Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/291 |
|
e-BinaAnak edisi 291 (3-8-2006)
|
|
______________________________e-BinaAnak______________________________ Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak ================================================== Daftar Isi: 291/Agustus/2006 ---------- - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL (1) : Hukum Guru - ARTIKEL (2) : Pelatihan Bagi Guru: Proses yang Berkelanjutan - TIPS : Langkah Dasar Persiapan Seorang Guru - WARNET PENA : Young Resources - STOP PRESS! : Tampilan Baru SABDA.org - MUTIARA GURU ---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> ====================================================================== -=- SALAM DARI REDAKSI -=- Salam damai, John Milton Gregory pernah mencetuskan ide yang disebutnya sebagai "Tujuh Hukum Mengajar". Hukum tersebut bertujuan untuk memberi dasar- dasar dalam mengajar agar guru dapat mengajar dengan berhasil. Oleh karena itu, sepanjang bulan Agustus ini e-BinaAnak akan mengusung tema "Hukum Mengajar" yang tiap minggunya akan membahas topik-topik berurutan berikut ini: 1. Hukum Guru 2. Hukum Murid 3. Hukum Bahasa 4. Hukum Proses Belajar dan Mengajar 5. Hukum Ulangan dan Penerapannya Dalam topik pertama minggu ini, kita akan melihat pendapat John Milton Gregory mengenai Hukum Guru. Ada pula artikel tentang mengapa pelatihan sangat penting untuk menajamkan kemampuan guru dalam mengajar. Tips minggu ini membahas langkah dasar yang perlu dipersiapkan guru dalam mengajar. Nah, selamat belajar dan menikmati sajian kami. Selamat belajar! Redaksi e-BinaAnak Davida "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Amsal+22:6 > -=- ARTIKEL (1) -=- HUKUM GURU ========== Kata MENGETAHUI merupakan kata kunci dalam hukum guru. Pengetahuan adalah bahan baku bagi pekerjaan seorang guru dan alasan pertama bagi hukum ini menyangkut sifat pengetahuan itu sendiri. Apa yang oleh manusia disebut pengetahuan terdiri dari berbagai tingkatan. Mulai dari setitik sinar kebenaran yang mula-mula terlihat, sampai kepada tingkat pengertian yang matang. Tingkat pengalaman hidup umat manusia sementara diperolehnya tahap demi tahap, yaitu: (1) pengenalan yang samar-samar; (2) kemampuan untuk mengingat sendiri atau menguraikan apa yang telah kita pelajari itu kepada orang lain secara garis besar; (3) kemampuan untuk langsung menerangkan, membuktikan, melukiskan, dan menerapkannya; dan (4) tahap di mana pengetahuan serta penghargaan mengenai kebenaran itu dalam arti yang sedalam dan seluas-luasnya sudah sedemikian rupa sehingga oleh karena kepentingannya kita bertindak -- sikap (kelakuan) kita berubah olehnya. Sejarah baru bernilai sejarah bagi orang yang telah membaca dan mengetahuinya. Tahap pengetahuan atau pengalaman terakhir inilah yang dimaksudkan dalam hukum yang berlaku untuk seorang guru yang sejati. Tidak berarti bahwa orang yang belum lengkap pengetahuannya sama sekali tidak bisa mengajar. Juga tidak berarti bahwa orang yang dengan sempurnanya menguasai bahan pelajaran itu pasti akan berhasil sebagai seorang guru. Tetapi bila pengetahuan guru belum sempurna, jelas hal itu akan nampak dalam cara mengajar yang tidak sempurna. Apa yang tidak diketahui seseorang, tak mungkin dapat ia ajarkan dengan baik. Tetapi hukum keguruan ini baru satu di antara tujuh hukum mengajar itu. Maka kegagalan bisa juga terjadi karena ada hukum lain yang dilanggar, bukan hukum yang satu ini saja. Demikian pula, sampai batas tertentu sukses mungkin saja dicapai karena ketaatan terhadap hukum-hukum yang lainnya. Namun demikian, pengajaran pasti akan timpang dan penuh keragu-raguan, jika gurunya tidak cukup memahami apa yang harus diajarkan. Suatu segi kebenaran dapat diketahui karena mirip dengan sesuatu yang sudah diketahui, karena itu lebih mudah untuk dilihat bila diperbandingkan dengan segi-segi kebenaran yang lain. Murid-murid hendaknya jangan melihat segi kebenaran itu sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan harus melihat kaitannya dengan kebenaran- kebenaran secara keseluruhan dan hubungan yang bermanfaat satu sama lain. Prinsip-prinsip besar biasanya ditemukan dalam kaitan dengan fakta-fakta dan konsep-konsep yang sudah diketahui. Kemampuan untuk melukiskan, yaitu salah satu segi yang paling penting dari seni mengajar, hanya akan timbul dari pengetahuan yang sudah jelas dan umum diketahui. Guru yang tidak cukup pengetahuannya sama seperti orang buta yang mencoba membimbing orang buta lain dengan penerangan lampu yang sudah padam. Ambillah contoh, misalnya pengetahuan umum ilmu bumi (geografi) yang diajarkan di sekolah -- mengenai bentuk bumi yang bulat, samudera dan benua-benua yang luas, gunung, sungai, negara dan kota yang berpenduduk, dan sebagainya -- betapa dangkal dan menjemukannya hal- hal itu bagi seorang guru dan murid-muridnya yang kurang mendalaminya. Tetapi betapa mengasyikkan materi tersebut bagi tokoh- tokoh geografi. Di depan matanya seolah-olah terbentang sejarah bumi ini dari zaman ke zaman sampai mencapai bentuknya yang bulat sekarang ini. Bagi guru-guru seperti itu, ilmu bumi merupakan sebuah pasal yang tidak terlepas dari seluruh khazanah ilmu mengenai asal- usul sejarah alam semesta. Demikian pula halnya, apabila kita mengajar kebenaran dari Alkitab. Bagi pembaca yang acuh tak acuh atau guru yang tidak cukup mendalam mempelajarinya, semua itu hanya menjadi fakta-fakta yang kering tanpa ada artinya. Tetapi bagi orang yang benar-benar menyelidikinya, kebenaran tersebut menjadi hidup dan luas artinya karena disoroti dengan pengetahuan lain seperti sejarah, ilmu pengetahuan, dan berbagai pengalaman yang pernah tercatat oleh manusia. Hukum mengajar yang bersangkutan dengan guru tentu lebih dalam lagi. Sebelum suatu kebenaran itu sungguh-sungguh dapat dihayati, terlebih dahulu ia harus dimengerti dengan jelas. Hanya orang yang benar- benar mempelajari suatu ilmu sajalah yang akan merasa bersemangat melakukannya. Keluwesan kata-kata yang menakjubkan dari seorang pujangga atau ahli pidato bersumber dari wawasan mereka yang begitu luas. Tidak heran bahwa merekalah yang jadi perintis jalan bagi umat manusia di zaman mereka. Sudah pasti, guru yang hanya setengah- setengah mengetahui bahan yang akan diajarkannya akan menimbulkan kesan yang dingin dan menjemukan. Sebaliknya, guru yang begitu menghayati apa yang diajarkannya, dengan semangatnya, akan membuat murid-murid ketularan minatnya yang besar itu. Rahasia dari semangat berapi-api yang begitu kita kagumi dan puji pada seorang guru dan pengkhotbah adalah bahwa di samping pengertian yang jelas tentang kebenaran yang diungkapkannya, mereka juga benar- benar menghayatinya dengan perasaan mereka. Bagi guru semacam itu, kebenaran yang biasa seolah-olah menjadi hidup. Sejarah berubah menjadi suatu panorama kehidupan yang amat menarik; ilmu bumi berkembang menjadi suatu perjalanan yang mengasyikkan melihat benua- benua dengan berbagai suku bangsa yang menghuninya; astronomi (ilmu perbintangan) berubah seakan menjadi suatu pameran raksasa yang memperkenalkan dunia-dunia yang lain dengan sistem-sistemnya sendiri. Bagaimana seorang guru tidak memukau jika dengan kesungguhannya, bahan pelajaran yang diberikannya itu begitu kaya dengan hal-hal yang memesonakan? Karena pengetahuan yang begitu dikuasainya, semua kemampuan yang ada pada sang guru mulai hidup sendiri. Tetapi sebaliknya pula, pengetahuan itulah yang memungkinkan dia untuk mengembangkan dan menggunakan semua kemampuan tersebut. Seorang guru yang benar-benar memahami pelajarannya tidak akan terikat seperti seorang budak kepada buku teks, tetapi dengan mudah akan mengemukakan semua yang terdapat dalam buku pedomannya itu, sambil mengawasi murid-muridnya, dan dengan tangkas membimbing arah pemikiran mereka. Ia benar-benar siap untuk mengenali bagaimana dan sampai di mana mereka mulai mengerti kebenaran itu. Ia langsung dapat menyingkirkan hal-hal yang dapat merintangi kemajuan mereka serta membantu dan memberi semangat kepada mereka. Pengetahuan guru yang benar-benar matang dengan sendirinya akan membantu menambah kepercayaan para murid. Umumnya kita lebih senang dan dengan penuh perhatian mengikuti penjelasan seorang penunjuk jalan yang sudah hafal benar jalan yang akan kita tempuh. Tetapi sebaliknya, betapa segan dan jemunya kita mengikuti petunjuk seorang pemimpin yang tidak tahu apa-apa dan kurang kompeten. Anak-anak tidak senang diberi pelajaran oleh seorang guru yang kurang mereka percayai. Dan bukan itu saja. Sarjana-sarjana besar -- seperti Newton, Humboldt, dan Huxley -- membangkitkan minat orang lain untuk mempelajari ilmu mereka. Demikian pula seorang guru yang benar-benar telah mempersiapkan diri membangkitkan dalam murid-muridnya keinginan untuk memperdalam studi mereka. Sayang sekali, pernah terjadi bahwa pengetahuan yang begitu banyak tidak diimbangi dengan kemampuan untuk membangkitkan minat belajar pada murid-murid. Hal ini menyebabkan gagalnya pengajaran, terutama jika anak-anak itu masih muda. Lebih baik seorang guru yang berpengetahuan terbatas, tetapi punya kemampuan untuk membangkitkan semangat murid-murid, daripada seorang cendekiawan yang tidak punya kemampuan demikian. Demikianlah falsafah di balik hukum mengajar ini. Dilihat dari sudut ini, maka kita mulai mempunyai gambaran seorang guru yang ideal. Hanya Tuhan Yesus sebagai Guru Teladan yang sudah memenuhi harapan tersebut. Tetapi semua guru yang sejati harus berusaha mencapainya. Hukum ini dengan tepat menunjukkan semua sumber daya yang harus digunakan oleh seorang guru dalam pekerjaannya. Mulai dari seorang ibu yang mengajar anaknya yang kecil, sampai kepada mahaguru yang mengajarkan ilmu yang paling abstrak sekalipun, atau orator yang bicara di hadapan wakil-wakil rakyat, atau pengkhotbah yang bicara di depan jemaat di gereja yang besar, hukum ini berlaku tanpa terkecuali dan tak dapat dilanggar begitu saja tanpa konsekuensi tertentu. Dengan tegas hukum ini mengatakan bahwa di mana pun juga seorang guru harus mengetahui apa yang akan diajarnya. Bahan diedit dari sumber: Judul buku : Tujuh Hukum Mengajar Judul artikel: Falsafah di Balik Hukum Ini Penulis : John Milton Gregory Penerbit : Gandum Mas, Malang Halaman : 21 - 29 -=- ARTIKEL (2) -=- PELATIHAN BAGI GURU: PROSES YANG BERKELANJUTAN ============================================== Hanya sedikit saja guru yang dapat terus melanjutkan menceritakan sebuah kisah Alkitab terkenal tanpa merasa tertohok oleh seorang murid yang mengangkat tangan dan mengatakan bahwa cerita itu sudah didengarnya tahun lalu. Bagaimana seharusnya guru menanggapinya? "Saya akan menceritakan bagian yang berbeda dari cerita itu." "Sudah waktunya kamu mendengarkannya lagi." "Apakah kamu mau saya memanggil orang tuamu?" Seandainya murid hanya diam dan tidak mengatakan hal seperti di atas, tetap ada kemungkinan pendapat itu mampir di benak mereka, bahkan dalam banyak kesempatan. Sekarang, mari kita mengganti tokoh yang ada di adegan ini. Orang yang berdiri di depan kelas itu kini adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam hal pendidikan pelayanan gereja dan dia sedang mengumpulkan para guru untuk mengikuti sebuah kegiatan pelatihan. Lalu ada seorang guru yang punya pengalaman mengikuti pelatihan, dan ia yakin bahwa sebelumnya ia sudah pernah mendengar semua yang dikatakan di situ. Bagaimana penanggung jawab tersebut menanggapi keberatan dari guru itu? "Pasti ada hal baru yang akan Anda dengarkan." Kegiatan pelatihan bertujuan memperkenalkan materi, metode, dan program-program baru. Masyarakat berubah sedemikian cepat dan pembuat kurikulum menanggapinya dengan menyiapkan materi-materi yang disesuaikan dengan kebutuhan anak sekarang. Tentu saja, kalimat "firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya" (Yes. 40:8) adalah benar, namun cerita-cerita yang dipakai untuk mengilustrasikan penerapan Alkitab dalam hidup perlu terus berubah seperti halnya kehidupan si penerima. Inovasi-inovasi teknologi telah membawa keuntungan bagi dunia pendidikan dan pendidik Kristen tidak boleh mengabaikan potensi luar biasa yang dimiliki oleh komputer, peralatan audio visual, dan sumber daya lainnya. Sebuah pelayanan pendidikan perlu tetap terbuka terhadap pemanfaatan sumber daya baru, meski sambil tetap melakukan evaluasi secara saksama. Penelitian-penelitian baru tentang perkembangan anak memberi pemahaman tentang masalah tingkah laku, kesulitan belajar, dan keluarga yang tidak harmonis. Memahami karakter-karakter khas dan kebutuhan dari setiap kelompok usia sangatlah penting bagi semua guru yang ingin dapat mengajar dengan maksimal, membangun hubungan dengan anak, dan mengenali mereka sebagai satu pribadi. Banyak acara pelatihan besar, seperti konferensi atau seminar, yang menawarkan lokakarya-lokakarya di bidang khusus, misalnya membawakan cerita, berorganisasi, atau lokakarya panggung boneka. Guru-guru baru akan memperoleh banyak keuntungan dari pelatihan-pelatihan tersebut secara keseluruhan dan seorang guru yang membutuhkan informasi untuk bidang-bidang pelayanan tertentu, di situ dapat belajar dari seorang spesialis secara lebih mendalam. Tidak semua pelatihan diadakan dalam skala besar seperti konferensi atau konvensi. Banyak gereja memberikan pelatihan berkala sebagai bagian dari agenda bulanan. Beberapa gereja, terutama yang kecil, bergabung dengan gereja-gereja lain untuk mensponsori acara dalam skala kota atau daerah. Teruslah ikuti pelatihan-pelatihan seperti itu, walaupun sebelumnya sudah pernah diikuti. Banyak guru yang setia menghadiri pelatihan yang sama setiap tahunnya -- mencatat, bertanya, dan dari yang mereka dengar itu, mereka memeriksa apa saja yang bisa mereka pakai, dengan berdasarkan pengalaman mereka. Pemahaman dan anekdot-anekdot mereka dapat memberikan kredibilitas pada peraturan, terutama bagi para pemula. Guru yang berpengalaman secara naluriah tahu apa yang bisa dipakai di kelasnya sendiri untuk kemudian menemukan cara yang produktif dalam memanfaatkan pelajaran itu. Kadang seorang guru yang berpengalaman ingin mengembangkan talentanya dalam bidang pelayanan tertentu. Dalam situasi mengajar sebuah tim, misalnya, seorang guru yang istimewa dalam hal bercerita mungkin akan menginginkan pelatihan ekstra dalam bidang itu, sementara guru yang lain akan mengembangkan ketrampilan mereka dalam hal memimpin pujian, permainan, atau aktivitas kesenian. Seorang guru yang bekerja sendirian harus menguasai semua ketrampilan dan membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan bidang yang masih menjadi kelemahannya. Yakobus mengatakan, "Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat." (Yak. 3:1). Dengan kata lain, satu hari nanti kita akan mempertanggungjawabkan apa yang telah Tuhan taruh dalam kita, yaitu kepercayaan untuk mengaruniai kita talenta mengajar. Karunia mengajar adalah seperti uang yang dititipkan oleh seorang tuan yang hendak bepergian kepada hambanya. Orang yang ingin mempergunakan karunia tersebut untuk kemuliaan Tuhan akan mencari pelatihan agar ia dapat memakai karunia tersebut dengan bijaksana dan produktif, tapi orang yang tak ingin meningkatkan ketrampilannya atau memperbaharui motivasinya lewat pelatihan berkelanjutan adalah seperti hamba yang tidak mau menjalankan uang yang dititipkan tuannya. Panggilan mulia untuk mengajar adalah karunia sekaligus sebuah tanggung jawab. Dan ketika ada kesempatan untuk menghadiri sebuah pelatihan, guru yang bijaksana akan menggali talentanya itu, membersihkan debu-debu yang menempel dan memolesnya. PETUNJUK UNTUK PELATIH 1. Pelatihan harus diadakan secara berkelanjutan, baik sebelum maupun ketika acara berlangsung. 2. Pelatihan harus diadakan di waktu yang tepat dan nyaman bagi tiap peserta. 3. Pelatihan harus dapat memenuhi kebutuhan. 4. Pelatihan harus berdasarkan Alkitab dan ilmu pendidikan. PETUNJUK UNTUK GURU 1. Ikutilah pelatihan-pelatihan. 2. Lakukan evaluasi tentang teknik-teknik dan materi baru yang terkait dengan kebutuhan anak didik Anda. 3. Lakukan perubahan hanya sejauh dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan Anda. 4. Untuk acara berskala luas, lakukan penilaian saksama dalam memilih lokakarya. 5. Belajarlah dengan mengamati guru yang bisa dijadikan teladan. PETUNJUK UNTUK GEREJA 1. Sponsori guru-guru yang mengikuti acara-acara pelatihan. 2. Rekrutlah guru cadangan untuk memberikan waktu bagi para guru yang ada dalam mengamati guru yang lain. 3. Sediakan bahan-bahan pelatihan. 4. Carilah spesialis pendidikan yang dapat memandu sebuah lokakarya. 5. Sensitiflah akan kebutuhan guru dan murid. 6. Tanamkan hakikat pelatihan sebagai bagian dari komitmen guru dalam pelayanan. (t/Ary) Bahan diterjemahkan dan diedit dari sumber: Judul buku : The Complete Handbook for Children`s Ministry Judul artikel: Training: The Continuous Process Penulis : Dr. Robert J. Choun dan Dr. Michael S. Lawson Penerbit : Thomas Nelson Publishers, Nashvile, USA 1993 Halaman : 343 - 346 -=- TIPS -=- LANGKAH DASAR PERSIAPAN SEORANG GURU ==================================== Seorang guru sekolah minggu yang ideal dituntut untuk terus memupuk diri. Bagaimanakah seorang guru harus mempersiapkan pelajarannya? Bagian ini akan menyajikan langkah dasar bagi persiapan seorang guru sekolah minggu. 1. Berdoa. ------- Sebelum mempersiapkan bahan pelajaran, seorang guru harus terlebih dahulu memohon Roh Kudus untuk membuka dan menyucikan hatinya, agar ia dapat membuka hatinya dengan rela dan menerima kebenaran Allah tanpa mengalami rintangan. 2. Membaca Alkitab dan menentukan pokok. ------------------------------------- Teliti membaca inti ayat-ayat Alkitab dan menentukan pokok pelajaran. 3. Menetapkan kembali tujuan belajar yang sesuai dengan kebutuban murid. --------------------------------------------------------------- Pada umumnya buku pedoman sekolah minggu yang baik pasti memiliki tujuan belajar yang sudah ditetapkan, tetapi tujuan tersebut belum tentu sesuai dengan kebutuhan murid. Sebab itu, guru harus belajar untuk menetapkan tujuan belajarnya sendiri. Pada saat menetapkan tujuan belajar harus diingat bahwa: a. titik tolak harus berasal dari pihak murid dan bukan dari pihak guru; bukan berdasarkan hal-hal yang diharapkan oleh guru, tapi yang harus dilaksanakan murid; b. harus mencakup hasil belajar yang dasar: belajar untuk memperoleh pengetahuan, belajar memperdalam pengertian, belajar dalam sikap dan tingkah laku atau belajar keterampilan; c. tema harus jelas dan mudah dicerna. 4. Menyelidiki latar belakang yang berhubungan dengan ayat-ayat Alkitab. ------------------------------------------------------------ Sebagian buku pedoman telah melampirkan penjelasan mengenai latar belakang Alkitab. Kalau tidak ada, boleh juga menyelidikinya melalui Ensiklopedia Alkitab atau Ikhtisar Alkitab; atau bila perlu tafsiran Alkitab. 5. Menyistematiskan bahan pelajaran dengan teratur. ------------------------------------------------ Ketika mempersiapkan pelajaran, bahan-bahan yang telah dikumpulkan harus disusun secara sistematis. Ketika menetapkan kembali tujuan belajar yang sesuai dengan murid, guru harus menyusun isi dan pelajaran Alkitab yang telah dipelajari secara sistematis berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. 6. Menuliskan garis besar yang penting. ------------------------------------ Setelah guru menyusun secara sistematis bahan-bahan yang telah terkumpul untuk mempersiapkan pelajaran, maka haruslah ia menulis garis-garis besar yang penting, antara lain seperti berikut ini. a. Pendahuluan - Bagian yang dapat menarik minat dan perhatian murid. b. Inti sari Alkitab - Tuliskan hal-hal penting dan garis-garis besar yang mudah diingat, baik dalam bentuk cerita, diskusi ataupun PA; haruslah ada pembagian yang jelas. c. Penggunaan ayat - Memperluas kebenaran sampai kepada penerapan kehidupan sehari-hari. Siapkanlah cerita perumpamaan yang sesuai dengan pengalaman murid. 7. Menetapkan metode mengajar yang sesuai. --------------------------------------- Setelah ada pembagian yang jelas, perlu juga dipikirkan metode mengajar yang akan dipakai dalam setiap bagian. Usahakanlah memakai metode mengajar yang bervariasi, supaya suasana segar selalu dinikmati dalam proses penyampaian pelajaran. 8. Memilih bahan audio-visual yang sesuai. -------------------------------------- Jikalau dalam bahan pelajaran Sekolah Minggu tidak mencakup bahan audio-visual, guru perlu menyediakan waktu untuk mempersiapkan bahan audio-visual sendiri. Apakah murid yang diajar itu adalah anak-anak atau orang dewasa, guru tetap dapat menggunakan gambar-gambar, statistik atau benda-benda nyata, dan bahan-bahan lain-lain yang berbeda sesuai dengan tingkatan masing-masing sebagai pelengkap pengajaran. 9. Memilih aktivitas belajar yang sesuai dengan murid. --------------------------------------------------- Proses mengajar harus meliputi aktivitas belajar untuk memberikan kesempatan bagi murid bereaksi terhadap kebenaran. Sebab itu, aktivitas belajar haruslah sesuai dengan tema agar dapat mencapai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan semula. 10. Membuat rancangan rencana pengajaran. ------------------------------------- Bila guru membiasakan diri untuk membuat rancangan rencana pengajaran seperti contoh terlampir, tentu ia akan dapat mempersiapkan pelajaran dengan lebih matang. Bahan diedit dari sumber: Judul buku : Pembaruan Mengajar Penulis : Dr. Mary Go Setiawani Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung Halaman : 17 - 19 -=- WARNET PENA -=- YOUNG RESOURCES =============== http://www.youngresources.co.uk/ Situs Young Resources mencoba menjadikan dirinya sebagai sumber materi untuk pelayanan anak gereja dan kelompok sel ataupun pelayanan anak jenis lainnya. Menu yang ditawarkan di situs ini dibagi menjadi empat bagian. Pertama, bagian yang berisi menu "Shop". Kedua, bagian yang menyuguhkan menu "Biblestart", "Earlystart", "Jesus Cards", "Children in Revival", "Pass It On", "Spying Out the Land", "Talk about Jesus", "Young Resources Pen", dan "Your Father". Ketiga, bagian yang isinya tentang "Online Order Form", "Young Resources Explained", "Graeme Young", "Contact Young Resources", "Christian Links", dan "News". Yang terakhir, bagian yang memiliki menu "Online Childrenīs Ministry Manual". Di samping menyediakan berbagai referensi, situs ini juga menyediakan banyak fasilitas dalam kegiatan pelayanan anak. [ Sumber: Publikasi ICW Edisi 1004/2003 Arsip : http://www.sabda.org/publikasi/icw/1004 ] -=- STOP PRESS! -=- TAMPILAN BARU SABDA.ORG ======================= Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) menginformasikan bahwa situs SABDA.org telah memiliki wajah (tampilan) dan format baru yang lebih menarik. Dengan wajah baru SABDA.org ini Anda dapat melihat lebih jelas kekayaan informasi yang terdapat didalamnya. Lima tab menu utama di halaman tengah akan mengantar Anda menuju ke sumber-sumber (resources) yang dimiliki SABDA.org. Ditambah mesin pencari yang canggih akan membuat Anda serasa dimanjakan karena sekarang dengan mudah Anda bisa mencari bahan yang dibutuhkan. Pelayanan Yayasan Lembaga SABDA juga dapat lebih Anda kenal melalui empat bidang pelayanan yang disingkat BC, DL, DP, dan XC. Selamat berkunjung. ==> http://www.sabda.org/ -=- MUTIARA GURU -=- Guru haruslah seseorang yang mengetahui pelajaran atau seni ketrampilan yang akan diajarkan. ---------------------------------------------------------------------- Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2006 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |