidaktahuan mereka. Tidak jarang mereka disangka anak yang tidak pintar atau kurang memerhatikan, padahal tidak mungkin bagi mereka untuk mengerti bahasa yang belum dikenal itu, berapa pun besarnya perhatian mereka. 5. Bahkan guru-guru yang biasanya memakai bahasa yang sederhana di depan murid-muridnya pun sewaktu-waktu gagal mencapai kegunaan lebih tinggi dari sarana mengajar ini. Guru-guru ini tidak berusaha mendengar tanggapan anak-anak terhadap pengajaran mereka, oleh karena itu mereka tidak dapat menguji kesuksesan mereka. Anak-anak itu tidak mengutarakan pendapatnya dan perbendaharaan kata mereka pun tidak bertambah. 6. Banyak guru kurang menghargai keindahan dan kerumitan bahasa. Tidak terpikir oleh mereka bahwa masyarakat modern tidak mungkin berkembang tanpa kemampuan berbicara. Banyak orang memilih perbendaharaan kata yang miskin. Telah ditemukan bahwa salah satu hambatan terbesar untuk memberi penerangan kepada masyarakat adalah bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan dasar yang bisa menjadi jembatan untuk menyampaikan informasi itu. Pernah ada rombongan parlemen Inggris yang diutus untuk mempelajari bahasa pergaulan buruh pekerja tambang batu bara dan buruh kasar lainnya di Inggris supaya memastikan kemungkinan memberi penerangan di kalangan mereka melalui risalah-risalah dan buku. Ternyata banyak di antara buruh kasar tersebut begitu miskin pengetahuan bahasanya sehingga tidak mungkin untuk memberi penyuluhan dengan cara demikian. Betapa lebih berat permasalahan yang dihadapi dengan anak-anak kecil yang jauh lebih terbatas pengalaman hidupnya itu. Maka itu, jika kita hendak mengajar anak-anak dengan berhasil kita perlu memperluas bahasa yang menjadi sarana komunikasi antara kita dengan mereka itu. 7. Banyak dari antara pokok-pokok pelajaran di sekolah tidak berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari dan bahasa anak-anak. Dan setiap cabang ilmu pengetahuan mempunyai perangkat bahasanya sendiri yang harus dipahami oleh seorang siswa yang ingin maju di bidang studi itu. Guru sekolah minggu pun seharusnya menyadari ini sebagai salah satu masalah yang dihadapinya. Banyak kali fakta-fakta dan segi-segi kebenaran di bidang agama terputar balik oleh karena istilah atau kata-kata yang disampaikan hanya dimengerti setengah-setengah saja. Karena itu, guru untuk anak-anak yang belajar Alkitab diperingatkan untuk selalu berbicara dengan memakai kata-kata yang jelas. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Tujuh Hukum Mengajar Penulis : John Milton Gregory Penerbit : Gandum Mas, Malang Halaman : 59 - 61 dan 74 - 77 -=- TIPS (1) -=- BERBICARA DENGAN SEORANG ANAK KECIL =================================== Di antara kita yang bekerja dengan anak-anak kecil, sering terasa bahwa anak-anak itu seperti pengering, menyerap setiap kata yang kita ucapkan. Kadang-kadang kita berbicara dari saat anak pertama datang sampai kita mengucapkan sampai jumpa pada anak yang terakhir. Namun, sering kali seorang anak berbuat sebaliknya! Dan kemudian tentu saja anak tersebut tidak mendengarkan apa yang kita ingin supaya mereka pelajari. Jadi, penting bagi kita untuk bijaksana dalam memilih kata-kata, kita harus belajar berbicara dengan seorang anak daripada selalu berbicara kepada anak. Mulailah dengan mendengarkan. ----------------------------- Dengarkanlah seorang anak seolah-olah dia adalah satu-satunya anak di kelas itu. Berikan perhatian penuh meskipun mungkin Anda tidak mengerti setiap kata yang diucapkannya. Perhatian khusus Anda pada apa yang dikatakan anak tersebut mendorongnya untuk meniru. Hal ini akan menolong anak supaya menjadi pendengar yang lebih baik lagi ketika Anda berbicara dengannya. Biarkan anak memimpin. ---------------------- Setiap anak memiliki tingkat perhatian yang berbeda-beda terhadap apa yang Anda katakan. Pada saat Anda melampaui level tersebut, anak-anak secara mental berbalik arah dan mengabaikan Anda. Ketika seorang anak datang kepada Anda, itu berarti dia sedang menunjukkan apa yang menarik perhatiannya. "Allison, saya senang kamu mau menunjukkan lukisanmu kepadaku. Ceritakan lukisan itu." Dapatkan perhatian anak sebelum mulai berbicara. ------------------------------------------------ Orang dewasa sering berbicara ketika tidak ada seorang pun yang mendengarkan. Contohnya, berteriak kepada seorang anak di dalam kelas hanya akan membuat kebingungan bukannya komunikasi. Datangilah anak tersebut. Bungkukkan badan Anda sehingga wajah Anda sejajar dengan matanya. Sebutlah nama anak tersebut. "Seth, pandanglah wajahku sebentar saja. Bagus. Seth, sekarang letakkan piringmu di meja itu." Berikan komentar dengan kalimat-kalimat yang positif. ----------------------------------------------------- "Patrick, balok-balok itu untuk disusun bukan untuk dilempar- lempar." Ucapkan kata-kata yang terpenting terlebih dahulu. -------------------------------------------------- Setelah Anda menyebutkan nama anak tersebut, sebutkan dengan singkat tindakan apa yang Anda ingin anak tersebut lakukan. Kemudian sebutkanlah alasannya. "Mathew, sekarang kamu boleh memberi makan kura-kura itu. Aku rasa dia sudah lapar." Gunakan kata-kata sederhana dan intonasi suara yang natural. ------------------------------------------------------------ Berbicaralah pelan-pelan dan jelas sehingga terdengar lembut. Ekspresikan antusiasme dan perhatian Anda melalui suara Anda. Tambahkan senyuman pada kata-kata Anda. Hindari sikap kekanak- kanakan atau "meledak-ledak". Gunakan kata-kata yang spesifik. -------------------------------- Kata-kata umum justru membuat anak-anak bingung, tidak tahu pasti apa yang Anda maksudkan. Daripada mengatakan, "Singkirkan mainan itu," lebih baik Anda mengatakan, "Alex, truk merahmu perlu ditaruh di rak ini." Kaitkan kata-kata dengan pengalaman. ------------------------------------ Pemahaman muncul ketika seorang anak mendengar kata-kata dan pada saat yang sama dia melihat kata-kata itu dilakukan. Tunjukkan kepada anak tindakan yang sesuai dengan gambaran Anda. Contohnya, "Eric, begini cara menggosok gambar ini sehingga stikernya bisa menempel." Eric akan segera memahaminya. Hubungkan kegiatan anak dengan fokus pelajaran. ----------------------------------------------- Ingatlah fokus pelajaran dan ayat Alkitab dari setiap pelajaran. Maka percakapan Anda secara natural dapat dihubungkan dengan kegiatan dan pemikiran anak-anak tentang pelajaran kebenaran Alkitab. Menceritakan secara singkat bagian-bagian dari cerita Alkitab dapat juga membantu untuk menghubungkannya. Misalnya, pada saat anak-anak sedang menyusun balok dalam suatu sesi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan kasih dan perhatian Tuhan. Anda bisa katakan pada murid Anda, "Kyle, saya senang melihat susunan balok-balokmu ini. Kamu menggunakan lenganmu yang kuat untuk mengangkat balok-balok besar ini. Tuhanlah yang membuat lenganmu kuat, Kyle." Bukalah Alkitab Anda dan katakan, "Alkitab kita mengatakan, Tuhan memelihara engkau!" Buatlah perbedaan yang jelas. ----------------------------- Buatlah perbedaan yang jelas antara saat anak bisa dan tidak bisa memilih. Ajukan sebuah pertanyaan atau tawarkan sebuah pilihan hanya pada saat Anda ingin memberikan alternatif kepada anak. Jika diperlukan ketaatan, buatlah kalimat langsung yang berdampak dan menunjukkan kerja sama. Pertanyaan-pertanyaan seperti, "Colin, bisa kamu menyingkirkan trukmu?" justru berpeluang besar untuk jawaban "Tidak," yang perlu untuk dihormati. Pernyataan positif seperti, "Colin, tolong singkirkan trukmu," justru akan membuat Colin mengerti maksud Anda dan dia tidak memiliki pilihan lain. Pendekatan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang memfokuskan perhatian anak pada situasi, namun membebaskan dia untuk menentukan apa yang ingin dilakukannya. "Colin, sekarang saatnya makan snack. Apa yang harus kamu lakukan dengan trukmu itu?" Atau, "Colin, apakah kamu mau menggulingkan trukmu itu atau membawanya ke rak?" Hindari mempermalukan anak. --------------------------- Sindiran tajam dan olokan tidak tepat untuk anak-anak yang masih kecil dan sensitif. Ingatlah bahwa anak-anak menyerap kata-kata Anda secara apa adanya. Selera humor mereka tidak sama dengan orang dewasa. Sering kali orang dewasa mencoba membuat lelucon, namun hasilnya justru melukai perasaan mereka. Ketika seorang anak membuat kesalahan, yang paling diperlukannya adalah kata-kata dukungan dari Anda. Pertama, gambarkan apa yang Anda lihat. "Ashley, kamu sedih ya karena jusmu tumpah." Lalu tawarkan pemecahannya atau biarkan anak memilih bagaimana harus membantu. "Kita bisa menggunakan kain lap atau spons untuk membersihkannya." Tunjukkan kepada anak sopan santun. ----------------------------------- Sopan santun yang ditunjukkan adalah sopan santun yang juga berlaku bagi orang dewasa. Seorang anak adalah orang yang nyata dengan perasaan yang nyata pula! Perasaan-perasaan ini penting baginya. Ketika kita dengan kasar menghentikan kegiatan dan percakapan anak, kita menunjukkan bahwa kita kurang memerhatikan anak tersebut. Kita juga menunjukkan perilaku yang tidak kita inginkan untuk ditiru! Tanyakan pada diri Anda sendiri sebelum Anda berbicara dan bertindak, Akankah saya mengatakan hal itu kepada teman yang baru bertumbuh? Bagaimana saya menginterupsi teman saya? Lalu datangilah anak tersebut. "Adam, kamu sudah bekerja keras menyelesaikan lukisanmu. Kamu boleh menggambar satu lagi dan kemudian cuci tangan." Ide-ide percakapan dalam kurikulum Anda telah direncanakan digunakan sebagai percakapan "pembukaan" -- kata-kata dan saran untuk membuka imaginasi Anda sendiri ketika Anda membimbing pikiran dan kegiatan anak-anak. Pakailah percakapan-percakapan yang disarankan berikut ini yang sesuai dengan minat dan kebutuhan tertentu dari masing- masing anak. Perhatikan dan pekalah terhadap setiap anak. "Alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!" (Amsal 15:23) (t/rat) Bahan diterjemahkan dari sumber: Judul Buku : Sunday School Smart Pages Judul Artikel: When You Talk with a Young Child Editor : Wes dan Sheryl Haystead Penerbit : Gospel Light, Ventura, USA, 1992 Halaman : 41 - 42 -=- TIPS (2) -=- Dalam tulisan berikut ini, kita dapat lebih mengerti lagi bagaimana pemilihan bahasa/kata yang tepat sangat perlu dikuasai guru. Jika tidak, anak-anak bisa salah mengerti dengan semua pengajaran yang mereka terima. PERHATIKAN KATA-KATA SAUDARA: BILA BERBICARA TENTANG PERSEMBAHAN ================================== "Ibu guru mencuri uang!" kata Susi yang berusia 4 tahun kepada ibunya. "Kamu mungkin keliru, Nak," jawab ibunya. "Sungguh Bu, dia telah mencuri uang persembahan!" desak Susi. Setelah menanyai Susi dengan teliti, ibunya mendapati bahwa Susi telah melihat gurunya keluar dari kelas dengan membawa kantong yang berisi uang persembahan. "Ibu guru mengatakan bahwa kita memberikannya kepada Allah," Susi mendesak. "Kemudian dia yang mengambilnya." Pengalaman Susi menunjukkan bahwa para pekerja Kristen perlu memikirkan dengan saksama kata-kata yang mereka gunakan sehubungan dengan uang persembahan yang diterima di gereja. Kata-kata yang kurang tepat, meskipun dalam soal yang tampaknya sangat kecil, dapat menimbulkan salah pengertian yang serius. Pemimpin harus memutuskan bagaimana menyebut pokok acara itu. Jika dia menyebutnya "kolekte", maka acara itu menjadi tidak menarik dan tak berarti bagi anak itu. Kata kolekte menitikberatkan tugas orang yang memungut uang itu dan menekankan ke ide pengambilan. Kata persembahan, mengutamakan anak itu dan tindakan memberi. Karena kata ini lebih menarik dan lebih bersifat pribadi, maka anak itu lebih memihak kepadanya. Dia tidak memberikan uang itu kepada orang yang memungut persembahan, dia sedang memberikan uang itu kepada Allah. Tetapi sungguhkah dia memberikan uang itu kepada Allah? Seperti Susi, banyak anak telah menganggap guru mereka berbohong pada waktu melihat mereka mengambil uang yang dimaksudkan untuk Allah. Anak- anak berpikir dalam arti kata yang sebenarnya sehingga barangkali akan lebih baik untuk mengatakan bahwa kita memberi untuk "pekerjaan Allah", "gereja Allah", atau "untuk menolong para pendeta". Lalu apa yang kita berikan kepada Allah? Banyak guru berbicara tentang hal memberikan "sedikit persembahan" kepada Allah. Pernyataan semacam itu dapat berarti "persembahan yang sedikit sudah cukup untuk Allah; yang sisa itu untuk saya". Tidak ada guru yang dapat berhasil mengajar seorang anak untuk memberi yang terbaik dan terbanyak kepada Allah selama menggunakan kata-kata seperti itu. Jauh lebih baik untuk tidak menyebut kecil besarnya persembahan itu pada waktu kita berbicara kepada anak-anak tentang hal memberikan "uang kita" untuk pekerjaan Allah! Guru, perhatikan kata-kata Saudara. Perkataan Saudara dapat memengaruhi segi pandangan seorang anak seumur hidupnya. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Buku Pintar Sekolah Minggu, Jilid 2 Penerbit : Gandum Mas, Malang 1996 Halaman : 276 -=- WARNET PENA -=- PUSAT ELEKTRONIK PELAYANAN ANAK KRISTEN (PEPAK): BAHAN-BAHAN MENGAJAR ================================================ http://pepak.sabda.org/pelajaran/ Kebutuhan bahan-bahan mengajar bagi para guru sekolah minggu pasti tidak ada batasnya. Berbagai buku kita baca dan seminar kita ikuti untuk menggali bahan-bahan mengajar sebanyak mungkin. Situs PEPAK berusaha membantu dan melengkapi para pelayan anak yang selalu rindu mencari sumber-sumber bahan mengajar. Salah satu bagian dalam Situs PEPAK adalah Bahan Mengajar. Sampai saat ini sudah ada 355 bahan yang dapat Anda pakai, GRATIS. [Kiriman: Davida] -=- DARI ANDA UNTUK ANDA -=- Dari: Irene P. <irene(at)> >Sekolah minggu kami berencana membuat literatur atau buletin >bulanan sekolah minggu khusus untuk anak-anak. Besarnya hanya >sebesar satu lembar hvs folio di dilipat dua. jadinya ada empat >halaman. Saya ingin mendapat masukan dari redaksi atau rekan-rekan >e-BinaAnak lainnya. Mungkin sudah punya pengalaman. Sebaiknya >isinya apa saja? Tolong pencerahannya ya .... >Salam, >Iren Redaksi: Wah, kami salut dengan perhatian sekolah minggu Anda pada literatur anak. Buletin sekolah minggu untuk anak merupakan ide yang sangat baik. Saran kami, selain diisi oleh guru, misalnya cerita singkat, libatkan anak untuk bisa ikut berkreasi, misalnya anak bisa mengirimkan karya gambarnya atau kesaksiannya. Berikan juga tempat untuk jadwal sekolah minggu atau ayat-ayat hafalan mingu itu, dll. Pasti masih banyak ide lain dari para pembaca e-BinaAnak, karena itu silakan rekan-rekan yang sudah pengalaman ikut memberi ide. Silakan kirimkan ide Anda tersebut ke <staf-binaanak(at)sabda.org> -=- MUTIARA GURU -=- Bernalar dengan anak memang baik, jika Anda dapat menerima nalar (alasan) anak tanpa merusak nalar Anda sendiri. - John Mason Brown - ---------------------------------------------------------------------- Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2006 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |